Farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien geriatri akan berbeda dari pasien
muda karena beberapa hal, yakni terutama akibat perubahan komposisi tubuh, perubahan faal
hati terkait metabolisme obat, perubahan faal ginjal terkait eksresi obat serta kondisi
multipatologi. Selain itu, perubahan status mental dan faal kognitif juga turut berperan dalam
pencapaian hasil pengobatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek psikososial juga akan
terutama dalam meresepkan obat kepada pasien geriatri. Selain itu, faktor lain yang
mempengaruhi pemberian obat pada pasien geriatri adalah multipatologi (adanya lebih dari
Selain adanya jenis penyakit yang berbeda pada pasien geriatri, terjadi pula kondisi
multipatologi (satu pasien menderita beberapa penyakit). Keadaan ini dapat terjadi karena
pasien geriatri biasanya menderita suatu penyakit yang akan cenderung menahun, dan
disusul oleh penyakit lain yang juga cenderung menahun akibat pertambahan usia, demikian
kondisi akut seperti pneumonia atau infeksi saluran kemih yang mengakibatkan ia harus
dirawat. Kondisi akut yang terjadi pada seseorang dengan berbagai penyakit kronik
degeneratif sering kali menambah daftar obat yang harus dikonsumsi pasien (Anonima,
2006).
Pada beberapa situasi memang jumlah obat yang diberikan kepada pasien bisa lebih
dari dua macam, lebih dari tiga macam, atau bahkan lebih dari empat macam. Hal ini
disebabkan karena keadaan multipatologi yang diderita pasien geriatri. Namun demikian,
tetap harus diingat bahwa semakin banyak obat yang diberikan, maka semakin besar pula
risiko untuk terjadinya efek samping, dan yang lebih berbahaya lagi adalah bertambah pula
Menurut Michocki (2001) dalam Anonima (2006), keadaan multipatologi pada pasien
geriatri sebenarnya tidak boleh dikaitkan dengan multifarmasi atau yang lebih lazim dikenal
polifarmasi sendiri sebenarnya masih diartikan secara beragam oleh beberapa ahli. Beberapa
polifarmasi, yang pastinya adalah polifarmasi mengandung risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan manfaat yang dapat dipetik, sehingga sedapat mungkin dihindari.
Walaupun cara non farmakologi juga merupakan pilihan dalam penanganan berbagai
masalah pada pasien geriatri, namun obat tetap menjadi pilihan utama sehingga macam dan
Perubahan Farmakokinetik
Oral Bioavailibility
Sejak 60 tahun yang lalu Vanzant dkk (1932) telah melaporkan terjadinya
seseorang. Aklorhidria terdapat pada 20-25% dari mereka yang berusia 80 tahun
Aktifitas enzim ini dapat mempengaruhi bioavailibility obat yang masuk per oral.
Beberapa obat mengalami destruksi saat penyerapan dan metabolisme awal di hepar
bioavailibility akibat proses menua. Jadi akibat penurunan aktivitas enzim terebut
maka destruksi obat berkurang dan dosis yang masuk kedalam sirkulasi meningkat
Distribusi Obat (Pengaruh Perubahan Komposisi Tubuh & Faal Organ Akibat
Penuaan)
Komposisi tubuh manusia sebagian besar dapat digolongkan kepada komposisi cairan
tubuh dan lemak tubuh. Pada usia bayi, komposisi cairan tubuh tentu sangat dominan;
ketika beranjak besar maka cairan tubuh mulai berkurang dan digantikan dengan
massa otot yang sebenarnya sebagian besar juga berisi cairan. Saat seseorang beranjak
dari dewasa ke usia lebih tua maka jumlah cairan tubuh akan berkurang akibat
Sebaliknya, pada usia lanjut akan terjadi peningkatan komposisi lemak tubuh.
Persentase lemak pada usia dewasa muda sekitar 8-20% (laki-laki) dan 33% pada
perempuan, di usia lanjut meningkat menjadi 33% pada laki-laki dan 40-50% pada
perempuan. Keadaan tersebut akan sangat mempengaruhi distribusi obat larut air
karena jumlah cairan tubuh menurun. Dosis obat hidrofilik mungkin harus diturunkan
(Anonima, 2006).
Metabolic Clearance
Faal Hepar
kurang larut dalam lemak dan mudah dikeluarkan melalui ginjal (Anonima, 2006).
Faal Ginjal
Dengan menurunnya kadar GFR pada usia lanjut maka diperlukan penyesuaian dosis
obat; sama dengan pada usia dewasa muda yang dengan gangguan faal ginjal.
Pemberian obat pada pasien geriatri tanpa memperhitungkan faal ginjal sebagai organ
yang akan mengeksresikan sisa obat akan berdampak pada kemungkinan terjadinya
akumulasi obat yang pada gilirannya bisa menimbulkan efek toksik. Patokan
penyesuaian dosis juga dapat diperoleh dari infomasi tentang waktu paruh obat
(Anonima, 2006).
Perubahan Farmakokinetik
dibanding farmakokinetiknya karena efek obat pada seseorang pasien sulit di kuantifikasi; di
samping itu bukti bahwa perubahan farmakodinamik itu memang harus ada dalam keadaan
degenerasi reseptor obat dijaringan yang mengakibatkan kualitas reseptor berubah atau