Faktor Kerusakan
Faktor Kerusakan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang telah mengalami proses pemurnian yang
utama minyak sangat menentukan mutu minyak adalah asam lemaknya, karena asam
Minyak goreng yang dihasilkan dari bahan yang berbeda mempunyai stabilitas
yang berbeda pula, karena stabilitas minyak goreng dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain derajat ketidak jenuhan asam lemak yang dikandungnya, penyebaran
ikatan rangkap dan bahan bahan pembantu yang dapat mempercepat atau
menghambat proses kerusakan, dimana bahan pembantu tersebut terdapat secara alami
Menurut Winarno (2004) Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya,
yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan
dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan hidrasi gliserol akan membentuk
aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik asap, makin baik mutu
minyak goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar gliserol
bebas. Lemak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun,
karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Oleh karena itu untuk menekan
5
terjadinya hidrolisis, pemanasan lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhu
panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan sumber kalori dalam bahan
pangan (Ketaren, 2008). Syarat mutu minyak goreng diatur dalam SNI 01-3741-2002
Dalam memilih minyak goreng ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu :
2.1.2.1.Minyak goreng harus memiliki umur pakai yang lama dan ekonomis.
2.1.2.5.Memiliki titik asap yang tinggi dan kandungan asapnya rendah setelah
2.1.2.6.Mengandung flavor alami dan tidak menimbulkan off flavor pada produk yang
digoreng.
Menurut Ketaren (2008), dalam proses perubahan sifat fisiko kimia minyak
ada tiga hal utama yang mempercepat proses perubahan tersebut yaitu; (1) keberadaan
komponen air di dalam bahan pangan yang digoreng yang dapat menyebabkan reaksi
hidrolisis minyak, (2) oksigen dari atmosfer yang dapat mempercepat reaksi oksidasi
minyak dan (3) suhu proses yang sangat tinggi yang berdampak pada percepatan
perubahan besar yang terjadi yaitu; (1) perubahan warna, (2) oksidasi, (3) polimerasi
oksigen dalam lemak bertambah dan selanjutnya menurun setelah pemanasan 4 jam
oksigen.
2.1.3.2. Suhu
minyak jagung yang dipanaskan selama 24 jam pada suhu , , dan 200
. Minyak dialiri udara pada 150ml/menit/kilo. Minyak yang dipanaskan pada suhu
dengan pemanasan pada suhu 120. Hal ini merupakan indikasi bahwa
kekentalan dan indek bias paling besar pada suhu , karena pada suhu tersebut
menyerap lemak, maka lemak yang tertutup ini akan teroksidasi oleh udara
sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak akan diserap oleh
lemak yang ada dalam bungkusan sehingga seluruh lemak akan rusak.
2.1.3.4. Hidrolisa
Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisa menjadi gliserol dan asam lemak.
Reaksi ini dapat dipercepat oleh basa, asam dan enzim-enzim. Hidrolisa sangat
mudah terjadi pada asam lemak rendah seperti pada mentega, minyak kelapa sawit
dan minyak kelapa. Hidrolisa sangat menurunkan mutu minyak goreng. Selama
asam lemak bebas. Asam lemak bebas dihilangkan dengan proses pemurnian,
mutunya.
lemak yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai pro-oksidan atau sebagai
Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester
dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak tersebut jika dihidrolisis
menghasilkan tiga molekul asam lemak rantai panjang. Dan satu molekul gliserol.
2008: 7).
O
CH2 O C R1 CH2OH
O
CH O C R2 H+ OH- CH(OH)+R1COOH+ R2COOH +R3COOH
O
CH2 O C R3 CH2OH
Trigliserida (Lemak) Gliserol Asam Lemak
Gambar 1. Proses Hidrolisis Trigliserida (Sumber: Ketaren, 2008: 7)
Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, hal ini tergantung komposisi asam lemak
yang menyusunnya, sebagian besar minyak nabati berbentuk cair karena mengandung
sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu asam oleat, linoleat, atau asam linolenat
dengan titik cair yang rendah. Lemak hewani umumnya berbentuk padat pada suhu
kamar karena banyak mengandung asam lemak jenuh, misalnya asam palmitat, dan
vitamin dan zat warna yang larut dalam lemak seperti klorofil dan karotenoid (Buckle
penggorengan bahan makanan. Minyak goreng bekas maupun minyak nabati yang
baru tersusun atas gliserida yang mempunyai rantai karbon panjang, yaitu ester antara
gliserol dengan asam karboksilat. Perbedaan minyak goreng bekas dengan minyak
nabati yang baru terletak pada komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuhnya. Minyak
goreng bekas memiliki kandungan asam lemak jenuh lebih besar dari minyak nabati
yang baru. Hal ini disebabkan pada proses penggorengan terjadi perubahan rantai tak
jenuh pada senyawa penyusunnya. Komposisi asam lemak tak jenuh minyak jelantah
penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat
suatu senyawa yang menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan dan menimbulkan
batuk. Minyak jelantah juga bersifat karsinogen sehingga dapat menyebabkan kanker.
jenuh umumnya berasal dari lemak daging, lemak susu, mentega, lemak babi, minyak
kelapa, minyak sawit, dan minyak inti sawit. Setiap kali menggoreng makanan
mulailah proses penggorengan pada suhu yang benar dan suhu yang digunakan
banyak oksigen semakin cepat teroksidasi. Kedua, ikatan rangkap, semakin banyak
asam lemak tidak jenuhnya semakin mudah teroksidasi. Ketiga, suhu, suhu
cahaya serta ion logam tembaga (Cu2+) dan besi (Fe2+) yang merupakan faktor katalis
proses oksidasi; Antioksidan, semakin tinggi antioksidan ditambahkan semakin tahan
terhadap oksidasi. Untuk menghindari penurunan mutu akibat proses oksidasi dapat
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi. Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi
minyak. Minyak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi
oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan
gram lemak yang diitentukan berdasarkan jumlah I2 setelah minyak ditambah KI. Pada
prinsipnya lemak direaksikan denga KI dalam pelarut campuran asetat chloroform (3:
pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan
metode iodometri (Ketaren 2008). Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah
karena peristiwa oksidasi dan hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik. Di
antara kerusakan minyak yang mungkin terjadi ternyata kerusakan karena autooksidasi
yang paling besar pengaruhnya terhadap cita rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi
lemak antara lain peroksida, asam lemak, aldehid, dan keton. Peroksida adalah produk
awal dari reaksi oksidasi yang bersifat labil, reaksi ini dapat berlangsung bila terjadi
kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak ( Ketaren, 2008 ). Bau tengik atau rancid
terutama disebabkan oleh aldehid dan keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan
minyak dapat dinyatakan sebagai angka peroksida atau angka asam thiobarbiturat
berikut :
R CH = CH R + O O
O O
R CH CH- R R CH CH R RC + R C
O O O H H
telah dikembangkan oleh Lea. Hal ini bergantung pada reaksi kalium iodida dalam
suasana asam dengan mengikat oksigen diikuti dengan titrasi dari pembebasan iodine
dengan natrium tiosulfat. Kloroform adalah pelarut yang biasanya digunakan (Egan.
H, dkk, 1981).
mempersingkat periode induktif dari lemak segar, dan dapat merusak zat inhibitor.
Konstituen yang aktif dari hasil oksidasi lemak, berupa peroksida lemak atau
penambahan peroksida selain yang dihasilkan pada proses oksidasi lemak, misalnya
hidrogen peroksida dan asam persid dapat mempercepat proses oksidasi. Usaha
pemanasan suasana asam, kelembaban udara dan katalis. Beberapa jenis logam atau
garam-garamnya yang terdapat dalam miyak merupakan katalisator pada proses oksidasi
misalnya logam tembaga, besi, cobalt, vanadium, mangan, nikel, khromium, sedangkan
persenyawaan organik komplek yang terdapat secara alamiah dalam lemak, seperti
pigmen hematin atau enzim peroksida merupakan katalisator proses adesi oksigen ke
dalam tidak jenuh dalam minyak. Proses oksidasi juga terjadi karena adanya
adalah tokoferol ( vitamin E ), polifenol, gasipol, antho-sianin dan flavone. Disamping itu
oksidasi lemak misalnya senyawa amino, sianida, sulfat, dan phospat ( Ketaren, 2008 ).
Dalam jangka waktu yang cukup lama peroksida dapat mengakibatkan destruksi
beberapa macam vitamin dalam bahan pangan lemak ( misalnya vitamin A, D, E, K, dan
persenyawaan lipoperoksida secara non enzimatik dalam otot usus dan mitokondria
(Sudarmaji.S,2007).
mempunyai dua genus yaitu Musa dan Ensette. Genus musa terdiri atas golongan
yang terbanyak dan tersebar luas, buahnya dimakan dalam keadaan segar,
merupakan herba besar yang bersifat perenial, tingginya dapat mencapai dua sampai
enam meter. Akar adventiv tumbuh dari batang sejati ke segala arah membentuk
lapisan perakaran yang padat. Buah pisang umumnya terbentuk secara partenokarpi
atau tanpa pembuahan sehingga bakal biji banyak yang tidak berkembang menjadi biji
dan beberapa kultivar diploid dapat berbiji. Buah pisang ambon berukuran sedang
sampai besar, ujung tumpul, warna kulit hijau muda atau hijau kekuningan. Daging
buah berwarna putih sampai krem, lunak, teksturnya sangat halus, rasanya manis agak
Divisi : Spermatophyta
SubDivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
mineral. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium.
Pisang juga mengandung vitamin C, B kompleks, B6 dan serotin yang aktif sebagai
neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Selain itu, pisang merupakan jenis
buah yang memiliki banyak senyawa kimia yang bersifat antioksidan maupun
antibakteri. Penelitian terhadap pisang ambon menunjukkan bahwa pisang tersebut
vitamin A sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu beta karoten sebesar 5mg per
100 gram berat kering. Selain itu pisang juga memiliki kandungan antioksidan
Kulit pisang ambon kaya akan antioksidan betakaroten yang larut dalam
lemak, dan dapat menghambat proses oksidasi dan menyerap asam lemak rantai
pendek hasil oksidasi dalam minyak. Dengan adanya antioksidan dalam kulit pisang