A.n Terdakwa
Wanda Alfati Akbar, S.E., M.E. Bin Zakki
1
Perihal : Eksepsi
Kepada Yth.
Ketua Majelis Hakim
Yang Memeriksa dan Mengadili Perkara Pidana
Nomor Register Perkara : 10/Pid.Sus/2011/PN.Jkt.Pst.
Atas Nama Wanda Alfati Akbar, S.E., M.M.
Di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Dengan hormat,
Para Advokat dan Konsultan pada Kantor Advokat dan Konsultan Hukum Rahmat
Ivana & Partners yang berkantor di Jalan Dwipa Bojonegoro Nomor 56 Jakarta Pusat.
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama terdakwa Wanda Alfati Akbar, S.E.,
M.M. berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 7 Januari 2011 yang telah
didaftarkan pada kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal
10 maret 2011 dengan Nomor Register Perkara :10/Pid.Sus/2011/PN.Jkt.Pst.
Pendaftaran Surat Kuasa : 18/SK/RIP/01/2011 bertindak sebagai Tim Penasehat
Hukum Tertadkwa. Dengan ini mengajukan Nota Keberatan (Eksepsi) terhadap Surat
Dakwaan Penuntut Umum, Nomor Register Perkara.: PDS:7/JKTPST/4/2011
tertanggal 24 Maret 2011 yang dibacakan Sdr. Penuntut Umum pada persidangan
hari Senin, tanggal 17 Maret 2011 dalam perkara pidana dengan nomor Register
Perkara : PDS:7/JKTPST/4/2011
2
Identitas Terdakwa sebagai berikut :
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Sebelum memasuki uraian mengenai Surat Dakwaan Penuntut Umum dan dasar
hukum pengajuan serta materi keberatan kami selaku Advokat/Penasihat Hukum
Terdakwa terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum, Perkenankanlah kepada kami
untuk meyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim atas Kesempatan yang
diberikan untuk mengajukan Eksepsi/Nota Keberatan ini.
PENDAHULUAN
Pertama-tama marilah kita mengucap puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kasih dan Penyayang yang atas perkenan-Nya telah memberi kita Berkat Karunia
kesehatan, kekuatan dan kemampuan sehingga kita masih diijinkan untuk menjalani
tahap persidangan ini dengan baik.
Kami mengucapkan puji dan syukur Tuhan Yang Maha Esa dan Yang Maha Adil
karena pada kesempatan hari ini dapat mengajukan keberatan atas Surat Dakwaan
Penuntut Umum Nomor Register Perkara: PDS:7/JKTPST/4/2011 Kami selaku Tim
Penasehat Hukum juga mengucapkan terimakasih kepada Majelis Hakim yang telah
3
memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat dan mengajukan serta hendak
membacakan KEBERATAN terhadap Surat Dakwaan Sdr. Penuntut Umum yang
telah kami terima dan telah dibacakan dalam persidangan perkara ini pada hari ini
Senin, 17 Maret 2011
Adanya kesempatan ini menjadi bukti nyata bahwa KUHAP sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan, dengan cara memberikan kesempatan kedua
belah pihak untuk mengemukaan pandangannya masing-masing (Du Choc Des
Opinions Jailit La Verite). Di samping itu KUHAP juga mengenal asas Equality
Befor The Lawdimana setiap orang itu kedudukannya sama di mata hukum, dan
KUHAP juga mengenal asas praduga tidak bersalah (Presumption Of Innocent) yang
artinya seseorang tidak bisa dinyatakan bersalah sebelum adanya putusan Pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan final (Inkracht Van Gewijsde).
Oleh karena itu dalam Negara Hukum seperti halnya Negara Republik Indonesia,
pengajuan keberatan terhadap surat dakwaan penuntut umum sama sekali tidak
dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan atau memokokkan posisi penyidik atau
penuntut umum yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya telah bekerja
dengan tekun dan gigih serta dengan hati nurani yang bersih. Bukan pula semata-mata
memenuhi ketentuan Pro Forma hanya karena itu telah diatur dalam undang-undang
atau sekedar menjalani acara ritual yang sudah lazimnya dilakukan oleh seorang
advokat hanya karena advokat itu telah menerima sejumlah honor dari kliennya.
Pengajuan keberatan itu semata-mata demi memperoleh Konstruksi tentang
kebenaran itu dimaksudkan dari kasus yang sedang terdakwa hadapi. Apabila
misalnya ternyata dalam surat dakwaan penuntut umum atau dari hasil penyidikan
yang menjadi dasar dakwaan penuntut umum terdapat cacat formal atau mengandung
kekeliruan beracara ( Error In Procedure ).
4
Perlu kami tegaskan sekali lagi keberatan ini kami susun tidak dengan maksud
mencari-cari kesalahan dalam penyusunan Dakwaan, melainkan demi memastikan
terpenuhinya keadilan yang menjadi hak asasi tiap-tiap manusia sebagaimana yang
dicantumkan dalam Pasal 7 dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, pasal
14 (1) Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, pasal 27 (1) dan pasal 28 D
(1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pasal 7 dan
pasal 8 Ketetapan MPR No. XVII Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 17 UU No.
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dimana semua orang adalah sama
didepan hukum yang sama.
Bahwa keberatan ini kami buat untuk penyeimbang dan control terhadap materi Surat
Dakwaan Penuntut Umum yang telah dikemukakan panjang lebar dalam
persidangan. Kami percaya bahwa Majelis Hakim akan mencermati segala masalah
hukum tersebut, sehingga dalam keberatan ini kami mencoba untuk menggugah
pandangan dan hati nurani Majelis Hakim maupun Penuntut Umum mengenai
pentingnya melihat perkara ini secara menyeluruh, terpadu dan tidak semata-mata
dari sudut pandang yuridis sempit atau dari kacamata hukum legalitas formalitas
menurut hukum positif yang ada.
Keberatan ini diajukan, karena kami menemukan hal-hal yang prinsip dalam Surat
Dakwaan.Secara faktua, dalam hal yuridis banyak ditemukan adanya keterangan
dan/atau kejanggalan dalam Surat Dakwaan dalam perkara a quo.
Pertama, adanya sikap dan pandangan sebagian pencari keadilan dan advokat
yang asal mengajukan Keberatan sekalipun mereka tidak mempunyai dasar
hukum dan alas an yang relevan serta keyakinan yang kuat mengajukan
Keberatan.
Kedua, hal yang pertama tersebut, telah diajukan Pedoman oleh banyak
Pengadilan menyamaratakan, seakan-akan semua Keberatan hanya mengada-
ada saja, sehingga timbul sikap bahwa untuk memenuhi suatu asas peradilan
yang cepat, murah dan sederhana, maka Keberatan khususnya yang bersifat
materiil lebih praktis ditolak saja.
Ketiga, karena hamper sebagian besar dari Keberatan yang diajukan Advokat
atau Tim Penasihat Hukum pada umunya selalu ditolak oleh pengadilan, maka
hal itu telah mengakibatkan Penuntut Umum mempunyai rasa percaya diri
5
yang berlebihan dalam mempersiapkan Surat Dakwaan. Yaitu dengan
anggapan bahwa kalaupun Tim Penasihat Hukum mengajukan
Keberatan terhadap suatu Surat Dakwaannya, Keberatan itu akan
ditolak oleh Pengadilan. Pandangan seperti ini mengakibatkan Penuntut
Umum menyusun Surat Dakwaan hanya sekedar memenuhi syarat formal saja
dan tidak memperhatikan serta mengabaikan persyaratan materiil yang harus
dipenuhi dalam suatu Surat Dakwaan, bahkan mengabaikan asas-asas dan
prinsip-prinsip hukum yang terkandung dalam KUHAP. Akibatnya rumusan
Surat Dakwaan menjadi tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap serta
bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum. Hal ini akan mengabaikan tidak
berkualitasnya Surat Dakwaan dan akan mengakibatkan lahirnya suatu Surat
Dakwaan yang cacat karena bertentangan dengan prinsip hukum yang
terkandung didalam KUHAP. Hal itu merupakan tanggung jawab moral kita
bersama, karena di satu sisi akan berdampak sangat merugikan kepentingan
hukum Terdakwa dalam melakukan pembelaan terhadap dirinya.
Keempat, adanya pandangan atau tanggapan yang keliru bahwa Keberatan
terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum merupakan perlawanan terhadap
Negara. Anggapan ini telah mengesampingkan hakekat dari suatu Keberatan
yang merupakan instrument Yuridis yang bertujuan menjaga agar tidak terjadi
pelanggaran terhadap Hukum Acara dalam proses peradilan akibat Surat
Dakwaan yang tidak memenuhi syarat.
Bahwa seberapa pun usaha Terdakwa untuk memperoleh keadilan, tetapi sebagai
suatu keharusan, haruslah dilalui dengan harapan yang tiada lain Hakim akan berani
memutuskan sesuai dengan kebenaran yang diperoleh dari fakta-fakta yang
terungkap diersidangan dan prosedur penyidikan sampai dengan
prapenuntutan bahkan kematangan surat formil dakwaan Penuntut Umum,
yang dapat memberikan keyakinan kepada Hakim, tanpa memperhitungkan
apakah putusan tersebut disukai atau tidak disukai oleh pihak manapun karena
sesuai dengan adanya, peradilan yang benar adalah peradilan yang mengambil
putusan berdasarkan fakta yang benar, merdeka dari segala tekanan, dan
pengaruh.
Semoga Majelis Hakim yang memeriksa mengadili dan memutus suatu perkara ini
dapat bertindak dengan adil sebagaimana tersurat dalam Al-Quran:
Q.s. asy-syura 208 yang berbunyi : Dan kami tidak membinasakan suatu
negeri pun melainkan sudah ada bagiannya yang memberi peringatan
6
Surah ini menerangkan mengenai asas legalitasadalah asas yang menyatakan
bahwa tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-
undang yang menyatakannya.
Dalam mengadili jangan pandang bulu. Baik perkara orang kecil maupun
perkara orang besar harus kamu dengarkan.(Ulangan 1:17)
Dan sebagaimana pepatah melayu yang menyatakan tinggi kono adil,boso kono
boso yang artinya tinggi karena adil, besar karena benar dan pepatah
Menimbang kojom-kan mato, menyukat pokok-an telingayang berarti
Menimbang pejamkan mata,mengukur pekakan telinga.
7
riwayat Abdul Aziz bin Muhammad dgn kedua isnad tersebut. [HR. Muslim
No.3240]. Kami berharap Majelis Hakim yang Mulia dapat bersikap adil dalam
memutus perkara a quo.
Judex non ultra petita :Hakim tidak memberi keputusan kepada apa yang
tidak dituntut.
Semoga Majelis Hakim yang kami muliakan dapat memahami Keberatan Tim
Penasihat Hukum dan dapat dijadikan tolak ukur pengungkapan tabir dan sekaligus
penyelesaiannya, serta apakah benar ketentuan hukum yang telah ada dan berlaku sah
itu dijalankan sesuai dengan yang diharuskan.
oleh karena itu melalui kesematan ini Terdakwa dan Advokatnya memohon kepada
Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk dapat memberikan tempat yang
selayaknya bagi keberatan ini dalam putusan yang akan diambil oleh Majelis Hakim
setelah Penuntut Umum menyatakan pendapat.
Bahwa pada tanggal 17 Maret 2011 Saudara Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Jakarta Pusat telah membacakan Surat Dakwaan dengan Nomor Register Perkara:
PDS:7/JKTPST/4/2011 untuk selanjutnya disebut juga, Surat Dakwaan;
8
Bahwa dalam Surat Dakwaan tersebut Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa
dengan dakwaan yang berbentuk Kumulatif Yaitu
Kesatu : Pasal Pasal 363 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP Jo Pasal 65 Ayat (1) KUHP.
Bahwa oleh karena ketentuan-ketentuan Kesatu, Pasal 363 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55
ayat 1 ke-1 KUHP Jo Pasal 65 Ayat (1) KUHP atau Kedua, Pasal 3 Undang-Undang
Republik Indonesia No.8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo.Pasal 65 ayat (1)
KUHP. Akan dibahas oleh Advokad Terdakwa dalam Eksepsi/Keberatan ini maka isi
selengkapnya dari ketentuan-ketentuan tersebut akan dikutip sehingga terbaca sebagai
berikut:
- Pasal 363 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP Jo Pasal 65 Ayat (1)
KUHP:
9
mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut duduganya
merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan dipidana karena tindak pidana
pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah).
Bahwa dasar hukum mengenai keberatan terdakwa atau advokat terhadap Surat
Dakwaan penuntut umum diatur dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP yang pada
pokoknya menyatakan bahwa terdakwa atau advokatnya dapat mengajukan keberatan
bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat
diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan;
Bahwa yang dimaksud dengan keberatan mengenai dakwaan tidak dapat diterima
adalah keberatan yang diajukan apabila surat dakwaan yang diajukan mengandung
cacat formal atau mengandung kekeliruan beracara (error in procedure).
Disini kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa Wanda Alfati Akbar, S.E., M.M.
berkeyakinan bahwa Majelis Hakim akan menilai positif dan akan memperhatikan
secara serius serta bijak dan obyektif eksepsi yang kami ajukan ini. Hal ini tidak lain
dan tidak bukan, karena kami berprinsip suatu Peradilan yang baik, jujur dan adil
haruslah ditunjang dengan upaya yang optimal dari seluruh unsur penegak hukum di
dalamnya. Adapun di dalam KUHAP sendiri, sebagaimana tertuang pada Pasal 156
ayat (1), telah memberikan peluang dan/atau kesempatan kepada Terdakwa dan/atau
Penasihat Hukumnya untuk mengajukan keberatan.
10
KEBERATAN MENGENAI DAKWAAN TIDAK DAPAT
DITERIMA
KEBERATAN MENGENAI SURAT DAKWAAN HARUS
DIBATALKAN
KEBERATAN MENGENAI SURAT DAKWAAN PREMATUR
KESIMPULAN dan PERMOHONAN
Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 10 Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang
Pengadilan Negara kita mengenai empat lingkungan peradilan, yakni : Peradilan
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Masing-masing lingkungan peradilan mempunyai wewenang tertentu, khusus untuk
mengadili hal-hal yang telah ditentukan oleh undang-undang bagi setiap lingkungan
peradilan.Apa yang menjadi wewenang mengadili bagi satu lingkungan peradilan,
dengan sendirinya menjadi kekuasaan mutlak bagi lingkungan peradilan yang
bersangkutan, lingkungan peradilan lain tidak berwenang memeriksa dan
mengadilinya.
11
dari pasal 84, 85 dan pasal 86 KUHAP. Berdasarkan dari ketentuan ketiga pasal
tersebut ada beberapa kriteria yang bisa dipergunakan oleh Terdakwa atau Penasehat
Hukum sebagai dasar untuk mengukur atau menguji kewenangan mengadili dari
pengadilan negeri.Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 84 KUHAP yang menyebutkan
Pengadilan Negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak pidana
yang dilakukan dalam daerah hukumnya. Asas yang dipergunakan dalam pasal ini
adalah berdasarkan :
Terdapat suatu prinsip atau asas tentang menentukan kewenangan relatif bagi
lebih jelas tentang locus delicti dapat ditentukan berdasarkan teori perbuatan materil
yang dipakai untuk tindak pidana), dan teori akibat (mengenai dimana akibat
De leer van delicha melijke daad atau teori corporeal action (ajaran mengenai
Menurut ajaran ini yang menjadi patokan menentukan locus delicti atau yang harus
dianggap sebagai tempat dilakukan tindak pidana adalah jika terdapat unsur :
Tempat di daerah hukum mana perbuatan pidana dilakukan serta akibat yang
ditimbulkannya juga terjadi pada daerah hukum yang sama. Jika perbuatan dan
akibat yang ditimbulkannya terjadi dalam satu lingkungan daerah hukum Pengadilan
hal ini antara perbuatan dengan akibat tidak terpecah dalam dua lingkungan
wilayah hukum yang berlainan.Akan tetapi berada pada satu wilayah hukum
pengadilan saja.
12
De leer van het instrument (ajaran mengenai peralatan yang dipakai untuk tindak
Ajaran ini menentukan locus delicti berdasarkan unsur alat yang digunakan dan
dengan alat itu, tindak pidana diselesaikan dari suatu tempat.Antara tempat
berlainan tempat atau dapat dikatakan lebih dari satu daerah hukum pengadilan.Maka
menurut teori ini pada hakikatnya penyelesaian perbuatan sudah dianggap sempurna
di tempat dari mana alat itu dipergunakan atau tempat dimana peralatan yang dipakai
harus dianggap sebagai tempat dimana tindak pidana dilakukan menimbulkan suatu
De leer van het gevolg (ajaran mengenai akibat atau teori akibat).
Adakalanya suatu perbuatan dilakukan pada suatu tempat tanpa mempergunakan alat,
tapi akibat perbuatan terjadi pada tempat lain. Menurut ajaran ini locus delicti
sebagai tempat tindak pidana dilakukan adalah tempat dimana perbuatan itu
menimbulkan akibat.
Berdasarkan pada tempat tinggal terdakwa dan tempat kediaman sebagian besar saksi
Asas locus delicti sebagaimana disebutkan dalam pasal 84 ayat (1) KUHAP ternyata
tidak mutlak dapat dipertahankan, hal ini dapat kita lihat sebagaimana disebutkan
sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada pengadilan negeri itu dari
13
Pasal 84 ayat (2) KUHAP ini memberi gambaran telah mengesampingkan asas pasal
84 ayat (1) tersebut mengenai locus delicti. Asas ini menentukan kewenangan relatif
berdasarkan tempat tinggal sebagian besar saksi yang akan dipanggil untuk didengar
keterangannya dalam persidangan. Jika sebagian saksi bertempat tinggal atau lebih
dekat dengan suatu Pengadilan Negeri, maka pengadilan negeri tersebutlah yang
Jika terdakwa bertempat tinggal di daerah hukum pengadilan negeri sebagian besar
saksi yang akan dipanggil maka kewenangan relatif mengadili terdakwa, beralih dari
Pengadilan Negeri tempat dimana peristiwa itu terjadi ke Pengadilan Negeri tempat
dimana terdakwa bertempat tinggal dengan sebagian besar saksi yang akan dipanggil
tersebut.
Tempat kediaman terakhir terdakwa dan sebagian besar saksi yang akan
Jika terdakwa melakukan tindak pidana di suatu daerah Pengadilan Negeri, akan
tetapi saksi-saksi yang akan dipanggil bertempat tinggal atau lebih dekat dengan
daerah hukum Pengadilan Negeri dimana terdakwa berkediaman terakhir maka asas
Asas locus delicti dapat dikesampingkan dan yang berwenang mengadili adalah
14
Di tempat terdakwa ditahan.Berdasarkan alasan tempat terdakwa ditahan dan
saksi-saksi yang hendak dipanggil sebagian besar bertempat tinggal atau lebih
Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa pengadilan yang berwenang memeriksa
dan mengadili terdakwa adalah Pengadilan Negeri di mana tempat terdakwa tersebut
ditahan.Dari beberapa alasan yang terdapat dalam pasal 84 ayat (2) KUHAP ini dapat
Sehubungan dengan beberapa tindak pidana yang dilakukan terdakwa dalam daerah
Dalam hal beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dalam daerah
hukum pelbagai pengadilan negeri, dimana tiap-tiap tindak pidana tersebut dipandang
sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri. Sifat tindak pidana yang dilakukan
oleh terdakwa benar-benar murni, artinya tidak ada sangkut pautnya atau terpisah
dengan tindak pidana yang lain yang dilakukan dalam daerah hukum Pengadila
Maka jika mengacu pada ketentuan pasal 84 ayat (3) KUHAP, dan jika terdakwa
Pengadilan Negeri tersebut akan men-jatuhkan hukuman pidana. Dalam arti terdakwa
akan dijatuhi lebih dari lebih dari satu hukuman pidana. Akan tetapi bila tindak
pidana yang dilakukan oleh terdakwa tersebut pada berbagai pengadilan ada sangkut
pautnya atau secara teoritis perbuatan pidana yang dilakukan oleh terdakwa
Concursus baik Concursus Idealis sebagaimana yang diatur dan diancam pidana
dalam ketentuan pasal 63 ayat (1) KUHP, maupun unsur Concursus Realis
sebagaimana yang diatur berdasarkan pasal 65,66, dan yang terdapat dala pasal 70
KUHP atau dalam beberapa tindak pidana itu terdapat unsur perbarengan antara lex
spesialis dengan lex generalis sebagimana dirumuskan dalam pasal 63 ayat (2)
15
KUHP., atau di dalam tindak pidana yang dilakukan dipelbagai pengadilan negeri itu
Terhadap hal yang disebutkan di atas terbuka kemungkinan bagi terdakwa atau
hak asasi terdakwa agar terhindar dari penjatuhan lebih dari satu pidana terhadap
menunjukkan bahwa terhadap beberapa perkara pidana yang dilakukan oleh terdakwa
sebagaimana yang disebut di dalam pasal 63,65, 66, dan pasal 70 KUHP, dapat
atas suatu tindak pidana yang terjadi, selain merujuk pada ketentuan pasal 84
Negeri Jakarta Pusat berdasarkan undang-undang atas tindak pidana yang dilakukan
di luar negeri. Perlu diingat bahwa eksepsi kewenangan relatif pada prinsipnya
diajukan pada peradilan tingkat pertama atau Pengadilan Negeri. Namun tidak
mengurangi hak terdakwa atau penasehat hukum mengajukan suatu eksepsi kepada
Pengadilan Tinggi dalam tingkat banding, idealnya eksepsi demikian ini diajukan
ketentuan yang bersifat aturan public (public order), Pengadilan Tinggi secara ex
Negeri melanggar prinsip kompetensi relatif dalam mengadili suatu perkara yang
bersangkutan, meskipun hal itu tidak diajukan sebagai sebagi eksepsi dalam peradilan
tingkat pertama. Penerapan yang demikian tidak semata-mata hanya didasarkan atas
alasan public order, tapi juga berdasarkan kehendak yang terkandung dalam pasal 156
ayat (7) KUHAP, yang memberi fungsi ex officio bagi hakim memeriksa dan
memutus mengenai kompetensi meskipun hal itu tidak diajukan sebagai eksepsi.
16
Bahwa berdasarkan uraian diatas kami ingin menegaskan bahwa Jaksa Penuntut
Umum tidak memahami atau setidak-tidaknya telah mengabaikan identitas dari
terdakwa.KUHAP yang menjadi pedoman dalam menjalankan hukum dengan sebaik-
baiknya sehingga terciptanya kepastian hukum bagi para pencari keadilan tidak dapat
dikesampingkan baik sedikit ataupun banyak bagi kepentingan siapapun dan untuk
apapun.
dilakukan.
Jalan Nangka No. 3 Jakarta Barat. Dan beberapa orang yaitu Krisogonus
Dagama Pakur bertempat di Jalan Bumi Manti No. 1 Jakarta Barat, Rahmat
Tahir bertempat di jalan Sumur Bolong No. 56 Jakarta Barat, Faksi Septian
yang bertempat tinggal di Jalan Jeruk No. 3 Jakarta Barat yang diduga
begitu merujuk dalam pasal 84 ayat (2) KUHAP maka pengadilan negeri yang
Serta dalam hal tempat tingal sebagian besar saksi yang turut dihadirkan
dalam persidangan berada pula pada wilayah Jakarta Barat, sehingga untuk
17
tentu Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang berwenang untuk memeriksa,
berdasarkan pasal tersebut sudah Jelas bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Jakarta Barat dan di dasarkan pada Asas Hukum Peradilan Cepat, Sederhana
dan Biaya Ringan (informal procedure and can be motion quickly) yang
Oleh karena itu, penasihat hukum terdakwa berpendapat Bahwa dalam hal
kewenangan relative, Pengadilan yang berwenang untuk memeriksa, mengadili dan
memutus perkara ini bukanlah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, melainkan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat, karena mengingat dalam hal terdakwa bertempat
tinggal, di tangkap/ ditahan, kediaman sebagian besar dari saksi yang turut dihadirkan
dalam perkara ini antara lain, adalah berada di Jakarta Barat atau berada wilayah
hukum Pengadilan Negeri Jakarta Barat, sehingga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tidak berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini, dan merupakan
kewenangan dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat untuk memeriksa, mengadili dan
memutus perkara ini, sebagaimana disebutkan dalam pasal 84 ayat (2) KUHAP.
18
2. KEBERATAN MENGENAI DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA
Keberatan dengan alasan surat dakwaan tidak dapat diterima pada umumnya
didasarkan atas kewenangan menuntut dari Penuntut Umum, Bahwa ketentuan Pasal
140 Ayat (1) KUHAP dengan tegas telah menentukan bahwa dalam hal penuntut
umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam
waktu secepatnya membuat surat dakwaan.
Bahwa ketentuan ini mengisyaratkan bahwa penuntut umum baru boleh membuat
surat dakwaan apabila penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan
dapat dilakukan penuntutan dan ini berarti apabila dari hasil penyidikan tidak dapat
dilakukan penuntutan, ia belum atau tidak boleh membuat surat dakwaan;
Bahwa ketentuan ini pun mengisyaratkan bahwa hasil penyidikan yang dilakukan
oleh penyidik merupakan dasar dalam pembuatan surat dakwaan. Surat Dakwaan
adalah sebuah akte yang dibuat oleh penuntut umum berisi perumusan tindak pidana
yang didakwakan kepada terdakwa berdasarkan kesimpulan dari hasil penyidikan.
Bahwa oleh karena surat dakwaan itu dibuat berdasarkan disusun berdasarkan
kesimpulan dari hasil penyidikan, maka dengan sendirinya apabila hasil penyidikan
itu mengandung cacat formal atau mengandung kekeliruan beracara (error in
procedure), maka surat dakwaan itu pun menjadi cacat formal atau mengandung
kekeliruan beracara (error in procedure).
Bahwa oleh karena itu untuk mengukur sejauh mana hak-hak asasi tersangka telah
dirugikan oleh penyidik dalam penyidikan atau untuk mengukur sejauh mana Surat
Dakwaan Penuntut Umum telah mengalami cacat formal atau kekeliruan beracara
(error in procedure), maka hal itu tergantung selain pada sejauh mana penuntut umum
dalam membuat surat dakwaannya, juga pada sejauh mana penyidik dalam
melakukan penyidikan telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan
dalam KUHAP.
Bahwa oleh karena semua atau sebagian besar hasil penyidikan penyidik telah
tertuang dalam Berkas Perkara yang dibuat oleh penyidik.
Bahwa oleh karena keterbatasan waktu yang tersedia, maka dalam penyusunan
KEBERATAN ini Terdakwa atau advokatnya tidak dapat menganalisis seluruh
bagian dari Berkas Perkara yang dibuat oleh penyidik tersebut dan karena itu
19
Terdakwa atau advokatnya hanya akan mengemukakan beberapa cacat formal atau
kekeliruan beracara (error in procedure) seperti diuraikan di bawah ini;
Bahwa akan tetapi Terdakwa atau advokatnya yakin bahwa oleh karena cacat formal
atau kekeliruan beracara (error in procedure) yang terjadi baik dalam Surat Dakwaan
Penuntut Umum maupun selama dalam tahap penyidikan itu cukup mengganggu
fondamen penegakan hukum, khususnya bagi penghormatan terhadap hak-hak asasi
manusia yang telah diamanatkan oleh pembentuk undang-undang melalui KUHAP,
maka sangatlah diharapkan Majelis Hakim mau memberi tempat yang selayaknya
bagi KEBERATAN yang Terdakwa atau advokatnya ajukan berdasarkan alasan-
alasan sebagai berikut:
Bahwa ketentuan ini tidak lain dimaksudkan untuk melindungi hak-hak asasi manusia
seorang tersangka atau terdakwa yang dipersangkakan atau didakwa melakukan suatu
tindak pidana, oleh karena seandainya orang itu benar telah melakukan perbuatan
seperti yang dipersangkakan atau didakwakan, perbuatan itu belum tentu merupakan
suatu tindak pidana, dan seandainya perbuatan itu merupakan suatu tindak pidana,
belum tentu ia bersalah melakukan tindak pidana itu karena berbagai keadaan yang
dibenarkan oleh hukum;
Bahwa oleh karena itu peran seorang advokat dalam mendampingi tersangka yang
sedang didengar keterangannya oleh penyidik menjadi sangat penting dalam
20
mengawal amanat undang-undang dalam menegakkan dasar utama negara hukum,
dengan pendampingan advokat diharapkan dapat dijaga misalnya:
a. agar keterangan tersangka diberikan tanpa tekanan dari siapa pun dan atau
dalam bentuk apa pun sebagaimana diamanatkan oleh ketentuan Pasal 117
Ayat (1) KUHAP yang berbunyi:
Bahwa oleh karena sedemikian seriusnya ketentuan sejenis Miranda Rule dalam
KUHAP yang mewajibkan penyidik, penuntut umum atau hakim untuk menunjuk
penasihat hukum bagi mereka untuk tindak pidana yang ancamannya disebutkan
dalam Pasal 56 Ayat (1) KUHAP, maka atas adanya pelanggaran terhadap ketentuan
tersebut tidak mengherankan Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam berbagai
putusannya menyatakan dakwaan Penuntut Umum tidak dapat diterima;
21
Bahwa berbagai putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia di antaranya adalah
putusan No. 367 K/Pid./1998 tanggal 29 Mei 1998 dan putusann No. 1565K/Pid/1991
tanggal 16 September 1993;
Bahwa putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 367 K/Pid./1998 tanggal
29 Mei 1998 amarnya berbunyi:
Bahwa terlepas dari alasan-alasan tersebut di atas, ditemukan fakta bahwa terdakwa
diperiksa dalam tingkat penyidikan masing-masing pada tanggal 5 Januari 2011, dan
tanggal 7 Januari 2011 tidak ditunjuk penasihat hukum untuk mendampingi Nya,
sehingga bertentangan dengan pasal 56 KUHAP sehingga Berita Acara Pemeriksaan
Penyidik dan Penuntut Umum batal demi hukum dan oleh karena itu penuntutan
Penuntut Umum tidak dapat diterima, walaupun pemeriksaan di sidang Pengadilan,
terdakwa didampingi Penasehat Hukum.
22
Pasal 56 Ayat (1) KUHAP dan kaidah hukum yang ditetapkan oleh Mahkamah
Agung Republik Indonesia dalam kedua putusan tersebut di atas;
Bahwa apabila berpegang pada Berita Acara Pendapat (Resume) tanggal 29 Januari
2011 yang dibuat oleh penyidik Ditreskrimsus Polda Metro Jaya DKI Jakarta untuk
selanjutnya juga disebut: Berita Acara Pendapat PENYIDIK, maka segera dapat
diketahui apakah dalam melakukan pemeriksaan terhadap Tersangka, penyidik telah
melakukannya sesuai dengan ketentuan KUHAP tersebut;
Bahwa untuk menjawab pertanyaan tersebut, dapatlah terlebih dahulu membaca
BERITA ACARA PENDAPAT PENYIDIK yang berbunyi.
Dalam pemeriksaan ia dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, dan ketika ia akan
dimintai keterangannya ia tidak menggunakan Penasehat Hukum atau Pengacara,
akan tetapi meskipun ia tidak didampingi oleh Penasihat hukum ia bersedia untuk
dimintai keterangan dan akan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya.
Bahwa ancaman pidana menurut ketentuan Pasal 363 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55 ayat
1 ke-1 KUHP Jo Pasal 65 Ayat (1) KUHP adalah pidana penjara paling lama
sembilan tahun, ancaman pidana menurut ketentuan Pasal 3 Undang-Undang
Republik Indonesia No.8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo.Pasal 65 ayat (1)
KUHP adalah pidana penjara paling lama 20 tahun dan seterusnya.
Bahwa oleh karena ancaman pidana atas tindak pidana yang dipersangkakan terhadap
Terdakwa yang pada waktu itu sebagai Tersangka adalah lebih dari lima belas, dan
23
lagi pula Terdakwa yang pada waktu itu sebagai Tersangka tidak mempunyai advokat
sendiri, maka jelas penyidik yang melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa yang
pada waktu itu sebagai Tersangka seharusnya menunjuk advokat bagi Terdakwa yang
pada waktu itu sebagai Tersangka;
Bahwa oleh karena Berita Acara Pendapat tersebut sebagaimana ternyata dari bagian
penutupnya telah dibuat dengan sebenar-benarnya berdasarkan kekuatan sumpah
jabatan kemudian ditutup dan ditandatangani oleh yang membuatnya pada hari,
tanggal, bulan dan tahun yang disebutkan pada bagian awal Berita Acara tersebut,
maka jelas Berita Acara tersebut merupakan bukti sempurna yang menunjukkan
bahwa pemeriksaan pada tingkat penyidikan terhadap Terdakwa yang pada waktu itu
sebagai Tersangka telah dilakukan tanpa adanya pendampingan seorang advokat bagi
Terdakwa yang pada waktu itu sebagai Tersangka, dan penyidik sebelum memulai
pemeriksaan tidak telah melaksanakan kewajibannya untuk menunjuk advokat bagi
Terdakwa yang pada waktu itu sebagai Tersangka.
Bahwa kendati Berita Acara Pendapat tersebut sudah merupakan bukti yang
sempurna menunjukkan adanya pelanggaran ketentuan KUHAP yang dilakukan oleh
penyidik dalam pemeriksaan terhadap Terdakwa yang pada waktu itu sebagai
Tersangka, untuk memberi rasa keadilan tidak ada salahnya kita menguji kebenaran
Berita Acara Pendapat tersebut dengan menelusuri Berita Acara Pemeriksaan yang
telah dibuat pada waktu penyidik melakukan pemeriksaan terhadap diri Terdakwa
yang pada waktu itu sebagai Tersangka;
Bahwa dari Berkas Perkara dapat diketahui bahwa Terdakwa yang pada waktu itu
sebagai Tersangka selama pada tahap penyidikan telah menjalani pemeriksaan
sebagai tersangka.Bahwa oleh karena Terdakwa telah menjalani pemeriksaan, maka
akan ditinjau beberapa Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat pada saat pemeriksaan
terhadap Terdakwa yang pada waktu itu berstatus sebagai Tersangka;
24
1. Berita Acara Pemeriksaan tanggal 5 Januari 2011
Bahwa mengenai adanya keterangan dalam Berita Acara yang berbunyi Sebelum
pemeriksaan (pemeriksaan lanjutan) ini dimulai kepada Tersangka terlebih dahulu
dibacakan hak-haknya terutama yang menyangkut dengan bantuan hukum tidak
akan ditanggapi di sini, melainkan akan dibahas pada bagian lain yang juga menjadi
materi KEBERATAN ini;
Bahwa oleh karena itu peran seorang penasihat hukum dalam mendampingi tersangka
yang sedang didengar keterangannya oleh penyidik menjadi sangat penting dalam
25
mengawal amanat undang-undang dalam menegakkan dasar utama negara hukum,
dengan pendampingan penasihat hukum diharapkan dapat dijaga misalnya:
Agar keterangan tersangka diberikan tanpa tekanan dari siapa pun dan
atau dalam bentuk apa pun sebagaimana diamanatkan oleh ketentuan
Pasal 117 Ayat (1) KUHAP.
Agar dapat dipastikan bahwa penyidik mencatat keterangan tersangka
dalam berita acara seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang
dipergunakan oleh tersangka sendiri, bukan kata yang dikehendaki
oleh penyidik atau yang sesuai dengan keterangan saksi pelapor, sesuai
dengan ketentuan Pasal 117 Ayat (2) KUHAP.
Bahwa dengan adanya ketentuan Pasal 54 KUHAP dan 55 KUHAP, maka menjadi
sangat relevan untuk menjawab pertanyaan: apakah penyidik selama dalam
pemeriksaan pada tingkat penyidikan terhadap Terdakwa telah bertindak
sesuai dengan ketentuan Pasal 54 KUHAP dan 55 KUHAP sebelum mengacu
pada ketentuan Pasal 56 Ayat (1) KUHAP.
Dan berdasarkan pemeriksaan Berita Acara Pemeriksaan pada tanggal 5 Januari 2011
dan tanggal 7 Januari 2011 yang dilakukan oleh Penyidik sebelum adanya
pendampingan dari Penasihat Hukum Terdakwa, Penyidik melontarkan semua
pertanyaannya dengan jelas dan sesuai apa yang diinginkan oleh Penyidik sehingga
Terdakwa pada saat itu yang berstatus Tersangka menjawab dan meng-iyakan apa
yang menjadi kemauan dan pendapat Penyidik dikarenakan pada saat itu dengan
keadaan Psikologis Tersangka tidak dalam keadaan dapat berfikir panjang dan
disamping itu Terdakwa merupakan seorang bergelar Sarjana Ekonomi dan
mempunyai kekhususan di bidang Management, maka dapat dikatakan bahwa
Tersangka merupakan seorang AWAM HUKUM, maka dapat dimengerti apabila
penyidik tidak menjelaskan mengenai adanya HAK TERSANGKA UNTUK
MEMILIH DAN DIDAMPINGI PENASIHAT HUKUM sebagaimana dimaksud
dalam pasal 55 KUHAP.
26
B. Pembacaan mengenai hak-hak tersangka yang menyangkut bantuan hukum
tidak dituangkan oleh penyidik dalam Berita Acara sesuai dengan ketentuan
Pasal 75 Ayat (1) KUHAP
Bahwa selama tahap penyidikan Terdakwa yang pada waktu itu sebagai Tersangka
telah menjalani pemeriksaan di hadapan penyidik berturut-turut pada tanggal-tanggal
5,7 dan 10 Januari tahun 2011, dan untuk setiap pemeriksaan itu telah dibuat suatu
berita acara namun didalam acara pemeriksaan maupun Berita acara Pemeriksaan
tersebut sama sekali tidak tertuang pembacaan hak hak tersangka sebagaimana
mestinya harus diketahui terdakwa saat menjadi tersangka;
Bahwa seperti yang diketahui, Pasal 7 ayat (1) butir dan Pasal 20 ayat (1) Undang -
Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) memberi
kewenangan kepada penyidik untuk menahan tersangka yang diduga melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup dan Bahwa berdasarkan pasal 184 ayat
(1) KUHAP bahwa alat bukti yang dimaksud adalah a. Keterangan saksi b.
Keterangan ahli c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan terdakwa Berdasarkan Pasal 21
ayat (1) KUHAP, penahanan dapat dilakukan terhadap seorang tersangka atau
terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup,
dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau
terdakwa akan melarikan diri, merusak, atau menghilangkan barang bukti dan atau
mengulangi tindak pidana. Oleh karena itu, baik penangkapan maupun penahanan
27
harus dilakukan dengan surat perintah penangkapan atau surat perintah penahanan,
sehingga surat perintah yang baru diberikan 1 (satu) hari setelah penangkapan dan
penahanan tersebut dilakukan bertentangan dengan ketentuan undang-undang.
Bahwa berdasarkan resume berkas berita acara, ditemukan bukti bukti yang tidak
lengkap yang digunakan sebagai dasar penahanan terdakwa saat menjadi tersangka,
bukti bukti tersebut tidaklah cukup kuat untuk menahan tersangka. Penyidik
terkesan melakukan tindakan asal tahan terhadap terdakwa saat menjadi tersangka.
Salah satu asas Fundamental dalam perkara pidana adalah keharusan pembuatan
Surat Dakwaan untuk menentukan batas-batas pemeriksaan terhadap Terdakwa, dan
hakim hanya boleh memutuskan atas dasar fakta-fakta tersebut, tidak boleh kurang
atau lebih, sehingga ia dipandang sebagai suatu letis contestatie. Surat dakwaan
dalam perkara pidana merupakan pedoman dasar dari keseluruhan proses pidana,
yakni keseluruhan isi dari surat dakwaan merupakan dasar bagi pemeriksaan dan
dasar bagi putusan hakim.
Sebagai dasar dari keseluruhan proses pidana, Surat Dakwaan selain harus
memuat syarat formal seperti yang dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP
huruf A, juga harus memenuhu syarat material yakni disusun/dirumuskan
CERMAT;JELAS dan LENGKAP dalam menguraikan perbuatan pidana yang
dituduhkan telah dilakukan oleh Terdakwa sesuai rumusan delik yang mengancam
perbuatan itu dengan hukuman pidana, dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak
pidana itu dilakukan.
Bahwa seperti telah dikemukakan di atas, yang dimaksud dengan keberatan
mengenai surat dakwaan harus dibatalkan adalah keberatan yang diajukan karena
surat dakwaan telah dibuat dengan tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 Ayat (2)
Huruf b KUHAP yang berbunyi:
28
Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta
berisi: uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
Bahwa dalam buku Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan (Penerbit Kejaksaan Agung
Republik Indonesia, 1885, halaman 14 - halaman 16) yang disebut:
Bahwa Surat Dakwaan harus memuat suatu voldoende duidelijke opgave van
het feit yang didakwakan, berarti Surat Dakwaan tidak boleh merupakan suatu
obscuur libel, ini berarti dalam surat dakwaan harus disebutkan semua unsur dari
delik yang didakwakan :
Dalam Surat Dakwaan tidak boleh kelupaan salah satu dari unsur-unsur delik
pidana yang didakwakan karena kelupaan mencantumkan salah satu unsur saja,
menyebabkan Surat Dakwaan batal demi hukum, seperti ditegaskan
Pasal 143 ayat (2) b KUHAP menentukan bahwa surat dakwaan harus berisi ;
a) Suatu uraian yang cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan kepada Terdakwa;
b)Suatu penyebutan yang tepat mengenaiwaktu dilakukan tindak pidana yang
didakwakan kepada Terdakwa;
c) Suatu penyebutan yang tepat mengenaitempat dilakukannya tindak pidana
yang didakwakan kepada Terdakwa;
Surat Dakwaan harus dibuat dengan jelas dan terperinci mengenai objek
terhadap mana perbuatan itu dilakukan maupun masalahnya dan tidak boleh
dirumuskan secara umum saja.
Demikian pentingnya Surat Dakwaan dalam proses hukum acara pidana, maka
penyusunan Surat Dakwaan menurut tanggung jawab yuridis sebagaimana ditentukan
29
dalam Pasal 143 KUHAP. Adanya dakwaan tersebut, nasib seseorang dipertaruhkan
dimuka sidang sehubungan adanya perbuatan yang dianggap telah melanggar suatu
ketentuan Hukum Pidana.
Dihubungkan dengan asas Hukum Acara Pidana yang tercantum dalam Pasal 6
ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 Jo. Undang-undang
Nomor 48 Tahun 2010 tentang kekuasaan kehakiman, yang menetukan:
Ayat (2) Tidak seorangpun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan,
karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat
keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab,
telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.
Uraian yang bulat dan utuh yang mampu menggambarkan unsur-unsur tindak
pidana yang didakwakan beserta waktu dan tempat pidana itu dilakukan.Menyusun
uraian secara cermat,jelas dan lengkap tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
30
Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan yang diterbitkan oleh Kejaksaan Agung
Republik Indonesia tersebut di atas;
31
Bahwa berdasarkan Surat Dakwaan yang telah dibaca dan diteliti oleh kami,
Tim Penasehatan Hukum Terdakwa menemukan ketidakcermatan dalam
surat Dakwaan yang disusun Oleh Penuntut Umum.
Bahwa dalam dakwaan yang dibuat Jaksa Penuntut Umum adalah Tidak
Cermat. Karena surat dakwaan yang di buat secara kumulatif subsidair oleh
Penuntut Umum,dalam hal penyusunan dakwaan, penuntut umum tidak
mencantumkan Lembaga yang menyebutkan kenaikan kurs valuta asing,
Berdasarkan Surat dakwaan penuntut umum pada Halaman 5 menyebutkan
bahwa :
Namun pada Agustus 2008 terjadi kenaikan kurs valuta asing yang
mengakibatkan rendahnya mata uang rupiah dimata uang
Internasional yang mana hal tersebut mempengaruhi kondisi
perekonomian di Indonesia jadi memburuk,sehingga terjadi krisis
moneter yang memberikan efek depresiasi terhadap rupiah. Hal ini
mempengaruhi kondisi keuangan PT. Akbar Senada Group sendiri.
Majelis Hakim yang terhormat Bahwa Kita ketahui bersama bahwa tugas
pokok dan fungsi Kejaksaan adalah :
32
TUGAS :
FUNGSI:
33
2.1 SURAT DAKWAAN TIDAK CERMAT DALAM DAKWAANYA
PENUNTUT UMUM TERKESAN MENGADA-ADA
Bahwa berdasarkan Surat Dakwaan yang telah dibaca dan diteliti oleh kami,
Tim Penasehatan Hukum Terdakwa menemukan ketidakcermatan dalam surat
Dakwaan yang disusun Oleh Penuntut Umum.
Bahwa dalam dakwaan yang dibuat Jaksa Penuntut Umum adalah Tidak
Cermat. Karena surat dakwaan yang di buat secara kumulatif oleh Penuntut
Umum, dalam hal penyusunan dakwaan, penuntut umum terkesan mengada-
ada, Berdasarkan Surat dakwaan penuntut umum pada Halaman 5
menyebutkan bahwa :
Bahwa terkait dengan permasalahannya tersebut Terdakwa benar benar
depresi dan berniat untuk melakukan pencurian di Bank Central
Anggrek tersebut dengan bantuan Rahmat Tahir, namun pada awalnya
Rahmat Tahir tidak begitu saja menerima tawaran dari Terdakwa
mengenai hal tersebut karena ia takut dipenjara.
Majelis Hakim yang Terhormat bahwa ketidak cermatan Penuntut Umum ini
telah mengakibatkan kekeliruan yang sangat fatal.
34
2. SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM TIDAK JELAS
Bahwa secara konkrit syarat materiil untuk menyusun surat Dakwaan sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yang berbunyi: uraian
secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan
Terang, nyata atau gamblang, tegas tidak ragu-ragu atau tidak bimbang.
Dengan kata lain uraian unsur-unsur delik yang dirumuskan dalam pasal yang
didakwakan harus dapat dijelaskan/ digambarkan dalam bentuk fakta perbuatan
yang dilakukan oleh terdakwa. Sehingga dalam uraian unsur-unsur dakwaan dapat
diketahui secara jelas apakah terdakwa dalam melakukan tindak pidana yang
didakwakan tersebut sebagai Pelaku (dader/pleger), pelaku peserta (mede
dader/pleger), penggerak (uitlokker), penyuruh (doen pleger) atau hanya sebagai
pembantu (medeplichting).
Surat Dakwaan yang dibuat oleh saudara Jaksa Penuntu Umum TIDAK JELAS
karena tidak menguraikan secara terang, nyata atau gamblang, tegas tidak ragu-
ragu atau tidak bimbang mengenai tempat dan waktu tindak pidana dilakukan (
locus delicti dan tempus delicti), siapa yang melakukan Tindak pidana pencucian
uang yang terdapat dalam pasal-pasal yang didakwakan, dan tidak menguraikan
secara jelas apa motivasi terdakwa melakukan tindak pidana pencurian.
35
Dalam hal ini kami Tim Penasehat Hukum Terdakwa Wanda Alfati Akbar S.E
alias Wanda akan menguraikan keberatan berkenaan dengan ketidakjelasan
penuntut umum dalam membuat surat dakwaan sebagai berikut:
Pada pokoknya Jaksa Penuntut Umum dituntut untuk bersikap teliti dan
waspada terhadap semua hal yang berhubungan dengan keberhasilan
Penuntutan Perkara di muka sidang pengadilan. Tetapi hal tersebut tidak kami
temukan dalam Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
36
b. .. atau setidak-tidaknya disuatu tempat dalam daerah hukum Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat ..
a. Di Jalan Menteng ?
b. Di Jalan Kembangan ?
c. Di Jalan Kebon Jeruk ?
Yang masih berada dalam wilayah Jakarta Barat, Seharusnya saudara Jaksa
Penuntut Umum mampu menjelaskan kepada kita semua mengenai locus
delicti Perbuatan Terdakwa.Sehingga tidak menimbulkan kesesatan berpikir
yang tak terampungkan.
Dari kalimat-kalimat seperti di atas yang ada dalam surat dakwaan saudara
Jaksa Penuntut Umum dapat ditarik kesimpulan bahwa saudara jaksa
Penunutut Umum masih bepikir, baik waktunya masih ada kemungkinan lain
selain tanggal 21 oktober 2010 maupun tempatnya yakni masih ada
kemungkinan tempat lain dalam wilayah Hukum Pengadilan Negeri Jakarta
Barat selain jl. Menteng.
Cara berpikir Saudara Jaksa/Penunttut Umum seperti tersebut di atas dari soal
waktu dan tempat kejadian tindak pidana terdapat sikap yang ragu-ragu, sikap
yang tidak pasti, maka unsure waktu dan tempat seperti cara berpikirnya
saudara Jaksa/Penuntut Umun dalam surat Dakwaanya tersebut, termasuk tidak
memenuhi syarat uraian jelas, oleh karena itu dapat menjadi alasan Majelis
Hakim untuk membatalkan demi hukum Surat Dakwaan Jaksa/Penuntut
Umum tersebut.
37
Sidang yang kami muliakan,
Bahwa oleh karena Dakwaan Primair adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 3
Undang-undang No 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian uang jika pencurian.
- setiap orang
- menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar Negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas
harta kekayaan yang diketahuinya
- atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1)
- dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta
kekayaan
Bahwa khusus pengertian tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 ayat (1) adalah :
Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang
diperoleh dari tindak pidana:
a. korupsi;
b. penyuapan;
c. narkotika;
d. psikotropika;
e. penyelundupan tenaga kerja;
f. penyelundupan migran;
g. di bidang perbankan;
h. di bidang pasar modal;
i. di bidang perasuransian;
j. kepabeanan;
k. cukai;
l. perdagangan orang;
m. perdagangan senjata gelap;
n. terorisme;
o. penculikan;
p. pencurian;
q. penggelapan;
38
r. penipuan;
s. pemalsuan uang;
t. perjudian;
u. prostitusi;
v. di bidang perpajakan;
w. di bidang kehutanan;
x. di bidang lingkungan hidup;
y. di bidang kelautan dan perikanan; atau
z. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana
penjara 4 (empat) tahun atau lebih,
yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga
merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.
Bahwa apakah unsur delik setiap orang ini telah dirumuskan dalam Surat
Dakwaan dan sudah memadukan dengan uraian perbuatan materil (fakta)
yang dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan;
Bahwa ternyata tidak mudah menjawab pertanyaan ini oleh karena pada
bagian Identitas Terdakwa Surat Dakwaannya Penuntut Umum menyebut
Terdakwa adalah orang perseorangan, yaitu yang bernama lengkap
WANDA ALFATI AKBAR;
39
Bahwa akantetapi pada bagian Dakwaan baik Dakwaan kesatu dan kedua
Surat Dakwaan Penuntut Umum menyebut terdakwa dengan sebutan
terdakwa WANDA ALFATI AKBARA selaku Direktur Utama PT Akbar
Senada Group,
Bahwa oleh karena dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum tidak jelas
apakah Terdakwa didakwa sebagai orang perorangan atau dalam
kedudukannya selaku Direktur Utama PT Akbar Senada Group yang oleh
demikian itu bertindak untuk dan atas nama PT Akbar Senada Group, maka
kualifikasi pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang dalam Surat Dakwaan
Penuntut Umum harus dipandang tidak jelas.
40
arti tidak boleh ada yang tercecer/ tertinggal tidak tercantum dalam surat
dakwaan. Surat dakwaan harus dibuat sedemikian rupa dimana semua harus
diuraikan, baik unsur tindak pidana yang didakwakan, perbuatan materiil,
waktu dan tempat dimana tindak pidana dilakukan sehingga tidak satupun
yang diperlukan dalam rangka usaha pembuktian di dalam sidang pengadilan
yang ketinggalan.
41
perbuatan tersebut.Hal ini menurut kami penting untuk saudara Penuntut
Umum uraikan secara jelas sebab jika motivasi Terdakwa tidak diuraikan
secara jelas oleh sudara Jaksa Penuntut Umum maka Dakwaan secara materiil
menjadi kabur atau TIDAK JELAS.Hal ini kami dasarkan pada sebuah asas
Actus Non Facit Reum Nisi Es Mens Rea bahwa sebuah perbuatan baru
dikatakan sebagai kejahatan apabila adanya niat buruk sebelumnya.
Berdasarkan pemahaman kami di atas, maka sudah secara nyata dan tegas
bahwa motif Terdakwa harus diuraikan secara jelas oleh Jaksa Penuntut
Umum agar persidangan dapat menilai benar tidaknya sifat jahat pada diri
Wanda Alfati Akbar, S.E.,M.E.,
Majelis Hakim yang mulia, Kelalaian Jaksa Penuntut Umum yang tidak
menguraikan elemen motif ini mengakibatkan dakwaan menjadi kabur dan
TIDAK JELAS, karena uraian tentang motif ini tidak ada dalam dakwaan,
maka makin memperjelas keyakinan kita semua bahwa dakwaan terhadap
Terdakwa Wanda Alfati Akbar S.Eadalah dakwaan yang mengada-ada
sehingga Surat Dakwaan Penuntut Umum BATAL DEMI HUKUM
Deelneming adalah apabila dalam suatu delik tersangkut beberapa orang. 1).
Dalam penafsiran kami saudara Jaksa/ Penuntu Umum beranggapan bahwa
Terdakwa digolongkan ke dalam menyuruh melakukan.
42
mahasiswa, halaman 4 mendefisikan deel naming adalah Seseorang yang
berkehendak untuk melakukan sesuatu delik tidak melakukannya sendiri, akan
tetapi menyuruh orang lain melakukannya. Dalam dakwaan Jaksa Penuntum
Umum tidak dijelaskan secara lengkap mengenai kedudukan Terdakwa dalam
bentuk suruhan yang Terdakwa lakukan kepada Rahmat tahir, Krisogonus
Dagama Pakur. Jaksa Penuntut Umum juga tidak lengkap menguraikan bentuk
keterlibatan Faksi Septian yang masih menjadi DPO dalam perkara
43
4. SURAT DAKWAAN PREMATUR
- penukaran uang;
- dana hasil placement, selanjutnya dipindahkan dari suatu rekening atau lokasi
tertentu ke rekening atau lokasi lain
44
- menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang
yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah;
- transaksi yang dilakukan dalam jumlah relatif kecil namun dengan frekuensi
yang tinggi untuk menghindari pelaporan transaksi tunai (structuring).
- menggabungkan uang yang telah dicuci dengan uang yang sah untuk kegiatan
bisnis atau investasi yang sah
- melakukan setoran modal bank dengan sumber dana dari perusahaan yang
diciptakan untuk menampung hasil uang haram dan sumber dana yang sah
45
pelaku tindak pidana akan di-association-kan kembali yang pada akhirnya aparat
penegak hukum dengan mudah menjerat si penjahat melalui penelusuran hasil
kejahatan itu sendiri.
Dalam uraian kejadian yang terdapat dalam Surat Dakwaan, Saudara Penuntut
Umum tidak dapat menguraikan tentang terjadinya tahap integration, yang
merupakan salah satu tahap dari tindak pidana pencucian uang yang harus
dipenuhi agar perbuatan tersebut dapat dikatakan pencucian uang.
Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa Saudara Penuntut Umum terlalu
tergesa-gesa dalam menentukan kualifikasi perbuatan Terdakwa sebagai Tindak
Pidana Pencucian Uang dan membawa perkara pidana atas nama Terdakwa
Wanda Alfati Akbar, S.E.M.E., bin Zaki ke Pengadilan.
Oleh karena itu, kami selaku Advokat atau Penasehat hukum Terdakwa
WANDA ALFATI AKBAR,S.E.,M.M., berpendapat bahwa, Jaksa Penuntut
Umum telah salah mendakwa Terdakwa WANDA ALFATI AKBAR,S.E.,M.M.,
sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 89 KP/PID/2008. Disebabkan
tiada satupun unsur delik yang dilakukan oleh Terdakwa yang sesuai pada Pasal
363 ayat (2) KUHP dan pasal 3 undang-undang no 8 tahun 2010 tentang
pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Selain Rahmat Tahir, seseorang yang telah melakukan unsur delik yang
didakwakan terhadap Terdakwa ini adalah, saudara Krisogonus Dagama Pakur
,karena telah membantu dalam melakukan pencurian tersebut,dan menyalurkan
uang hasil pencurian ke beberapa bank di luar negeri maupun dalam negerI,dan
Faksi Septian selaku pembantu atau memberikan bantuan dalam melakukan
pencurian tersebut.
46
KESIMPULAN DAN PERMOHONAN
Maka berdasarkan segala uraian dan fakta hukum seperti dikemukakan diatas, kami
selaku Advokat Terdakwa berkesimpulan bahwa surat dakwaan yang diajukan oleh
Penuntut Umum jelas telah mengandung cacat formal disamping tidak memenuhi
ketentuan Pasal 143 ayat (2) Huruf b KUHAP. Bahwa Surat Dakwaan tidak
memenuhi unsur-unsur materiil, karena tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap
menguraikan unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan, yang artinya Surat Dakwaan
Jaksa Penuntut Umum dalam Perkara aquo Obscur Libel (kabur).
47
Bahwa dalam proses penyidikan Penyidik pada Kantor Dikreskrimsus Polda
Metro Jaya Jakarta Pusat telah menghilangkan hak Terdakwa yang pada saat itu
menjadi tersangka. Karena tidak menunjuk ataupun menawarkan jasa Advokat bagi
Terdakwa yang jelas-jelas ketentuan Pasal yang akan dikenakan kepada Terdakwa
memuat sanksi pidana yang ancaman hukumannya lebih dari 15 tahun.
Akhirnya berdasarkan seluruh uraian tersebut diatas, kiranya sudah cukup
alasan bagi kami Advokat / Penasehat Hukum Terdakwa memohon kepada Majelis
Hakim Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang mengadili tindak pidana umum
dengan Nomor Register Perkara 10/Pid.Sus/2011/PN.Jkt.Pst memutuskan :
ATAU
Bilamana Majelis Hakim berpendapat lain, maka kami mohon agar diberikan
putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono), demi tegaknya keadilan
berdasarkan hukum yang berlaku dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikianlah
Eksepsi/Keberatan Advokat/ Penasehat Hukum Terdakwa ini kami sampaikan dengan
sebenar-benarnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan dan
keteguhan iman kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara A
Quo Agar dapat memberikan putusan sela yang seadil-adilnya, atas perhatian Majelis
Hakim, kami ucapkan Terima Kasih.
48
Jakarta ,17 Maret 2011
Hormat Kami
49