PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 EMOSI
2.1.1 PENGERTIAN EMOSI
Secara sederhana emosi dapat dikatakan bahwa suatu keadaan kejiwaan yang
mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi psikologis
yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut,
marah, muak, haru, dan sejenisnya. Hathersall (1985), merumuskan pengertian
emosi sebagai situasi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat
dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Selanjutnya Keleinginna and Kelenginan
(1981), berpendapat bahwa emosi seringkali berhubungan dengan tingkah laku,
emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling). Emosi merupakan
keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung
terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau
menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya
disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa
seseorang sedang mengalami emosi.
a. Emosi marah
Emosi marah lebih mudah timbul apabila dibandingkan dengan emosi lainnya
dalam kehidupan remaja. Penyebab timbulnya emosi marah pada remaja ialah
apabila mereka direndahkan, dipermalukan, dihina, atau dipojokkan di hadapan
kawan-kawannya. Kadang-kadang juga remaja melakukan tindakan kekerasan
dalam melampiaskan emosi marah, meskipun mereka berusaha menekan
keinginan untuk bertingkah laku seperti itu.
b. Emosi takut
Menurut luella cole (1963), ketakutan yang dialami selama masa
remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Ketekutan terhadap masalah atas sikap orang tua yang tidak adil dan cenderung
menolak didalam keluarga. Ketakutan terhadap masalah mendapatkan status baik
dalam kelompok sebaya maupun dalam keluarga. Ketakutan terhadap masalah
penyesuaian pendidikan atau pilihan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan
dan cita-cita.
Ketakutan terhadap masalah pilihan jabatan yang sesuai dengan kemampuan dan
keinginan. Ketakutan terhadap masalah-masalah seks. Ketakutan terhadap ancaman
terhadap keberadaan diri.
Pada saat akhir masa remaja dan pada saat memasuki perkembangan dewasa awal,
ketakutan atau kecemasan yang baru muncul adalah menyangkut masalah
keuangan, pekerjaan, kemunduran usaha, pendiriaan/pandangan politik,
kepercayaan/agama, perkawinan dan keluarga. Remaja yang sudah matang akan
berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang menimbulkan rasa takutnya.
c. Emosi cinta
emosi ini sudah ada sejak masa bayi dan terus berkembang sampai dewasa.
Sedangkan pada masa remaja rasa cinta diarahkan pada lawan jenis. Pada masa
bayi rasa cinta diarahkan pada orang tua terutama pada ibu. Remaja wanita
mengalami perkembangan perasaan cinta yang normal adalah jika remaja
mengarahkan rasa cintanya kepada pemuda sesama remaja. Demikian juga dengan
remaja pria punya cinta normal mengarahkan cintanya kepada seorang gadis.
d. Emosi gembira
Pada umunya individu dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan yang dialami selama remaja. Jika kita menghitung hal-hal yang
menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan lengkap
tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosi remaja. Rasa gembira akan
dialami apabila segala sesuatu berlangsung dengan baik dan para remaja akan
mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh
cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima) oleh yang dicintai.
Selanjutnya bila dilihat dari sebab dan reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat
dapat dikelompokkan menjadi 3,yaitu: Emosi ynag berkaitan dengan perasaan
(syaraf-syaraf jasmaniah), misalnya perasaan dingin, panas, hangat, sejuk, dan
sebagainya.Emosi yang berkaiatan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit,
meriang, dan sebagainya. Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis,
misalnya cinta, rindu, sayang, benci dan sejenisnya.
1. Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan disekitarnya
aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam
membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain. Contoh ibu
yang memberikan rasa aman pada bayi.
2. Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman
dan tenang. Minggu kedelapan ia mulai tersenyum melihat wajah dan suara orang
disekitarnya.
1) Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di
lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan
banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini
anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.
2) Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk
mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah
dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak
mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan
mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.
1) Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif
sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan
anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain.
2) Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa
bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya
suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah
akan sedih.
1) Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak
mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini
adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan
informasi-informasi secara.
2) Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik
emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari
perasaan diri dan orang lain.
3) Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial
dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain
itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang
membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi
tersebut dapat dikontrol .(Suriadi & Yuliani, 2006).
4) Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-
norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah
dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai
memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung
dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut.Nuansa emosi mereka juga
makin beragam.
2.2 STRESS
Menurut King
Stress adalah suatu keadaan yang dinamis setiap kali manusia berinteraksi dengan
lingkungannya guna memelihara keseimbangan pertumbuhan ,perkembangan dan
perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan informasiantara individu dan
lingkunganya. Meningkatnya stres dapat mempengaruhi layanan kesehatan.
Stress adalah kondisi dimana adanya respon tubuh terhadap perubahan untuk
mencapai keadaan normal.
Secara umum yang di maksud stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan,perubahan ,ketegangan emosi dan lain-lain.
3.Lingkungan asing
4.Kehilangan kemandirian
2.3 ADAPTASI
A.Menurut Soeharto Heerdjan penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang
bertujuan untuk mengatasi kesulitan dan hambatan.
Adaptasi merupakan pertahanan yang di dapat sejak lahir atau di peroleh karena
belajar dari pengalaman mengalam stress.Cara mengatasi stress dapat berupa
membatasi tempat terjadinya stress, mengurangi dan menetralsasi pengaruhnya.
2.Umum : Seseorang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan
merasa tidak mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuhnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru
lahir. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi yaitu : Peran
pematangan dan peran belajar.
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan,
perubahan, ketegangan, emosi dan lain-lain yang berdampak pada fisik dan
psikologi seseorang.. Faftor-faktor penyebab stres yaitu : Stres fisik, Stres
kimiawi, Stres mikrobiologik, Stres fisiologik, Stres proses pertumbuhan dan
perkembangan, Stres psikis atau emosional.
Adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian suatu individu terhadap
suatu lingkungan. Macam-macam adaptasi adalah adaptasi fsiologi, adaptasi
psikologi, adaptasi sosial budaya, adaptasi spiritual.Adaptasi memiliki
beberapa tujuan diantaranya : Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar,
menghadapi tuntutan keadaan secara realistik, menghadapi tuntutan keadaan
secara obyektif, menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
3.2 Saran
Apabila seseorang mengalami emosi dan stress sebaiknya segera
dikendalikan karena emosi dan stress dapat berdampak pada psikis seseorang.
Seringkali kejadian tidak diinginkan terjadi pada seseorang yang mengalami
emosi dan stress. Begitu pula orang yang sedang beradaptasi juga harus
dibantu karena apabila dia merasa kurang nyaman pada lingkungannya dan dia
memaksakan diri maka akan berakibat stress dan emosi. Oleh karena itu
sebaiknya stress dicegah agar tidak berjadi hal yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA