Anda di halaman 1dari 25

BERITA ACARA PERSENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal, Juni 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama Peserta : dr. Merie Octavia

Dengan Judul/Topik : Pneumonia anak

Nama Pembimbing : dr. Devi Rina M. Tarigan

Nama Wahana : RSUD KOTA MATARAM

No. Nama peserta presentasi No Tanda Tangan


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

(dr. Devi Rina M. Tarigan)

No. ID dan Nama Peserta: dr. Merie Octavia


No. ID dan Nama Wahana: RANAP RSUD KOTA MATARAM

1
Topik: Pneumonia anak
Tanggal (kasus): 26 Juni 2016
Nama Pasien: By. R
Tanggal Presentasi: Juni 2016
Obyek Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Pasien datang dibawa ibunya dengan keluhan sesak sejak 3 hari yang lalu namun memberat hari ini.
Pasien juga batuk pilek kurang lebih satu minggu. Batuk berdahak warna hijau kekuningan. Demam
juga dirasakan naik turun sejak dua minggu. Minum ASI mulai menurun. BAK dan BAB tidak ada
keluhan. Ibu pasien belum berobat kemanapun. Hanya diberi PCT sirup jika demam.
Diakui ibu pasien, hal ini baru pertama kali dialami. Bayi R belum pernah dirawat sebelumnya. Riwayat
keluarga batuk-batuk lama disangkal. Imunisasi diakui lengkap sesuai umur. Perkembangan dan
pertumbuhan sesuai umur.

Tujuan: Menjelaskan tentang diagnostik dan tatalaksana pneumonia anak


Bahan bahasan Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Data Pasien: Nama: By. R No. Registrasi: 19-72-XX
Nama Wahana: RANAP RSUD KOTA MATARAM
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Pasien datang dibawa ibunya dengan keluhan sesak sejak 3 hari yang lalu namun memberat hari ini. Pasien juga batuk pilek kurang lebih
satu minggu. Batuk berdahak warna hijau kekuningan. Demam juga dirasakan naik turun sejak dua minggu. Minum ASI mulai menurun.
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Ibu pasien belum berobat kemanapun. Hanya diberi PCT sirup jika demam.
Diakui ibu pasien, hal ini baru pertama kali dialami. Bayi R belum pernah dirawat sebelumnya. Riwayat keluarga batuk-batuk lama
disangkal. Imunisasi diakui lengkap sesuai umur. Perkembangan dan pertumbuhan sesuai umur.
2. Riwayat pengobatan: PCT syrup jika demam
3. Riwayat penyakit dahulu: Pasien tidak pernah MRS sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kejang demam, tidak memiliki
riwayat penyakit asma dan tidak memiliki riwayat alergi

2
4. Riwayat keluarga: dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Ibu dan Bapak pasien tidak pernah menderita TB,
tidak ada riwayat alergi atau asma.

5. Riwayat imunisasi: polio, hepB, DPT sesuai usia


6. Riwayat makanan : pasien ASI ekslusif , diakui ibu belum pernah diberikan makanan apapun selain ASI

Daftar Pustaka:
1. Anonim. 2005. Pelayanan Kesehatan anak di Rumah Sakit.Jakarta. WHO

2. Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta

3. Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2: Penerbit EGC. Jakarta.

4. Rahajoe, NN, Bambang s, Darmawan, BS. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta. IDAI.

5. Soedarsono. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. Surabaya

6. Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.

7. Isselbacher, et al, Harrison, 1995, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Vol. 2, Penerbit EGC, Jakarta, hal. 906-909.
Hasil Pembelajaran:
1. Memahami tanda dan gejala pneumonia dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang
2. Memahami kriteria diagnosis pneumonia , pembagian kelas pneumonia serta komplikasi penyakit tersebut
3. Memahami tatalaksana medikamentosa dan non-medikamentosa pneumonia

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

3
1. Subjektif
Keluhan Utama :
By R, 5 bulan, sesak 3 hari SMRS, memberat hari ini

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dibawa ibunya dengan keluhan sesak sejak 3 hari yang lalu namun memberat hari ini. Pasien juga batuk pilek kurang lebih
satu minggu. Batuk berdahak warna hijau kekuningan. Demam juga dirasakan naik turun sejak dua minggu. Minum ASI mulai menurun.
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Ibu pasien belum berobat kemanapun. Hanya diberi PCT sirup jika demam. Diakui ibu pasien, hal ini baru
pertama kali dialami. Bayi R belum pernah dirawat sebelumnya. Riwayat keluarga batuk-batuk lama disangkal. Imunisasi diakui lengkap
sesuai umur. Perkembangan dan pertumbuhan sesuai umur.
Pasien tidak pernah MRS sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kejang demam, tidak memiliki riwayat penyakit asma dan
tidak memiliki riwayat alergi. Di keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Ibu dan Bapak pasien tidak pernah
menderita TB, tidak ada riwayat alergi atau asma.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak pernah MRS sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kejang demam, tidak memiliki riwayat penyakit asma dan
tidak memiliki riwayat alergi
Riwayat Obat-Obatan: PCT syrup jika demam

Riwayat Penyakit Keluarga:


Di keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Ibu dan Bapak pasien tidak pernah menderita TB, tidak ada riwayat alergi
atau asma.
Riwayat Sosial :

4
Pasien anak pertama dilahirkan normal di bidan, BB 3200 g, karena anak pertama pasien sering dicium-cium banyak kerabat dan saudara.

2. Objektif
a. Keadaan Umum: Lemah
b. Kesadaran: Compos Mentis, E4V5M6
c. BB : 8,3 kg
d. Vital sign:
- Nadi: 120x/m.
- RR: 70x/menit, saturasi 90% tanpa kanul, dgn kanul O2 1 lpm sat 96%
- Suhu: 37,9oC
- Keadaan gizi : cukup
- Sianosis : Tidak ada

e. Status generalis:
Kepala :
Bentuk normal, rambut berwarna hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak teraba benjolan.

Mata :
Bentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebra superior et inferior tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, kornea keruh, pupil bulat dan isokor.

Telinga :
Bentuk normal, Meatus Akustikus Eksterna lapang, sekret -/-, serumen -/-

5
Hidung :
Sekret (-), hipertrofi konka inferior (-), konka pucat (-), darah (-), pernafasan cuping hidung (+)

Mulut :
Bentuk normal, sianosis (-), bibir tidak kering, lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis, darah (-)

Leher
Bentuk normal, Kelenjar Tiroid dan Kelenjar Getah Bening tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat

Thorax anterior
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, gerak simetris dalam statis dan dinamis, retraksi suprasternal (-), retraksi substernal (+)
Palpasi : Taktil fremitus kanan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, ronkhi +/+, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : Ichtus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V garis midklavikula kiri
Perkusi : Batas kanan : sela iga V garis sternalis kanan
Batas kiri : sela iga V satu jari diatas garis axillaris anterior
Batas atas : sela iga II garis parasternal kiri

6
Auskultasi : BJ I & BJ II regular. Murmur (-). Gallop (-)

Thorax posterior
Inspeksi : Bentuk simetris, lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-) gerak nafas simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : SN bronkovesikuler, Ronkhi +/+, wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi : datar, scar (-), tidak tampak massa
Palpasi : supel, distensi (-), liver & spleen tidak teraba. Tidak teraba massa abdomen.
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) normal

Anggota Gerak
Lengan
Kanan Kiri
Otot
- Tonus Normotonus Normotonus
- Massa Eutrofi Eutrofi
Sendi Normal Normal
Gerakan lemah Lemah
Akral hangat Hangat
edema - -

7
Tungkai Dan Kaki
Kanan Kiri
Otot
- Tonus Normotonus Normotonus
- Massa Eutrofi Eutrofi
Sendi Normal Normal
Gerakan lemah lemah
Akral Hangat Hangat

Edema - -

Refleks
Kiri Kanan
Tendon + +
Bisep + +
Trisep + +
Patela + +
Archilles + +
Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks - -
Patologis

8
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Thoraks:
Kesan : bronkopneumonia

Laboratorium (06/6/16)
Parameter Result Unit Reference range

HB 12,6 g/dL 11,0 14,7

RBC 5,45 10^6/uL 3,69 5,46

9
HCT 36,7 % 35,2 46,7

MCV 67,3 fL 86,7 102,3

MCH 23,1 Pg 27,1 32,4

MCHC 34,3 g/dL 29,7 33,1

WBC 19,75 10^3/uL 3,37 8,38

PLT 174 10^3/uL 172 378

GDS 103

3. Assesment
Latar Belakang
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun jamur. Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun
2006 dalam Pneumonia: The Forgotten Killer of Children, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita
dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di
dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.

Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri pneumokokus yang menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal.
Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang bayi
dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).

DEFINISI

10
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri,
yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut
pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah
tertarik ke dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5
tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit,
dan umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.

ETIOLOGI
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan
virus) dan protozoa.
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia
yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun
oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat.
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir 20 hari Bakteri Bakteri

E. colli Bakteri anaerob

Streptoccus group B Streptoccous group D

Listeria monocytogenes Haemophilllus influenzae

11
Streptococcus pneumoniae

Ureaplasma urealyticum

Virus

Virus sitomegalo

Virus Herpes simpleks


3 minggu 3 bulan Bakteri Bakteri
Chlamydia trachomatis Bordetella pertusis
Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenzae tipe
B
Virus Moraxella catharalis
Virus Adeno Staphylococcus aureus
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum
Virus Parainfluenza 1,2,3 Virus
Respiratory Syncytial Virus Virus sitomegalo
4 bulan 5 tahun Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe
B
Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis

12
Virus Staphylococcus aureus
Virus Adeno Virus
Virus Influenza Virus Varisela-Zoster
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial virus
5 tahun remaja Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae
Mycoplasma pneumoniae Legionella sp
Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus
Virus
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster

13
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam
waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan
kematian.
3. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan
sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan
tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian
sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis
Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat
dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika
ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.

KLASIFIKASI
1. Berdasarkan umur
a. Kelompok usia < 2 bulan
1) Pneumonia Berat
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah
Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan

14
penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari.
Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.
2) Bukan Pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

b. Kelompok usia 2 bulan sampai < 5 tahun


1) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada,
anak kejang dan sulit dibangunkan.
2) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada.
4) Bukan pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.
5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat
dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan.
2. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/ Nosocomial pneumonia).
c. Pneumonia Aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
3. Berdasarkan agen penyebab
a. Pneumonia Bakterial / tipikal. Klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita daya tahan tubuh lemah

PATOFISIOLOGI

15
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada
alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan
neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang
cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan
tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa
mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires.
Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang
dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia
mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien dapat
diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk
bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal yang umum
terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan dalam
pneumonia bakterial.

FAKTOR RESIKO
Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita, diantaranya :
1. Faktor Intrinsik
Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya
tahan tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
a) Status gizi

16
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia. Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan
imunologik seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan
kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia.
b) Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini
balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap
mempertahankan kekebalan yang ada pada balita. Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian
akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian penyakit yang dapapat dicegah dengan imunisasi.
c) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari
penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi
salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita.
d) Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada
anak umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum
sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit.

2. Faktor Ekstrinsik
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan
sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit
menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor tersebut, yang berpengaruh diantaranya :
a) Ventilasi

17
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi
adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen
b) Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar kayu
merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh
karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan
bermotor.

MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya
sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual,
muntah, atau diare. Gejala gangguan respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada,takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih,
sianosis
Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil
Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan
Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks
ibu.
Serangan apnea
Sianosis
Merintih

18
Napas cuping hidung
Takipnea
Letargi, muntah
Tidak mau minum
Takikardi atau bradikardi
Retraksi subkosta
Demam
Sepsis pada pneumonia neontus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48 jam pertama
Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%
Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi
Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar
Takipnea
Retraksi subkosta (chest indrawing)
Napas cuping hidung
Ronki
Sianosis
Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar
Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna
Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kanan bawah yang menimbulkan infiltrasi diafragma
Nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai apendisitis.

19
DIAGNOSA
Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Untuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun
Pneumonia berat
o Bila ada sesak napas
o Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia
o Bila tidak ada sesak napas
o Ada napas cepat
o Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.
Bukan pneumonia
o Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas.
o Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan pengobatan simptomatis seperti penurun panas.

Bayi berusia dibawah 2 bulan


Pneumonia
o Bila ada napas cepat atau sesak napas
o Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
o Tidak ada napas cepat atau sesak napas

20
o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus
pneumoniae; bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial
(interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk
kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella,
tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.

21
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau
pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya
neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin
terganggu.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.
Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.
4. Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas
darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

TATALAKSANA
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu diraawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit,
misalnya toksis, distres pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan
suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah.
Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif. Penyakit penyerta harus
ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.
1. Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin
yang diberikan adalah 25 mg/KgBB. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP 20 mg/kgBB sulfametoksazol). Makrolid, baik

22
eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan
pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S. Pneumoniae dan bakteri atipik.
2. Pneumonia rawat inap
Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap
obat diatas, dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari
pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi .
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau
meningitis. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan
aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari.
Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik beta-laktam dengan/ aatau tanpa
klavulanat. Pada kasus yang lebih berat diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid baru intravena, sefalosporin
generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat
dipengaruhi oleh kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia
pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :
1. Perawatan Selama Masa Kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat
bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
2. Perbaikan Gizi Balita

23
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI
pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor
antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang
mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak
umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa
menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.
5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak
membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas,
cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi kecenderungan untuk terkena penyakit
pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang
terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk
penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya
penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir pada hidung),
tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

24
1. Plan
Therapi di ruangan
Konsul dr. Budastra, sp.A
IVFD D5 NS 30 tpm micro
Injeksi Cefotaxim 3x300 mg
PCT infus 3x90 mg
Dexamethason injeksi 3x1,5 ng
Nebu Ventolin 3x1 ampul
a. Diagnosis:
Pneumonia Berat
b. Pengobatan: sudah sesuai dengan pedoman
c. Pendidikan: edukasi ibu mengenai penyakit, penyebab, dan pencegahan yang dapat dilakukan.
d. Konsultasi: pasien sudah dikonsultasikan ke spesialis penyakit anak untuk perawatan lebih lanjut.

25

Anda mungkin juga menyukai