Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu
berubah-ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu,
merupakan hasil interaksi antara jasmani,rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur
tersebut saling berhubungan dengan satu dan lainnya. Dalam segala masalah, kita
harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan, sehingga manusia
disebut makhluk psiko sosial. Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pada
jasmani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara fisik. Demikian pula apabila
terjadi gangguan pada unsur rohani, kan menimbulkan usaha penyesuaian secara
psikologi.
Sumber gangguan jasmani maupun psikologis adalah stress. Apabila kita mampu
mengatasi keadaan stress, perilaku kita cenderung berorientasi pada tugas, yang
intinya untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun,apabila stress mengancam
perasaan, kemampuan,dan harga diri kita, reaksi kita cenderung pada orientasi
pembelaan ego. Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan
yang berorientasi pada pembelaan ego disebut mekanisme pertahanan diri. Dengan
mempelajari emosi kita sebagai seorang perawat dapat mengenali emosi diri
sendiri, sehingga dapat meningkatkan emosi positif dalam diri sendiri dan orang
lain, dan meminimalkan atau mengendalikan emosi-emosi klien yang perlu
dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian emosi?
2. Bagaimana bentuk reaki emosi?
3. Bagaimana perkembangan reaksi emosi?
4. Apa pengertian stress?
5. Apa faktor yang menyebabkan stress?
6. Bagaimana penanganan terhadap stress?
7. Apa pengertian adaptasi?
8. Apa saja macam adaptasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian emosi secara umum dan reaksi emosi
2. Untuk mengetahui pengertian stress dan penyebab stress
3. Untuk mengetahui pengertian adaptasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 EMOSI
2.1.1 PENGERTIAN EMOSI
Secara sederhana emosi dapat dikatakan bahwa suatu keadaan kejiwaan yang
mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi psikologis
yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut,
marah, muak, haru, dan sejenisnya. Hathersall (1985), merumuskan pengertian
emosi sebagai situasi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat
dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Selanjutnya Keleinginna and Kelenginan
(1981), berpendapat bahwa emosi seringkali berhubungan dengan tingkah laku,
emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling). Emosi merupakan
keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung
terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau
menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya
disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa
seseorang sedang mengalami emosi.

2.1.2 BENTUK DAN REAKSI EMOSI


A. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen
(Carlson, 1987) adanya tiga rules, yaitu :
1. Masking
Yaitu keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi
emosi yang dialaminya.
2. Modulation
Yaitu orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya,
tetapi hanya dapat mengurangi saja.
3. Simulation
Yaitu orang tidak mengalami sesuatu emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi
dengan menampakkan gejala kejasmanian.
B. Jenis dan ciri-ciri emosi
1. Jenis Emosi
Crider dan kawan-kawan (1983), mengemukakan dua jenis emosi, yaitu emosi
positif dan emosi negatif. Emosi negative merupakan reaksi ketiakpuasan seperti
rasa takut, marah, geram dan lain-lain. Dan emosi positif merupakan reaksi
kepuasan terhadap terpenuhinya kebutuhan yang dirasakan seperti gembira,
bahagia, saying, cinta, dan berani.
`

a. Emosi marah
Emosi marah lebih mudah timbul apabila dibandingkan dengan emosi lainnya
dalam kehidupan remaja. Penyebab timbulnya emosi marah pada remaja ialah
apabila mereka direndahkan, dipermalukan, dihina, atau dipojokkan di hadapan
kawan-kawannya. Kadang-kadang juga remaja melakukan tindakan kekerasan
dalam melampiaskan emosi marah, meskipun mereka berusaha menekan
keinginan untuk bertingkah laku seperti itu.
b. Emosi takut
Menurut luella cole (1963), ketakutan yang dialami selama masa
remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Ketekutan terhadap masalah atas sikap orang tua yang tidak adil dan cenderung
menolak didalam keluarga. Ketakutan terhadap masalah mendapatkan status baik
dalam kelompok sebaya maupun dalam keluarga. Ketakutan terhadap masalah
penyesuaian pendidikan atau pilihan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan
dan cita-cita.
Ketakutan terhadap masalah pilihan jabatan yang sesuai dengan kemampuan dan
keinginan. Ketakutan terhadap masalah-masalah seks. Ketakutan terhadap ancaman
terhadap keberadaan diri.
Pada saat akhir masa remaja dan pada saat memasuki perkembangan dewasa awal,
ketakutan atau kecemasan yang baru muncul adalah menyangkut masalah
keuangan, pekerjaan, kemunduran usaha, pendiriaan/pandangan politik,
kepercayaan/agama, perkawinan dan keluarga. Remaja yang sudah matang akan
berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang menimbulkan rasa takutnya.

c. Emosi cinta
emosi ini sudah ada sejak masa bayi dan terus berkembang sampai dewasa.
Sedangkan pada masa remaja rasa cinta diarahkan pada lawan jenis. Pada masa
bayi rasa cinta diarahkan pada orang tua terutama pada ibu. Remaja wanita
mengalami perkembangan perasaan cinta yang normal adalah jika remaja
mengarahkan rasa cintanya kepada pemuda sesama remaja. Demikian juga dengan
remaja pria punya cinta normal mengarahkan cintanya kepada seorang gadis.

d. Emosi gembira
Pada umunya individu dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan yang dialami selama remaja. Jika kita menghitung hal-hal yang
menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan lengkap
tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosi remaja. Rasa gembira akan
dialami apabila segala sesuatu berlangsung dengan baik dan para remaja akan
mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh
cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima) oleh yang dicintai.
Selanjutnya bila dilihat dari sebab dan reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat
dapat dikelompokkan menjadi 3,yaitu: Emosi ynag berkaitan dengan perasaan
(syaraf-syaraf jasmaniah), misalnya perasaan dingin, panas, hangat, sejuk, dan
sebagainya.Emosi yang berkaiatan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit,
meriang, dan sebagainya. Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis,
misalnya cinta, rindu, sayang, benci dan sejenisnya.

2.1.3 PERKAMBANGAN REAKSI EMOSI

Perkambangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu:

A.Pada bayi hingga 18 bulan

1. Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan disekitarnya
aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam
membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain. Contoh ibu
yang memberikan rasa aman pada bayi.

2. Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman
dan tenang. Minggu kedelapan ia mulai tersenyum melihat wajah dan suara orang
disekitarnya.

3. Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan


emosi seperti gembira, terkejut dan takut. Pada bulan kedelapan sampai
kelimabelas ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan semakin besar.
Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang ditujukan
orang-orang yang berada disekitar dalam merespon kejadian tertentu.

B. 18 bulan sampai 3 tahun

1) Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di
lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan
banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini
anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.

2) Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk
mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah
dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak
mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan
mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.

3) Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan


emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak
mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.
`

C. Usia antara 3 sampai 5 tahun

1) Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif
sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan
anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain.

2) Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa
bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya
suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah
akan sedih.

D. Usia antara 5 sampai 12 tahun

1) Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak
mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini
adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan
informasi-informasi secara.

2) Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik
emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari
perasaan diri dan orang lain.

3) Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial
dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain
itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang
membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi
tersebut dapat dikontrol .(Suriadi & Yuliani, 2006).

4) Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-
norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah
dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai
memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung
dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut.Nuansa emosi mereka juga
makin beragam.
2.2 STRESS

2.2.1 PENGERTIAN STRESS

Menurut King

Stress adalah suatu keadaan yang dinamis setiap kali manusia berinteraksi dengan
lingkungannya guna memelihara keseimbangan pertumbuhan ,perkembangan dan
perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan informasiantara individu dan
lingkunganya. Meningkatnya stres dapat mempengaruhi layanan kesehatan.
Stress adalah kondisi dimana adanya respon tubuh terhadap perubahan untuk
mencapai keadaan normal.

Secara umum yang di maksud stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan,perubahan ,ketegangan emosi dan lain-lain.

2.2.2 PENYEBAB STRESS

Menurut Branch Grand penyebab stress dapat di bedakan menjadi 2 macam,yaitu :

1.Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan seperti


kematian,perceraian,luka batin dan kebangkrutan

2.Penyebab mikro,yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari seperti


pertengkaran rumah tangga ,beban pekerjaan dan amsalah apa yang akan di makan
atau di hadapi.

2.2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS

1.Faktor biologis : kondisi tubuh ,kondisi fisik ,neurofisiologik dan neurohormonal.

2.Faktor psiko edukatif/sosio cultural : perkembangan kepribadian ,pengalaman dan


kondisi lain yang mempengaruhi.

3.Lingkungan asing

4.Kehilangan kemandirian

5.Berpisah dengan pasangan atau keluarga

6.Ancaman penyakit yang lebih parah


`

2.2.4 RESPON/REAKSI TUBUH TERHADAP STRES

Menurut Dadang Hawari dapat mengenai hampir seluruh sistem tubuh,seperti


halnya sebagai berikut :

a.Gangguan ketajaman penglihatan

b.Wajah tegang,serius,sulit tersenyum,kerutan pada kulit wajah (tie facial)

c.Otot sakit ,seperti tertusuk-tusuk ,pegal dan tegang

.Bibir dan mulut terasa kering ,kerongkongan terasa tercekik

d.Kulit dingin dan panas ,banyak berkeringat,kulit kering ,gatal-gatal ,tumbuh


jerawat (acne),telapak tangan dan kaki sering berkeringan dan kesemutan

e.Kadar gula meningkat ,pada wanita terjadi gangguan menstruasi

2.2.5 CARA MENGENDALIKAN STRESS

Menurut Grant Brech dalam mengendalikan stress :

a.Sikap,keyakinan dan berfikir harus poitif,fleksibel ,rasinoal dan adaptif terhadap


orang lain.

b.Perhatian diri sediri,proses interpersonal dan interaktif serta lingkungan di


sekitarnya.
c.Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :

Kemampuan menyadari (awareness skill)


Kemampuasn untuk menerima (acceptance skill)
Kemampuan untuk menghadapi (coping skill)
Kemampuan untuk bertindak (action skill)

2.3 ADAPTASI

2.3.1 PENGERTIAN ADAPTASI

Ada beberapa pengertan tentang mekanisme peyesuaian diri,antara lain :

A.Menurut Soeharto Heerdjan penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang
bertujuan untuk mengatasi kesulitan dan hambatan.
Adaptasi merupakan pertahanan yang di dapat sejak lahir atau di peroleh karena
belajar dari pengalaman mengalam stress.Cara mengatasi stress dapat berupa
membatasi tempat terjadinya stress, mengurangi dan menetralsasi pengaruhnya.

b.Menurut W.A.Gerungan Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan


keadaan lingkungen tetapi juga mebubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri)

Mengubah diri sesuai dengan keadan lingkungan sifatya pasif (autoplastis)


sedangkan apanila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan
keinginan sifatnya adakah aktif (autoplastis).

2.3.2 MACAM-MACAM ADAPTASI

a.Adaptasi fisiologi dapat terjadi secara :

1.Lokal : seseorang mampu mengatasi stress, tangannya tidak berkeringat atau


gemetar ,serta wajahnya tidak pucat.

2.Umum : Seseorang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan
merasa tidak mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuhnya.

b.Adaptasi psikologis dapat terjadi secara :

1.Sadar : Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan amsalah

2.Tidak sadar : menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)

3.Menggunakan gejala fisik (konvensi) atau psiko fisiologi / psikosomatik

Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptai, baik


berupa tekanan,perubahan maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan
stress.Stress bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi.
`

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru
lahir. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi yaitu : Peran
pematangan dan peran belajar.
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan,
perubahan, ketegangan, emosi dan lain-lain yang berdampak pada fisik dan
psikologi seseorang.. Faftor-faktor penyebab stres yaitu : Stres fisik, Stres
kimiawi, Stres mikrobiologik, Stres fisiologik, Stres proses pertumbuhan dan
perkembangan, Stres psikis atau emosional.
Adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian suatu individu terhadap
suatu lingkungan. Macam-macam adaptasi adalah adaptasi fsiologi, adaptasi
psikologi, adaptasi sosial budaya, adaptasi spiritual.Adaptasi memiliki
beberapa tujuan diantaranya : Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar,
menghadapi tuntutan keadaan secara realistik, menghadapi tuntutan keadaan
secara obyektif, menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
3.2 Saran
Apabila seseorang mengalami emosi dan stress sebaiknya segera
dikendalikan karena emosi dan stress dapat berdampak pada psikis seseorang.
Seringkali kejadian tidak diinginkan terjadi pada seseorang yang mengalami
emosi dan stress. Begitu pula orang yang sedang beradaptasi juga harus
dibantu karena apabila dia merasa kurang nyaman pada lingkungannya dan dia
memaksakan diri maka akan berakibat stress dan emosi. Oleh karena itu
sebaiknya stress dicegah agar tidak berjadi hal yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2010. Psikologi Remaja


(Perkembangan Peserta Didik). Penerbit PT Bumi Aksara : Jakarta

Wongkar,Max F,2015.Penuntun Pelajaran Kompetensi Kejurusan,Bandung;CV


alfabeta

Santrock,john w.2013.Adolescence Perkembangan Remaja.Jakarta;Erlangga

Anda mungkin juga menyukai