Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kawasan industri merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat
di era globalisasi saat ini. Semakin berkembangnya kawasan industi dalam suatu wilayah
menunjukkan peningkatan kebutuhan masyarakat akan produk yang dihasilkan. Kawasan
Industri Makassar atau lebih dikenal dengan PT. KIMA merupakan salah satu kawasan dalam
kota Makassar yang didalamnya terdapat banyak industri untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat kota Makassar dan sekitarnya.
Era globalisasi juga menuntut berbagai perusahaan untuk selalu proaktif dalam
peningkatan produksinya yang berpengaruh pada penggunaan mesin-mesin, peralatan produksi
serta pemakaian bahan berbahaya yang semakin meningkat guna menunjang kelancaran
produksi. Dengan adanya peningkatan produksi maka akan meningkat pula potensi bahaya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Budiono,Sugeng, Jusuf, Pusparini Adriana, 2003).
Dalam proses kegiatannya, lingkungan kerja dibagi menjadi 5 yaitu mulai dari
lingkungan Fisik, lingkungan Kimia, lingkungan Biologi, lingkungan Ergonomi/Fisiologis, dan
lingkungan Psikologis. Masing-masing lingkungan kerja tersebut memberikan pengaruh terhadap
proses produksi di suatu perusahaan, dan dari kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung,
pekerja akan merasa tidak nyaman sehingga ada resiko bagi para pekerja untuk mengalami
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Lingkungan kerja merupakan daya dukung terhadap produktifitas kerja. Proteksi
kesehatan pekerja akibat lingkungan kerja perlu dilakukan sehingga efek kesehatan yang
mungkin timbul tidak terjadi. Pekerja merupakan ujung tombak dari setiap industri dan kapasitas
kerja yang optimal sangat diharapkan. Untuk semua ini dibutuhkan lingkungan kerja yang sehat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan keselamatan dan kerja di PT. Maruki Internasional
Indonesia.

2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui faktor risiko lingkungan kerja PT. Maruki Internasional Indonesia.
- Untuk mengetahui upaya pencegahan kecelakaan kerja PT. Maruki Internasional
Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya
(Notoadmojo, 2012).
Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang terfokus pada
penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan manusia dalam lingkungan industri ataupun lingkungan diluar industri, selain itu
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu
fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi,
penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya (OHSAH 2003).
Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja terbagi atas 2 yaitu:
1. Organisasi Pemerintahan
Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah di tingkat pusat terdapat
dalam bentuk direktorat pembinaan norma keselamatan dan kesehatan kerja.Direktorat jendral
perlindungan dan perawatan tenaga kerja. Fungsi-fungsi direktorat tersebut antara lain adalah :
melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma
keselamatan kerja di bidang mekanik.
melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma
keselamatan kerja di bidang listrik.
melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma
keselamatan kerja di bidang uap.
melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma-norma
keselamatan kerja di bidang pencegahan kebakaran.
Sub direktorat yang ada sangkut pautnya dengan keselamatan kerja di bawah direktorat
tersebut membidangi keselamatan kerja mekanik, keselamatan kerja listrik, keselamatan kerja
uap dan pencegahan kebakaran. Seksi-seksi di bawah keselamatan kerja mekanik adalah seksi
mesin produksi, seksi pesawat tekanan, seksi pesawat transport dan angkut dan seksi pesawat
umum. Di dalam sub direktorat keselamatan kerja mekanik terdapat seksi pembangkit listrik,
seksi distribusi listrik dan seksi pesawat listrik.
2. Organisasi Tingkat Perusahaan
Organisasi keselamatan kerja di tingkat perusahaan ada dua jenis, yaitu :
Organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan dan disebut bidang, bagian, dan
lain-lain keselamatan kerja. Oleh karena merupakan bagian organisasi perusahaan, maka
tugasnya kontinyu, pelaksanaanya menetap dan anggarannya sendiri. Kegiatan-kegiatannya
biasanya cukup banyak dan efeknya terhadap keselamatan kerja adalah banyak dan baik.
Panitia keselamatan kerja, yang biasanya terdiri dari wakil pimpinan perusahaan, wakil buruh,
teknisi keselamatan kerja, dokter perusahaan dan lain-lain. Keadannya biasanya mencerminkan
panitia pada umumnya. Pembentukan panitia adalah atas dasar kewajiban undang-undang.
Tujuan keselamatan pada tingkat perusahaan adalah sebagai berikut :
pencegahan terjadinya kecelakaan
pencegahan terhjadinya penyakit-penyakit akibat kerja.
pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya kematian akibat kecelakaan
oleh karena pekerjaan.
pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat pekerjaan.
pengamatan material, konstruksi, bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-peawat,
instalansi-instalansi, dan lain-lain.
peningkatan produktifitas kerja atas dasar tingkat keamanan kerja yang tinggi.
penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber produksi lainnya
sewaktu bekerja.
pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, aman, dan nyaman.
peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan pembangunan.
Berdasarkan pengamatan dan kajian terhadap implementasi TI, khususnya di perusahaan-
perusahaan Indonesia, nampaknya hal yang menjadi kunci sukses utama adalah aspek leadership
atau kepemimpinan dari seorang Presiden Direktur. Pimpinan perusahaan ini harus dapat
menjadi lokomotif yang dapat merubah paradigma pemikiran (mindset) terhadap orang-orang
di dalam organisasi yang belum mengetahui manfaat strategis dari teknologi informasi bagi
bisnis perusahaan.
Disamping itu, yang bersangkutan harus memiliki rencana strategis atau roadmap yang
jelas terhadap pengembangan teknologi informasi di perusahaannya dan secara konsisten dan
kontinyu disosialisasikan ke seluruh jajaran manajemen dan stafnya. Hal-hal semacam business
plan, kebijakan (policy), masterplan, cetak biru, dan lain sebagainya dapat dijadikan sebagai alat
untuk membantu manajemen dalam usahanya untuk mengembangkan TI secara holistik, efektif,
dan efisien.

B. Tenaga Kerja dan Lingkungan Kerja


Tenaga kerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja guna menghasilkan barang.
Menurut Alkon, 1998 terdapat 3 unsur dalam setiap tenaga kerja, yaitu :
- Adanya suatu usaha yang bersifat ekonomi maupun sosial.
- Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya baik secara terus menerus maupun
sewaktu-waktu.
- Adanya sumber bahaya.
Lingkungan kerja merupakan faktor pendorong bagi semangat dan efisiensi kerja.
Lingkungan kerja yang buruk (melampaui NAB yang ditetapkan) yang melebihi toleransi
manusia yang menghadapinya akan menyebabkan kecelakaan kerja sehingga tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaanya tidak mendapat rasa aman, nyaman dan selamat ( Budiono, Sugeng
AM, Jusuf RMS, Pus parini adriana, 2003).

C. Potensi Bahaya Terjadinya Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak
terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti
maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan
dengannya (Tarwaka, 2008).
Kecelakaan kerja tidak datang dengan sendirinya akan tetapi ada serangkaian peristiwa
yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut, pada hakikatnya setiap kecelakaan yang terjadi
pasti ada penyebabnya. Ada 2 faktor penyebab terjadinya kecelakaan yaitu :
1. Unsafe Action (tindakan tidak aman)
Yaitu suatu tindakan atau tingkah laku yang tidak aman sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan kerja, misalnya :
a. Cara kerja yang tidak benar
b. Sikap kerja yang tergesa-gesa
c. Kekurang pengetahuan dan ketrampilan
d. Kelelahan dan kejenuhan, dll.
2. Unsafe Condition ( kondisi tidak aman)
Yaitu kondisi lingkungan kerja yang mengandung potensi atau faktor bahaya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja, antara lain :
a. Keadaan mesin, peralatan kerja, pesawat
b. Lingkungan kerja ; licin, panas, terlalu dingin, terlalu panas, berdebu, dan terdapat bahan
beracun dan berbahaya.

Potensi bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terjadinya
kejadian kecelakaan berupa cidera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan
melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan.
Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang beresiko menyebabkan terjadinya
kecelakaan antara lain disebabkan oleh beberapa faktor (Tarwaka, 2008) yaitu :
1) Kegagalan komponen, antara lain berasal dari :
a. Kegagalan yang bersifat mekanis
b. Kegagalan sistem pengaman yang disediakan
c. Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan
2) Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan, yang bisa terjadi akibat :
a. Kegagalan pengawasan atau monitoring
b. Kegagalan pemakaian dari bahan baku
c. Terjadinya pembentukan bahan antara, bahan sisa dan sampah berbahaya.
3) Kesalahan manusia dan organisasi
a. Kesalahan operator atau manusia
b. Kesalahan sistem pengaman
c. Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya
d. Kesalahan komunikasi
e. Melakukan pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai prosedur kerja aman.
4) Pengaruh kecelakaan dari luar, yaitu terjadinya kecelakaan dalam suatu industri akibat
kecelakaan lain yang terjadi di luar pabrik, seperti :
a. Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk
b. Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan
c. Kecelakaan pada pabrik disekitarnya, dll.
5) Kecelakaan akibat adanya sabotase, yang bisa dilakukan oleh orang luar ataupun dari
dalam pabrik, biasanya hal ini akan sulit untuk diatasi atau dicegah, namun faktor ini
frekuensinya sangat kecil dengan faktor penyebab lainnya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Lokasi perusahaan PT. Maruki Internasional Indonesia sendiri berada di Kawasan
Industri Makassar (KIMA) dengan luas area sekitar 6 Ha. Jumlah karyawan di perusahaan
tersebut berjumlah 600 orang, dimana hampir 60% dari jumlah karyawan merupakan warga
yang berasal dari sekitar area perusahaan. Sedangkan untuk fasilitas-fasilitas perusahaan yang
disediakan untuk karyawan yaitu antara lain : Klinik kesehatan, Bus Karyawan, Asuransi
Kesehatan, Jamsostek, sarana ibadah, kantin dan ruang makan.
1. Pengaturan Shift
Pada setiap bagian produksi di PT. Maruki Internasional Indonesia tidak ada pembagian
shift oleh staf dan karyawan karena industry tersebut hanya bekerja pada pagi hari dan tidak
terdapat aktifitas produksi pada malam hari. Adapun jam kerja pada staf dan karyawan, yaitu :
Jam kerja : Pukul 07.45 17.00 WITA
Istirahat : Pukul 12.00 13.00 WITA

2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan


PT. Maruki Internasional Indonesia menyediakan sarana klinik sebagai pusat pelayanan
kesehatan kerja bagi seluruh tenaga kerja yang berada pada perusahaan tersebut dan juga
masyarakat sekitar perusahaan yang kurang mampu.
3. Penggunaan APD
Pada setiap faktory, tenaga kerja tidak dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri, meski
perusahaan telah menyediakan APD tersebut.
4. Proses Produksi
Adapun beberapa tahap dalam proses produksi untuk mengolah bahan baku menjadi produk
Butsudan sehingga dapat dijual di pasaran, maka dapat dilihat dalam bagan alir proses
produksi sebagai berikut :
Bagan Alur Proses Produksi
PT. Maruki Internasional Indonesia
Penjelasan Bagan Alur
Proses produksi pada PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar terbagi atas tiga tahap,
yaitu :
a. Pre Production
Pengeringan kayu, merupakan tahap awal dimana kayu yang berasal dari hutan produksi
dikirim melalui jalan darat maupun air. Sebelum kayu tersebut diolah terlebih dahulu di
keringkan untuk bahan material dilakukan dengan 2 cara yaitu manual dan alami dan mesin
boiler (uap panas).
Pembagian jenis kayu, pada tahap ini kayu dibagi atas beberapa jenis misalnya kayu tanjaku,
shirin, dll dengan tujuan agar dapat mempermudah pengolahan.
b. Production
Factory I : Pemotongan / pembelahan kayu, pada tahap ini kayu material tersebut dipotong
berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan untuk kemudian dibersihka amplas.dan pada fektori ini
dilengkapi dengan 3 unit papan K3
Factory II : Laminating dan persiapan komponen aksesoris, pada tahap ini kayu yang telah
dipotong-potonng direndam dengan menggunakan bahan pernis yang kemudian dikeringkan
dengan suhu tertentu sampai kekeringannya mencapai standar yang ditentukan, selain
perendaman pada tahap ini kayu yang telah dipotong di lem sesuai bentuk yang akan dibuat.
Factory III : Pembuatan rangka, pada tahap ini dibutuhkan tenaga propesional untuk membuat
desain yang menarik.sebelum bahan di buat terlebih dahulu desain di gambar setelah itu bahan
baru di pahat sesuai desain yang telah dibuat.
Factory IV dan V : Pengecetan Penghalusan manual, pada tahap ini bahan yang talah didesain
dihaluskan kemudian di cat dengan cara penyemprotan, warna cat yang digunakan tergantung
dari warna bahan, apabila warna bahan berwarna merah maka cat yang digunakan warnah hitam
begitupun sebaliknya.
c. Post production
Pengecekan ulang dan sterilisasi, dimana bahan yang telah selesai di produksi di sterilkan dan
diadakan pengecekan ulang agar didapatkan hasil yang baik dan berkualitas tinggi.
Pengepakan, yaitu tahap pengemasan dan penyimpanan yang dilakukan dengan cermat untuk
melindungi barang terhindar dari kerusakan dan siap dikirim Jepang untuk dipasarkan.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa kondisi sanitasi
lingkungan di sekitar area perusahaan sudah menunjukan kondisi yang baik, dimana kebersihan
di halaman perusahaan selalu dijaga dengan baik sehingga tidak ada sampah yang berserakan,
hal ini juga di dukung dengan tersedianya tempat sampah di halaman sekitar halaman perusahaan
serta kesadaran dari para pekerja dalam menjaga kebersihan di area perusahaan. Begitu pula
dengan limbah yang dihasilkan dari proses produksi, dimana untuk debu yang dihasilkan
langsung di olah menggunakan Dust Collector sedangkan abu yang berasal dari pembakaran
menggunakan incinerator dimanfaatkan kembali sebagai pupuk bagi tanaman disekitar area
perusahaan.
Proses penanganan debu tersebut bisa menjadi faktor resiko terjadinya gangguan
kesehatan oleh para pekerja karena tidak semua debu yang dihasilkan akan langsung masuk
kedalam dust collector. Akan tetapi karena pengaruh angin debu tersebut menyebar ke
lingkungan sekitar dan dapat mengganggu kesehatan pekerja terutama karena para pekerja tidak
menggunakan APD terutama masker.
Kemudian untuk pengolahan limbah cair (IPAL), tiap bulan sekali dilakukan
pemeriksaan kualitas air limbahnya dengan parameter TSS, BOD, COD, dan pH. Selain itu tiap 6
bulan sekali dilakukan pula audit oleh Balai Lingkungan Hidup (BLH). Untuk limbah B3
disimpan di gudang penyimpanan, dimana isi dari gudang tersebut adalah endapan dari proses
pengolahan di IPAL selama 3 bulan, kemudian untuk penanganan selanjutnya akan diangkut
oleh perusahaan yang khusus mengolah untuk limbah B3. Walaupun demikian, kondisi sanitasi
di beberapa factory masih terlihat kotor, dan dari segi lingkungan fisiknya masih kurang, dimana
ruang pada factory tersebut terasa sangat pengap karena suhu yang tinggi dan sirkulasi udara
yang kurang baik. Keadaan seperti itu nantinya dapat pula mempengaruhi kenyamanan pekerja
dalam proses produksi.
Hazard yang paling tinggi oleh para pekerja yaitu terdapat pada beberapa factory, seperti
:
- Pada factory 1 3 meruapakan tempat produksi dengan hazard tertinggi karena pada
factory tersebut yaitu dilakukan proses pemotongan kayu menggunakan mesin. Sementara para
pekerja tidak menggunakan APD yang lengkap, dimana setiap mesin yang ada juga
menghasilkan tingkat kebisingan yang tinggi. Hal tersebut sangat memungkinkan terjadinya
kecelakaan kerja terutama pada pendengaran setiap pekerja yang ada di factory 1 3.
- Hazard yang kedua juga terdapat pada factory 4 yaitu pada proses pengecetan, dimana
setiap pekerja kontak langsung dengan bahan-bahan kimia yang bisa membahayakan bagi
kesehatan karena kurang lengkapnya APD yang digunakan oleh para pekerja pada factory
tersebut.
Para pekerja tersebut kebanyakan yang masih tidak menggunakan APD seperti sarung
tangan tebal, masker, dan sepatu boot dalam proses produksi, disebabkan oleh faktor kebiasaan
dari para pekerja sendiri. Para pekerja beranggapan bahwa dengan menggunakan APD tersebut
dapat menghambat proses produksi dan tidak nyaman, sehingga para pekerja memilih untuk
tidak menggunakan APD tersebut, padahal jika ditinjau dari segi keamanannya tindakan tersebut
memiliki resiko untuk terjadinya kecelakaan pada saat bekerja.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Faktor risiko lingkungan kerja pada PT. Maruki Internasional Indonesia masih menjadi
permasalahan pada industry tersebut terutama dari faktor lingkungan fisik, kimia, dan ergonomi
dari setiap pekerja.
- Upaya pencegahan terjadinya kecelakaan di PT. Maruki Internasional Indonesia yaitu
industry tersebut menyediakan sarana klinik sebagai pusat pelayanan kesehatan kerja bagi
seluruh tenaga kerja yang berada pada perusahaan tersebut dan juga masyarakat sekitar
perusahaan yang kurang mampu.

B. Saran
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan di PT. Maruki Internasional Indonesia
tersebut sebaiknya perusahaan lebih sering memberikan sosialisasi tentang pentingnya APD dan
pelatihan menggunakan APD saat bekerja agar karyawan tersebut bisa terbiasa menggunakan
APD.
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf. 2012. Inspeksi K3. http://yusufbrofifteen.blogspot.com/2012/06/inspeksi-k3.html (diakses


tanggal 13 November 2016)

_______. 2011. Mengenal Bahaya Industri dalam Kecelakaan


Kerja.http://ayobuatmakalah.blogspot.com/2011/02/mengenal-bahaya-industri-
dalam.html (diakses tanggal 13 November 2016)

Zahra. 2011. Upaya Pemantauan Lingkungan Kerja. http://www.zahrasprei.com/tag/upaya-


pemantauan-lingkungan/ (diakses tanggal 13 November 2016)

Garmen. 2013. Menerapkan K3 di Lingkungan Kerja


Industri. http://garmenstudionline.blogspot.com/2013/01/menerapkan-kesehatan-dan-
keselamatan-di.html (diakses tanggal 13 November 2016)

Anda mungkin juga menyukai