Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH MEDIA KAPUR PADA PROSES TEMPERING

TERHADAP SIFAT MEKANIK POROS S45C

Tofik Hidayat1), Lagiyono1), dan Bambang Suswoyo2)


1)
Fakultas Teknik UPS Tegal
2)
PT Barata Tegal
e-mail: tofik.hdt@gmail.com

Abstrak
Kab/Kota Tegal banyak berdiri industri kecil dan menengah (UKM) yang bergerak dalam
bidang permesinan dan per -logam. Dalam pembentukan /penempaan logam banyak UKM
yang menggunakan kapur sebagai media pendinginan/tempering. Kebiasaan tersebut
berlangsung sampai sekarang atau generasi ketiga pemilik UKM. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh temper dengan media Kapur terhadap sifat mekanik Poros S45C
yang telah menjadi kebiasaan para UKM.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan
material uji Baja Poros S45C. Proses quenching pada suhu 8700C dengan penahanan 30 menit
dan temper dilakukan dengan suhu 3000C dengan penahanan 60 menit
Hasil uji komposisi menunjukkan material dasar termasuk dalam golongan medium carbon
steel dengan kandungan karbon 0,51%,kekuatan tarik Baja S45C. Hasil uji Qunching-Temper
dengan media pendingian udara bebas dan media kapur dihasilkan kekuatan tarik dari
tempering kapur 1,164,43 N/mm2 dari tempering udara sebesar 1.096 N/mm2, demikian juga
perpanjangan sebesar 3,62 % untuk pendinginan media udara dan 5,16 % untuk pendinginan
media kapur , dengan kontraksi sebesar 32,39 % untuk udara dan 23,58 % untuk pendinginan
kapur , kekerasan material lebih tinggi ( keras ) dengan tempering udara yaitu sebesar 233 HB
dibandingkan dengan pendinginan media kapur sebesar 185,33 HB.
Kata kunci :Qunching, Tempering, Poros S45C

A. PENDAHULUAN
Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan kurang cocok digunakan. Melalui temper,
kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi syarat penggunaan. Penemperan
yang lazin dilakukan di berbagai industri kecil dan menengah ( UKM ) yang ada di kabupaten dan
kota Tegal menggunakan media kapur sebagai pendingin. Tujuan dari penemperan adalah untuk
meningkatkan keuletan dan mengurangi kerapuhan. Pengaruh dari suhu temper ini akan
menurunkan tingkat kekerasan dari logam.Dengan proses temper kegetasan dan kekerasan dapat
diturunkan sampai memenuhi syarat penggunaan, kekuatan tarik turun sedangkan keuletan dan
ketangguhan meningkat. Namun yang menjadi permasalahan sejauh mana sifat - sifat yang
memenuhi syarat yang diinginkan ini dapat dicapai melalui proses temper.
Melihat latar belakang dan alasan yang mendasari maka penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui secara teoritis kebiasaan UKM menemper produk yang dibuat. Penelitian ini
mengambil sample poros S45C untuk perlakuan kedua proses temper adalah karena poros S45C
tersebut banyak di gunakan di UKM sebagai bahan dasar prodak.
Penelitian ini juga menggunakan dua media temper yaitu media quenching-temper,dengan
udara dan media pendingin kapur. Uji yang dilakukan menggunakan uji kekuatan tarik dan uji
kekerasan.

B. LANDASAN TEORI
1. Baja
Baja merupakan paduan dari unsur besi ( Fe ), karbon ( C ), di samping itu baja juga
mengandung unsur-unsur lain seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si), mangan (Mn), dan
sebagainya yang jumlahnya dibatasi
Karbon merupakan salah satu unsur terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan
kekuatan baja. Karbon dengan unsur campuran lain dalam baja membentuk karbid yang dapat
menambah kekerasan, tahan gores dan tahan suhu panas. Perbedaan prosentase karbon dalam
campuran logam baja karbon menjadi salah satu cara mengklasifikasikan baja.

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2 Tahun 2011


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang D.141
D.26. Pengaruh Media Kapur pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik Poros S45C (Tofik Hidayat)

Sifat mekanik baja juga dipengaruhi oleh cara mengadakan ikatan karbon dengan besi.
Menurut Schonmetz (1985) terdapat 2 bentuk utama kristal saat karbon mengadakan ikatan dengan
besi, yaitu :
1. Ferit, yaitu besi murni (Fe). Ferit merupakan bagian baja yang paling lunak, ferrit murni tidak
akan cocok digunakan sebagai bahan untuk benda kerja yang menahan beban karena
kekuatannya kecil.
2. Perlit, merupakan campuran antara ferrit dan sementit dengan kandungan karbon sebesar 0,8%.
Diagram besi carbon adalah diagram keseimbangan antara besi dengan zat arang yang dapat
bersenyawa menjadi Fe3C ( karbid besi ), sehingga karena itu diagram besi carbon disebut juga
diagram keseimbangan besi carbide besi atau diagram Fe-Fe3C. Persenyawaan besi dengan zat
arang yang menjadi Fe3C, pada waktu masih cair disebut karbid besi tetapi sesudah menjadi padat
disebut sementit dan persenyawaan ini mengandung zat arang ( C ) sekitar 6.67 %.

2. Perlakuan Baja
2.1 Panas ( Heat Treatment )
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat
untuk mengubah sifat-sifat fisis logam. Baja dapat dikeraskan dan dapat dilunakkan untuk
memperoleh sifat baja yang diinginkan. Perlakuan panas adalah proses memanaskan bahan sampai
suhu tertentu dan kemudian didinginkan menurut cara tertentu. Tujuan dari pengerjaan panas itu
adalah untuk memberi sifat yang lebih sempurna keapada bahan. (B.J.M Beumer,1980: 20)
Proses perlakuan panas dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu proses laku panas yang
menghasilkan struktur yang seimbang (ekuilibrium) dan proses perlakuan panas yang
menghasilkan kondisi yang tidak seimbang (non-ekuilibrium). Pengerjaan panas yang paling umum
digunakan adalah:
a. Annealing : adalah proses pelunakan, dengan memanaskan baja di atas suhu kritis, dibiarkan
sampai suhu merata dan diikuti dengan pendinginan secara perlahan sambil dijaga agar suhu di
bagian luar dan dalam kira-kira sama.
b. Normalizing : adalah proses pemanasan suatu baja yang bertujuan untuk menghilangkan
tegangan dalam dari suatu baja, dengan panas maksimum 850 o C dan kemudian didinginkan
secara perlahan di udara.
c. Hardening : adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau di atas daerah kritis
diikuti dengan pendinginan yang cepat untuk memperoleh struktur martensit.
d. Karburising : adalah proses pemanasan baja pada temperatur 825 950 o C dalm lingkungan
yang menyerahkan karbon lalu dibiarkan beberapa lamanya pada suhu ini, dan kemudian
didinginkan. Tujuan dari karburising adalah untuk memperoleh lapisan keras dipermukaan
benda kerja, sedangkan intinya tetap ulet.
e. Tempering : adalah proses perlakuan panas terhadap baja yang bertujuan untuk mendapatkn
struktur yang stabil dan lebih ulet dengan jalan memanaskan bahan yang telah dikeraskan pada
temperatur dan waktu yang cocok.
f. Nitriding : adalah proses pengerasan permukaan, dimana baja dipanaskan sampai sekitar 510 o
C di lingkungan gas ammonia selama beberapa waktu. Nitrogen yang diserap baja akan
membentuk nitrida yang keras dan tersebar merata pada permukaan baja.
g. Flame hardening : dasar dari proses pelakuan panas ini adalah pemanasan yang cepat
dilanjutkan dengan pencelupan permukaan.
h. Induction hardening : adalah pemanasan baja dengan arus bolak-balik berfrekuensi tinggi
500.000 Hz yang dilakuan dengan cepat, kemudian dilanjutkan dengan pencelupan permukaan.

2.2 Pengerasan ( Hardening )


Pengerasan adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau diatas daerah kritis
disusul dengan pendinginan yang cepat (B.H.Amstead,1995) Pengerasan terbagi atas 3 macam
yaitu : pengerasan regangan ( strain hardening ), pengerasan presifitasi ( precipitation-hardening )
dan pengerasan kulit ( case hardening ) . Untuk menjelaskan tentang pengerasan baja , maka
diadakan peninjauan pada diagram besi carbon ( Fe-C ), dimana garis-garis kritis yang terjadi pada
baja adalah seperti terlukis pada diagram ( lihat gambar 2 ). Pengerasan baja dilakukan dengan
jalan memanaskan baja pada temperature 300C 500C diatas garis A1 atau sampai menjadi

ISBN. 978-602-99334-0-6
D.142
austenite yang homogen. Setelah baja dipanaskan sampai pada temperature diatas, kemudian
dicelupkan/dimasukan ke dalam air, minyak atau bahan pendingin lain. Pendinginan yang
dilakukan secara cepat akan membuat austenite berobah dalam structur yang sangat keras yang
disebut martensite. Kekerasan baja ini tergantung dari pada jumlah carbon yang terkandung di
dalam baja , dimana makin tinggi prosentase carbonnya makin keras baja tersebut ( lihat gambar 3
)Kekerasan baja ini juga tergantung pada temperature pemanasan sewaktu dilakukan heat
treatment, dapat dilihat pada warna yang berbeda.

Gambar 1 Diagram besi-Karbida besi parsial Gambar 2 Kekerasan Martensite

2.3 Tempering ( Memudakan )


Menemper atau tempering adalah memanaskan baja yang telah dikeraskan sampai temperatur
tertentu dibawah garis kritis Ac 1 ( di bawah 7230C ) dengan tujuan untuk mengurangi kekerasan
baja sehingga meningkatkan sifat ulet baja.
Pemanasan baja yang dilakukan dalam tempering ini adalah sekitar 2000C-7000C tetapi yang
paling baik pemanasan yang dilakukan hanya berkiasar 2000C-3000C, suhu secara kasat mata dapat
dilihat dari perubahan warna pada baja, seperti berikut :
Temperatur 2200C berwarna kuning muda
Temperatur 2500C berwarna cokalat
Temperatur 3000C berwarna biru tua

2.4 Media Pendingin


Berbagai bahan pendingin yang digunakan dalam proses perlakuan panas antara lain :
a. Air
Pendinginan dengan menggunakan air akan memberikan daya pendinginan yang cepat.
Biasanya ke dalam air tersebut dilarutkan garam dapur sebagai usaha mempercepat turunnya
temperatur benda kerja dan mengakibatkan bahan menjadi keras.
b. Minyak Minyak yang digunakan sebagai fluida pendingin dalam perlakuan panas adalah yang
dapat memberikan lapisan karbon pada kulit (permukaan) benda kerja yang diolah. Selain
minyak yang khusus digunakan sebagai bahan pendingin pada proses perlakuan panas, dapat
juga digunakan minyak bakar atau solar.
c. Udara Pendinginan udara dilakukan untuk perlakuan panas yang membutuhkan pendinginan
lambat. Udara sebagai pendingin akan memberikan kesempatan kepada logam untuk
membentuk kristal - kristal dan kemungkinan mengikat unsur - unsur lain dari udara.
d. Garam Garam dipakai sebagai bahan pendingin disebabkan memiliki sifat mendinginkan
yang teratur dan cepat.
e. Kapur Kapur adalah kapur non hidrolik dengan kadar Kalsiummonoxida yang tinggi jika
berupa kapur tohor ( belum berhubungan dengan air ) atau mengandung banyak kalsium
hydroxide jika telah disiram ( direndam dengan air )
Kemampuan suatu jenis media dalam mendinginkan spesimen berbeda sehingga akan
disesuaikan dengan tujuan dari material akan dipakai.

3. Pengujian
3.1 Pengujian Tarik
Pengujian tarik dilakukan terhadap batang uji yang standar. Pada bagian tengah batang uji
merupakan bagian yang menerima tegangan yang uniform, dan pada bagian ini diukurkan panjang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2 Tahun 2011


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang D.143
D.26. Pengaruh Media Kapur pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik Poros S45C (Tofik Hidayat)

uji (gauge length), yaitu bagian yang dianggap menerima pengaruh dari pembebanan. Pada bagian
inilah yang selalu diukur panjangnya dalam proses pengujian. Dari pengujian tarik akan dapat
diketahui sifat baja seperti : Modulus-kenyal, Batas regangan, Kekuatan tarik dan kekuatan putus.
Regangan dan Pengentingan.
3.2 Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan logam ini secara garis besar ada tiga metode yaitu penekanan, goresan,
dan dinamik ( Koswara, 1991 : 15 ) Pengujian kekerasan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode rockwell yang paling banyak dipergunakan di Amerika Serikat. Hal ini
disebabkan oleh sifat - sifatnya, yaitu cepat, bebas dari kesalahan manusia, mampu membedakan
kekerasan pada baja yang diperkeras, ukuran bekas penekanannya relatif kecil, sehingga bagian
yang mendapatkan perlakuan panas, dapat diuji kekerasannya tanpa menimbulkan kerusakan. Uji
ini mengukur kedalaman bekas penekanan pada beban yang konstan sebagai ukuran kekerasan.

C. METODE PENELITIAN
1. Material dan Dimensi Spesimen
Bahan yang dipilih pada penelitian ini adalah baja karbon menengah baja S45C
dengan kadar karbon 0,51%C. Baja karbon ini dibentuk menjadi spesimen kekuatan tarik dan
kekerasan.
a. Spesimen Uji Kekuatan Tarik
Spesimen pengujian tarik ( gambar 5 ) mengacu pada spesimen berpenampang bulat
menggunakan standard pengujian JIS Z 2204 dengan jumlah 12 buah yang terdiri dari 3 buah
pembanding utama (raw material) 3 buah sebagai kontrol quenching dengan media air dan 3
buah sebagai kontrol tempering dengan udara dan 3 bh sebagai control tempering dengan media
kapur
b. Spesimen Uji Kekerasan
Spesimen uji kekerasan mengacu pada standart JIS Z 2245 Fd.2006 berjumlah 12 buah
yang terdiri dari 3 buah pembanding utama (raw material), 3 kontrcol quenching dengan media
air dan 3 buah kontrol tempering dengan udara bebas dan 3 bh control tempering dengan media
kapur,dan uji komposisi unsur dipersiapkan secukupnya guna melengkapi data dan informasi
hasil penelitian.
1
0
2
0

Gambar 3 Spesimen Uji Kekuatan Tarik dan Spesimen Uji Kekerasan

2. Alur Penelitian
Urutan dalam penelitian ini dimulai dari uji komposisi kimia bahan, untuk mengetahui
kandungan unsur di dalamnya yang digunakan untuk menentukan suhu pemanasan, seperti terlihat
pada gambar 7.

Gambar 4. Alur Penelitian

ISBN. 978-602-99334-0-6
D.144
D. DATA DAN ANALISIS DATA
1. Uji Komposisi
Uji komposisi dilakukan untuk mengetahui prosentase unsur kimia yang terkandung dalam
spesimen. Berdasarkan hasil uji komposisi diketahui bahwa spesimen mempunyai kandungan
karbon sebesar 0,51% sehingga material tersebut tergolong dalam medium carbon steel atau baja
karbon sedang. Prosentase kandungan karbon tersebut dijadikan sebagai dasar pengambilan suhu
quenching.
2. Uji Tarik
a. Uji Kekuatan Tarik
Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari material baja karbon
sedang S45C sebagai material uji dalam penelitian ini. Data hasil uji labiratorium, diperoleh dalam
empat kelompok pengujian yaitu spesimen raw materials, hasil proses quenching air dan hasil dari
proses tempering 300C dengan media udara dan kapur. Hasil pengujian tarik ditunjukan bahwa
tegangan tarik tempering dengan media kapur lebih tinggi dibandingkan dengan udara luar.
b. Perpanjangan / Elongation
Dari hasil pengujian tarik perpanjangan material yang telah dilakukan proses tempering
dengan media kapur lebih panjang dibandingkan dengan pendinginan media udara luar.
c. Kontraksi
Dari hasil pengujian tarik kontraksi material yang telah dilakukan proses tempering dengan
media kapur lebih kecil penampangnya dibandingkan dengan pendinginan media udara luar

Gambar 5 Hasil Pengujian

3. Uji Kekerasan
Hasil Pengujian kekerasan yang dilakukan menggunakan mesin Universal Hardness Tester
yang bekas injakannya dapat dilihat dengan mikroskop logam dapat dilihat pada tabel 4 dan
gambar 11 dibawah ini :

Gambar 6 Grafik hasil pengujian kekerasan

Untuk kekerasan material specimen/raw materials sebesar 177 HB setelah proses quenching
air menjadi 212 HB atau mangalami kenaikan 1,20 %, dan setelah proses tempering dengan udara
bebas menjadi 212 HB atau mengalami kenaikan sebesar 1,2 % dengan media kapur menjadi 185
HB atau mengalami penurunan sebesar 1,10 %

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2 Tahun 2011


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang D.145
D.26. Pengaruh Media Kapur pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik Poros S45C (Tofik Hidayat)

4. Pembahasan
Data hasil penelitian yang ditabulasikan dalam bentuk tabel dan grafik diketahui ada
perbedaan karakteristik kekuatan tarik statis dari spesimen penelitian antara raw materials, proses
quenching air dengan suhu 870C dan yang mengalami proses tempering dengan suhu pemanasan
300C yang menggunakan waktu penahan 60 menit dengan media pendingin udara bebas dan
kapur. Hasil Uji ditampilkan dalam table 5 berikut.

Tabel 4 Perbandingan Tempering udara dan Kapur

Pola hubungan suhu tempering dengan kekuatan tarik jelas tampak sekali, semakin tinggi
suhu pemanasan, nilai kekuatan tariknya semakin meningkat. demikian juga terhadap nilai
kekerasannya, semakin tinggi. Dengan kata lain kekerasan sebanding dengan kakuatan tariknya.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Dari hasil pengujian tersebut diambil kesimpulan bahwa tempering dengan media kapur lebih
ulet dan liat dibandingkan dengan tempering media udara luar, terbukti dari hasil perpanjangan
dan kontraksi pada saat pengujian tarik yang lebih besar prosentasenya.
b. Saran
Kebiasaan yang dilakukan UKM saat membuat produk dengan menggunakan tempering
kapur perlu dipertahaankan dengan mempertimbangkan lebih mempertimbangkan waktu dan panas
saat melakukan tempering.

DAFTAR PUSTAKA
Amstead, BH, 1997, Jakarta, Erlangga : Teknologi Mekanik Jilid 1
B.J.M.Beumer,1978, Jakarta,Bratara Karya Aksara : Ilmu Bahan Logam Jilid 1dan 2
K.W.Vohdin,1978,Jakarta, Pradya Paramita : Mengolah Logam
G.L.N.Van Vliet W.Both, 1984, Jakarta, Erlangga : Teknologi Untuk Bangunan Mesin Bahan-
Bahan 1
PT.( Persero ) BKI APITINDO, 1993,Jakarta : Pengujian Secara Merusak
R.S Khurmi,J.K Gupta,1982, New Delhi ,Eurasia Publishing House ( Pvt) LTD : A Text Book Of
Machine Design
Rajan, TJ, Sharma, 1997, New Delhi, Prentice Hall of India Private Limited : Heat Treatment
Principlea and Techniques
Syamsul Arifin,1982, Jakarta,Ghalia Indonesia : Ilmu LogamJilid I
Tata Surdia,1999,Jakarta, Pradya Paramita : Pengetahuan Bahan Teknik

ISBN. 978-602-99334-0-6
D.146

Anda mungkin juga menyukai