Makalah Gatritis
Makalah Gatritis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan sakit maag atau sakit
pada lambung ialah peradangan pada dinding lambung, terutama pada selaput
lendir lambung. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh makanan yang mengiritasi
yang sering menimbulkan gastritis adalah iritasi atau penipisan selaput lambung
pedesaan yang mengancam setiap orang tanpa mengenal usia, jenis kelamin
maupun status sosial. Penyakit gastritis sering muncul secara spontan dimana
kejadian ini bisa terjadi apabila pola makan tidak teratur dengan kebiasaan makan
Sakit maag (gastritis) tidak dapat kita anggap remeh karena gastritis yang
kanker lambung, dan wanita hendaknya lebih waspada karena 60% dari penderita
gastritis adalah wanita. Penyebabnya antara lain wanita lebih tertutup dan mudah
mengalami stress, memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan sering melakukan
kejadian gastritis. Hal ini disebabkan karena ada kecenderungan gaya hidup yang
tidak sehat yang dilakukan oleh remaja yang dapat memicu terjadinya gastritis
pada usia muda. Mereka kadangkala tidak memperhatikan pola makannya dengan
1
kalangan remaja ada semboyan makan tidak makan asal kumpul. Selain itu,
usia muda atau usia muda merupakan masa pencarian identitas dimana mereka
didukung oleh pola asuh orang tua yang baik, maka mereka dapat terbawa oleh
Anak usia muda pada masa kini mengalami banjir stres yang datang dari
perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang
diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis, serta gastritis (Elkind
Jakarta mendapatkan sekitar 50% dari sampel penelitian mengalami sakit maag
Environmental Health Country Profile WHO pada tahun 2001 kejadian gastritis
(2007) menemukan bahwa faktor yang berkaitan dengan kejadian gastritis adalah
Data tentang gastritis di Sulawesi Selatan pada tahun 2008, kasus baru
penderita gastritis pada pasien rawat jalan di rumah sakit sebesar 979 kasus.
Sedangkan pada penderita gastritis yang dirawat inap di rumah sakit sebesar 294
kasus (Dinkes Sulsel, 2009). Data dari Puskesmas Togo-Togo didapatkan kasus
gastritis pada tahun 2014 sebanyak 91 penderita, tahun 2015 sebanyak 102
penderita, dan tahun 2016 sebanyak 135 penderita . Adapun jumlah penderita
gastritis pada usia muda pada tahun 2016 sebanyak 60 orang (48,1%) (Rekam
2
Data tersebut di atas memberikan gambaran bahwa jumlah penderita
gastritis terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun dimana distribusi
kejadian gastritis lebih banyak terjadi pada usia muda (48,1%) dibandingkan
dengan usia yang lain. Walaupun tidak ada data yang pasti tentang kejadian
gastritis pada usia muda dari tahun ke tahun di Puskesmas Togo-togo, namun
pada usia muda yang semakin lama semakin meningkat yang mungkin
disebabkan karena pola hidup mereka yang tidak teratur. Oleh karena itu peneliti
B. Manfaat Penelitian
Togo.
2. Bagi puskesmas
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan bagi puskesmas dalam
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa dalam
penanganan gastritis.
3
BAB II
1. Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani
dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
dikaitkan dengan gastritis seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus
(Yuliarti, 2009).
(ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi
banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera
2. Penyebab
bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa
keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika
4
esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus
Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan
tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada
Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini.
3. Faktor resiko
g. Waktu makan yang tidak teratur, sering terlambat makan, atau makan
berlebihan.
5
4. Tanda dan gejala
Biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas,
mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa
penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak
tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi
darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
pencernaan dengan gejala-gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya,
(Yuliarti, 2009):
a. Gastroenteritis
Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya terjadi akibat
infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut dan mual
gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua hari sedangkan untuk
b. Heart burn
Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada ini
biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik
pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna
kembali ke mulut
6
c. Stomach ulcers
Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus dan parah,
lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka
yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit
yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung sedang
d. Non-ulcer dyspepsia
Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan terlalu banyak
dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit pada perut atas,
5. Patofisiologi
kita. Pada keadaan tertentu yang diakibatkan oleh faktor resiko di atas, asam
pertahanan lambung pun tidak berjalan dengan baik, maka asam lambung
gastritis.
6. Pengobatan
7
yang menetralkan asam lambung seperti antasida atau yang mengurangi
produksi dari asam lambung yang ada seperti cimetidine atau ranitidine
(Yuliarti, 2009).
dianjurkan untuk gastritis kronis yang ada hubungannya dengan infeksi oleh
2001).
7. Pencegahan
zat yang ada dalam lambung misalnya dengan mengatur pola makan yang
alkohol, atau zat kimia lain yang dapat merusak dinding lambung. Sebaiknya
gastritis
1. Pola Makan
8
Gaya hidup dan budaya yang demikian jelas akan mempunyai
dampak tertentu yang dapat bersifat positif atau negatif terhadap status gizi
terhadap kesehatan berupa terbiasa untuk makan pada saat ada kesempatan
tidak memberikan waktu khusus untuk makan. Begitu juga pada prinsipnya
yang mereka makan. Kebiasaan ini rentan terhadap timbulnya gejala gatritis
(Masriani, 2007).
lambung umumnya kosong dalam 1-4 jam tergantung dari jumlah dan jenis
maksimal setiap 4 jam setelah makan dan kemudian menurun pada jam
makin tinggi zat karbohidrat umumnya sekitar 3 jam, tinggi protein sekitar 4
2. Frekuensi makan
kosong dalam 1-4 jam tergantung dari jumlah dan jenis makanan yang
jam setelah makan dan kemudian menurun pada jam berikutnya. Lamanya
karbohidrat umumnya sekitar 3 jam, tinggi protein sekitar 4 jam, dan tinggi
lemak sekita 6 jam. Secara normal, frekuensi makan yang dianjurkan adalah
9
3. Jenis makanan
lain garam, alkohol, rokok, kafein yang dapat ditemukan dalam kopi, teh
hitam, teh hijau, beberapa minuman ringan (soft drinks), dan coklat. Beberapa
macam jenis obat juga dapat memicu terjadinya gastritis. Garam dapat
Makanan yang diketahui sebagai iritan, korosif, makanan yang bersifat asam
Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada
pasien dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak terlalu kenyang dan tidak
harus dikurangi. Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan
mengandung serat makanan yang halus (soluble dietary fiber). Makanan tidak
Selain itu, makanan tidak boleh terlalu panas atau dingin (Wijdaya, 2009).
4. Stress psikologis
tuntutan yang besar pada seseorang, dan apabila seseorang tidak bisa
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan
10
5. Konsumsi alkohol
aminobutyric acid (GABA) dan reseptor asam glutamat dalam susunan saraf
pusat.
menyebabkan kelainan pada otot, darah, pankreas, hormon dan jantung. Selain
Menurut Susilo (2010) gastritis juga biasa terjadi pada alkoholik dan
gastritis akut. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-
11
karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan
lingkungan.
Hurlock (1973 dikutip dalam Retnowati, 2010) memberi batasan usia muda
Thornburgh (1982 dikutip dalam Retnowati, 2010), batasan usia tersebut adalah
11 hingga 22 tahun.
usia tersebut.
12
Tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja adalah
sebagai berikut:
1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik
lainnya
secara sosial
10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku
perlakuan dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa
kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan
dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk
13
teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu,
(Retnowati, 2010).
awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa
yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan.
Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun
percaya diri. Levine & Smolak (2002 dikutip dalam Asrori, 2010) menyatakan
bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih
dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha.
Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini
dikutip dalam Asrori, 2010). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya
rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptif. Lebih
lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal
munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman,
14
digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang.
alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang
D. KRITERIA OBJEKTIF
1. Pola makan
Kriteria objektif :
2. Frekuensi makan
Kriteria objektif :
Tidak Cukup : bila responden makan dalam sehari semalam < 3 kali
3. Jenis makanan
Kriteria objektif :
4. Stress psikologis
Kriteria Obyektif:
5. Konsumsi alkohol
Kriteria objektif :
6. Kejadian gastritis
Kriteria objektif :
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
1. Tempat penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah kerja generalisasi yang terdiri atas objek dan
dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang berada di
2. Sampel
a. Kriteria inklusi
16
b. Kriteria Eksklusi
Adapun penentuan jumlah sampel pada penelitian ini yakni 10% dari
(N=10) CI:95%
1. Seleksi
Hal ini bertujuan untuk mengklasifikasi data yang telah masuk menurut
kategori
2. Editing
3. Koding
4. Tabulasi
5. Analisa Data
17
Dilakukan melalui uji hipotesis dan pengolahan data dilakukan dengan
a. Analisis univariat
b. Analisis bivariat
E. Masalah Etika
1. Informed Consent
Lembar persetujuan yang diberikan pada responden yang akan diteliti yang
2. Anonimity
3. Confidentiality
18
BAB V
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dari 61 orang maka disajikan
sebagai berikut: dari segi umur responden sebagian besar berumur 16-20
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi
di Puskesmas Togo-Togo
Tahun 2016
Karakteristik Demografi f %
Umur (dalam tahun) :
15 Tahun 13 21,3
16 20 Tahun 39 63,9
> 20 Tahun 9 14,8
Jenis Kelamin :
Laki-Laki 27 44,3
Perempuan 34 55,7
Pendidikan :
SD 15 24,6
SMP 26 42,6
SMU 20 32,8
Jumlah 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016
19
2. Analisa univariat
a. Pola makan
Tabel 5.2.
Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan di Puskesmas Togo-
Togo Tahun 2016
Pola Makan f %
Tidak Teratur 40 65,6
Teratur 21 34,4
Jumlah 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016
b. Frekuensi makan
Tabel 5.3.
Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan di Puskesmas
Togo-Togo Tahun 2016
Pola Makan f %
Tidak Cukup 42 68,9
Cukup 19 31,1
Jumlah 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016
c. Jenis makanan
Tabel 5.4.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan di Puskesmas
Togo-Togo Tahun 2016
Jenis Makanan f %
Beresiko 42 68,9
Tidak Beresiko 19 31,1
Jumlah 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016
terjadinya gastritis.
d. Stres psikologis
20
Tabel 5.5.
Distribusi Responden Berdasarkan Stres Psikologis di Puskesmas
Togo-Togo Tahun 2016
Stres Psikologis f %
Ya 14 23,0
Tidak 47 77,0
Jumlah 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016
e. Konsumsi alkohol
Tabel 5.6.
Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Alkohol di Puskesmas
Togo-Togo Tahun 2016
Konsumsi Alkohol f %
Ya 7 11,5
Tidak 54 88,5
Jumlah 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016
f. Kejadian gastritis
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Gastritis di Puskesmas
Togo-Togo Tahun 2016
Kejadian Gastritis f %
Ya 34 55,7
Tidak 27 44,3
Jumlah 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016
21
1. Analisa bivariat
Puskesmas Togo-Togo
Tabel 5.8
Pengaruh Pola Makan dengan Kejadian Kejadian Gastritis Pada Usia
Muda di Puskesmas Togo-Togo
Kejadian Gastritis
Total
Pola Makan Ya Tidak
f % f % f %
Tidak Teratur 27 44,3 13 21,3 40 65,6
Teratur 7 11,4 14 23,0 21 34,4
Jumlah 34 55,7 27 44,3 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016 = 0,05 p= 0,023 OR=4,154
diperoleh nilai p=0,023, hal ini berarti nilai p < (0,05). Hal ini berarti
ada pengaruh pola makan dengan kejadian gastritis pada usia muda di
berarti responden dengan pola makan yang tidak teratur beresiko untuk
Puskesmas Togo-Togo
Tabel 5.9
Pengaruh Frekuensi Makan dengan Kejadian Kejadian Gastritis Pada
Usia Muda di Puskesmas Togo-Togo
Kejadian Gastritis
Total
Frekuensi Makan Ya Tidak
f % f % f %
Tidak Cukup 30 49,2 12 19,7 42 68,9
Cukup 4 6,5 15 24,6 19 31,1
Jumlah 34 55,7 27 44,3 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016 = 0,05 p= 0,001 OR=9,375
22
Tabel 5.9. tentang kejadian gastritis pada usia muda di Puskesmas
statistik Chi Square diperoleh nilai p=0,001, hal ini berarti nilai p <
(0,05). Hal ini berarti ada pengaruh frekuensi makan dengan kejadian
Ratio (OR)= 9,375 yang berarti responden dengan frekuensi makan yang
Puskesmas Togo-Togo
Tabel 5.10
Pengaruh Jenis Makanan dengan Kejadian Kejadian Gastritis Pada Usia
Muda di Puskesmas Togo-Togo
Kejadian Gastritis
Total
Jenis Makanan Ya Tidak
f % f % f %
Beresiko 30 49,2 12 19,7 42 68,9
Tidak Beresiko 4 6,5 15 24,6 19 31,1
Jumlah 34 55,7 27 44,3 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016 = 0,05 p= 0,001 OR=9,375
diperoleh nilai p=0,001, hal ini berarti nilai p < (0,05). Hal ini berarti
23
ada pengaruh jenis makanan dengan kejadian gastritis pada usia muda di
Puskesmas Togo-Togo
Tabel 5.11
Pengaruh Stress Psikologis dengan Kejadian Kejadian Gastritis Pada Usia
Muda di Puskesmas Togo-Togo
Kejadian Gastritis
Total
Stress Psikologis Ya Tidak
f % f % f %
Beresiko 12 19,7 2 3,3 14 23,0
Tidak Beresiko 22 36,0 25 41,0 47 77,0
Jumlah 34 55,7 27 44,3 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016 = 0,05 p= 0,023 OR=6,818
Chi Square diperoleh nilai p=0,023, hal ini berarti nilai p < (0,05). Hal
ini berarti ada pengaruh stress psikologis dengan kejadian gastritis pada
24
e. Pengaruh konsumsi alkohol dengan kejadian gastritis pada usia muda di
Puskesmas Togo-Togo
Tabel 5.12
Pengaruh Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Kejadian Gastritis Pada
Usia Muda di Puskesmas Togo-Togo
Kejadian Gastritis
Konsumsi Total
Ya Tidak
Alkohol
f % f % f %
Ya 6 9,8 1 1,7 7 11,5
Tidak 28 45,9 26 42,6 54 88,5
Jumlah 34 55,7 27 44,3 61 100,0
Sumber : Data Primer, 2016 = 0,05 p= 0,121
diperoleh nilai p=0,121, hal ini berarti nilai p > (0,05). Hal ini berarti
tidak ada pengaruh konsumsi alkohol dengan kejadian gastritis pada usia
B. Pembahasan
tidak teratur. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum remaja yang
disebabkan karena ada kecenderungan gaya hidup yang tidak sehat yang
dilakukan oleh remaja yang dapat memicu terjadinya gastritis pada usia muda.
25
Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistik Chi Square
didapatkan ada pengaruh pola makan dengan kejadian gastritis pada usia muda
dilakukan oleh Masriani (2007) bahwa ada hubungan pola makan dengan
Universitas Hasanuddin.
lambung umumnya kosong dalam 1-4 jam tergantung dari jumlah dan jenis
maksimal setiap 4 jam setelah makan dan kemudian menurun pada jam
makin tinggi zat karbohidrat umumnya sekitar 3 jam, tinggi protein sekitar 4
dampak tertentu yang dapat bersifat positif atau negatif terhadap status gizi
terhadap kesehatan berupa terbiasa untuk makan pada saat ada kesempatan
tidak memberikan waktu khusus untuk makan. Begitu juga pada prinsipnya
tidak lagi memperhatikan waktu makan dan jumlah kumulatif seharusnya yang
(Masriani, 2007).
tidak teratur namun tidak mengalami gastritis sebanyak 13 (21,3%) orang dan
(11,4%) orang. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian gastritis pada remaja
26
tidak hanya disebabkan oleh faktor pola makan yang tidak teratur, tetapi dapat
pula disebabkan oleh faktor lain seperti stress psikologis dan obat-obatan.
makannya tidak cukup dimana mereka makan pada umumnya hanya dua kali
sehari dimana mereka biasanya tidak sarapan pagi. Kondisi ini bisa memicu
untuk terjadinya gastritis pada remaja. Berdasarkan hasil analisa data dengan
uji statistik Chi Square didapatkan ada pengaruh frekuensi makan dengan
kosong dalam 1-4 jam tergantung dari jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi. Dalam kondisi normal, konsentrasi asam dan aktivitas enzim pada
karbohidrat umumnya sekitar 3 jam, tinggi protein sekitar 4 jam, dan tinggi
lemak sekita 6 jam. Secara normal, frekuensi makan yang dianjurkan adalah
orang dan responden yang frekuensi makannya cukup namun tetap mengalami
gastritis sebanyak 4 (6,5%). Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang
27
untuk terjadinya gastritis seperti makanan yang pedas dan makanan yang
makanan yang beresiko untuk terjadinya gastritis. Pada umumnya mereka suka
data dengan uji statistik Chi Square didapatkan ada pengaruh jenis makanan
Masriani (2007) bahwa ada hubungan jenis makanan dengan kejadian gastritis
gastritis antara lain garam, alkohol, rokok, kafein yang dapat ditemukan dalam
kopi, teh hitam, teh hijau, beberapa minuman ringan (soft drinks), dan coklat.
Beberapa macam jenis obat juga dapat memicu terjadinya gastritis. Garam
pylori. Makanan yang diketahui sebagai iritan, korosif, makanan yang bersifat
(2009) bahwa diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet
pada penyakit lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet
pasien dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak terlalu kenyang dan tidak
harus dikurangi. Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan
28
mengandung serat makanan yang halus (soluble dietary fiber). Makanan tidak
orang dan responden yang jenis makanannya tidak beresiko namun tetap
yang menyebabkan gastritis pada remaja, tetapi dapat pula disebabkan oleh
mengalami stress psikologis. Hal ini terjadi karena pada umumnya masyarakat
yang tidak terkecuali di daerah pedesaan masih hidup rukun dan tidak banyak
didapatkan ada pengaruh stress psikologis dengan kejadian gastritis pada usia
yang dilakukan oleh Masriani (2007) bahwa ada stress psikologis dengan
Universitas Hasanuddin.
(2005) bahwa setiap orang mengalami stres dari waktu ke waktu dan
stres jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Stres dapat menimbulkan
tuntutan yang besar pada seseorang, dan apabila seseorang tidak bisa
29
diungkapkan oleh Widjaya (2009) bahwa stress fisik akibat pembedahan
besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis
pada remaja. Adapun faktor lain yang dapat menyebabkan gastritis pada
remaja seperti pola makan yang tidak teratur dan jenis makanan yang beresiko
dimana alkohol adalah hal yang dilarang oleh agama dan juga budaya
setempat.
dapat menyebabkan kelainan pada otot, darah, pankreas, hormon dan jantung.
Selain itu, menurut Susilo (2010) gastritis juga biasa terjadi pada
30
pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
secara umum remaja yang tinggal di Kabupaten Jeneponto pada umumnya dan
karena adanya larangan dari ajaran agama dalam hal ini agama Islam dimna
pengguna alkohol tertuama pada usia remaja. Hal ini dapat dilihat dari hasil
C. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan peneliti
togo.
2. Keterbatasan waktu
desa. Desa yang paling dekat dari puskesmas Togo-togo adalah Desa Togo-
31
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada pengaruh pola makan dengan kejadian gastritis pada usia muda di
Puskesmas Togo-Togo
2. Ada pengaruh frekuensi makan dengan kejadian gastritis pada usia muda di
Puskesmas Togo-Togo
3. Ada pengaruh jenis makanan dengan kejadian gastritis pada usia muda di
Puskesmas Togo-Togo
4. Ada pengaruh stress psikologis dengan kejadian gastritis pada usia muda di
Puskesmas Togo-Togo
5. Tidak ada pengaruh konsumsi alkohol dengan kejadian gastritis pada usia
B. Saran
lambung.
penderita dan keluarganya tentang gastritis dan upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegahnya.
pola makan yang teratur serta tidak mengkonsumsi makanan yang dapat
metode yang lain seperti studi kasus yang terkait dengan kejadian gastritis.
32
DAFTAR PUSTAKA
Dianawati, Ajen, (2003) Pendidikan Seks Untuk Remaja, Jakarta: Kawan Pustaka
Hidayat, A. (2007) riset Keperawatan dan Teknik penulisan ilmiah, Salemba Medika:
Jakarta.
Hirlan (2001) Gastritis, Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.
Satriono, (2004) Bahan Ajar ilmu Gizi, tidak dipublikasikan, Makassar: Universitas
Hasanuddin
Smeltzer & Bare (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Jakarta: EGC
33
Susilo, A. J. (2010) Gastritis (Maag), www.dokteronline.co.id, Diakses 1 Oktober
2010
34