Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi 1
Ulkus kornea adalah adanya defek pada epitel sampai stroma kornea. Kondisi ini
disebabkan oleh adanya inflamasi steril maupun infeksi.

2. Klasifikasi 1

Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer. Ulkus sentral
terletak di sentral, jauh dari limbus vaskular. Ulkus kornea sentral dibagi menjadi keratitis
bakterial, keratitis fungi, keratitis virus, dan keratitis akantamuba. Ulkus perifer terdiri dari
ulkus dan infiltrat marginal, ulkus Mooren, keratokonjungtivitis fliktenularis, keratitis
marginal pada penyakit autoimun, ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A, keratitis
neurotropik, dan keratitis pajanan.

3. Etiologi 1,2
Penyebab tukak kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba dan herpes simpleks. Ulkus
kornea bakterial jarang terjadi dan ulkus kornea jamur lebih jarang di negara berkembang,
tetapi dalam 2 dekade belakangan ini menjadi penyebab yang lebih penting. Di India
Selatan sekitar 44 % dari ulkus kornea sentral disebabkan oleh jamur. Organisme yang
sering terlibat dalam ulkus kornea bakterial pada kornea nonkompromais (tanpa infeksi
herpes, keratokonjungtivitis sika, atau penggunaan obat-obatan imunosupresan), antara lain
Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus pneumoniae, Moraxella sp., Streptococcus -
hemolitikus, Klebsiella pneumoniae, dan bakteri lain yang jarang, seperti Escherichia coli,
Proteus sp, Mycobacterium fortuitum, dan Nocardia sp. Pada kornea kompromais,
terutama dengan penggunaan obat-obatan imunokompromais atau terjadi sebagai infeksi
sekunder pada keratitis herpes simpleks, Staphylococcus aureus menjadi penyebab yang
penting pada ulkus kornea sentral. Selain itu, penyebab yang lain, antara lain
Staphylococcus epidermidis, Streptococcus -hemolitikus, Streptococcus -hemolitikus,
Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, Enterobacter aerogenes, dan bakteri lain seperti
Escherichia coli, dan Nocardia sp.
Secara keseluruhan, ulkus bakterial disebabkan oleh bakteri oportunistik, seperti
Streptococcus -haemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,
Nocardia, dan M. fortuitum-chelonei.
Penyebab ulkus kornea perifer, antara lain reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi.
ulkus kornea perifer biasanya terjadi sebagai akibat sekunder dari konjungtivitis bakterial

1
akut atau kronik, blefarokonjungtivitis dan lebih jarang konjungtivitis Koch-Weeks
(Haemophilus aegyptius). Tetapi bukan sebagai hasil dari proses infeksi, melainkan hasil
dari sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh darah limbus yang
bereaksi dengan antigen dan berdifusi melewati epitelium kornea.
Mayoritas infeksi dan ulkus kornea terjadi dengan sebelumnya terdapat faktor risiko
berupa adanya luka pada kornea. Agen yang berperan utama dalam trauma ini adalah
produk agrikultur dan hewan.
Kebanyakan ulkus jamur disebabkan organisme oportunitis seperti Candida, Fusarium,
Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain.

4. Patofisiologi 1
Kornea memiliki banyak serabut saraf, kebanyakan lesi kornea, superfisial maupun
dalam menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperhebat oleh gesekan
palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Fotofobia
pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh
iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Fotofobia,
yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena
hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik yang berharga.
Meskipun mata berair dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak
ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen.
Terbentuknya ulkus kornea mungkin karena adanya kolagenase yang dibentuk oleh
sel epitel baru dan sel radang. Proses pembentukan ulkus melibatkan proses penyembuhan
lesi di epitel dan stroma, lapisan air mata, persarafan kornea, enzim proteolitik, dan sitokin:
- Penyembuhan lesi epitel. Ulkus kornea selalu diawali dengan defek epitel. Defek epitel
persisten menyebabkan stroma kornea terpajan pada lingkungan eksternal dan
mempermudah terjadinya proses degradasi stroma. Migrasi sel epitel terjadi sentripetal
sampai defek tertutup seluruhnya.
- Penyembuhan lesi stroma. Penyembuhan lesi stroma terjadi melalui migrasi keratosit
stroma, proliferasi dan deposisi matriks ekstraseluler, termasuk kolagen, protein adhesi,
dan glikosaminoglikan.
- Nekrosis dan degradasi stroma. Sekresi matriks metaloproteinase, yang berfungsi
mendegradasi matriks ekstraseluler dan membran basal, sangat meningkat saat
penyembuhan luka. Enzim ini disekresi sebagai proenzim oleh neutrofil, sel epitel yang
mengalami lesi, dan keratosit.

2
- Peran persarafan kornea. Kornea dipersarafi oleh nervus trigeminal cabang oftalmika dan
persarafan simpatis dari ganglion servikalis superior. Penurunan sensasi kornea karena
denervasi saraf menurunkan produksi air mata, refleks protektif, dan frekuensi berkedip.
- Peran lapisan air mata dan sitokin. Air mata mengandung sitokin yang penting dalam
regulasi penyembuhan epitel kornea.

5. Gejala Klinis 1,3,5

Gejala yang ditimbulkan pada ulkus kornea adalah mata merah yang disertai nyeri
ringan hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun, dan kadang kotor. Pada ulkus kornea
bakterial dapat ditemukan infeksi konjungtiva dan edema kelopak, dan terdapat sekret yang
purulen. Selain itu dapat terlihat tanda berupa kekeruhan berwarna putih pada kornea
dengan defek epitel, iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi
sel radang pada kornea. Sebagai tambahan, hipopion dapat terlihat, sebagai akibat dari
efek toksik dari organism pada pembuluh darah iris dan badan siliar dengan hasil keluarnya
fibrin dan leukosit polimorfonuklear. Biasanya hipopion yang terbentuk steril sejauh
membran Descement masih intak. Hipopion dapat terlihat pada ulkus kornea
Staphylococcus, Streptococcus pneumoniae, dan Pseudomonas. Akan tetapi, juga dapat
terlihat pada ulkus kornea virus dan jamur.

Sifat ulkus bakterial yang disebabkan oleh bakteri oportunistik biasanya indolen yang
cenderung menyebar perlahan dan superfisial. Ulkus yang disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae biasanya muncul setelah 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea, dengan
sifat ulkus berbatas tegas keabu-abuan yang cenderung menyebar dari tempat asal ke
sentral kornea dan tepinya bersih.

Sifat ulkus yang disebabkan oleh Pseudomonas dimulai dengan infiltrat keabu-abuan
atau kuning pada lokasi rusaknya epitelium kornea, yang diikuti oleh nyeri yang hebat dan
lesi cenderung cepat menyebar ke segala arah. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas
enzim proteolitik yang dihasilkan oleh organisme. Selain itu, biasanya banyak hipopion
yang cenderung meningkat ukurannya seiring dengan progresifitas ulkus. Infiltrat dan
eksudat yang terbentuk cenderung berwarna hijau kebiruan. Hal ini disebabkan karena
pigmen yang diproduksi oleh organisme dan patognomonik untuk infeksi P. aeruginosa.
Selain itu biasanya infeksi terjadi mengikuti abrasi kornea akibat pemakaian lensa kontak.

3
Sifat ulkus pada M. liquefaciens biasanya berbentuk oval, indolen, dengan lokasi
yang tersering adalah kornea inferior dan meluas ke bagian dalam stroma dalam beberapa
hari. Biasanya tidak terdapat hipopion atau hanya sedikit, dan kornea umumnya bening.

Sifat ulkus pada Streptococcus -haemolyticus tidak memiliki ciri khas tertentu.
Stroma disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat
hipopion berukuran sedang.

Ulkus jamur bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering disertai hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi). Lesi utama, dan sering
juga lesi satelit, merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur di bawah lesi kornea
utama, disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea. Tidak ada ciri khas
yang membedakan jenis jamur.

Tabel 1. Perbandingan ulkus bakterial dan ulkus jamur

4
6. Diagnosis 1,2,3
Diagnosis dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan oftalmologis, dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat faktor
predisposisi untuk terjadinya keratitis infeksius termasuk penggunaan lensa kontak, benda
asing dan trauma, riwayat operasi mata, atau pajanan terhadap air yang terkontaminasi.
Riwayat trauma luar, terutama dari bahan tumbuh-tumbuhan, perlu dicurigai ke arah
infeksi jamur. Selain itu, perlu ditanyakan abnormalitas sistemik yang mungkin menjadi
predisposisi meningkatkan risiko terjadinya keratitis, seperti AIDS, diabetes mellitus,
malnutrisi, alkoholisme, dan penyakit kronik lainnya. Penyakit autoimun lainnya, seperti
artritis reumatoid, Wegeners granulomatosis, dan sindroma Sjogren termasuk penggunaan
obat imunosupresan perlu ditanyakan. Selain itu, ditanyakan riwayat pengobatan
sebelumnya, terutama dengan obat tetes mata kortikosteroid.

5
Pada pemeriksaan oftalmologis dilakukan pemeriksaan mata secara umum untuk
mencari tanda dari ulkus kornea seperti yang telah disebutkan di atas. Pada pemeriksaan
dengan slit lamp, yang perlu diperiksa adalah:
Konjungtiva, sklera, dan kelopak: eritema, injeksi silier, nodul perilimbus, sekret,
spasme kelopak
Lapisan air mata: derajat, simetri, regularitas, dan adanya debris
Epitel: lokasi defek dan regularitas
Stroma: penipisan dan infiltrat
Endotel: keratic precipitate
Bilik mata depan: hipopion dan inflamasi
Sensitivitas kornea
Simetrisitas kedua mata

Pada ulkus kornea terdapat kekeruhan berwarna putih pada kornea. Daerah kornea
yang tidak terkena akan tetap jernih dan tidak terdapat infiltrat. Iris sulit dilihat karena
edema kornea dan infiltrasi sel radang pada kornea. Pada pewarnaan fluoresein akan
memberikan warna hijau yang menunjukkan adanya defek epitel.
Pada ulkus kornea sentral, hipopion biasanya menyertai ulkus. Hipopion khas untuk
ulkus kornea sentral bakteri dan fungi. Hipopion steril pada ulkus kornea bakteri, kecuali
terjadi robekan pada membran Descemet. Pada ulkus fungi, hipopion mungkin
mengandung unsur fungus.
Dapat juga dilakukan pemeriksaan fluoresein yang dapat membedakan ulkus dari
abrasi sederhana. Pada keratitis virus akan tampak ulkus dendritik atau geografik.
Selain itu dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti uji fluorosensi untuk melihat
adanya defek pada kornea, scraping dari ulkus dan dilakukan perwarnaan Gram dan
Giemsa, dan kultur harus dilakukan di saat bersamaan. Pemeriksaan jamur dilakukan
dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH. Hal tersebut dilakukan karena
pentingnya indentifikasi organisme penyebab.

7. Tatalaksana 1,4, 5, 6
Pengobatan umumnya untuk tukak kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotik yang
sesuai secara topikal dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi.
Terapi yang diberikan sesuai dengan organisme penyebabnya. Terapi initial diberikan

6
berdasarkan interpretasi apusan kornea, dan penilaian klinis. Terapi obat tetes antibiotika
diberikan dengan interval 15 menit, sedangkan antibiotik subkonjuntiva diberikan setiap 12
jam. Terapi sistemik dapat diberikan bila ditemukan supurasi sklera atau terdapatnya
perforasi kornea.
Pengobatan pada tukak kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri dengan
antibiotika. Secara umum tukak diobati sebagai berikut :
- Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai
inkubator
- Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari
- Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder
- Debridement
- Diberikan pengobatan sesuai organisme penyebab.

Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang kecuali
bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.
Pada ulkus kornea dilakukan tindakan pembedahan yaitu keratektomi atau keratoplasti
apabila dengan pengobatan tidak sembuh atau terjadinya jaringan parut yang menganggu
penglihatan.

1. Kesimpulan

Diagnosis ulkus kornea ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan ditunjang


dengan pemeriksaan laboratorium untuk menemukan etiologinya.

Keberhasilan penanganan ulkus kornea tergantung pada ketepatan diagnosis,


penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan yang terjadi.

Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, pengobatan dilanjutkan dengan obat


yang sesuai. Mengetahui faktor predisposisi, etiologi, dan terapi yang tepat akan
membantu dalam diagnosis serta penatalaksanaan ulkus kornea

2. Saran

Tingkat kesadaran penderita akan risiko komplikasi ulkus kornea masih rendah.
Edukasi kepada masyarakat perlu ditingkatkan

7
Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, kepatuhan
pasien dalam berobat perlu mendapatkan perhatian yang lebih.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Biswell R. Cornea. In: Vaughn D, Asbury T, Eva PR, eds. General Ophthalmology. 17 th
ed. USA: Appleton & Lange; 2008. p. 126-140
2. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 2, section 8,
American Academy of Ophthalmology, USA 1997
3. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. h.
4. Setiabudy R, Bahry B. Obat jamur. Dalam: Gunawan SG (editor). Farmakologi dan
Terapi. Edisi ke-5. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI; 2007. h. 571-582
5. Murillo-Lopez FH. Corneal ulcer. Diambil dari: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1195680-overview tanggal 21 Januari 2009
6. Mills TJ. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis. Diambil dari: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/798100-overview tanggal 21 januari 2009

Anda mungkin juga menyukai

  • Ke Sling
    Ke Sling
    Dokumen2 halaman
    Ke Sling
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Cover JOURNAL READING1
    Cover JOURNAL READING1
    Dokumen3 halaman
    Cover JOURNAL READING1
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Sjfslfsjs
    Sjfslfsjs
    Dokumen60 halaman
    Sjfslfsjs
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Referat PPOK
    Referat PPOK
    Dokumen32 halaman
    Referat PPOK
    rifqizafril
    100% (2)
  • Aaaadakfjln
    Aaaadakfjln
    Dokumen1 halaman
    Aaaadakfjln
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Biodata U BT
    Biodata U BT
    Dokumen1 halaman
    Biodata U BT
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Radiologi
    Journal Reading Radiologi
    Dokumen23 halaman
    Journal Reading Radiologi
    DifaAmelia
    0% (1)
  • Tutorial Klinik Efusi Pleura: Pembimbing: Dr. M Pratiknyo Dias Amardeka Putri Gavinta 1510221025
    Tutorial Klinik Efusi Pleura: Pembimbing: Dr. M Pratiknyo Dias Amardeka Putri Gavinta 1510221025
    Dokumen27 halaman
    Tutorial Klinik Efusi Pleura: Pembimbing: Dr. M Pratiknyo Dias Amardeka Putri Gavinta 1510221025
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • MKGCHHR
    MKGCHHR
    Dokumen47 halaman
    MKGCHHR
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • NBMCGF
    NBMCGF
    Dokumen39 halaman
    NBMCGF
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • NBMCGF
    NBMCGF
    Dokumen39 halaman
    NBMCGF
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • (Answered) Soal Ukmppd Batch II 2017 Regional 4
    (Answered) Soal Ukmppd Batch II 2017 Regional 4
    Dokumen27 halaman
    (Answered) Soal Ukmppd Batch II 2017 Regional 4
    Irahmal Irahmal
    Belum ada peringkat
  • JHKGG
    JHKGG
    Dokumen18 halaman
    JHKGG
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Ghkgky
    Ghkgky
    Dokumen9 halaman
    Ghkgky
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • ,a DM
    ,a DM
    Dokumen32 halaman
    ,a DM
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Cover JOURNAL READING1
    Cover JOURNAL READING1
    Dokumen3 halaman
    Cover JOURNAL READING1
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Referat PPOK
    Referat PPOK
    Dokumen32 halaman
    Referat PPOK
    rifqizafril
    100% (2)
  • Bab Ii SPM Fix
    Bab Ii SPM Fix
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii SPM Fix
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • KCSLHF
    KCSLHF
    Dokumen22 halaman
    KCSLHF
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • NMB J
    NMB J
    Dokumen2 halaman
    NMB J
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • KXNVLX
    KXNVLX
    Dokumen23 halaman
    KXNVLX
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • MNLKJH
    MNLKJH
    Dokumen19 halaman
    MNLKJH
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • MKGCHHR
    MKGCHHR
    Dokumen47 halaman
    MKGCHHR
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Aaaadakfjln
    Aaaadakfjln
    Dokumen1 halaman
    Aaaadakfjln
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii SPM Fix
    Bab Ii SPM Fix
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii SPM Fix
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • JKLOGF
    JKLOGF
    Dokumen4 halaman
    JKLOGF
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Asadzx
    Asadzx
    Dokumen27 halaman
    Asadzx
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • BCHGH
    BCHGH
    Dokumen1 halaman
    BCHGH
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • Ke Sling
    Ke Sling
    Dokumen2 halaman
    Ke Sling
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat
  • MNLKJH
    MNLKJH
    Dokumen19 halaman
    MNLKJH
    Dias Amardeka Putri Gavinta
    Belum ada peringkat