Anda di halaman 1dari 23

TURUNNYA AL-QURAN DENGAN 7 HURUF

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Ulumul Quran II "

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh :
AINIS SAHDATUL FITRIA
(2013.4.047.0001.1.001666)
IFA DEWI MASYTA
(2013.4.047.0001.1.001680)

PAI SMT 3/Sawo

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGAGUNG

Oktober 2014
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)
Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag .
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I .
3. Teman teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i


Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...... 1
B. Rumusan Masalah ....... 2
C. Tujuan Masalah ....... 2

BAB II PEMBAHASAN
ULUM AL-QURAN DAN SEJARAH
PERKEMBANGANNYA
A. Pengertian Ahruf Dan Perselisihan Ulama Di Dalamnya ...... 3
B. Dalil-Dalil Mengenai Turunnya Al-Quran Dengan 7 Ahruf .. 8
C. Hikmah Turunnya AL-Quran Dengan 7 Ahruf .................... 12
D. Penjelasan Apakah 7 Ahruf Tersebut Sama Dengan Qiroat
Sabah ? ................................................................................. 14

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ............... 18

DAFTAR PUSTAKA ..... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Imam Al Zarkasyi dalam bukunya, Al Burhan fii Ulum al-Quran,
mengingatkan bahwa al-Qiraah (bacaan) itu berbeda dengan al-Quran (yang
dibaca). Keduanya merupakan dua fakta yang berlainan. Sebab, al-Quran adalah
wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjadi
keterangan dan mukjizat. Sedangkan qiraah ialah perbedaan cara membaca lafaz-
lafaz wahyu tersebut di dalam tulisan huruf-huruf yang menurut Jumhur cara itu
adalah mutawatir.
Bangsa Arab mempunyai aneka ragam dialek (lahjah) yang timbul dari
fitrah mereka. Setiap suku mempunyai format dialek yang tipikal dan berbeda
dengan suku-suku lain. Perbedaan dialek itu tentunya sesuai dengan letak
geografis dan sosio-kultural dari masing-masing suku. Namun demikian, mereka
telah menjadikan bahasa Quraish sebagai bahasa bersama (common language)
dalam berkomunikasi, berniaga, mengunjungi kabah, dan melakukan bentuk-
bentuk interaksi lainnya. Dari keyataan di atas, sebenarnya kita dapat memahami
alasan al-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa Quraish.1
Fenomena al-Quran sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW
ternyata bagaikan magnet yang selalu menarik minat manusia untuk mengkaji dan
meneliti kandungan makna dan kebenarannya. Al-Quran yang diturunkan atas
tujuh huruf (sabat al-Ahruf) menjadi polemik pengertiannya di kalangan
ulama, polemik ini bermuara pada pengertian sabah dan al-Ahruf itu sendiri.
Kalau ditelusuri, akar polemik ini bermula dari hadits Nabi Muhammad
Saw yang berbunyi:

Manna al-Qattan, Mabahith fi Ulum al-Quran (Beirut: al-Asr al-Hadith, 1973), hlm.
1

156

1
2

:










Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, Rasulullah Saw., bersabda : Jibril
membacakan al-Quran kepadaku dengan satu huruf kemudian aku
mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku meminta tambah sehingga
menambahiku sampai dengan tujuh huruf.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ahruf ? dan Bagaimana perselisihan ulama di dalamnya?
2. Bagaimana dalil-dalil mengenai turunnya al-quran dengan 7 ahruf ?
3. Apa saja hikmah turunnya al-quran dengan 7 ahruf ?
4. Apakah 7 ahruf tersebut sama dengan qiroat sabah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ahruf dan perselisihan ulama di dalamnya.
2. Untuk mengetahui dalil-dalil mengenai turunnya al-quran dengan 7 ahruf.
3. Untuk mengetahui hikmah turunnya al-quran dengan 7 ahruf.
4. Untuk mengetahui apakah 7 ahruf tersebut sama dengan qiroat sabah.

2
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kutub, juz. 3,
2004), hlm. 1176
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahruf Dan Perselisihan Ulama Di Dalamnya


1. Definisi Ahruf
Al-Ahruf ( ) adalah bentuk jamak dari harf (
) ini mempunyai makna
yang banyak :
1. Harf yang berarti ujungnya atau tepinya Hurf al-Ahruf yang berarti huruf
istilah dalam ilmu nahwu.3
2. Harf yang bermakna puncak seperti (

) diartikan puncak
gunung.4
3. Harf diartikan sebagai salah satu huruf hijaiyyah.
Sedangkan yang dimaksud al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf
adalah sebagai kelonggaran dan kemudahan bagi pembaca, sehingga bisa
memilih di antara bacaan-bacaan yang diinginkan, tapi bukan dimaksudkan
bahwa semua kalimah yang ada dalam al-Quran bisa dibaca dengan tujuh
macam bacaan, akan tetapi yang dimaksudkan tujuh bacaan yang berbeda itu
pada beberapa tempat yang berbeda-beda yang bisa dibaca sampai tujuh
bacaan.5

2. Perbedaan Pendapat Para Ulama tentang Pengertian Kata Al-Ahruf


Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud tujuh huruf ini
dengan perbedaan yang bermacam-macam. Sehingga Ibnu Hayyan
mengatakan, Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf menjadi
35 pendapat. Berikut ini kami akan memaparkan beberapa pendapat yang
dianggap paling mendekati kebenaran.

3
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),
hlm. 254-255
4
Ibid.
5
Muhammad Abdul Adhim al-Zarqani, Manahil al-Irfan (Beirut: Dar al-Fikr, 1988),
hlm. 154

3
4

Pertama, sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh


huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu
makna. Dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam
mengungkapkan satu makna, maka Al-Quran pun diturunkan dengan sejumlah
lafad sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan
jika tidak terdapat perbedaan, maka Al-Quran hanya mendatangkan satu lafadh
atau lebih saja. Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam menentukan
ketujuh bahasa itu. Dikatakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa Quraisy,
Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman.
Kedua, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa
dari bahasa-bahasa arab yang ada, yang mana dengannyalah Al-Quran
diturunkan, dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Al-Quran secara
keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi, yaitu bahasa paling
fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa
Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Hudzail, Tsaqif, Hawazin,
Kinanah, Tamim atau Yaman; karena itu maka secara keseluruhan Al-Quran
mencakup ketujuh bahasa tersebut.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya; karena yang dimaksud
dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran di
berbagai surat Al-Quran, bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi
sama dalam makna.
Menurut Abu Ubaid, yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca
dengan tujuh bahasa yang bertebaran dalam Al-Quran. Sebagiannya bahasa
quraisy, sebagian yang lain bahasa Hudzail, Hawazin, Yaman, dan lain-lain.
Dia menambahkan bahwa sebagian bahasa-bahasa itu lebih beruntung karena
dominant dalam Al-Quran.6
Ketiga, sebagian ulama menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh huruf
adalah tujuh segi, yaitu; amr (perintah), nahyu (larangan), wad (ancaman),

6
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2007), hlm.196-197
5

jadal (perdebatan), qashash (cerita) dan matsal ( perumpaman), Atau amr,


nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal.
Diriwayatkan dari Ibnu Masud, Nabi saw bersabda,
kitab umat terdahulu diturunkan dari satu pintu dan dengan satu huruf.
Sedang Al-Quran diturunkan melalui tujuh pintu dan dengan tujuh huruf,
yaitu; zajr (larangan), amr, haram, muhkam, mutasyabih dan amstsal.
Keempat, segolongan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan
tujuh huruf adalah tujuh macam hal yang di dalamnya terjadi ikhtilaf
(perbedaan), yaitu;
1. Ikhtilaful asma` (perbedaan kata benda); dalam bentuk mufrod mudzakkar
dan cabang-cabangnya, seperti tasniyah, jamak, ta`nist. Misalnya firman


alloh dalam surat Al-Mukminun: 8,
Dibaca dengan bentuk jamak dan dibaca pula dengan bentuk mufrod.
Sedang rasmnya dalam mushaf adalah yang memungkinkan
kedua qiroat
itu karena tidak adanya alif yang mati (sukun). Tetapi kesimpulan akhir
kedua macam qiroat itu adalah sama. Sebab bacaan dalam bentuk jamak
dimaksudkan untuk arti istigraq (mencakupi) yang menunjukkan jenis-
jenisnya, sedang bacan dengan bentuk mufrod dimaksudkan untuk jenis
yang menunjukkan makna banyak, yaitu semua jenis amanat yang
mengandung bermacam-macam amanat yang banyak jumlahnya.

2. Perbedaan segi i`rob, seperti firman alloh taala jumhur


sebagaimana
membacanya dengan nashob, sebab berfungsi seperti
bahasa penduduk Hijaj, dengan bahasa inilah al-quran diturunkan. Adapun
Ibnu Masud membacanya dengan rafa` sesuai dengan bahasa
tamim, karena mereka tidak memfungsikan seperti juga seperti
firman-Nya: dalam Al-Baqoroh: 37. Di sini
dibaca dengan nashab dan dibaca dengan rafa` .
3. Perbedaan dalam tashrif, seperti firman-Nya:

dalam (Saba`:19), dibaca dengan menashobkan, karena menjadi mudof
dan
dibaca dengan bentuk perintah (fiil amr). Di sini, lafazh dibaca
pula dengan rafa`()
sebagi mubtada` dan dengan membaca fathah
6

huruf ain sebagai fiil madhi. Juga dibaca dengan membaca fathah dan
mentasydidkan huruf ain dan merofa`kan lafad .
4. Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan takhir (mengakhirkan), baik
terjadi pada huruf seperti firman-Nya: dibaca ( Ar-

Rad 31), maupun di dalam kata seperti ( At-Taubah:111)
di mana yang pertama dibaca dalam bentuk aktif dan yang kedua
dibaca dalam bentuk pasif, juga dibaca dengan sebaliknya, adapun qiroat

(Qaf : 19) sebagi ganti dari



adalah qiroah ahad dan syadz (cacat) yang tidak mencapai derajat
mutawatir.
5. Perbedaan dalam segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dengan

huruf, seperti )Al-Baqoroh: 259) yang dibaca
dengan huruf za` dan mendhommahkan nun, tetapi juga dibaca
menggunakan huruf ra` dan menfathahkan nun. Maupun penggantian lafad
dengan lafad, seperti firman-Nya:
( Al Qoriah:5) Ibnu Masud dan lain-lain membacanya

dengan
terkadang penggantian ini terjadi pada
sedikit perbedaan makhroj atau tempat keluar huruf, seperti;
(Al-Waqiah:29), dibaca dengan karena makhroj ha` dan ain itu
sama, dan keduanya termasuk huruf halaq.
6. Perbedaan dengan adanya penambahan dan pengurangan. Dalam
penambahan misalnya
( At-
taubah:100), dibaca dengan tambahan yaitu
keduanya merupakan qiroat mutawattir.
Mengenai perbedaan karena adanya pengurangan (naqs), seperti

(Al-Baqoroh: 116), tanpa huruf wawu jumhur ulama membacanya
perbedaan dengan adanya penambahan dalam qiroat ahad,

terlihat dalam qiroat Ibnu Abbas
( Al-

Kahfi; 79), dengan penambahan kalimat dan memakai kata
sebagai ganti dari kata .

7. Perbedaan lahjah dengan pembacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis),
fathah dan imalah, izhar dan idghom, hamzah dan tashil, isymam, dan lain-
7

lain. Seperti membaca imalah dan tidak imalah seperti



(thaha: 9), yang dibaca dengan mengimalahkan kata dan

membaca tarqiq huruf ra` dalam mentafhimkan huruf lam
dalam kata mentashilkan (meringankan) huruf hamzah dalam ayat
( Al-mukminun:1), huruf ghoin dengan didhommahkan bersama
kasroh dalam ayat
( Hud; 44) dan seterusnya.
8. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak bisa
diartikan secara harfiah, tetapi angka tujuh tersebut hanya sebagai simbol
kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab. Dengan demikian, maka
kata tujuh adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan Al-Quran merupakan
batas dan sumber utama bagi semua perkataan orang Arab yang telah
mencapai puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab, lafad sab`ah (tujuh)
dipergunakan pula untuk menunjukkan jumlah banyak dan sempurna dalam
bilangan satuan, seperti tujuh puluh dalam bilangan puluhan, dan tujuh
ratus dalam ratusan. Kata-kata itu tidak dimaksudkan untuk bilangan
tertentu.
9. Ada juga para ulama yang berpendapat, yang dimaksud dengan tujuh huruf
tersebut adalah qiroat sabah.7

B. Dalil-dalil Mengenai Turunnya Al-Quran Dengan 7 Ahruf


Al-Quran diturunkan dalam bahasa arab yang jelas. Hal ini adalah suatu
yang wajar karena Al-Quran diturunkan ketengah-tengah umat yang berbahasa
arab melalui Nabi yang berbahasa arab sekalipun ini bukan berarti bahwa islam
hanya untuk bangsa arab. Ada beberapa dalil Hadits yang menjelaskan bahwa al-
Quran diturunkan dengan tujuh huruf. Antara lain :









7
Taufiqslow, Sabah Al-Ahruf Dalam Al-Quran, dalam
http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html diakses pada selasa,30
september 2014 pukul 20:00 wib.
8











) ( .
Meriwayatkan yang lafazhnya dari Bukhari bahwa; Umar bin Khattab
berkata: Aku mendengar Hisham bin Hakim membaca surat al-Furqan di masa
hidupya Rasulullah saw, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya
dengan beberapa huruf yang belum pernah Rasulullah saw membacakannya
kepadaku sehingga aku hampir beranjak dari salat, kemudian aku menunggunya
sampai salam. Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: Siapa yang
membacakan surat ini kepadamu?. Ia menjawab: Rasulullah saw yang
membacakannya kepadaku, aku menyela: Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya
Rasulullah saw telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca
ini. Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah saw lalu aku
bertanya: Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat al-
Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku,
sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat al-Furqan ini kepadaku.
Rasulullah saw menjawab: Hai Umar! lepaskan dia. Bacalah Hisham!.
Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya.
Rasululllah saw bersabda: Begitulah surat itu diturunkan sambil menyambung
sabdanya: Bahwa al-Quran ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang
paling mudah!.8

8
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Kutub, juz. 2,
2004), hlm. 851
9

Diriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay bin Kaab ia berkata: Aku


berada di masjid, tiba-tiba masuklah lelaki, ia shalat kemudian membaca bacaan
yang aku ingkari. Setelah itu masuk lagi lelaki lain membaca berbeda dengan
bacaan kawannya yang pertama. Setelah kami selesai salat, kami bersama-sama
masuk ke rumah Rasulullah saw, lalu aku bercerita: Bahwa si lelaki ini membaca
bacaan yang aku ingkari dan kawannya ini membaca berbeda dengan bacaan
kawannya yang pertama. Akhirnya Rasulullah saw memerintahkan keduanya
untuk membaca. Setelah mereka membaca Rasulullah saw menganggap baik
bacaannya. Setelah menyaksikan hal itu, terhapuslah dalam diriku sikap untuk
mendustakan, tidak seperti halnya diriku ketika masa Jahiliyyah. Nabi menjawab
demikian tatkala beliau melihat diriku bersimbah peluh karena kebingungan,
ketika itu keadaan kami seolah-olah berkelompok-kelompok di hadapan Allah
Yang Maha Agung. Setelah melihat saya dalam keadaan demikian, beliau
menegaskan pada diriku dan berkata: Hai Ubay! Aku diutus untuk membaca al-
Quran dengan suatu huruf lahjah (dialek), kemudian aku meminta pada Jibril
untuk memudahkan umatku, dia membacakannya dengan huruf kedua, akupun
meminta lagi padanya untuk memudahkan umatku, lalu ia menjawab untuk ketiga
kalinya. Hai Muhammad, bacalah al-Quran dalam 7 lahjah dan terserah padamu
Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan pertanyaan permintaan
lagi. Kemudian aku menjawabnya: Wahai Allah! Ampunilah umatku,
ampunilah umatku dan akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana
semua makhluk mencintaiku sehingga Nabi Ibrahim as.9

9
Muslim al-Hajjaj, Sahih Muslim (Beirut: Dar al-Kutub, juz 6, 1992), hlm. 83
10














} { .


Riwayat Ubay bin Kaab, ia mengatakan: Rasulullah saw berjumpa
dengan Jibril di gundukan Marwah. Ia (Kaab) berkata: Kemudian Rasul
berkata kepada Jibril bahwa aku ini diutus untuk ummat yang ummy (tidak bisa
menulis dan membaca). Diantaranya ada yang kakek-kakek tua, nenek-nenek
bangka dan anak-anak. Jibril menjawab: Perintahkan, membaca al-Quran
dengan tujuh huruf. Abu Isa mengatakan: Hadits ini hasan lagi shahih. Dan
hadits ini juga di riwayatkan oleh Ubay bin Kaab dari sisi yang lain. {Di
riwayatkan oleh Nasai}10
Dari beberapa Hadits yang disebutkan di atas, Tidak terdapat nas sharih
(jelas) yang menjelaskan maksud dari sabah ahruf. Sehingga menjadi hal yang
lumrah kalau para ulama, berdasarkan ijtihadnya masing-masing, berbeda
pendapat dalam menafsirkan pengertiannya. al-Suyuti dalam kitabnya al-Itqan fi
al-Ulum al-Quran mengatakan bahwa perbedaan ulama dalam masalah ini
sekitar empat puluh pendapat.11 Perbedaan ulama mengenai pengertian sabah
ahruf ini tidak berasal dari tingkatan kualifikasi mereka atas Hadits-Hadits tentang
tema dimaksud. Perbedaan itu justru muncul dari lafaz sabah dan ahruf yang
masuk kategori lafaz-lafaz mushtarak, yaitu lafaz-lafaz yang mempunyai banyak
kemungkinan arti, sehingga memungkinkan dan mengakomodasi segala jenis
penafsiran. Selain itu juga disebabkan adanya fenomena historis tentang
periwayatan bacaan al-Quran yang memang beragam.
Rasulullah SAW bersabda :

10
Muhammad bin Isa al-Turmudi, Sunan al-Turmudi (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
juz. 8, 1994), hlm. 222
11
Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqan fi Ulum al-Quran (Beirut: Dar al-Fikr, juz. 1, 1951),
hlm. 45.
11









}{ .
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: Berkata Rasulullah SAW: Jibril
membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku
terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai
tujuh huruf. (HR. Bukhari).12

Hadits kedua ini berasal dari umar ibn al-khatthab yang membawa Hisyam
ibn Hakim ke hadapan Rasul karena membaca surat al-furqon dengan berbagai
cara baca dan Rasul tidak pernah membacanya dengan cara itu kepada umar.
Setelah hisyam memperdengarkan bacaanya kepada Rasul, Rasul berkata:
Demikianlah ia diturunkan dan seterusnya menyambungnya dengan sabdanya di
atas. Dengan demikian, jelaslah bahwa tidaklah benar anggapan orang bahwa
Qiraat (macam-macam bacaan) Al-Quran itu diciptakan oleh Nabi Muhammad
atau para sahabat, atau ulama tabiin yang dipengaruhi oleh dialek bahasa kabilah-
kabilah Arab. Dan jelas pula bahwa macam-macam bacaan Al-Quran itu sudah
ada sejak Al-Quran diturunkan. Arti Sabatu Ahruf (Tujuh Huruf) dalam hadits di
atas mengandung banyak penafsiran dan pendapat dari kalangan ulama. Hal itu
disebabkan karena kata Sabah itu sendiri dan kata Ahruf mempunyai banyak arti.
Kata Sabah dalam bahasa Arab bisa berarti bilangan tujuh, dan bisa juga berarti
bilangan tak terbatas.

C. Hikmah Turunnya Al-Quran Dengan 7 Ahruf


Hikmah diturunkannya Al-Quran dengan tujuh huruf dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Memberikan kemudahan dalam membaca dan menghafal bagi kaum yang


masih umi (tidak bisa membaca dan menulis), yang masing-masing Kabilah
(suku) dari mereka memiliki bahasa (dialek) tersendiri, dan mereka tidak

12
Taufiqslow, sabah al-ahruf dalam al-quran, dalam
http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html diakses pada selasa,30
september 2014 pukul 20:00 wib
12

terbiasa untuk menghafal syariat, terlebih lagi untuk menjadikan hal itu
sebagai kebiasaannya. Hikmah ini ditunjukkan dengan jelas dalam beberapa
hadits dengan bermacam-macam redaksi.
Dari Ubay radhiyallahu 'anhu berkata:

:




:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Jibril 'alaihissalam di
Ahajaril Miraa (sebuah daerah di Quba, di luar Madinah) lalu beliau
shallallahu 'alaihi wasallam berkata:Sesungguhnya aku diutus (menjadi Nabi)
kepada kaum yang ummi, di antara mereka ada anak-anak, pembantu, lelaki tua
dan perempuan tua. Maka Jibril 'alaihissalam berkata:Maka boleh bagi
mereka membaca al-Quran dengan menggunakan tujuh huruf/dialek (sesuai
dengan dialek mereka agar mudah) (HR. ath-Thabari dalam Tafsirnya, Ahmad
dalam Musnadnya, Abu Dawud ath-Thayalisi, at-Tirmidzi dan dinyatakan
hasan shahih oleh beliau)13

Hadits lain, yaitu sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:



: .

Sesungguhnya Allah memerintahku untuk membaca al-Quran dengan satu


huruf (dialek). Lalu aku berkata:Ya Allah berilah keringanan untuk
ummatku.14

Dalam hadits yang lain, Jibril 'alaihissalam berkata:




Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Quran kepada
umatmu dengan satu huruf.15
13
Abu Yusuf Sujuno, Hikmah turunnya al-quran dengan tujuh huruf (Tujuh Dialek),
dalam : http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203. Di akses pada 28 september 2014 pukul
19.38 wib
14
ibid
13

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:




Aku memohon kepada Allah maaf dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku
merasa berat melakukannya.(HR. Muslim)16

2. Kemukjizatan al-Quran terhadap fitrah bahasa bagi bangsa Arab, karena


bermacam-macamnya sisi susunan bunyi al-Quran menjadikannya sebagai
keberagaman yang mampu mengimbangi beragamnya cabang-cabang bahasa
(dialek) yang di atasnya fitrah bahasa di kalangan Arab berada. Sehingga setiap
orang Arab mampu untuk mengucapkannya dengan huruf-huruf dan
kalimatnya sesuai dengan masing-masing lahjah (logat) alami dan dialek
kaumnya, namun dengan tetap terjaganya kemukjizatan al-Quran yang
dengannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menantang orang-orang
Arab (untuk membuat yang serupa dengan al-Quran). Dan dengan
keputusasaan mereka untuk melawan al-Quran maka hal itu tidak hanya
menjadikannya menjadi mukjizat bagi satu bahasa saja, namun ia menjadi
mukjizat bagi fitrah bahasa itu sendiri di kalangan bangsa Arab.
3. Menunjukkan kemukjizatan al-Quran dalam makna dan hukum-hukumnya,
karena perubahan bentuk suara dalam sebagian huruf dan kalimatnya
menjadikan al-Quran siap untuk diambil (disimpulkan) hukum-hukumnya,
yang menjadikan al-Quran cocok untuk semua zaman. Oleh sebab itu para
ulama ahli fikih berdalil dengan Qiraat Sabah (tujuh model bacaan) dalam
ber-istinbath (menyimpulkan hukum dari dalil) dan ijtihad mereka.
4. Di dalamnya juga menunjukkan keistimewaan al-Quran dibandingkan dengan
kitab-kitab samawi yang lain, karena kitab-kitab tersebut diturunkan sekaligus
dengan satu huruf sedangkan al-Quran dengan tujuh huruf.
5. Di dalam turunnya al-Quran dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang diberikan
oleh Allah kepada umat ini, dan penjelasan tentang luasnya rahmat Allah

15
ibid
16
Manna Al-Qaththan,Pengantar Studi Ilmu Al-Quran , hlm. 196-197
14

terhadap mereka, yaitu dengan memudahkan bagi mereka untuk mempelajari


kitab-Nya dengan kemudahan yang semaksimal mungkin.
6. Di dalamnya adalah permulaan untuk menyatukan bahasa-bahasa (dialek) Arab
menjadi satu bahasa terpilih yang paling fasih. Dan itu adalah permulaan dalam
proses tahapan-tahapan penyatuan umat Islam di atas satu bahasa yang
menyatukan mereka.
7. Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab yang
berdiri di atas fanatisme penuh terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya
dengan suku, seperti nasab (garis keturunan), tempat tinggal, maslahat dan
bahasa yang susah untuk berubah (berpindah) darinya dalam waktu yang
singkat.17

D. Apakah 7 Ahruf Itu Sama Dengan Qiraat Sabah


Makna sabah ahruf yang menurut ulama pendapatnya paling kuat adalah
tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna, yaitu
Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman.

Sedangkan Qiroat sabah adalah macam cara membaca al-quran yang


berbeda. Disebut qiroat sabah karena ada tujuh imam qiroat yang terkenal
masyhur yang masing-masing memiliki cara bacaan tersendiri. Tiap imam qiroat
memiliki dua orang murid yang bertindak sebagai perawi.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwasannya sabah ahruf yang


diturunkan ke dalam Al-Quran, tidak mungkin dimaksudkan dengan qiraat
sabah yang masyhur itu. Hal ini ditegaskan karena banyak ulama yang
menyangka bahwa qiraat sabah ini sama dengan sabah ahruf.

Abu Syamah di dalam kitab Al Mursyidul Wajiz berkata: Segolongan


orang menyangka bahwasannya qiraat sabah yang berkembang sekarang, itulah

17
Abu yusuf sujono, Hikmah Turunnya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf (Tujuh Dialek)
15

yang dikehendaki di dalam hadits. Persangkaan yang demikian berlawanan


dengan ijma semua ahli ilmu.

Timbulnya sangkaan yang demikian itu lantaran tindakan Abu Bakar


Ahmad ibn Musa ibn Abbas yang terkenal dengan nama Ibn Mujahid yang telah
berusaha pada penghujung abad ke-3 H di Baghdad, untuk mengumpulkan tujuh
qiraat dari tujuh imam yang terkenal di Makkah, Madinah, Kuffah, Bashrah, dan
Syam. Mereka ini terkenal orng-orang kepercayaan, kuat hafalan dan terus
menerus membaca Al Quran. Usaha memgumpulkan qiraat-qiraat yang tujuh
itu, adalah secara kebetulan saja. Karena masih ada imam-imam qiraat yang lebih
tinggi derajatnya dari ketujuh orang itu, dan banyak juga jumlahnya. Abu Abbas
ibn Amma seorang muqri besar, mencela keras Ibnu Mujahid dan mengatakan
bahwa usaha itu akan menimbulkan persangkaan bahwa qiraat sabah inilah
yang dimaksudkan oleh hadits. Alangkah baiknya kalau yang dikumpulkan itu
kurang dari tujuh atau lebih dari tujuh supaya hilang kesamaran itu.

Jadi yang dimaksud dengan qiraat sabah yaitu, tujuh versi qiraat yang
dinisbatkan kepada para Imam qiraat yang berjumlah tujuh orang yaitu: Ibn
Amir, Ibn Kasir, Ashim, Abu Amr, Hamzah, Nafi, dan Al kasai. Adapun
nama lengkap beserta sanad dan rawi dari ketujuh Imam qiraat sabat tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Ibn Amir

Nama lengkapnya Abdullah ibn Amir al-Yahshabi(8-118 H). Ia membaca al-


Quran dari al-Mughirah ibn Abi Syihab al-Makhzumi dan Abu al-Darda. Al-
Mughirah membaca dari Usman ibn Affan dan Abu al-Darda membaca dari
Nabi SAW. Dan dua orang rawi qiraat Ibn Amir yaitu Hisyam dan Ibn
Zakwan.

2. Ibn kasir

Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah ibn kasir al-Makki(45-120 H). Ia


membaca al-Quran dari Abdullah ibn al-SAib, Mujahid ibn Jabar, dan
16

Dirbas. Abdullah ibn al-Saib membaca dari Ubay ibn Kaab dan Umar ibn al-
khattab. Mujahid ibn Jabar dan Dirbas membaca dari Ibn Abbas. Ibn Abbas
membaca dari Ubay ibn Kaab dan Zayd ibn Sabit. Sementara Ubay ibn Kaab,
Umar ibn khattab dan Zayd ibn Sabit membaca dari Nabi SAW.dan dua orang
rawi qiraat Ibn Kasir yaitu Al-Bazzi dan Qunbul.

3. Ashim

Nama lengkapnya Ashim ibn al-Nujad al-Asadi(w. 129 H). Ia membaca al-
Quran dari Abu Abd al-Rahman al-Silmi. Abu Abd al-Rahman membaca dari
ibn Masud, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Ubay ibn Kaab dan Zayd
ibn Sabit. Para sahabat tersebut menerima bacaan al-Quran dari Nabi SAW.
Dan dua orang rawi qiraat Ashim yaitu Hafsh Syubah.

4. Abu Amr

Nama lengkapnya Abu Amr Zabban ibn alAla ibn Ammar(68-154 H). Ia
membaca al-Quran dari Abu Jafar Yazid ibn QaQa dan Hasan al-Bashri
membaca dari al-Haththan dan Abu al-Aliyah. Abu al-Aliyah membaca dari
Umar ibn al-Khattab dan Ubay ibn Kaab. Kedua sahabat yang disebut terakhir
ini membaca al-Quran dari Nabi SAW. Dan dua orang rawi qiraat Abu Amr
yaitu al-Duri dan al-Susi.

5. Hamzah

Nama lengkapnya Hamzah ibn Hubayd ibn al-Ziyyat al-Kufi(80-156 H)Ia


membaca al-Quran dari Ali Sulayman al-Amasy, Jafar al-Shadiq, Hamran
ibn Ayan, Manhal ibn Amr, dan lain-lain. Mereka semua bersambung
sanadnya kepada Nabi SAW. Dan dua orang rawi qiraat Hamzah yaitu
Khallad dan Khalaf.

6. Nafi
17

Nama lengkapnya Nafi ibn Abd rahman ibn Abi Nuyam al-Laysi(w.169H). ia
membaca al-Quran dari Ali ibn Jafar, Abd Rahman ibn Hurmuz Muhammad
ibn Muhammad ibn Muslim al-Zuhri.mereka bersambung sanadnya kepada
Nabi SAW. Dan dua orang rawi qiraat Nafi yaitu Warasyi dan Qalun.

7. Al-Kisai

Nama lengkapnya Abu Hasan Ali ibn Hamzah al-Kisai (w.187H). ia


membaca al-Quran dari Hamzah, Syubah, Ismail ibn Jafar. Mereka
bersambung sanadnya kepada Nabi. Dan dua orang rawi qiraat al-Kisai yaitu
Al-Duri dan Abu al-Haris.

Contoh Qiraah Sabah:

) : (
18


Ibn Katsir, Abu Amr, Nafi,Ashim dan Ibn Amir, membaca ( ( ,
sementara Hamzah dan al-Kisai, membaca )
( 19

18
Departemen agama, Al Quran Dan Terjemahnya (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2007)
hal.15
19
Taufiqslow, Sabah Al-Ahruf dalam al-quran, dalam
http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-quran.html diakses pada selasa,30
september 2014 pukul 20:00 wib.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. a). Al-Ahruf ( ) adalah bentuk jamak dari harf (


) ini mempunyai
makna yang banyak : salah seorang pengarang kamus mengaakan
harfdari segala sesuatu berarti ujungnya atau tepinya. Sedangkan harf
gunung berarti puncaknya. Ada juga yang mengatakan hurf adalah salah
satu bentuk huruf hijaiyah.
b). Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud tujuh huruf ini
dengan perbedaan yang bermacam-macam. Sehingga Ibnu Hayyan
mengatakan, Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf
menjadi 35 pendapat. Berikut ini kami akan memaparkan beberapa pendapat
yang dianggap paling mendekati kebenaran.
Pertama tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu
makna.
Kedua, tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab yang ada, yang
mana dengannyalah Al-Quran diturunkan.
Ketiga, tujuh segi, yaitu; amr (perintah), nahi (larangan), wad
(ancaman), jadal (perdebatan), qashash (cerita) dan matsal ( perumpaman),
Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal.
Keempat, segolongan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud
dengan tujuh huruf adalah tujuh macam hal yang didalamnya terjadi ikhtilaf
(perbedaan).

2. Dalil-dalil mengenai turunnya al-quran dengan 7 ahruf, antara lain :


Rasulullah SAW bersabda :

19
20









}{ .
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: Berkata Rasulullah SAW: Jibril
membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka
aku terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir
sampai tujuh huruf. (HR. Bukhari)
3. Hikmah diturunkannya Al-Quran dengan tujuh huruf, sebagai berikut :
a) Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang masih ummi.
b) Sebagai bukti kemukjizatan Al-Quran bagi kebahasaan orang arab.
c) Sebagai kemukjizatan Al-Quran dalam aspek makna dan hukum-
hukumnya.
d) Di dalamnya juga menunjukkan keistimewaan al-Quran dibandingkan
dengan kitab-kitab samawi yang lain.
e) Di dalam turunnya al-Quran dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang
diberikan oleh Allah kepada ummat ini.
f) Di dalamnya adalah permulaan untuk menyatukan bahasa-bahasa (dialek)
Arab menjadi satu bahasa terpilih yang paling fasih.
g) Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab
yang berdiri di atas fanatisme.
4. Sabat ahruf yang menurut ulama pendapatnya paling kuat adalah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna, yaitu Quraisy,
Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman.

Sedangkan Qiroat sabah adalah macam cara membaca al-quran yang


berbeda. Disebut qiroat sabah karena ada tujuh imam qiroat yang terkenal
masyhur yang masing-masing memiliki cara bacaan tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Al Qaththan, Manna. 2007 . Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Jakarta: Pustaka


Al-Kautsar.
Al- Zarqani, Muhammad Abd al-Adzim. 1988. Manahil al-Irfan. Beirut: Dar al-
Fikr.
Munawwir , Ahmad Warson. 1997 . Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka
Progresif,.

Taufiqslow. Sabah Al Ahruf Dalam Al Quran. dalam


http://www.taufiqslow.com/2013/09/sabah-al-ahruf-dalam-al-
quran.html diakses pada selasa,30 september 2014 pukul 20:00

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail.2004. Sahih al-Bukhari. Beirut: Dar al-Kutub.

Al-Hajjaj, Muslim. 1992 . Sahih Muslim. Beirut: Dar al-Kutub.

Al-Turmudi, Muhammad bin Isa. 1994 . Sunan al-Turmudi. Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah.

Al-Suyuti, Jalal al-Din. 1951 . Al-Itqan Fi Ulum Al-Quran. Beirut: Dar al-Fikr.

Al-Sabuni, Muhammad Ali. 1999. Studi Ilmu al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.

Departemen agama. 2007. Al Quran Dan Terjemahnya. Jakarta: Pena Pundi


Aksara.

Sujono, Abu yusuf. Hikmah Turunnya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf (Tujuh
Dialek), dalam http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=203. Di akses
pada minggu, 28 september 2014 pukul 19:38 wib.

21

Anda mungkin juga menyukai