Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Seluruh Sumber Daya Alam yang terkandung di bumi ini merupakan anugerah
yang tak ternilai yang diberikan Oleh Tuhan Yang Maha Esa bagi kehidupan umat
manusia di bumi, baik yang bernilai ekonomis maupun yang tidak bernilai
ekonomis. Kabupaten Kolaka merupakan salah satu daerah yang ada di Sulawesi
Tenggara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah yang jika diolah dengan
baik akan mendatangkan keuntungan bagi daerah Kolaka pada khususnya dan
bangsa Indonesia pada umumnya. Salah satunya adalah dengan ditemukannya
endapan Nikel yang berasal dari batuan ultrabasa yang mengandung mineral
Garnerit yang terdapat di Pomalaa kabupaten Kolaka.
Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN
Sultra yaitu tambang terbuka dengan metode penambangan Open Cut Mining yang
menyebabkan kerusakan dan perubahan bentuk lahan. Untuk mengatasi
masalah tersebut dilakukan dengan kegiatan reklamasi yang diharapkan
dapat memulihkan kondisi ekosistem seperti awalnya.
Dalam melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang matang
agar tepat pada sasaran. Perencanaan reklamasi harus sudah dipersiapkan sebelum
kegiatan penambangan karena telah diatur dalam dokumen lingkungan. Lingkup
reklamasi meliputi penatagunaan lahan, pencegahan dan penanggulangan air asam
tambang.
Pada tahapan ini biaya reklamasi sangat penting dipertimbangkan sebelum
dilaksanakan suatu pertambanagan karena dengan adanya kegiatan reklamasi yang
terencana diharapkan lahan bekas penambangan dapat digunakan dan dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian, perkebunan dan sebagai objek wisata, sehingga dampak
negatif dari kegiatan penambanagan dapat berkurang dan dapat menambah
pendapatan masyarakat.
Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk mengajukan judul
kerja praktek dengan judul Study teknis proses dan biaya Recontouring pada

1
kegiatan reklamasi lahan bekas tambang pada PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN
Sultra.
I.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diidentifikasi pada kegiatan kerja praktek ini adalah
bagaimana proses Recontouring dan analisa biaya yang akan dikeluarkan untuk
proses Recontouring pada kegiatan reklamasi lahan bekas Tambang pada PT.Antam
(persero) Tbk. UBPN Sultra.
I.3 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengetahui proses Regrading secara
teknis dan mengetahui metode perhitungan besaran biaya yang akan dikeluarkan
untuk proses Recontouring pada kegiatan reklamasi lahan bekas Tambang pada
PT.Antam (persero) Tbk. UBPN Sultra.
I.4 Batasan Masalah
Mengingat permasalahan reklamasi sangat luas, maka permasalahaan di batasi
terkait dengan proses Recontouring pada Bukit D dan menganalisa biaya
operasional alat muat, angkut dan dorong untuk proses Recontouring Bukit D pada
kegiatan reklamasi lahan bekas Tambang pada PT.Antam (persero) Tbk. UBPN
Sultra.
I.5 Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di PT.Antam (Persero) Tbk. UBPN
Sultra Kecamatan Pomalaa Sulawesi Tenggara dengan rencana jadwal
penelitian mulai Maret 2017.
Tabel I.1
Jadwal rencana kerja praktek
April Mei
No Kegiatan IV I II II
1 Studi pustaka
2 Orientasi lapangan
3 Pengambilan data
4 Analisis data

5 Pembuatan laporan

2
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

II.1 Sejarah Singkat PT Antam (PERSERO) Tbk. UBPN Sultra


Pt. Aneka Tambang (Persero) Tbk. Berdiri pada tanggal 5 juli 1968. Perusahaan
milik Negara ini memiliki beberapa unit bisnis pertambangan, salah satunya unit
bisnis pertambangan nikel yang terdapat di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka
Provinsi Sulawesi Tenggara. Tahun 1909 merupakan awal dilakukannya kegiatan
eksplorasi dan penambangan biji nikel di Pomalaa oleh E.C. Abendanon, geologis
asal Belanda. Selanjutnya kegiatan eksploitasi diteruskan oleh Oost Borneo
Maatschappij (OBM) dan Bone tolo Maatschappij hingga tahun 1942. Pada masa
penjajahan jepang di Indinesia, tambang nikel di pomalaa dikelola oleh Sumitomo
Metal Mining Crop. Yang berhasil membangun pabrik pengolahan nikel matte dan
manghasilkan ratusan ton matte. Namun pabrik tersebut hancur akibat serangan yang
dilakukan oleh sekutu.
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 29/1960 dan Undang-Undang
Pertambangan Nomor 37/1960 yang menyatakan bahwa nikel sebagai bahan galian
strategis, maka pada tahun 1960 Pemerintah Pusat dan Daerah kemudian
membentuk Perusahaan bersama yang bernama PT. Pertambangan Nikel Indonesia
(PNI). Sebelum pembentukan PNI, kegiatan pertambangan biji nikel dilakukan oleh
Perusahaan NV Perto. Perusahaan ini melakukan pertama kali penggalian dipulau
Maniang pada tahun 1959 hingga 1960. Beberapa tahun kemudian berdasarkan PP
No. 26 Tahun 1968, PT. PNI bersama BPU Pertambun (Pimpinan Umum
Perusahaan-Perusahaan Tambang Umum) disatukan menjadi PN. Aneka Tambang
di Pomalaa. Hingga pada akhir Desember 1974, PN. Aneka Tambang berubah
menjadi PT. Aneka Tambang seperti yang ada sekarang.
Cadangan biji nikel laterit yang ada di Pomalaa memiliki kadar rendah ( 1,
82% Ni) dan data kadar tinggi (2,30% Ni). Bijih nikel laterit yang berkadar tinggi
semakin menipis jumlah untuk membuat bijih nikel laterit berkadar rendah semakin
bernilai maka bijih nikel tersebut dibentuk menjadi produk logam FeNi.
Peleburan bijih nikel menjadi logam FeNi dilakukan pada pabrik FeNi. PT.
Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra telah memiliki tiga unit pabrik FeNi. Pabrik

3
pertama mulai diba ngun pada tanggal 12 Desember 1973. Pabrik pertama tersebut
diresmikan oleh wakil Prisiden RI, Sri mengkubuwono IX pada tanggal 23 Oktober
1976. Pabrik FeNi unit II Maret 1996 oleh presiden RI saat itu. Trakhir pabrik FeNi
unit III mulai dibangun pada tahun 2004 dan beroprasi pada bulan februari dua tahun
setelahnya. Keseluruhan proses produksi dipabrik tersebut dijalankan dengan mesin
diesel sebagai pembangkit listrik.
PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra telah memperoleh beragam
penghargaan dibidang pengelolaan lingkungan. Pada tahun 2001, PT. Antam
(Persero) Tbk. UBPN Sultra mendapat sertifikat ISO 14001 sejak tahun 2001 untuk
pelaksanaan sistem manejemen lingkungan. Selain itu, PT. Antam (Persero) Tbk.
UBPN Sultra juga memperoleh PROPER BIRU dari kementrian lingkungan hidup
pada tahun 2010. Artinya kegiatan usaha dan operasi di unit ini sudah taat terhadap
peraturan lingkungan hidup seperti penerapan dokumen pengelolaan lingkungan,
pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah
bahan beracun dan berbahaya (B3), pengendalian pencemaran air laut dan kriteria
kerusakan lingkungan.

II.2 Lokasi Kerja Praktek


Daerah kuasa PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra meliputi area kurang
lebih 7.250 Ha. Penambangan bijih nikel dilakukan secara serentak didalam wilayah
KP Eksplorasi dengan membagi tiga daerah tambang yaitu Tambang Utara untuk
wilayah KP Eksplorasi KW 98 PP 0214, Tambang Tengah untuk wilayah KP
Eksplorasi KW WSPM014, Tambang Selatan untuk wilayah KP Eksplorasi KW 98
PP 0213 dan KW PM015 serta gugusan Pulau Maniang, Pulau Lemo, Pulau
Padamarang.

4
Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara, berbatasan dengan :

Gambar II.1
(Lokasi Kecamatan Pomalaa, Sulawesi Tenggara)

Menurut Laporan RKL/RPL Triwulan 1 tahun 2012, daerah kuasa Pertambangan


PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra meliputi:
Daerah Utara
Daerah utara dibatasi oleh Sungai Kumoro, dimana pada bagian tengah daerah
utara ini terdapat Sungai Kumoro yang mengalir dari arah Tenggara ke arah
Teluk Mekongga. Daerah ini semakin meluas kearah Utara sampai diluar daerah
kuasa Pertambangan bagian Barat dekat pesisir pantai, melingkari bukit-bukit
dan daerah ini mengapit ke arah Sungai Kumoro.
Daerah Tengah
Daerah Tengah bagian utara berbatasan dengan daerah utara bagian selatan,
dipisahkan oleh sungai Kumoro. Bagian utara terdapat perbukitan dan bagian
selatan adalah pesisir pantai serta bagian barat terdiri dari lembah yang sangat
luas. Bagian timur adalah batas daerah kuasa Pertambangan.
Daerah Selatan
Daerah Selatan meliputi beberapa daerah antara lain : daerah Sitado, Tanjung
pagar, Tanjung Leppe dan Batu Kilat.
Gugusan Pulau Mekongga

5
Pulau-pulau ini membentuk gugusan yang dipisahkan oleh laut dangkal dengan
kedalaman rata-rata 30m, Pulau Lambasina, Pulau Buaya.

II.3 Infrastruktur Perusahaan


Mengingat semakin menipisnya ketersediaan bijih nikel laterit yang memiliki
kadar tinggi (<2,30% Ni) dan jumlah cadangan nikel laterit yang berkadar rendah
(<1,82% Ni) yang dapat dimanfaatkan masih cukup besar, maka perlu dianggap
perlu didirikan pabrik peleburan bijih nikel menjadi produk Feronikel. Realisasi
pembangunan pabrik dimulai pada tanggal 12 Desember 1973 dan mulai
berproduksi secara komersial pada pertengahan Agustus 1976 dengan daya 20 MVA
(18 MW). Pabrik unit 1 ini memiliki kapasitas 5.000 ton. Sampai pada tahun 2003,
PT. Antam (persero), Tbk. UBPN Sultra memiliki total 3 unit memiliki kapasitas
produksi 15.000 dengan daya MW. Pada tahun 2004, pabrik FeNi 1 dimodernisasi
dari sistem ELKEM ke sistem Copper Cooler untuk meningkatkan kapasitas
produksi. Menurut penuturan pengawas pabrik peleburan, target produksi pada tahun
ini (2016) kurang lebih 18.000 ton dari target produksi 20.000 ton (91%). Target
pada tahun ini diakui berkurang dikarenakan permintaan pasar yang sedikit.
Untuk menjalankan proses pabrik, PT. Antam (persero) Tbk. UBPN Sultra
menggunakan mesin diesel sebagai pembangkit listrik yang terkoneksi parallel
sebelum didistribusikan ke masing-masing peralatan. Total mesin diesel yang
digunakan PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra sebanyak 10 unit.
PT. Antam (persero) Tbk. UBPN Sultra juga membangun 3 plant oksigen untuk
memenuhi kebutuhan O2 dan N2 pada peleburan dan pemurnian. Total kapasitas
produksi plant oksigen sebanyak 900 ton.
Untuk menunjang aktifitas keseharian, terdapat beberapa fasilitas penunjang
diantaranya Bandar Udara, lapangan golf, penyaluran air, dermaga, stock yard,
bengkel, generator, perkantoran dan kompleks perumahan bagi para karyawan.

II.4 Geologi Regional


Endapan bijih nikel yang ditemukan di daerah Pomalaa adalah termasuk bijih
nikel laterit yang terbentuk oleh hasil pelapukan batuan ultrabasa yang terdapat di
Sulawesi Tenggara. Jalur ultrabasa tersebut dapat dijumpai dari Lasusua sampai

6
Pomalaa. Di Pomalaa jalur ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang
menyebar ke arah Tenggara melalui gunung Watumohai dan gunung Torobulu.
Endapan bijih nikel yang terdapat di daerah Pomalaa termasuk dalam jenis nikel
laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan asalnya yaitu batuan ultrabasa
seperti peridotit.
Batuan induk peridotit terdiri dari mineral utama olivine dan piroksin, serta
beberapa jenis mineral tambahan seperti kromit, magnetit, dan cobalt. Proses
serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrtermal,
akan merubah batuan peridotit menjadi serpentinit. Proses ini dianggap sebagai awal
terbentuknya suatu endapan residu bijihnikel. Akibat dari proses pelapukan yang
terjadi pada kondisi curah hujan yang cukup tinggi sehingga membentuk air tanah
dan perubahan suhu yang cepat maka batuan tersebut mengalami dekomposisi dan
menghasilkan tanah laterit yang kaya akan unsur-unsur Fe serta silica yang
mengandung unsur-unsur Ni, Co, Mn dan Ca.
Proses ini disebut proses laterisasi dimana proses mekanis memegang peranan
penting, bersama sirkulasi air yang berasal dari hujan atau air yang mengandung
unsur-unsur Mg, Fe, ca akan terbawa dan larut.

II.5 Keadaan Topografi


Geomorfologi daerah Pomalaa merupakan perbukitan yang memanjang dari
utara sampai barat daya dengan beberapa punggung utama yang berpusat pada
pegunungan Mekongga. Diantara perbukitan tersebut terdapat lembah-lembah yang
merupakan tempat atau jalur aliran air pada waktu musim hujan.
Pada umumnya bentuk topografi daerah Pomalaa dapat dibagi menjadi dua
bagian yakni daerah yang relatif rendah dan daerah perbukitan yang relatif terjal.
Daratan rendah yang terletak pada daerah pantai, sebagian besar menjadi tempat
pemukiman penduduk yang pada umumnya berada pada ketinggian 2-100 mdpl.
Sedangkan daerah perbukitan merupakan daerah penambangan.

7
BAB III
LANDASAN TEORI

III.1 Pengertian Reklamasi


Reklamasi adalah Kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai dengan peruntukanya. Reklamasi bertujuan
meningkatkan ketaatan dari pemegang izin usaha pertambangan tahap
eksploitasi/operasi produksi dalam melaksanakan reklamasi lahan bekas tambang,
sesuai dengan rencana yang disetujui oleh pejabat yang berwenang.Sedangkan
jaminan Reklamasi ialah dana yang disediakan oleh perusahaan pertambangan
sebagai jaminan untuk melakukan reklamasi di bidang pertambangan umum.
Reklamasi dan pasca tambang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pertambangan, sehingga pertambangan dalam hal ini dapat disimpulkan
bukan hanya kegiatan gali, muat, angkut, namun harus pula pengembalian lahan
sebagaiamana peruntukan, untuk lebih jauh mengenai reklamasi dan pasca tambang.
Menurut UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara disebutkan
bahwa reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
http://radyanprasetyo.blogspot.co.id/2012/06/reklamasi-lahan-tambang.html

III.2 Dasar Hukum


Upaya pengendalian dampak negatif kegiatan pertambangan terhadap
lingkungan hidup dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai
berikut:
a. Peraturan-Pemerintah 78 tahun 2010 tentang reklamasi pasca tambang,
(Tajib Alfiah DirekturEksekutif FORUM RHLBT).
b. Undang-Undang No. 23 tahun 2009 tentang pengendalian dan pengelolaan
lingkungan hidup, (Tajib Alfiah Direktur Eksekutif FORUM RHLBT).
c. Permenhut P39/2010 tentang pola umum, kriteria dan standar rehabilitasi
dan reklamasi hutan, (Tajib Alfiah Direktur Eksekutif FORUM RHLBT).

8
d. Permenhut P4/2011 tentang pedoman reklamasi hutan, (Tajib Alfiah
Direktur Eksekutif FORUM RHLBT).
e. Permenhut P60/2009 tentang pedoman penilaian keberhasilan reklamasi
hutan, (Tajib Alfiah Direktur Eksekutif FORUM RHLBT).
f. Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang Minerba.
g. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pengolahan Lingkungan Hidup.
h. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL).
i. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 121 K/PE/1995 Pasal 1
adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki dan menata lahan yang
terganggu sebagai akibat usaha penambangan umum agar dapat berfungsi
dan berdaya sesuai dengan peruntukannya.
https://www.scribd.com/doc/285465055/Dasar-Hukum-Reklamasi-Pasca-
Tambang

III.3 Rencana Reklamasi


Reklamasi merupakan upaya mengembalikan kondisi tanah sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Maka terhadap
lahan bekas pertambangan, selain dilakukan penutupan tambang, juga harus
dilakukan pemulihan kawasan bekas pertambangan.
Tujuan kegiatan reklamasi lahan tambang bertujuan untuk memperbaiki
ekosistem lahan eks tambang melalui perbaikan kesuburan tanah dan penanaman
lahan di permukaan. Tujuan lainya adalah agar mampu menjaga agar lahan tidak
labil, lebih produktif dan meningkatkan produktivitas lahan eks tambang tersebut.
Akhirnya reklamasi dapat menghasilkan nilai tambah bagi lingkungan dan
menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan
sebelumnya pertambangan, kerusakan lingkungan hidup, dan sebagainya.
Reklamasi merupakan tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan,
masyarakat dan negara. Datangnya suatu perusahaan tambang pasti akan membawa
dampak kepada bentang alam. Oleh karena itu perusahaan tambang memiliki

9
kewajiban untuk mengembalikan lahan yang dipakai kembali ke bentuknya seperti
semula.

III.4 Tahapan Reklamasi Lahan Bekas Tambang


Kegiatan Reklamasi dilakukan setelah tambang dinyatakan mine out atau
sudah dinyatakan tidak ditambang lagi dan kegiatan penambangan tetap dilanjutkan.
Tahapan pada reklamasi, yaitu :
1. Recontouring
Tahapan pertama adalah membuat rencana recontouring, yaitu dengan melihat
dari bentuk final contour dari tambang dan membuat filling plan dan cutting plan,
yang dapat dilihat pada gambar III.1 Fungsi dari filling plan dan cutting plan
adalah untuk membuat sudut-sudut bukit lebih kecil dan membentuk kembali bukit.

Gambar III.1 Rencana Recontouring


(Sumber : Presentasi Profil UBPN Sultra-enviroment management)

2. Top Soiling
Tahap Top Soiling adalah penimbunan top soil pada lahan setelah recontouring.
Top soil yang digunakan adalahtop soil bekas bongkaran yang di simpan di
stockpile berdasarkan lokasi tambang tersebut. Ketebalan top soil tergantung pada
ketersediaan top soil. Minimal top soil yang ditimbun adalah 30 cm, dan maksimal
60 cm. Ketebalan ini berpengaruh pada kesuburan tanaman karna daya ikat akar
akan semakin kuat bila semakin tebal top soilnya. Pekerjaan top soiling dilakukan
menggunakan alat excavator, buldozer, dan dump truck. Kegiatan top soiling dapat
dilihat pada gambar III.2

10
Gambar III.2 Rencana Top Soiling
(Sumber :Presentasi Profil UBPN Sultra-enviroment management)

3. Penanaman Kembali
Kegiatan penanaman kembali dilakukan setelah lahan bekas tambang telah
dilapisi semua oleh top soil, yang dapat dilihat pada gambar III.3 Ada tiga tahap
penaman yang dilakukan, yaitu :
a. Penanaman Cover Crop
b. Penanaman Tanaman Pelindung
c. Penanaman Tanaman Inti

Gambar III.3 Rencana Penanaman Kembali


(Sumber :Presentasi Profil UBPN Sultra-enviroment management)

11
1. Pemantauan
Bagian tanaman yang dijadikan parameter pada saat pemanatauan, yaitu :
Tinggi tanaman
Diameter batang
Lebar tajuk.
III.5 Penggunaan Alat Mekanis
Dalam kegiatan reklamasi lahan pasca tambang sangatlah diperlukan alat
mekanis yang dapat dipergunakan untuk membantu agar kegiatan tersebut dapat
berjalan sesuai rencana dan dapat terlaksana dengan baik.Dalam kegiatan reklamasi
lahan pasca tambang ini perlu diadakan persiapan yaitu penataan lahan. Dalam
kegiatan penataan lahan ini ada tiga alat mekanis yang paling sering digunakan yaitu
antara lain :
1. Excavator
Excavator merupakan alat mekanis yang digunakan dalam kegiatan
penambangan. Excavator juga dipergunakan dalam kegiatan reklamasi lahan
pertambangan, yang dimana fungsi alat ini yaitu dalam proses pemuatan top soil
(tanah penutup), pembuatan drainase dan penggerusan bebatuan.

Gambar III.4. Alat Muat (Excavator)


(sumber : dokumentasi kegiatan KP, 2017)

2. Dump Truck
Dump truck merupakan alat mekanis yang digunakan dalam kegiatan
penambangan khususnya dalam kegiatan pengangkutan material. Dalam kegiatan
reklamasi pasca tambang dump truck dipergunakan untuk mengangkut top soil
(tanah penutup) yang akan dipergunakan sebagai media tanam dalam tahapan

12
revegetasi. Dump truck juga dipergunakan dalam kegiatan penataan lahan, dalam
hal ini pengangkutan bebatuan (boulder) dan digunakan pila dalam pengangkutan
pupuk, ajir dan lain sebagainya.

Gambar III.5 Alat Angkut (Dump Truck)


(sumber : dokumentasi kegiatan KP, 2017)

3. Bulldozer
Bulldozer merupakan alat mekanis yang dipergunakan dalam kegiatan
penambangan. Bulldozer ini dapat digunakan dalam kegiatan reklamasi pasca
tambang yaitu dalam kegiatan penataan lahan dan juga dalam upaya perawatan
jalan tambang.

Gambar III.6 Alat Gusur ( Bulldozer )


(sumber : dokumentasi kegiatan KP, 2017)

13
III.6 Pengertian Biaya Reklamasi
Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam
rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan.

III.7 Komponen komponen biaya reklamasi


Komponen komponen biaya reklamasi terdiri dari:
1. Biaya Langsung meliputi:
a. Biaya pembongkaran fasilitas tambang (bangunan, jalan, emplasemen),
kecuali ada persetujuan dari instansi yang berwenang bahwa fasilitas tersebut
akandigunakanpemerintah.
b. Biaya penataan kegunaan lahan yang terdiri dari :
1. Sewa alat alat berat dan mekanis
2. Pengaturan permukaan lahan
3. Pengisian kembali lahan bekas tambang
c. Biaya Reklamasi meliputi:
1. Analisis kualitas kualitas tanah
2. Pemupukan
3. Pengadaan bibit
4. Penanaman, dll
d. Biaya pencegahan dan penaggulangan air asam tambang
e. Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang.
2. Biaya Tidak Langsung :
1. Biaya mobilisasidan Demobilisasi alat alat berat
2. Biaya perencanaan reklamasi
3. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor/pihak ketiga pelaksana
reklamasi.

III.7 Pelaksanaan Reklamasi


Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan rencana
tahunan pengelolaan lingkungan yang telah disetuju dan harus sudah selesai
pada waktu yang telah ditetapkan, dalam melaksanakan kegiatan reklamasi

14
perusahaan pertambangan bertanggung jawab sampai kondisi/zona akhir yang
telah disepakati tercapai.
Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi
pelaksanaan reklamasi, pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan
dari pekerjaan teknik sipil dan teknik vegetasi, pekerjaan teknik sipil meliputi :
1. Pembuatan teras,
2. Saluran pembuangan akhir (spa),
3. Bangunan pengendali lereng, check dam, dan lain-lain
yang disesuaikan dengan kondisi setempat. pekerjaan teknik vegetasi
meliputi :
1. Pola Tanam,
2. Sistem Penanaman (Monokultur, Multiple Croping),
3. Jenis Tanaman Yang Disesuaikan Kondisi Setempat,
4. Tanaman penutup dan lain-lain.
Pelaksanaan reklamasi lahan meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang,
pengaturan bentuk tambang (landscaping), pengaturan/penempatan bahan
tambang kadar rendah yang belum dimanfaatkan.
b. Pengendalian erosi dan sedimentasi.
c. Pengelolaan tanah pucuk (top soil).
d. Revegatasi (penanaman kembali) dan pemanfaatan lahan bekas tambang
untuk tujuan lainnya.

15
BAB IV
METODOLOGI KERJA PRAKTEK

Metode kerja praktek terdiri dari 4 tahapan yang dilakukan yaitu tahap studi
pustaka, tahap observasi lapangan, tahap pengambilan data dan pengumpulan data,
tahap pengolahan data dan analisis data, dan tahap penyusunan laporan.

IV.1 Studi Pustaka


Dalam kerja praktek ini, penulis melakukan beberapa kegiatan guna
memperlancar kegiatan kerja praktek dan penyelesaian penulisan laporannya, studi
pustaka dilakukan untuk mempelajari literatur-literatur atau referensi-referensi yang
berhubungan dengan kegiatan kerja praktek seperti gambaran umum mengenai
keadaan lokasi KP, kegiatan reklamasi, biaya reklamasi dan literatur-literatur
pendukung lainnya. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
mengenai keadaan lokasi kerja praktek untuk mengetahui konsep pembentukan nikel
dan kondisi geologi daerah kerja praktek serta sebagai bahan pendukung dalam
penulisan laporan kerja praktek.

IV.2 Observasi Lapangan


Sebelum melaksakan kegiatan di lapangan penulis mempersiapkan
perlengkapan untuk menunjang pelaksanaan kerja praktek. Observasi lapangan
merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan secara langsung dilapangan, yaitu
mengajukan pertanyaan pada pihak-pihak yang mempunyai pengetahuan terkait
dengan permasalahan yang dibahas, misalkan pada pengawas lapangan.

IV.3 Pengambilan dan Pengumpulan Data Lapangan


Pengambilan data yang di lakukan adalah suatu usaha untuk mengumpulkan
data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar melalui
pengamatan, pengukuran dan perhitungan.pengambilan dan pengumpulan data
terdiri dari data primer dan data skunder .

16
a. Data Primer
Dalam kegiatan pengumpulan data lapangan penulis mengambil data
yang diperlukan untuk menghitung besar biaya yang dibutuhkan pada saat
penambangan di lokasi penelitian penulis. Adapun data-data yang dikumpulkan dari
lapangan, diantaranya proses Regrading dan biaya proses Regrading.
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui membaca buku-buku atau
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian, seperti peta IUP
daerah penelitian, Profil perusahaan, Infrastruktur perusahaan, keadaan gologi
regional dan topografi , Data curah hujan tahunan

IV.4 Pengolahan Dan Analisis Data


Dalam hal ini, dilakukan pengecekan kelengkapan data serta mengelompokkan
data yang telah ada kemudian diolah dengan menggunakan rumusrumus yang telah
ada sehingga dapat dilakukan suatu studi komparatif dengan kondisi sebenarnya
sesuai data tersebut. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan uji
kolerasi ( teknik analisa statistik) untuk mengetahui validitas data.
Adapun prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah data dari
lapangan yang telah diambil masih merupakan data mentah dan acak kemudian
dikelompokkan lalu diolah menggunakan metode statistik untuk mengetahui
seberapa biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan reklamasi.

IV.5 Tahap Penyusunan Laporan Kerja Praktek


Tahap ini merupakan tahap yang paling akhir dalam proses kerja
praktek, dimana data-data yang telah di proses yang selanjutnya dijadikan laporan
lengkap.

17
Bagan Alir Kegiatan Kerja Praktek

Studi Pustaka

Observasi Lapangan

Pengambilan data dan pengumpulan data

Data Primer Data Skunder

- Profil perusahaan
- Proses Recontouring (penataan - Infrastruktur perusahaan
lahan)
- Biaya Proses Regrading - keadaan gologi regional dan
(penataan lahan) topografi
- Data curah hujan tahunan

Pengolahan data dan Analisis Data

- Metode Statistik
- Rumusan Biaya

Pembahasan

Kesimpulan

18
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

V.1 Letak dan luas Daerah Reklamasi


Lokasih pengamatan kegiatan kerja praktik pada kesempatan kali ini adalah
salah satu wilayah konsesi pertambangan PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra,
pada bukit D dengan kordinat S 04 15 34.6 dan T 121 32 05.4 yang terletak di
Tambang Selatan.
Gambar V.1 Peta Area Bukit D Tambang Selatan
(sumber : dokumen ,2017)

Gambar V.1 Area Bukit D Tambang Selatan


(sumber : dokumentasi kegiatan KP,2017)

Pengerjaan reklamasi di Bukit D dengan Kordinat S 04 15 34.6 dan T 121 32


05.4 pada Tambang Selatan PT.Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra dilakukan
mulai bulan Februari 2017 dengan luas area reklamasi 3.5 Ha.

V.2 Desain Reklamasi


Agar wilayah Reklamasi dapat menghasilkan fungsi yang optimal sesuai
peruntukannya, terlebih dahulu menemtukan desain reklamasi yang akan diterapkan.

19
Ada beberapa parameter yang harus diperhatikan dan dilakukan peninjauan dalam
menentukan penentuan desain reklamsi:
1. Kondisi lahan bekas tambang
Kondisi pada erea lahan bekas tambang biji nikel tentunya telah banyak
mengalami perubahan, Perubahan yang banyak retlihat pada topografi,struktur
tanah dan jenis material. Perlu dilakukan penyesuaian sarana dan prasarana
sebelum dilakukan pekerjaan reklamasi agar memperoleh hasil yang maksimal.
Penyesuaian dilakukan terhadap jenis alat berat yang digunakan dan bahkan
tumbuhan yang akan digunakan pada revegetasi nantinya.
2. Keadaan dan kondisi daerah sekitar
Keadaan dan kondisi daerah sekitar tentunya sangat berpengaruh dalam
penentuan bentuk reklamasi. Dalam penentuan bentuk reklamasi disesuaikan
dengan rencana pengembangan dan tata ruang perusahaan, dan perlu juga
diperhatikan lingkungan setempat seperti keadaan bentang alam.

Berdasarkan peninjauan yang telah dilakukan oleh perusahaan, pelaksanaan


reklamasi yang dipilih adalah dalam bentuk penanaman kembali/revegetasi.
Kegiatan ini memiliki beberapa manfaat antara lain:
1. Perbaikan lahan dengan metode regrading lahan dan revegetasi merupakan
alternatif yang paling cepat untuk mengembalikan keadaan lahan yang
terganggu menjadi lebih baik. Tanaman yang ditanami memiliki prasarana
penting.
2. Batang, ranting dan daun tanaman memiliki peranan sebagai media penghalang
dari butiran hujan pada permukaan tanah, sehingga hal ini mencegah
penghancuran agregat tanah yang dapat mengakibatkan erosi.
3. Dedaunan yang gugur dan kemudian tersebar pada permukaan tanah berperan
sebagai penyuplai unsur hara bagi tanaman disekitarnya. Selain itu, akar yang
tersebar pada lapisan permukaan tanah akan mengurangi kecepatan aliran air.

V.3 Tahap proses Recontouring


Recontouring merupakan tahap awal kegiatan reklamasi dalam penyiapan lahan
agar area kerja tidak licin dan curam akibat kegiatan penambangan sebelumnya.

20
Kegiatan regrading dibukit D dengan kordinat S 04 15 34.6 dan T 121 32 05.4
pada Tambang Selatan berlangsung mulai awal bulan februari 2017. Untuk
perencanaan proses regrading ini akan berakhir pling lambat minggu pertama bulan
juni 2017, tahapan proses regrading meliputi:
a. Pembuatan tanggul pembatas
Proses Recontouring pada Bukit D dimulai dengan metode cuting and filing agar
area lebih landai, pembuatan tanggul pembatas area kerja agar alat berat yang
diguakan tidak tergelincir akibat area kerja yang licin dan curam. Excavator dan
Breaker melakukan pekerjaan awal menggali tanah dan membongkar batuan yang
masih kelihatan tidak rata.

Gambar V.2 pembuatan Tanggul


(sumber : dokumentasi kegiatan KP,2017)

Setelah itu bulldozer menggusur tumpukan tanah dan bebatuan yang telah
dibongkar sebelumnya. Bulldozer kemudian meratakan material tanah hasil
pembongkaran tersebut ke seluruh permukaan tanah yang tidak beraturan dan
menimbun cebakan-cebakan yang berfungsi membentuk genangan air. Sedangkan
material batuan dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan dengan bantuan
excavator. Pada leng yang terdapat pada area reklmasi bagian puncaknya dipotong

21
kemudian material tanahnya ditimbun dikaki lereng, tujuannya agar area reklamasi
lebih landai.
b. Pembuatan akses jalan
Kegiatan selanjutnya adalah pembuatan akses jalan ini dibuat untuk
pengangkutan top soil. Akses jalan dibuat dua arah agar tidak terjadi tabrakan
antar alat angkut. Peralatan yang digunakan pada proses ini adalah Bulldozer dan

motor graider
Gambar V.3 Akses jalan area reklamasi
(sumber : dokumentasi kegiatan KP, 2017)

c. Top soiling
Top soiling merupakan kegiatan penganggkutan dan penghamparan tanah pucuk
(top soil) pada area reklamasi yang telah disiapkan sebelumnya. Top soil yang di
gunakan pada proses ini di diambil dari tanah pucuk Bukit R Tambang Selatan yang
baru memulai kegiatan penambangan dengan jarak 3 km/jam.

Gambar V.4 kegiatan Top soiling


(sumber : dokumentasi kegiatan KP, 2017)

Proses pengangkutan top soil dilakukan dengan menggunakan Dump Truck Hino.
Masing-masing Dump truck di muatkan top soil sebanyak 10 bucket per ret per unit.

22
Top soil yang telah diangkut kearea reklamasi kemudian dihamparkan menggunakan
Excavator secara merata dengan tebal Top Soil 50-60 cm. Biasanya akan
dilakukan ripping (penggemburan) menggunakan Excavator. Hal ini dilakukan
terhadap tanah yang memadat akibat terinjak alat berat. Pada saat disebarkan, top
soil yang berada diarea reklamasi dibuatkan jenjang. Interval jarak antara jenjang
sebara top soil 25cm. Tujuan dibuatkan jenjang ini untuk mempermudah proses
penanaman, pemeliharaan dan mempermudah teknis pelaksanaan kegiatan
reklamasi.

d. Pembuatan Sediment pond


Sediment pond merupakan kolam pengendapan lumpur yang dibuat diarea
reklamasi. Penempatan sediment pond ditempatkan di daerah yang paling rendah
yang di fungsikan sebagai penampungan air yang berasal dari limpasan air hujan
yang masuk melalui drenase yang telah dibuat.
Sediment pond berfungsi sebagai penetralisir air dimana partikel-partikel dari
tambang akan mengendap didalam kolam dengan semakin jauh air transportasi maka
partikel-partikel yang tercampur didalam air akan semakin banyak terendapkan. Hal
ini membuat air menjadi semakin jernih sebelum dilepaskan ke perairan.

Gambar V.5 Sediment pond


(sumber : dokumentasi kegiatan KP, 2017)

Air yang masuk kedalam sediment pond dialirkan melalui Drenase. Saluran
Drenase merupakan tempat mengalirnya air pada area yang akan direklamasi

23
dengan membuat paritan yang memanjang dengan kemiringan tertentu supaya aliran
air hujan tidak menghanyutkan top soil yang telah disebarkan.

Gambar V.6 Drenase


(sumber : dokumentasi kegiatan KP, 2017)

Saluran Drenase ini dibuat secara kontur (countour drain) dibukit area reklamasi.
Saluran ini dibuat berdasarkan topografi akhir setelah penataan lahan, mengikuti
kaki lereng sehingga terbentuk saluran air yang akan terlihat secara alami. Hal ini
akan mengurangi laju aliran air. Pada pengamatan terakhir sudah terdapat 5 titik
Sediment pond pada bukit D Tambang Selatan, masing-masing titik di buatka 2
Sediment pond yang saling berikatan. Dimensi Sediment pond dikondisikan dengan
model kontur.

V.4 Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Proses Recontouring


Dalam proses Recontouring, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kelancaran pekerjaan dalam mencapai target waktu yang direncanakan. Beberapa
faktor tersebut antara lain:

a. Faktor Cuaca
Cuaca sangat berpengaruh terhadap kelancaran pengerjaan proses Recontouring.
Apabila terjadi hujan akan sangat memperlambat kegiatan tersebut. Lapangan
kerja, baik bagi operator alat berat maupun alat berat itu sendiri. Sesuai SOP (
Standard Operating Procedure ) yang berlaku , apabila terjadi hujan, maka
kegiatan akan dihentikan untuk sementara waktu.
Tidak hanya pada saat terjadi hujan, pada saat cuaca cerah pun terdapat beberapa
faktor penghalang kelancaran kegiatan. Cuaca cerah mengakibatkan lapangan

24
kerja menjadi berdebu. Hal ini mengakibatkan jarak pandang operator dalam
mengemudikan alat berat menjadi berkurang. Untuk menanggulangi hal tersebut,
dioperasikan water tank. Water tank ini difungsikan untuk menyiram lapangan
kerja, pada umumnya akses jalan tempat beroperasinya dump truck yang
mengangkut top soil.
b. Kondisi Alat Berat
Alat berat yang dioperasikan harus dalam kondisi baik. Sebelum dan sesudah
pengerjaan pada setiap harinya dilakukan pengecekan kondisi alat, ketersediaan
bahan bakar dan lain-lain. Hal ini telah dilakukan pada proses regrading kegiatan
reklamasi Bukit D Tambang Selatan PT. Antam (persero), Tbk. UBPN Sultra.

Gambar V.5 Pengecekan alat setelah bekerja


(sumber : dokumentasi kegiatan KP, 2017)
c. APD, Kondisi dan Keahlian Operator
Tidak hanya alat berat, kondisi operator yang mengemudikan alat berat harus
diperhatikan. Setiap harinya sebelum melakukan kegiatan masing-masing, satuan
kerja lingkungan tambang PT. Antam (persero) Tbk. UBPN Sultra melakukan
Safety Talk di kantor satuan kerja lingkungan tambang. Pada safety talk dibahas
mengenai APD, tingkat kemajuan pekerjaan maupun operator mengenai kondisi
fisiknya. Apabila operator merasa kurang fit untuk melakukan kegiatan di
lapangan, maka dipersilahkan untuk istirahat dan tidak melakukan pekerjaan pada
hari tersebut.

25
Gambar V.6 Safety talk sebelum ke area kerja masing-masing
(sumber : dokumentasi kegiatan KP, 2017)

Keahlian Oprator juga mengambil peranan penting dalam kesuksesan pengerjaan


target waktu. Apabila pengemudi tersebut telah ahli dalam melakukan pekerjaan,
maka pekerjaan yang di lakukan akan cepat terselesaikan dan hasilnya optimal.

V.5 Aanalisi Data

a. Untuk produksi perjam total dari beberapa dump truck yang mengerjakan
pekerjaan yang sama secara simultan dapat di hitung dengan rumus


Q = x n x Cb x Ff x Ek

Dimana : Q = Produksi Dump truck (m3/jam)


Cb = Kapasitas Bucket Excavator (m3)
n = Banyak Pemuatan
EK = Efisiensi kerja (%)
Ff = Bucket fill factor

Untuk mencari nilai efesiensi kerja di gunakan rumus :


EK = x 100%

We = Wt - (Wtd + Whd)

Dimana : Ek = Efesiensi kerja (%)


We = Waktu Kerjs Efektif (menit)
Wt = Waktu kerja tersedia (menit)
Wtd = Waktu hambatan yang tidak dapat di hindari (menit)
Whd = Waktu hambatan yang dpat di hindari (menit)

26
Untuk menghitung faktor pengisian (bucket fill factor) digunakan persamaan berikut
:

Ff = x 100%

Dimana : Ff = Faktor pengisian (%)


Vb = Kapasitas nyata alat muat (m3)
Vd = Kapasitas teoritis alat muat (m3)

Untuk menyatakan keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut dapat dihitung
dengan factor keserasian (match factor) melalui persamaan sebagai berikut :


MF =

Dimana : Ff = Match Faktor


nH = Jumlah Alat Angkut
cL = Waktu edar (cycle time) untuk alat muat (dtk)
N = Jumlah bucket pada 1 unit alat muat
nL = Jumlah alat muat
cH = Waktu edar (cycle time) alat angkut (dtk)

*ketentuan :
MF = 1 (serasi alat gali muat 100% atau mendekati
100%)
MF 1 (alat angkut bekerja penuh, alat muat
mempunyai waktu tunggu)
MF 1 (alat muat bekerja penuh, alat angkut
mempunyai waktu tunggu)

Total Cycle time (waktu siklus) dump truck dapat di hitung dengan rumus :

Cm = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6

Dimana : Cm = Waktu siklus


T1 = Waktu Manuver
T2 = Waktu Pemuatan
T3 = Waktu Pengangkutan
T4 = Waktu manuver
T5 = Waktu Penumpahan
T6 = Waktu Kembali

27
b. Untuk menghitung produksi jam dari excavator dapat dihitung dengan rumus
berikut :

Q = q x x E

Dimana : Q = Produksi Excavator (m3/jam)


Cm = Cycle time (dtk)
Q = Produksi per Cycle
E = Efesiensi Kerja

Faktor koreksi digunakan untuk mendapatkan gambaran produksi yang sebernya.


Untuk menentukan faktor efisiensi ini, perlu disesuaikan dengan kondisi operasi
yang sebenarnya.

Keadaan Operasi Efisiensi Kerja


Baik 0,83
Sedang 0,75
Agag buruk 0,67
Buruk 0,58
Tabel V.1 Efesiensi Kerja
(sumber : specification and application handbook komatsu 22nd edition)

Nilai q di peroleh dari hasil perkalian kaasitas Bucket dengan Bucket fill factor.
Penentuan nilai Bucket fill factor dapay dilihat dari tabel berikut :

Kondisi kerja Excavator Blade fill factor

Pekerjaan ringan Melaksanakan 1,1 1,2


pekerjaan pada tanah
lumpur, lempung atau
tanah halus
Pekerjaan sedang Melaksanakan 1,0 1,1
pekerjaan pada tanah
kering
Pekerjaan agag berat Melaksanakan 0,8 0,9
pekerjaan pasir yang
mengandung krikil
Pekerjaan berat Pembuatan batuan 0,7 0,8
hasil ledakan
Tabel V.2 Kondisi Kerja Exavator
(sumber : specification and application handbook komatsu 22nd edition)

28
Total cycle time (waktu siklus) excavator pada saat pemuatan top soil dapat dihitung
dengan rumus :

Cm = T1 + T2 + T3 + T4

Dimana : Cm = Waktu siklus


T1 = Swimig pada saat Bucket kosong
T2 = Wakti Loading
T3 = Swiming pada saat Bucket terisi
T4 = Waktu Dumping

Total Cycle Time (waktu siklus) excavator pada saat melakukan penghamparan top
soil dapat dihitung dengan rumus:

Dimana : Cm = Waktu Siklus


T1 = Swing pada saat bucket kosong
T2 = Waktu Loading
T3 = Swing pada saat bucket terisi
T4 = Waktu Dumping
T5 = Waktu Menghampar

c. Produksi per jam suatu Bulldozer pada saat penggusuran adalah sebagai berikut
:

Q=
m3/jam

Dimana : q = produksi per siklus (m3)


Cm = waktu siklus (dalam menit)
E = Effisiensi kerja

Produksi per siklus Bulldozer (q)


Untuk pekerjaan penggusuran, produksi per siklus adalah sebagai berikut :

Q = L H2 a

Dimana : L = Lebar Blade (m)


H = Tinggi Blade (m)
A = Faktor Blade

dalam menghitung produktifitas standar Bulldozer, volume tanah yang di pindahkan


dalam satu siklus dianggap sama dengan lebar Blade (tinggi Blade)2.

Waktu yang dibutuhkan untuk suatu Bulldozer menyelesaikan suatu siklus


(menggusur, menggati persenelling dan mundur)

Cm =
+ + Z (menit)

29
Dimana : D = Jarak gusur (m)
F = Kecepatan maju (m/menit)
R = Kecepatan mundur (m/menit)
Z = Waktu untuk ganti persenelling (menit)

Faktor Blade dapat ditentukan dengan menggunakan table dibawah ini :


Kondisi kerja bulldozer Blade fill factor
Pekerjaan ringan Penggusuran dapat 1,1 0,9
dilaksanakan dengan Blade
penuh tanah lepas;kadar air
rendah,tanah berpasir tidak
dipadatkan, tanah biasa,
material untuk timbunan
persediaan (stockpile)

Pekerjaan sedang Tanah lepas, tetapi tidak 0,9 0,7


mungkin menggusur dengan
blade penuh, tanah
bercampur kerikil, pasir dan
batu pecah.

Pekerjaan agag berat Kadar air tinggi, tanah liat, 0,7 0,6
pasir bercampur kerikil,
tanah liat yang sangat
kering, tanah asli,

Pekerjaan berat Batu hasil peledakan, 0,6 0,4


batuukuran besar

Tabel V.3 Factor Blade Bulldozer


(sumber : specification and application handbook komatsu 22nd edition)

Faktor koversi tanah tergantung dari tipe tanah dan derajat pengerjaan, tetapi
biasanya angka tersebut berkisar seperti pada table tersebut :
Jenis Tanah Kondisi Tanah
Semula Kondisi Tanah yang akan dikerjakan
Asli Lepas Padat
Pasir Tanah Asli 1,00 1,11 0,95
Tanah Lepas 0,90 1,00 0,86
Tanah Padat 1,05 1,17 1,00
Tanah Liat Tanah Asli 1,00 1,25 0,90
Berpasir Tanah Lepas 0,80 1,00 0,72
Tanah Padat 1,11 1,39 1,00
Pecahan Cadas Tanah Asli 1,00 1,65 1,22
atau Batuan Tanah Lepas 0,60 1,00 0,74
Lunak Tanah Padat 0,82 1,35 1,00
Pecahan Granit Tanah Asli 1,00 1,70 1,31
atau Batuan Tanah Lepas 0,59 1,00 0,77
Keras Tanah Padat 0,76 1,30 1,00

30
Pecahan Batu Tanah Asli 1,00 1,75 1,40
Tanah Lepas 0,57 1,00 0,80
Tanah Padat 0,51 1,24 1,00
Tabel V.4 Faktor koversi tanah

Dalam merencanakan Kegiatan regrading, produktifitas per jam dari suatu alat yang
diperlukan adalah produktifitas standar dari alat tersebut dalam kondisi ideal
dikalikandengansuatufaktor.
Faktor tersebut dinamakan efisiensi kerja.

Kondisi operasi alat Pemeliharaan mesin


Baik Baik sekali Sedang Buruk Buruk sekali
Baik 0,83 0,81 0,76 0,7 0,63
Baik sekali 0,78 0,75 0,71 0,65 0,6
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,6 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk sekali 0,52 0,5 0,47 0,42 0,32
Tabel V.5 Efisiensi kerja Berdasar Pemeliharaan Alat
(sumber : specification and application handbook komatsu 22nd edition)

Kecepatan maju dan mundur (F dan R)


Kecepatan maju Bulldozer berkisar antara 3-5 km/jam dan kecepatan mundurnya
antara 5-7 km/jam.
Waktu untuk menggati persenelling
Mesin Gerak Langsung Waktu Untuk Ganti Persnelling
(Menit)
(a) Tongkat Tunggal 0,10

(b) Tongkat Ganda 0,20

Tabel V.6 Waktu ganti Persnelling


(sumber : specification and application handbook komatsu 22nd edition)

Berdasarkan analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya, dilakukan


pengambilan data secara langsung di lapangan kemudian memasukkan data yanga
diperoleh ke dalam analisis data tersebut. Setelah penginputan data tersebut
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Produktifitas dump truck

60
- = ()
- Cm = T1 + T2.... + T6
16+111+976+34+46+945
= 60
= 35,4
= 35 Menit

31

- Ff = () 100%

- Ek = ( ) 100%
- We = Wt (Wtd + Whd)
= 7 jam (30 Menit+30 Menit)
= 420 menit 60 menit
= 360 menit

- Ek = (360/420) x 100%
= 0,85 x 100%
= 0,85%

- Ff = (1,8/2) x 100%
= 0,9 x 100%
= 0,9%

- Q = (60/35) x 9 x 1,8 x 0,9 x 0,85


= 21,1920
= 21,1 ton/jam

b. Produktifitas excavator

- Q = q x (3.600/Cm) x E
- Cm = T1 + T2 + T3 + T4
=5+3+2+3
= 13 detik

-q = Kapasitas Bucket x bucket fill factor


= 1,8 X 1,2
= 2,16

3600
- = 2,16 ( ) 0,83
13
= 189,8 Ton/jam (pada top soiling)

3600
- = ( )
- Cm = T1 + T2 + T3 + T4 + T5
= 5 + 3 + 2 + 3 + 20
= 33 detik

c. produktivitas per jam suatu Bulldozer.

60
-Q =
m3/jam

8,0 60 0,73
-Q = 3,3
m3/jam
-Q = 110m3/jam

32
Produksi per siklus:

-Q = L H2 a
-Q = 4,25 1,052 0,9
-Q = 8,0m

Menghitung siklus:

Cm = F + R + Z (menit)

8,0 8,0
Cm = 3,7 + 8,2 + 0,30(menit)

Cm = 2,1 + 0,9 + 0,30

Cm = 3,3(menit)

V.6 Aanalis Biaya


Analisis Biaya Operasional Alat Muat dan Alat Angkut
Berdasarkan hasil penelitian, produktivitas alat muat excavator Komatsu P200
adalah 189,8 ton/jam, produktivitas alat angkut Hino FM620 adalah 21,1 ton/jam
dan produktivitas alat dorong Bulldozer Komatsu D75A adalah 110m3/jam. Biaya
sewa alat yang menjadi ketetapan PT. Antam (persero) Tbk. UBPN Sultra bersama
mitra untuk alat muat Rp.393.702,07/jam, untuk alat angkut Rp.292.767,03/jam dan
alat dorong Rp. 42.136,869/jam.
Untuk menghitung sewa alat, diperoleh dari hasil perkalian harga sewa alat per
jam dan jam kerja per hari. Untuk perhitungan jumlah efektif alat muat dan alat
angkut dapat dilihat pada tabel.

33
N Nama Volum Produktivita Jumla Harga sewa Jam Biaya
o Alat e s alat berat h alat satuan alat Kerj produksi
Galian (m3) berat per jam a per
per hari (unit) (Rp) Per satuan
(m3) hari alat (Rp)
1. Excavato 1152 189,8 1 393.702,07 7 27.5591.1
r 44
Backhoe
Komatsu
PC200
2. Dump 1152 21,1 8 292.767,03 7 29.276.70
Truck 3
Hino
FM620
Tabel V.7 Perhitungan alat berat yang digunakan

No Nama alat Volume Produktuvitas Jumlah Harga Jam Biaya


gusur alat dorong alat sewa Kerja produksi
3
per hari (m /jam) berat satuan alat Per per satuan
(unit) per jam hari alat (Rp)
(Rp)

Bulldozer 110m3/jam 1 601.952,67 7 42.136,869


1 Komatsu
D75A

Tabel V.8 Perhitungan alat berat yang digunakan

34
BAB VI
PENUTUP

VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari kegiatan kerja praktik yang dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
a. Perhitungan biaya operasional alat mekanis dapat diperoleh dengan hasil
perkalian harga sewa alat per jam dan jam kerja per hari.
b. Biaya yang dikeluarkan dalam proses Regrading selama 4 bulan
pengerjaan dengan rentang waktu mulai Februari hingga Mei 2017
menggunakan sistem sewa alat/kontrak pada mitra dari PT. Antam (Persero)
Tbk. UBPN Sultra.

VI.2 Saran
Setelah melaksanakan kegiatan kerja praktik ini, saran yang dapat disampaikan
oleh penulisan adalah : perlunya komuikasi yang baik antara pengawas lapangan
dengan pengawas mitra kerja agar pekerjaan dilapangan bisa terkordinir dengan baik
dan perlu juga di lakukan pengawasan yang lebih tegas agar proses pekerjaan
dilapangan yang dikerjakan oleh mitra dengan menggunakan alat berat bisa lebih
efektif.

Kolaka,27 Mei 2017


Penyusun,

SUCI RAHMADANI

35
DAFTAR PUSTAKA

Reklamasi dan pasca tambang data diperoleh dari situs internet: http://banti-
indonesia.com/blog/, sabtu, 21 januari 2017, kolaka.

Reklamasi. Pertambangan data diperoleh dari situs internet: http:// icalestar.


Blogspot.co.id/minggu, 22 januari 2017, kolaka.

Proses Recounturing data diperoleh dari (Presentasi Profil UBPN Sultra-


enviroment management), 1 Mei 2017, Pomalaa.

Biaya Berbagai Macam Pengertian Biaya, data diperoleh dari situs: https;
//triusnita. Wordpress.com senin, 10 Mei 2017, kolaka

Reklamasi lahan tambang. html. data diperoleh dari situs.


http://radyanprasetyo.blogspot.co.id/ senin, 11 Mei 2017, Pomalaa

Aditya Putra, Adham. 2016. Studi proses Regrading pada kegiatan Reklamasi lahan
Tambang Nikel pada Bukit H Tambang Selatan PT. Antam
(Persero) Tbk. UBPN Sultra. Mahasiswa Teknik
Pertambangan Fakultas Ilmu dan Kebumian Universitas
HALU OLEO Kendari 2017. ( Laporan kegiatan KP, tidak
dipublikasikan), 20 Mei 2017, Pomalaa

Handayani Nora.2016. Analisis biaya operasional alat angkut pada proses


Regrading untuk persiapan Reklamasi PT. Antam (Persero)
Tbk. UBPN Sultra. Mahasiswa Teknik Pertambangan
Fakultas Ilmu dan Kebumian Universitas HALU OLEO
Kendari 2017. ( Laporan kegiatan KP, tidak dipublikasikan),
21 Mei 2017, Pomalaa

PT. ANTAM (Persero) Tbk. 2012c. Laporan pemakaian Alat Berat Satuan Kerja
Pengelolaan Lingkungan Tambang UBPN Sultra tahun 2012.

PT.ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra, 2014. Laporan Triwulan 1 Tahun 2014,
Sulawesi Tenggara, Indonesia

36
37

Anda mungkin juga menyukai