Anda di halaman 1dari 1

Siaran Pers

KONSUMSI TEMPE dan TAHU AKAN


MEMBUAT MASA TUA LEBIH SEHAT

Depok, Agustus 2009 Rabu, 12 Agustus 2009, bertempat di Ruang Promosi Doktor Gd. G Lantai 1,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, digelar promosi Doktor atas nama
Maria Fransisca dengan disertasi berjudul: Hubungan Antara Konsumsi Tempe Dan Tahu
Dengan Fungsi Kognitif Lanjut Usia.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari banyaknya informasi tempe dan tahu yang berpengaruh
terhadap fungsi kognitif lanjut usia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi
potong lintang dengan jumlah sample sebanyak 306 orang lanjut usia yang berumur 60 tahun di
Kabupaten Sumedang dan DKI Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan lanjut usia yang mengonsumsi tempe sebanyak 75 g/hari mempunyai
fungsi kognitif yang lebih baik 1,45 kali dibandingkan dengan lanjut usia yang kurang mengonsumsi
tempe. Lanjut usia yang mengonsumsi tahu sebanyak 150 g/hari mempunyai fungsi kognitif yang
lebih baik 7,48 kali dibandingkan dengan lanjut usia yang kurang mengonsumsi tahu. Lanjut usia yang
mengonsumsi tempe sebanyak 75 g dan tahu sebanyak 150 g/hari mempunyai fungsi kognitif yang
lebih baik 10,94 kali dibandingkan dengan lanjut usia yang kurang mengonsumsi tempe dan tahu
(kurang dari 3 potong temped an 3 buah tahu).

Peran isoflavon kedelai dalam jumlah (60-110 mg) dan lama intervensi (10 minggu sampai 6 bulan)
mempunyai hubungan yang positif terhadap berbagai aspek kognitif. Jika dikonversi ke dalam jumlah
kedelai maka yang harus dikonsumsi setara dengan kedelai sebanyak lebih kurang 390-715 g/hari.
Anjuran AFIC (2002) untuk asupan isoflavon minimal 30 mg/hari. Rata-rata konsumsi kedelai dan
hasil olahannya (tempe, tahu, kedelai, oncom, tauco) di Indonesia sebanyak 49,1 g/kapita/hari (BPS,
2007) atau setar dengan 22,18 mg isoflavon (Muljati, 2003). Belum ada penelitian yang mengukur
banyaknya konsumsi tempe dan tahu sebagai sumber isoflavon yang berpengaruh terhadap fungsi
kognitif mengingat mutu tempe dan kandungan isoflavon yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kedelai akibat proses fermentasi.

Fungsi kognitif ialah aktor yang menentukan keadaan disabilitas pada lanjut usia. Disabilitas
merupakan masalah utama lanjut usia untuk dapat hidup sehat dan mandiri. Pengaruh gangguan pada
fungsi kognitif berdampak serius, bersifat tetap (irreversible) dan menganggu kesehatan. Gangguan
fungsi kognitif jika dibiarkan akan mempercepat terjadinya penyakit Alzheimers dan dapat
berkembang menjadi dementia. Penyebab menurunnya fungsi kognitif antara lain karena risiko
kumulatif factor ekstrinsik, misalnya diet. Penelitian menunjukkan peran diet isoflavon kedelai
berhubungan dengan peningkatan fungsi kognitif pada berbagai aspek. Penelitian yang dilakukan di
Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genistein dan fitoestrogen yang terdapat
pada tempe dapat mencegah kanker prostate, kanker payudara dan penemuan (aging) (Anderson &
Sanford, 1997).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemegang kebijakan dalam
menyusun program pembinaan pada lanjut usia terutama yang berkaitan dengan fungsi kognitif.
Pembinaan dapat dilakukan dengan melengkapi informasi anjuran makan banyaknya tempe dan tahu
bagi lanjut usia yang telah disusun oleh Departemen Kesehatan pada pedoman umum gizi seimbang
(PUGS). Kebiasaan mengonsumsi tempe dan tahu dapat dimulai dari pralanjut usia karena fungsi
tempe dan tahu terbukti tidak hanya berhubungan dengan fungsi kognitif. Jika isoflavon pada tempe
dan tahu terbukti berfungsi sebagai anti oksidan dalam hubungannya dengan fungsi kognitif pada
lanjut usia, maka tempe dan tahu yang dikonsumsi lebih awal (pralanjut usia) mengakibatkan lanjut
usia dapst hidup lebih sehat pada masa tua.

***
Keterangan lebih lanjut:
Devie Rahmawati
Deputi Director
Corporate Communications UI
0811.11.03951

Anda mungkin juga menyukai