Anda di halaman 1dari 42

LONGSORAN LERENG BAJI

KELOMPOK 7

La Ode Raemaka Sakti


M. Febriyanto Ali Sumardi Stefhani Heryaningsih
Muhammad Efendi Riski Ady Putra
Nanang Sugianto Siska Pratiwi
Ni Nyoman Juliana Asjar
Kafarudin Muh. Ikram S.

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
L/O/G/O
www.themegallery.com
KENDARI
2016
PENDAHULUAN
Kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan penambangan
dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan
lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar
seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi
dan juga dari teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan
lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi
penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk
memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi
atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan
tetap stabil.
Kestabilan lereng penambangan dipengaruhi oleh geometri lereng,
struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya luar yang
bekerja pada lereng tersebut. Suatu cara yang umum untuk
menyatakan kestabilan suatu lereng penambangan adalah dengan
faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya
penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak
yang menyebabkan terjadinya longsor.
LANJUTAN

Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk


mencari nilai FK (Faktor keamanan lereng) adalah sebagai berikut :
a. Data lereng atau geometri lereng (terutama diperlukan untuk
membuat penampang lereng)
sudut kemiringan lereng
tinggi lereng
lebar jalan angkut.
b. Data mekanika tanah
Sudut geser dalam ()
Bobot isi tanah atau batuan ()
Kohesi (c)
Kadar air tanah ()
c. Faktor Luar
Getaran akibat kegiatan peledakan,
Beban alat mekanis yang beroperasi, dll.
Longsoran
Longsoran merupakan suatu proses pergerakan massa tanah
dan atau massa hancuran batuan penyusun lereng yang
bergerak menuruni lerengnya akibat dari terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Masalah
kelongsoran khususnya di Indonesia, sering terjadi disebabkan
keadaan geografi yang dibeberapa tempat memiliki curah hujan
cukup tinggi dan daerah potensi gempa. Curah hujan yang
tinggi dianggap sebagai faktor utama kelongsoran karena air
dapat mengikis suatu lapisan pasir, melumasi batuan ataupun
meningkatkan kadar air suatu lempung sehingga mengurangi
kekuatan geser. Karena batuan mempunyai sifat yang berbeda,
maka jenis longsorannya pun akan berbeda pula. Longsoran
pada kegiatan pertambangan secara umum diklasifikasikan
menjadi empat bagian, yaitu : longsoran bidang (plane
failure), longsoran baji (wedge failure), longsoran guling
(toppling failure) dan longsoran busur (circular failure).
LONGSORAN LERENG
BAJI
Longsoran lereng baji adalah salah
satu jenis longsoran pada lereng
Pengertian yang mana bentuk longsorannya
membaji. Longsoran lereng baji ini
dapat dibedakan menjadi dua tipe
longsoran yaitu longsoran tunggal
(single sliding) dan longsoran ganda
Lanjutan. (double sliding).

Untuk longsoran tunggal, luncuran


terjadi pada salah satu bidang,
sedangkan untuk longsoran ganda
luncuran terjadi pada perpotongan
kedua bidang
Lanjutan
Gambar
disamping
merupakan
salah satu
contoh
longsoran
lereng baji pada
area pit
penambangan.
Longsoran jenis
ini marak terjadi
di area
penambangan
yang
disebabkan oleh
bebeapa factor.
Syarat terjadinya longsoran
lereng baji
Longsoran lereng baji dapat terjadi pada
suatu lereng batuan jika lebih dari satu
bidang lemah yang bebas dan saling
berpotongan. Sudut perpotongan antara
bidang lemah tersebut lebih besar dari sudut
geser dalam batuannya. Bidang lemah ini
dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint)
maupun bidang perlapisan. Cara longsoran
baji dapat melalui satu atau beberapa bidang
lemahnya maupun melalui garis perpotongan
kedua bidang lemahnya.
Lanjutan

Syarat terjadinya longsoran baji


Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah
B rata, tetapi kemiringan bidang lemah B lebih
besar daripada bidang lemah A.
Arah penunjaman garis potong harus lebih
kecil daripada sudut kemiringan lereng.
Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng,
bagian atas lereng dan kedua bidang lemah.
Sudut garis potong kedua bidang lemah lebih
besar daripada sudut geser dalamnya.
Kemiringan lereng lebih besar daripada
kemiringan garis potong kedua bidang lemah.
Lanjutan

Berikut adalah gambar geometri dan juga streonet dari


longsoran lereng baji
Lanjutan

Sama halnya dengan longsoran bidang,


longsoran baji ini juga diakibatkan oleh adanya
struktur geologi yang berkembang. Perbedaannya
adalah adanya dua struktur geologi (dapat sama
jenis atau berbeda jenis dan dapat single ataupun
set) yang berkembang dan saling berpotongan.
Longsoran baji ini terjadi bila dua buah jurus
bidang diskontinue berpotongan dan besar sudut
garis potong kedua bidang tersebut (fi) lebih
besar dari sudut geser dalam () dan lebih kecil
dari sudut kemiringan lereng (i).
Lanjutan

Longsoran sepanjang
perpotongan bidang A
dan B bisa terjadi bila
kemiringan garis potong
ini lebih kecil daripada
dip muka lereng, yang
diukur sesuai dengan
arah longsoran, yf >yi

Longsoran diasumsikan
terjadi bila kemiringan
garis perpotongan
melebihi sudut gesek
dalam, yf > yi > f.
Lanjutan
Proses terjadinya longsoran baji dapat diterangkan
sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah atau
batuan akan menambah bobot tanah atau batuan
tersebut. Jika air tersebut menembus sampai tanah
kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka
tanah atau batuan menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar
lereng, sehingga terjailah longsoran baji dengan
syarat-syarat tertentu.
Swindells (1985) melakukan penelitian mengenai
pengaruh peledakan pada kemantapan 16 lereng di
Scotlandia. Hasil penyelidikannya menunjukkan bahwa
tingkat tebal atau kedalaman kerusakan lereng
dipengaruhi oleh metoda penggalian yang dipakai.
Lanjutan
Tabel. Bobot Pengatur Swindless, 1985

Tebal/kedalaman
Metode kerusakan
No. SMR F4
Penggalian
Selang (m) Rata (m)

Lereng alamiah 4 0 0 15

Peledakan presplitting 3 0 0,6 0,5 10

Peledakan smooth 2 2-4 3 8

Peledakan masal 3 3-6 4 0


Klasifikasi RMR
Hasil penyelidikan Swindell menunjukkan
kesamaan umum antara tebal/kedalaman zone
kerusakan dengan faktor koreksi F4 menurut
Romana. Dari penjelasan slide sebelumnya tampak
bahwa tidak ada faktor khusus untuk penentuan
kemantapan lereng menurut longsoran baji. Maka
untuk menganalisis longsoran baji adalah dengan
cara menghitung RMR untuk masing-masing sistem
kekar. Klasifikasi RMR ini selanjutnya digunakan
dalam analisis longsoran lereng baji. Cara langsung
penentuan kemantapan lereng menurut longsoran
baji dapat menggunakan metoda Hoek & Bray
(1981). Cara ini menggunakan analisis stereonet.
Klasifikasi RMR
Berikut adalah contoh peta niai RMR pada PT. Newmont Nusa Tenggara
Parameter RMR
RMR atau Rock Mass Rating adalah system
klasifikasi massa batuan yang digunakan untuk
menentukan kekar pada massa batuan yang
nantinya akan digunakan pada saat analisis
longsoran lereng baji. RMR ini menggunakan 5
parameter yaitu:

a) Uniaxial Compressive Strength atau Point Load


Strength Index (Is)
b) Rock quality designation (RQD)
c) Joint spacing atau spasi bidang diskontinu
d) Kondisi bidang diskontinu
e) Kondisi air bawah tanah (ground water).
a). Uniaxial Compressive Strength atau Point Loa
Strength Index (Is)

Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari uji kuat


tekan uniaxial (Uniaxial Compressive Strength, UCS)
dan uji point load (Point load Test, PLI). UCS
menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel
batuan dari satu arah (uniaxial). Sampel batuan yang
diuji dalam bentuk silinder (tabung) dengan
perbandingan antara tinggi dan diameter (I/D)
tertentu. Perbandingan ini sangat berpengaruh pada
nilai UCS yang dihasilkan. Semakin besar
perbandingan panjang terhadap diameter, kuat tekan
akan semakin kecil.
Lanjutan

Tabel. Kekuatan material batuan utuh (Bieniawski, 1989)

Deskripsi Kualitatif UCS (MPa) PLI (MPa) Rating

Sangat kuat sekali >250 >10 15

Sangat Kuat 100 - 250 4 10 12

Kuat 50 - 100 24 7

Sedang 25 - 50 1-2 4

Lemah 5 -25 2

Sangat lemah 1-5 Penggunaan UCS 1


lebih dianjurkan
Sangat lemah sekali <1 0
b). Rock Quality Designation (RQD)
Pada perhitungan nilai RMR, parameter Rock Quality Designation diberi
bobot berdasarkan nilai RQD-nya.

Tabel. Rock Quality Designation (Bieniawski, 1989)

RQD (%) Kualitas Batuan Rating

< 25 Sangat jelek (very poor) 3

25 - 50 Jelek (poor) 8

50 - 75 Sedang (fair) 13

75 - 90 Baik (good) 17

90 - 100 Sangat baik (excellent) 20


c). Jarak antar kekar (joint spacing)

Jarak antar kekar atau joint spacing


didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara
dua kekar berurutan sepanjang garis
pengukuran yang dibuat sembarang. Joint
spacing diartikan juga sebagai suatu panjang
utuh pada suatu selang utuh pengamatan.
Pada perhitungan nilai RMR, parameter jarak
antar kekar diberi bobot berdasarkan nilai
spasi kekarnya.
Lanjutan

Tabel. Jarak antar kekar (Bieniawski, 1989)

Deskripsi Spasi kekar (m) Rating

Sangat lebar (very wide) >2 20

Lebar (wide) 0,6 2 15

Sedang (moderate) 0,2 0,6 10

Rapat (close) 0,006 0,2 8

Sangat rapat (very close) <0,006 5


d). Kondisi kekar (Joint condition)

Ada beberapa parameter yang digunakan oleh Bieniawski


dalam memperkirakan kondisi permukaan bidang diskontinu.
Parameter tersebut yaitu:

Atau kekerasan bidang permukaan diskontinu merupakan


parameter yang penting untuk menentukan kondisi bidang
Roughness diskontinu. Suatu permukaan yang kasar akan dapat
mencegah terjadinya pergeseran antara kedua permukaan
bidang diskontinu.

Merupakan jarak antara kedua permukaan bidang


diskontinu. Jarak ini biasanya diisi oleh material lainnya
Separation (filling material) atau diisi oleh air. Makin besar jarak ini,
semakin lemah bidang diskontinu tersebut.
Lanjutan

Merupakan kemenerusan dari sebuah bidang


Continuity diskontinu, atau juga merupakan panjang dari
sebuah bidang diskontinu.

Menunjukan derajat pelapukan permukaan diskontinu.


Tingkat pelapukan ini terdiri atas unweathered/fresh,
Weathering
slighty weathered, moderately weathered, highly
weathered, dan completely weathered rock.

Merupakan material pengisi antara dua permukaan bidang


diskontinu dan dipengaruhi oleh ketebalan, konsisten atau
tidaknya material pengisi tersebut. Filling yang lebih tebal
Infilling dan memiliki sifat mngembang bila terkena air dan berbutir
sangat halus akan menyebabkan bidang diskontinu menjadi
lemah.
Lanjutan
Tabel. Panduan Klasifikasi kondisi kekar (Bieniawski, 1989)
Parameter Rating
Panjang <1m 13m 3 10 m 10 20 m >20 m
kekar 6 4 2 1 0

Jarak antara Tidak ada < 0.1 mm 0.11.0 mm 1 5 mm >5 mm


permukaan
kekar 6 5 4 1 0

Kekasaran Sangat kasar Kasar Sedikit kasar Halus Slickensided


kekar
6 5 3 1 0
Keras Lunak
Material Tidak ada
<5 mm >5 mm <5 mm >5 mm
pengisi
6 4 2 2 0

Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk Sangat lapuk Hancur


Kelapukan
6 5 3 1 0
e). Kondisi air tanah (ground water condition)
Tabel. Kondisi air tanah (Bienawski, 1989)

Kering Terdapat Terdapat


Lembab Basah

a
Kondisi Umum (Complet tetesan air aliran air
(damp) (wet)
ely dry) (dripping) (flowing)

b
Debit air tiap
10 m panjang Tidak ada <10 10 - 25 25 - 125 >125
terowongan

Tekanan air
0 <0.1 0.1 0.2 0.1 0.2 >0.5
pada kekar

Rating 15 10 7 4 0
Rock Mass Strenght (RMS)
Pada tahun 1980 Selby melakukan penelitian untuk
mencari hubungan antara kekuatan massa batuan profil
singkapan dan kemiringan lereng di Antartika dan
Selandia Baru. Dia menekankan pada derajat pelapukan
dan orientasi kekar untuk membuat Klasifikasi
Kekuatan Massa Geomorfik yang tujuannya untuk
meramalkan kemantapan lereng dan disebut sebagai
Rock Mass Strength (RMS). Dari 300 macam massa
batuan penelitiannya menghasilkan bobot numerik
maksimum untuk parameter-parameter yang
berpengaruh pada kemantapan lereng yang ditunjukkan
pada Tabel 3 dan 4, sebagai alternatif dari RMR.
Lanjutan
Lanjutan
Tabel 4. Bobot dan klasifikasi Geomorphic rock mass strength (Selby, 1980)
Metode Analisis Longsoran
Lereng Baji

Untuk longsoran lereng baji, ada 2 metode analisis yang sering


digunakan, yaitu :

a Analisis kesetimbangan batas

b Analisis Kinematika
Analisis kesetimbangan batas

Analisis kesetimbangan batas merupakan metode


analisis kesetimbangan dari massa yang berpotensi
bergerak menuruni lereng dengan membandingkan
gaya penggerak dan gaya penahan sepanjang bidang
gelincir longsoran. Perbandingan kedua gaya tersebut
akan menghasilkan nilai FS. Analisis kesetimbangan
batas untuk longsoran baji dilakukan dengan
perhitungan manual menggunakan Hoek-Bray Wedge
Stability Chart. Analisis ini menggunakan asumsi
bahwa bidang diskontinuitas memiliki c = 0 kPa. Data
yang digunakan antara lain dip dan dip direction
kedua diskontinuitas dan nilai yang diperoleh
berdasarkan hasi analisis balik
Lanjutan
Kestabilan lereng untuk
longsoran tipe baji dihitung
dengan persamaan berikut:

Konstanta A dan B diperoleh dari


Hoek-Bray wedge stability chart,
dimana nilainya ditentukan oleh
besar perbedaan sudut
kemiringan dan arah kemiringan
kedua bidang diskontinuitas. A
dan B adalah sudut geser
dalam masing-masing bidang
diskontinuitas A dan B. Sudut
kemiringan bidang diskontinuitas
A< sudut kemiringan bidang
diskontinuitas B.
Lanjutan

Apabila ternyata ketahanan


geser bidang gelincir dipengaruhi
oleh kohesi dan dijumpai pula
adanya rembesan air di bidang-
bidang lemah tersebut, maka
penentuan faktor keamanan
harus mempertimbangkan kedua
factor tersebut. Dengan
membuat asumsi untuk air
bahwa air hanya masuk di
sepanjang garis potong bidang
Lanjutan

(a). (b).

Gambar. Analisis kemantapan dengan memperhatikan kohesi dan air


Lanjutan

Untuk menentukan faktor keamanan dengan


asumsi bahwa air hanya masuk di sepanjang garis
potong bidang lemah dengan muka atas lereng
(garis 3 dan 4 pada Gambar (a)) dan merembes
keluar di sepanjang garis potong bidang lemah
dengan muka lereng (garis 1 dan 2 pada Gambar
(b)) serta baji bersifat impermeabel dapat
dilakukan dengan persamaan berikut:
Lanjutan
Dimana : = bobot isi satuan
w = bobot isi air
H = tingggi keseluruhan dari baji yang terbentuk
CA dan CB = Kohesi bidang lemah A dan B

na.nb = sudut perpotongan kedua bidang lemah.


nb = sudut antara bidang lemah A dengan garis perpotongan bidang lemah B dan muka
lereng.
Analisis Kinematika

Analisis kinematika merupakan salah satu metode


analisis kestabilan lereng yang menggunakan
parameter orientasi struktur geologi, orientasi lereng
dan sudut geser dalam batuan yang diproyeksikan
pada stereonet (Hoek dan Bray, 1981). Dalam
analisis kinematika digunakan Schmidt net dengan
proyeksi bidang menjadi titik (pole plot) maupun
garis lengkung (plane). Analisis longsoran baji
menggunakan prinsip proyeksi bidang menjadi garis
lengkung sedangkan analisis longsoran bidang
menggunakan prinsip proyeksi bidang menjadi titik.
Data yang digunakan antara lain data line mapping
dan data pemboran geoteknik
Lanjutan

Pada data kekar perlu dilakukan contouring untuk


mengetahui arah orientasi utama selanjutnya
arah orientasi utama tersebut digunakan dalam
analisis kinematika maupun analisis
kesetimbangan batas. Berdasarkan hasil analisis
kinematika, dengan masukan data orientasi
bidang diskontinuitas yang berupa struktur
geologi (sesar dan kekar), maka dapat diketahui
tipe longsor dan kemungkinan ketidakstabilan
lerengnya.
Lanjutan

Analisis kinematika blok TL-1. Lingkaran putus-putus menunjukkan
titik perpotongan diskontinuitas yang berpotensi wedge failure.
Lanjutan

(a). (b).

(a). Ilustrasi longsoran kombinasi antara sesar dan kekar pada longsoran baji
(b). Proyeksis stereonet pada longsoran lereng baji
KESIMPULAN
Longsoran lereng baji adalah jenis longsoran pada
tanah atau batuan yang dapat terjadi pada suatu
lereng batuan jika lebih dari satu bidang lemah
yang bebas dan saling berpotongan. Sudut
perpotongan antara bidang lemah tersebut lebih
besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang
lemah ini dapat berupa bidang sesar, rekahan
(joint) maupun bidang perlapisan. Cara longsoran
baji dapat melalui satu atau beberapa bidang
lemahnya maupun melalui garis perpotongan
kedua bidang lemahnya.
Longsoran lereng baji dapat dianalisis dengan
metode analisis kesetimbangan batas, dan metode
kinematika.
REFERENSI
https://www.scribd.com/doc/280404265/i-Gde-Budi-Indrawan-Analisis-
Tipe-Longsor

https://www.scribd.com/doc/284348676/LONGSORAN-BAJI

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbpitbpp-gdl-arisendart-29838--
2007ta-4.pdf

https://repository.ugm.ac.id/101159/1/i_Analisis%20Tipe%20Longsor.
pdf
THANKS FOR YOUR
ATTENTION
ANGGOTA KELOMPOK 7
La Ode Raemaka Kafarudin
M. Febriyanto Ali Sumardi Sakti
Muhammad Efendi Stefhani Heryaningsih
Nanang Sugianto Riski Ady Putra
Ni Nyoman Juliana Siska Pratiwi
Add Your Company SloganL/O/G/O
Muh. Ikram S. Asjarwww.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai