MAKALAH
Dosen Pengampu :
Oleh :
AINIS SAHDATUL FITRIA
(2013.4.047.0001.1.001666)
IFA DEWI MASYTA
(2013.4.047.0001.1.001680)
(STAIM) TULUNGAGUNG
Oktober 2014
KATA PENGANTAR
(PENYUSUN)
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...... 1
B. Rumusan Masalah ....... 2
C. Tujuan Masalah ....... 2
BAB II PEMBAHASAN
ULUM AL-QURAN DAN SEJARAH
PERKEMBANGANNYA
A. Pengertian Ahruf Dan Perselisihan Ulama Di Dalamnya ...... 3
B. Dalil-Dalil Mengenai Turunnya Al-Quran Dengan 7 Ahruf .. 8
C. Hikmah Turunnya AL-Quran Dengan 7 Ahruf .................... 12
D. Penjelasan Apakah 7 Ahruf Tersebut Sama Dengan Qiroat
Sabah ? ................................................................................. 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manna al-Qattan, Mabahith fi Ulum al-Quran (Beirut: al-Asr al-Hadith, 1973), hlm.
1
156
1
2
:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, Rasulullah Saw., bersabda : Jibril
membacakan al-Quran kepadaku dengan satu huruf kemudian aku
mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku meminta tambah sehingga
menambahiku sampai dengan tujuh huruf.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ahruf ? dan Bagaimana perselisihan ulama di dalamnya?
2. Bagaimana dalil-dalil mengenai turunnya al-quran dengan 7 ahruf ?
3. Apa saja hikmah turunnya al-quran dengan 7 ahruf ?
4. Apakah 7 ahruf tersebut sama dengan qiroat sabah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ahruf dan perselisihan ulama di dalamnya.
2. Untuk mengetahui dalil-dalil mengenai turunnya al-quran dengan 7 ahruf.
3. Untuk mengetahui hikmah turunnya al-quran dengan 7 ahruf.
4. Untuk mengetahui apakah 7 ahruf tersebut sama dengan qiroat sabah.
2
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kutub, juz. 3,
2004), hlm. 1176
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),
hlm. 254-255
4
Ibid.
5
Muhammad Abdul Adhim al-Zarqani, Manahil al-Irfan (Beirut: Dar al-Fikr, 1988),
hlm. 154
3
4
6
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2007), hlm.196-197
5
huruf ain sebagai fiil madhi. Juga dibaca dengan membaca fathah dan
mentasydidkan huruf ain dan merofa`kan lafad .
4. Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan takhir (mengakhirkan), baik
terjadi pada huruf seperti firman-Nya: dibaca ( Ar-
Rad 31), maupun di dalam kata seperti ( At-Taubah:111)
di mana yang pertama dibaca dalam bentuk aktif dan yang kedua
dibaca dalam bentuk pasif, juga dibaca dengan sebaliknya, adapun qiroat
(Qaf : 19) sebagi ganti dari
adalah qiroah ahad dan syadz (cacat) yang tidak mencapai derajat
mutawatir.
5. Perbedaan dalam segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dengan
huruf, seperti )Al-Baqoroh: 259) yang dibaca
dengan huruf za` dan mendhommahkan nun, tetapi juga dibaca
menggunakan huruf ra` dan menfathahkan nun. Maupun penggantian lafad
dengan lafad, seperti firman-Nya:
( Al Qoriah:5) Ibnu Masud dan lain-lain membacanya
dengan
terkadang penggantian ini terjadi pada
sedikit perbedaan makhroj atau tempat keluar huruf, seperti;
(Al-Waqiah:29), dibaca dengan karena makhroj ha` dan ain itu
sama, dan keduanya termasuk huruf halaq.
6. Perbedaan dengan adanya penambahan dan pengurangan. Dalam
penambahan misalnya
( At-
taubah:100), dibaca dengan tambahan yaitu
keduanya merupakan qiroat mutawattir.
Mengenai perbedaan karena adanya pengurangan (naqs), seperti
(Al-Baqoroh: 116), tanpa huruf wawu jumhur ulama membacanya
perbedaan dengan adanya penambahan dalam qiroat ahad,
terlihat dalam qiroat Ibnu Abbas
( Al-
Kahfi; 79), dengan penambahan kalimat dan memakai kata
sebagai ganti dari kata .
7. Perbedaan lahjah dengan pembacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis),
fathah dan imalah, izhar dan idghom, hamzah dan tashil, isymam, dan lain-
7
) ( .
Meriwayatkan yang lafazhnya dari Bukhari bahwa; Umar bin Khattab
berkata: Aku mendengar Hisham bin Hakim membaca surat al-Furqan di masa
hidupya Rasulullah saw, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya
dengan beberapa huruf yang belum pernah Rasulullah saw membacakannya
kepadaku sehingga aku hampir beranjak dari salat, kemudian aku menunggunya
sampai salam. Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: Siapa yang
membacakan surat ini kepadamu?. Ia menjawab: Rasulullah saw yang
membacakannya kepadaku, aku menyela: Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya
Rasulullah saw telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca
ini. Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah saw lalu aku
bertanya: Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat al-
Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku,
sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat al-Furqan ini kepadaku.
Rasulullah saw menjawab: Hai Umar! lepaskan dia. Bacalah Hisham!.
Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya.
Rasululllah saw bersabda: Begitulah surat itu diturunkan sambil menyambung
sabdanya: Bahwa al-Quran ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang
paling mudah!.8
8
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kutub, juz. 2,
2004), hlm. 851
9
9
Muslim al-Hajjaj, Sahih Muslim (Beirut: Dar al-Kutub, juz 6, 1992), hlm. 83
10
} { .
Riwayat Ubay bin Kaab, ia mengatakan: Rasulullah saw berjumpa
dengan Jibril di gundukan Marwah. Ia (Kaab) berkata: Kemudian Rasul
berkata kepada Jibril bahwa aku ini diutus untuk ummat yang ummy (tidak bisa
menulis dan membaca). Diantaranya ada yang kakek-kakek tua, nenek-nenek
bangka dan anak-anak. Jibril menjawab: Perintahkan, membaca al-Quran
dengan tujuh huruf. Abu Isa mengatakan: Hadits ini hasan lagi shahih. Dan
hadits ini juga di riwayatkan oleh Ubay bin Kaab dari sisi yang lain. {Di
riwayatkan oleh Nasai}10
Dari beberapa Hadits yang disebutkan di atas, Tidak terdapat nas sharih
(jelas) yang menjelaskan maksud dari sabah ahruf. Sehingga menjadi hal yang
lumrah kalau para ulama, berdasarkan ijtihadnya masing-masing, berbeda
pendapat dalam menafsirkan pengertiannya. al-Suyuti dalam kitabnya al-Itqan fi
al-Ulum al-Quran mengatakan bahwa perbedaan ulama dalam masalah ini
sekitar empat puluh pendapat.11 Perbedaan ulama mengenai pengertian sabah
ahruf ini tidak berasal dari tingkatan kualifikasi mereka atas Hadits-Hadits tentang
tema dimaksud. Perbedaan itu justru muncul dari lafaz sabah dan ahruf yang
masuk kategori lafaz-lafaz mushtarak, yaitu lafaz-lafaz yang mempunyai banyak
kemungkinan arti, sehingga memungkinkan dan mengakomodasi segala jenis
penafsiran. Selain itu juga disebabkan adanya fenomena historis tentang
periwayatan bacaan al-Quran yang memang beragam.
Rasulullah SAW bersabda :
10
Muhammad bin Isa al-Turmudi, Sunan al-Turmudi (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
juz. 8, 1994), hlm. 222
11
Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Quran (Beirut: Dar al-Fikr, juz. 1, 1951),
hlm. 45.
11
}{ .
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: Berkata Rasulullah SAW: Jibril
membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku
terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai
tujuh huruf. (HR. Bukhari).12
Hadits kedua ini berasal dari umar ibn al-khatthab yang membawa Hisyam
ibn Hakim ke hadapan Rasul karena membaca surat al-furqon dengan berbagai
cara baca dan Rasul tidak pernah membacanya dengan cara itu kepada umar.
Setelah hisyam memperdengarkan bacaanya kepada Rasul, Rasul berkata:
Demikianlah ia diturunkan dan seterusnya menyambungnya dengan sabdanya di
atas. Dengan demikian, jelaslah bahwa tidaklah benar anggapan orang bahwa
Qiraat (macam-macam bacaan) Al-Quran itu diciptakan oleh Nabi Muhammad
atau para sahabat, atau ulama tabiin yang dipengaruhi oleh dialek bahasa kabilah-
kabilah Arab. Dan jelas pula bahwa macam-macam bacaan Al-Quran itu sudah
ada sejak Al-Quran diturunkan. Arti Sabatu Ahruf (Tujuh Huruf) dalam hadits di
atas mengandung banyak penafsiran dan pendapat dari kalangan ulama. Hal itu
disebabkan karena kata Sabah itu sendiri dan kata Ahruf mempunyai banyak arti.
Kata Sabah dalam bahasa Arab bisa berarti bilangan tujuh, dan bisa juga berarti
bilangan tak terbatas.
12
Taufiqslow, sabah al-ahruf dalam al-quran, dalam
http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html diakses pada selasa,30
september 2014 pukul 20:00 wib
12
terbiasa untuk menghafal syariat, terlebih lagi untuk menjadikan hal itu
sebagai kebiasaannya. Hikmah ini ditunjukkan dengan jelas dalam beberapa
hadits dengan bermacam-macam redaksi.
Dari Ubay radhiyallahu 'anhu berkata:
:
:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril 'alaihissalam di
Ahajaril Miraa (sebuah daerah di Quba, di luar Madinah) lalu beliau
shallallahu 'alaihi wasallam berkata:Sesungguhnya aku diutus (menjadi Nabi)
kepada kaum yang ummi, di antara mereka ada anak-anak, pembantu, lelaki tua
dan perempuan tua. Maka Jibril 'alaihissalam berkata:Maka boleh bagi
mereka membaca al-Quran dengan menggunakan tujuh huruf/dialek (sesuai
dengan dialek mereka agar mudah) (HR. ath-Thabari dalam Tafsirnya, Ahmad
dalam Musnadnya, Abu Dawud ath-Thayalisi, at-Tirmidzi dan dinyatakan
hasan shahih oleh beliau)13
: .
Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Quran kepada
umatmu dengan satu huruf.15
13
Abu Yusuf Sujuno, Hikmah turunnya al-quran dengan tujuh huruf (Tujuh Dialek),
dalam : http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203. Di akses pada 28 september 2014 pukul
19.38 wib
14
ibid
13
Aku memohon kepada Allah maaf dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku
merasa berat melakukannya.(HR. Muslim)16
15
ibid
16
Manna Al-Qaththan,Pengantar Studi Ilmu Al-Quran , hlm. 196-197
14
17
Abu yusuf sujono, Hikmah Turunnya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf (Tujuh Dialek)
15
Jadi yang dimaksud dengan qiraat sabah yaitu, tujuh versi qiraat yang
dinisbatkan kepada para Imam qiraat yang berjumlah tujuh orang yaitu: Ibn
Amir, Ibn Kasir, Ashim, Abu Amr, Hamzah, Nafi, dan Al kasai. Adapun
nama lengkap beserta sanad dan rawi dari ketujuh Imam qiraat sabat tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Ibn Amir
2. Ibn kasir
Dirbas. Abdullah ibn al-Saib membaca dari Ubay ibn Kaab dan Umar ibn al-
khattab. Mujahid ibn Jabar dan Dirbas membaca dari Ibn Abbas. Ibn Abbas
membaca dari Ubay ibn Kaab dan Zayd ibn Sabit. Sementara Ubay ibn Kaab,
Umar ibn khattab dan Zayd ibn Sabit membaca dari Nabi SAW.dan dua orang
rawi qiraat Ibn Kasir yaitu Al-Bazzi dan Qunbul.
3. Ashim
Nama lengkapnya Ashim ibn al-Nujad al-Asadi(w. 129 H). Ia membaca al-
Quran dari Abu Abd al-Rahman al-Silmi. Abu Abd al-Rahman membaca dari
ibn Masud, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Ubay ibn Kaab dan Zayd
ibn Sabit. Para sahabat tersebut menerima bacaan al-Quran dari Nabi SAW.
Dan dua orang rawi qiraat Ashim yaitu Hafsh Syubah.
4. Abu Amr
Nama lengkapnya Abu Amr Zabban ibn alAla ibn Ammar(68-154 H). Ia
membaca al-Quran dari Abu Jafar Yazid ibn QaQa dan Hasan al-Bashri
membaca dari al-Haththan dan Abu al-Aliyah. Abu al-Aliyah membaca dari
Umar ibn al-Khattab dan Ubay ibn Kaab. Kedua sahabat yang disebut terakhir
ini membaca al-Quran dari Nabi SAW. Dan dua orang rawi qiraat Abu Amr
yaitu al-Duri dan al-Susi.
5. Hamzah
6. Nafi
17
Nama lengkapnya Nafi ibn Abd rahman ibn Abi Nuyam al-Laysi(w.169H). ia
membaca al-Quran dari Ali ibn Jafar, Abd Rahman ibn Hurmuz Muhammad
ibn Muhammad ibn Muslim al-Zuhri.mereka bersambung sanadnya kepada
Nabi SAW. Dan dua orang rawi qiraat Nafi yaitu Warasyi dan Qalun.
7. Al-Kisai
) : (
18
Ibn Katsir, Abu Amr, Nafi,Ashim dan Ibn Amir, membaca ( ( ,
sementara Hamzah dan al-Kisai, membaca )
( 19
18
Departemen agama, Al Quran Dan Terjemahnya (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2007)
hal.15
19
Taufiqslow, Sabah Al-Ahruf dalam al-quran, dalam
http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html diakses pada selasa,30
september 2014 pukul 20:00 wib.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
19
20
}{ .
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: Berkata Rasulullah SAW: Jibril
membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka
aku terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir
sampai tujuh huruf. (HR. Bukhari)
3. Hikmah diturunkannya Al-Quran dengan tujuh huruf, sebagai berikut :
a) Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang masih ummi.
b) Sebagai bukti kemukjizatan Al-Quran bagi kebahasaan orang arab.
c) Sebagai kemukjizatan Al-Quran dalam aspek makna dan hukum-
hukumnya.
d) Di dalamnya juga menunjukkan keistimewaan al-Quran dibandingkan
dengan kitab-kitab samawi yang lain.
e) Di dalam turunnya al-Quran dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang
diberikan oleh Allah kepada ummat ini.
f) Di dalamnya adalah permulaan untuk menyatukan bahasa-bahasa (dialek)
Arab menjadi satu bahasa terpilih yang paling fasih.
g) Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab
yang berdiri di atas fanatisme.
4. Sabat ahruf yang menurut ulama pendapatnya paling kuat adalah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna, yaitu Quraisy,
Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman.
Al-Turmudi, Muhammad bin Isa. 1994 . Sunan al-Turmudi. Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah.
Al-Suyuti, Jalal al-Din. 1951 . Al-Itqan Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Dar al-Fikr.
Al-Sabuni, Muhammad Ali. 1999. Studi Ilmu al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Sujono, Abu yusuf. Hikmah Turunnya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf (Tujuh
Dialek), dalam http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203. Di akses
pada minggu, 28 september 2014 pukul 19:38 wib.
21