Anda di halaman 1dari 12

PENYIMPANGAN PENAFSIR DARI ZAMAN KLASIK

HINGGA ZAMAN NOW

Andri Nirwana. AN
Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Email: andri.nirwana@serambimekkah.ac.id

Abstrak

Dalam beberapa buku tafsir klasik maupun modern, dengan berbagai sistem dan orientasi
serta metodenya masing masing terdapat banyak pemahaman yang menyimpang dalam
memahami nash nash Alquran. Penyimpangan juga terjadi dalam pemalingan makna
takwil yang tidak sesuai dengan feeling bahasa Arab yang benar dan juga menghilangkan
keindahan Alquran itu sendiri, bahkan sampai bertentangan dengan ajaran pokok
Islam, sehingga dapat menjerumuskan pembacanya kepada kekafiran. Penyimpangan-
penyimpangan itu terdapat dalam kitab tafsir dari masa ke masa dalam berbagai mazhab
dan aliran. Tulisan ilmiah ini akan menjelaskan tentang beberapa penyimpangan yang
terjadi dalam penafsiran.
Kata Kunci: Distorsi, Penyimpangan, Takwil penafsiran

Abstract

In some commentaries of classical and modern, with a variety of systems and methods of
each of the orientation and understanding there are many texts diverge in understanding
the texts of the Qur’an. Irregularities also occur within the meaning takwil that does not
comply with the correct Arabic feeling and also eliminates the correct of the Al Quran
itself, even contrary to the basic teachings of Islam, so that readers can plunge to disbelief.
Deviations were found in the book of commentary from time to time in various schools
and sects. This scientific article will describe some of the irregularities that occurred in
the interpretation.
Keywords: Distorsi, irregularities , The interpretation.

89
Penulis akan menjelaskan beberapa bertolak belakang dengannya.
penyimpangan yang terjadi dalam Pada zaman tabiin, banyak
penafsiran Alquran sebagai berikut: ditemukan kisah-kisah israiliyat yang
masuk ke dalam kitab-kitab tafsir.
1. Kisah Israiliyat yang masuk ke Penyebabnya ialah banyaknya ahli
dalam Kitab-kitab Tafsir kitab yang sudah memeluk Islam dan
Alquran dalam menceritakan keinginan yang besar dari umat Islam
tentang kisah-kisah manusia sebelumnya, untuk mengetahui lebih detil tentang kisah
tidak diceritakan secara detil, tetapi secara tersebut. Diantara Mufassir yang dimaksud
umum saja. Dikarenakan karakter umat ialah Muqatil bin Sulaiman. Pada zaman
pada masa itu sami’na wa aṭa’na, sementara berikutnya ada juga sebagian ulama yang
kitab-kitab sebelum Nabi Muhammad menafsirkan Alquran dengan menambah
lahir, kisah tersebut diceritakan secara Israiliyat di dalamnya, yaitu aṡ-Ṡa’alabi
detil. Karena melihat dari watak umat dan al-Khazin.
manusia pada waktu itu yang terlalu Mufassir yang memasukan
banyak bertanya. Israiliyat dalam tafsir itu telah melakukan
Oleh karena kondisi Alquran penyimpangan yang luar biasa dan hal ini
yang demikian, maka sebagian penafsir mesti dihapus untuk tercipta penafsiran
ingin melengkapi informasi tentang Alquran yang bersih dari segala macam
kisah sebelumnya dengan memasukkan kisah yang tidak benar.
informasi Israiliyat tersebut dalam kitab Dalam tafsir Khazin, ayat 83-84
Tafsir yang mereka tulis. surat al-Anbiya’ tentang Nabi Ayyub,
Pada zaman sahabat, ada sebagian pengarang kitab menampung cerita ini tanpa
yang ingin mengetahui cerita itu secara memberikan komentar dan menyatakan
lengkap dari kisah kisah sebelumnya kecurigaannya akan adanya manipulasi
mereka bertanya kepada ahli kitab yang dan kelemahan dalam kisah tersebut.
masuk Islam yaitu Abdullah bin Salam dan Padahal sangat jelas bahwa kisah ini telah
Ka’ab al-Ahbar, dengan tujuan sekedar dimanipulasi dan tidak dapat dibuktikan
memperjelas kisah yang disebutkan dalam kebenaranya, yang rupanya sengaja
Alquran itu, sepanjang tidak menyimpang diselundupkan untuk mempengaruhi
dari batas kebolehan yang diberikan orang dalam memahami kandungan.
Rasululah saw1. Para sahabat bersikap Kisah ini dapat ditunjukkan kesalahannya
membenarkan hal-hal yang sesuai dengan baik dengan dalil akal maupun dengan
syariat Islam dan tidak membenarkan yang dalil Naqli. Akal senantiasa tidak dapat
membenarkan adanya sesuatu yang
1 Hadis: Janganlah kalian menganggap benar
keterangan ahli kitab itu, tetapi jangan pula
memberikan citra buruk terhadap suatu
menganggapnya berita Bohong. Katakanlah, prinsip atau aqidah sehingga orang tidak
kami beriman kepada Allah dan kepada kitab
yang diturunkan kepada kami.
mau mengikutinya. Sedangkan dali Naqli

90 Bidayah: Studi Ilimu-Ilmu Keislaman, Volume 9, No. 1, Juni 2018


dengan jelas menunjukkan bahwa seorang Ilmu Nahwu merupakan ilmu yang
pemimpin tentu mempunyai kelebihan membahas tentang baris akhir sebuah kata
dalam fisik dan kewibaannya, jika tidak dan posisi kata tersebut dalam sebuah
demikian tidak sesuai dengan firman Allah kalimat sebagai apa. Memaksakan ilmu
2: 247. Nahwu dalam menafsirkan Alquran
Kisah Israiliyat yang dikutip oleh merupakan penyimpangan terhadap
sebagian mufassirin dari Ahli Kitab dan Alquran itu sendiri. Seorang mufassir
digunakan untuk menjelaskan kandungan tidak sepantasnya mengistimewakan ilmu
Alquran berpengaruh amat buruk terhadap Nahwu dengan berbagai macam Alirannya
penafsiran. Hal ini terjadi karena mereka dan kemudian menganggap tidak benar
tidak konsisten dengan sikap para sahabat aliran lain yang berbeda dengannya.
terdahulu yang senantiasa memperhatikan Mereka membahas ayat yang secara
batas kebolehan (yang telah ditentukan oleh bacaan Qiraat merupakan riwayat dari
Rasulullah saw.) dan tidak melanggarnya. Nabi Muhammad saw. dan menyalahkan
Mereka memasukkan semua kisah Qiraat itu, karena tidak sesuai dengan
yang diceritakan kepada mereka tanpa aliran Mazhab Nahwu yang dianut. Bahkan
memperhatikan benar tidaknya, bahkan beranggapan mereka tidak mengetahui
mereka memasukkan pula kisah-kisah keindahan dan keagungan susunan kalimat
fiktif yang menyebabkan para peneliti Alquran.
buku-buku tafsir sama sekali tidak dapat Diantara para mufassir yang
menerima kebenaran dari kisah tersebut, melakukan penyimpangan ini adalah az-
walaupun diyakini bahwa semuanya itu Zamakhsyari (wafat Tahun 538 H) dengan
berasal dari sumber yang sama. kitab Tafsir Nya al--Muharrir Wajiz fi
Menyebarkan dan mencampur Tafsiri Kitabil Aziz. Contoh yang dapat
adukkan kisah-kisah israiliyat dan kisah ditunjukan dalam penulisan ini yaitu
fiktif lainnya dengan kisah-kisah yang benar Firman Allah swt. dalam surat al-An’am
dapat diibaratkan seperti melemparkan duri ayat 137 yang bunyinya
ke tengah jalan yang akan dilalui oleh para ‫وكذاكل زيّ ّن لكثري من املرشكني قتل أ�والدمه‬
peminat Kajian Tafsir. Sangat disarankan
bila ada ulama yang mau mengikis habis )731 :‫رشاكؤمه (ا ألنعام‬
kisah israiliyat dari buku-buku tafsir Artinya: Demikianlah, pemimpin-
sehingga buku tersebut bersih dari segala pemimpin mereka telah
menyebabkan kebanyakan orang-
macam kisah yang tidak benar.
orang musyrik itu memandang
baik untuk membunuh anak anak
2. Bacaan Alquran dibacakan mereka.
sesuai Riwayat Bacaan (Qiraat)
sampai ke Rasulullah, bukan Menurut Qiraat Hafs kata zayyana
mengikuti Ilmu Nahwu adalah bentuk aktif dan pelakunya yaitu

Andri Nirwana, AN: Penyimpangan Penafsir ... 91


syuyukuhum. Sedangkan menurut Qiraat Bahasa Arab merupakan tuntutan primer
lain, dibaca zuyyina yaitu bentuk pasif dan bagi mufassir Alquran. Kalau ilmu ini tidak
objeknya adalah qatla yang digabungkan dimiliki maka akan terjadi penyimpangan
dengan kata aulādihim, sedangkan kata dalam menafsirkan Alquran. Misalnya
syurakā’uhum dibaca ḍammah dikaitkan dicontohkan dengan firman Allah:
dengan kata kerjanya yang tersembunyi .‫وعىص �آدم ربه فغوى‬
yaitu zayyana. Menurut Zamakhsyari kedua
Qiraat di atas adalah benar. Sedangkan Menurut Muktazilah kata Ghawa
Qiraat Ibnu Amir membaca diartikan dengan kekenyangan karena
memakan buah Khuldi. Padahal arti
‫قت ُل أ�والدَمه رشاكئِ م‬ yang sebenarnya adalah Lupa. Mereka
Dengan menḍammahkan kata qatlu meafsirkan demikian karena mereka tidak
dan mengkasrahkan kata syurakā›uhum menyebut adam tersesat. Mereka lupa
dengan mengidhafahkan kata Qatla kepada bahwa sebenarnya, bahwa adam memakan
syurakā dan memisahkan keduanya tidak buah larangan itu karena Lupa, seperti yang
dengan ḍaraf melainkan dengan maf’ul disebutkan dalam firman Allah dalam surat
auladahum. Menurut Zamakhsyari ini 20: 115 yang artinya: dan sesungguhnnya
merupakan kesalahan yang jelas, meskipun telah kami perintahkan sebelumnya kepada
untuk menjaga kecocokan sajak dalam Adam, namun dia ‫م‬upa, dan tidak kami
syair. dapati padanya adanya kesengajaan. Orang
Ibnu al athiyyah al andalusi lupa tidak sama pengertiannya dengan
mengatakan bahwa bacaan ibnu Amir orang yang sesat. Seperti yang mereka
tersebut adalah lemah, karena tidak pahami sehingga mereka menghindarinya
lazim bagi penutur bahasa Arab2. Dengan dengan penafsiran seperti itu.
demikian jelaslah bahwa banyak pendapat Ibnu Qutaibah membantah
zamakhsyari yang bertentangan dengan penafsiran kata Ghawa seperti yang
beberapa jenis Qiraat yang benar, karena dikemukakan oleh Mu’tazilah tersebut dan
dia terpengaruh oleh mazhab Nahu yang menyalahkannya dengan berpedoman pada
dianutnya. Alquran adalah kitab asli yang kelaziman bahasa Arab. Dia menyatakan:
menjadi acuan sekaligus menjadi argumen “Orang-orang Mu’tazilah itu berangkat
terakhir untuk menyelesaikan perselisihan dari ucapan orang Arab
yang terjadi di kalangan para ahli Nahwu. ‫غوى الفصيل يغوي غيا‬
3. Penyimpangan penafsiran oleh Anak sapi yang disapih terlalu
orang yang tidak menguasai banyak minum susu sehingga kekenyangan.
Kaidah bahasa Arab Konjugasi kata Ghawa dalam firman itu
Pengetahuan tentang Kaidah adalah Ghawa Yaghwi Ghayyan, sedangkan
kata Ghawa berarti kekenyangan adalah
2 Ibnu Hayyan, Bahrul Muhith, Juz IV, hal. 229.

92 Bidayah: Studi Ilimu-Ilmu Keislaman, Volume 9, No. 1, Juni 2018


ghawa yaghwi ghawwa. pendapat mazhabnya.
Contoh penafsiran salah lainnya Salah satu contoh penyimpangan
yang disebabkan oleh ketidakfahaman Tafsir oleh Muktazilah yaitu
terhadap konjugasi (tasrif) kata adalah yang ‫ولكم هللا موىس تلكامي‬
dikutim Zamakhsyari ke dalam Tafsirnya al
Kasyaf dari orang yang berorientasi seperti Artinya: dan Allah telah berbicara dengan
Musa AS secara langsung
ini ketika menafsirkan firman Allah dalam
surat 17:71 yang berbunyi Menurut mereka ayat tersebut
‫يوم ندعو لك أ�انس بإماهمم‬ bertentangan dengan pendapat mereka
tentang sifat Allah aL-Kalam. Dalam
Ingatlah suatu hari ketika ayat terdapat kata masdar Taklima untuk
kami panggil tiap-tiap umat dengan menguatkan kata kerja Kalama dan
pemimpinnya. untuk menghilangkan kemungkinanmu
Zamakhsyari mengatakan termasuk masuknya arti yang tidak sebenarnya
penyimpangan penafsiran yang paling besar (Majaz). Dengan serta merta mereka
adalah bahwa kata imam dianggap sebagi menyesuaikan dengan pendapat mazhab
bentuk jamak dari kata Um yang berarti mereka, dengan cara menakwilkan dengan
Ibu. Jadi pada hari kiamat, orang akan arti lain sehingga tidak bertentangan
dipanggil bersama ibunya. Pemanggilan dengan Mazhab mereka. Jadi kata “kallam”
Ibu bertujuan menjaga perasaan Nabi Isa asal dari “kalimu” yang berarti “luka”.
as, yang terlahir tanpa Ayah. Penafsiran Karena itu makna ayat itu menjadi, Allah
seperti ini merupakan distorsi yang paling melukai Musa dengan kuku ujian dan
tercela. Penafsiran seperti ini menunjukan cobaan hidup. Penafsiran ini dilakukan
ketidaktahuan penafsir terhadap ilmu untuk menghindari makna lahiriah ayat
Tashrif. Bentuk jamak dari kata Um adalah yang berbenturan dengan kepercayaan
Ummahat. Mazhab Mereka.
Kelompok Muktazilah menafsirkan
4. Penyimpangan Muktazilah firman Allah 7:179 yang berbunyi:
terhadap Tafsir ‫ولقد ذر أ�ان جلهمن كثريا من اجلن والإنس‬
Fanatisme kepada mazhab sangat
Artinya: Sungguh kami akan isi neraka
mempengaruhi dalam menafsirkan
Jahannam banyak dari golongan
Alquran. Mereka berusaha mencari dalil Jin dan Manusia.
ayat yang mendukung Mazhab mereka.
Meskipun dengan cara mencocokkan teks Mereka menafsirkannya dengan
ayat dengan pandangan Mazhabnya. Yang “benar-benar kami telah lemparkan
pada akhirnya Alquran ditafsirkan susuai banyak diantara jin dan manusia ke dalam
dengan jalan fikiran dan keinginannya serta neraka Jahannam. Penyebab mereka
menakwilkan ayat yang berbeda dengan menggunakan kata melemparkan adalah

Andri Nirwana, AN: Penyimpangan Penafsir ... 93


Allah tidak menciptakan petunjuk dan mereka cocok-cocokkan atau setidak-
kesesatan dan tidak menciptakan makhluk tidaknya, mereka tafsirkan sedemikian
untuk neraka dan makhluk untuk Syurga. rupa sehingga tidak tampak bertentangan
Semua dikembalikan kepada Usaha dengan mazhab mereka itu. Upaya mereka
manusia tersebut. Karena dia memilih itu jelas mengakibatkan penyimpangan
Neraka, maka kata melemparkan itu sangat nash Alquran dari makna yang sebenarnya.
pantas digunakan untuk menggambarkan Salah satu contohnya yaitu kupasan
situasi Allah sangat benci kepada mereka. Al Bahrany terhadap firman Allah yang
berbunyi:
5. Penyimpangan penafsiran oleh
kelompok Syiah
‫انمك لفي قول خمتلف يؤفك عنه من افك‬
Syiah adalah kelompok Islam Artinya: Sesungguhnya kamu benar-benar
yang berbeda pemahaman secara jelas dalam keadaan berselisih faham
(mengenai kebenaran) orang yang
dengan sunni, malahan mereka terpecah-
berpaling akan dipalingkan dari
pecah lagi kelompok syiah tersebut, kebenaran (rasul dan Alquran itu)
bahkan ada kelompok yang sangat ekstrim (QS. 51: 8-9)
menganggap Ali sebagai Tuhan. Ada
Menurut riwayat Abu Jakfar,
juga kelompok yang menganggap Ali
al-Bahrany menyatakan bahwa yang
adalah sahabat yang utama, hal ini masih
dimaksud dengan perselisihan faham
dalam kewajaran. Setiap kelompok syiah
dalam firman Allah ‫ انكم لفي قول مختلف‬adalah
menyebut diri mereka Islam dan mengakui
perselisihan mengenai kepemimpinan umat
Alquran meskipun secara garis besarnya
ini. Dikatakannya bahwa orang yang tetap
saja yaitu kebanyakan diantara pengikut-
mentaati kepemimpinan Ali akan masuk
pengikut Syiah Imamiyah Itsna Asyarah
syurga sedangkan yang menentangnya
berpendapat bahwa dalam Alquran
akan masuk neraka. Adapun firman
itu terdapat tambahan-tambahan dan
Allah ‫ يؤفك عنه من افك‬menurut al-Bahrany
kekurangan-kekurangan, padahal secara
dikenakan kepada Ali; artinya orang yang
prinsip pendapat ini tidak benar. Karena itu
dipalingkan dari kepemimpinan Ali berarti
wajarlah, jika mereka berusaha mengkaji
dipalingkan dari surga3. Disini dipahami
kitab suci sandaran utama itu dan berupaya
bahwa fanatisme akan golongan sangat
untuk menjadikannya sebagai dalil untuk
mewarnai dalam penafsiran Alquran itu
menguatkan, bukan menentang pendapat
sendiri.
mereka.
Ayat Alquran yang menurut mereka 6. Penyimpangan Tafsir oleh para
bisa dipakai sebagai alasan penguat sufi
atas kebenaran mazhab Syiah mereka Sufi identik dengan orang yang
pegangi, sedangkan ayat-ayat yang mereka
anggap tidak cocok dengan berbagai cara 3 Sayyid Abdullah al ‘Alawy, Tafsir Al Quran,
hal. 231.

94 Bidayah: Studi Ilimu-Ilmu Keislaman, Volume 9, No. 1, Juni 2018


zuhud terhadap kehidupan dunia. Sufi maha esa4. Penafsiran yang demikian
telah ada di awal awal Islam, tetapi kata sangat tidak bisa diterima dengan ilmu
sufi itu baru dikenakan kepada orang- tauhid. Tidak ada perantara atau pun sekutu
orang zuhud pada masa-masa sejak Allah yang ada hanya lah Dia.
pertengahan abad kedua hijrah. Pada Distorsi lainnya, Ibnu Arabi dalam
abad ini timbul pembahasan mengenai menafsirkan Firman Allah 55:19-20. Yang
tasawuf yang lahir pula ajaran-ajaran dan dimaksud dengan dua lautan dalam firman
pandangan-pandangan sufi yang dianut Allah ‫ مرج البحرين‬adalah lautan yang
oleh para pendukungnya. Pembahasan- besar bersifat fisik yaitu laut garam yang
pembahasan dan ajaran-ajaran ini tumbuh pahit dan lautan jiwa (ruh) yang tawar
dan berkembang terus dari masa ke masa, dan menyegarkan, bertemu dalam wujud
sejalan dengan apa yang mereka warisi dari manusia, sedangkan maksud Firman Allah
para filosuf seperti zaman dahulu. ‫ بينهما برزخ‬adalah nafsu hewani yang
Sebagai contoh penulis sampaikan tidak terdapat dalam jiwa yang bersih,
yaitu penafsiran firman Allah dalam surat murni dan lembut, dan juga tidak terdapat
Al Baqarah ayat 163 yang berbunyi dalam tubuh tubuh yang segar bugar, la
Yabghiyaan, berarti tidak dilampaui oleh
‫والهمك اهل واحد‬
salah satu dari kedua lautan itu, jadi Ruh
Artinya: dan tuhan kamu adalah tuhan tidak meninggalkan badan dan masuk
yang Esa
ke dalam dunianya, dan badan juga tidak
Ibnu Arabi mengatakan “Dalam meragakan ruh dan menjadikannya sebagai
ayat ini Allah berbicara dengan kamum materi.5
muslimin bahwa orang-orang yang Penyimpangan Penasiran oleh
menyembah benda-benda selain Allah Thantawi Jauhari dalam Tafsir al-Jawahir
dalam rangka mendekatkan diri dengan Nya, fi Tafsiril Qur’an (mutiara-mutiara dalam
sebenarnya sama dengan menyembah Allah Tafsir Alquran) mengemukakan tentang
juga, ingatlah ketika mereka mengatakan:” kisah hidupnya kembali Nabi Uzair dan
sebenarnya kami menyembah benda-benda keledainya, kisah burung Nabi Ibrahim,
ini hanyalah untuk lebih mendekatkan diri Kisah orang orang yang keluar berbondong
kami kepada Allah, sambil mengemukakan bondong dari kampung halamannya dalam
alasan mereka. Kemudian Allah berfirman rangka menghindari bahaya Tha’un, yang
kepada kita bahwa sesungguhnya Tuhanmu kemudian meninggal lalu dihidupkan
dan tuhan yang disembah oleh orang lagi oleh Allah swt., kisah Hidupnya sapi
musyrik dengan perantara benda benda betina yang disembah sebagian Bani Israil.
sesembahan dalam rangkan mendekatkan Secara tidak langsung beliau merangsang
diri kepada Nya, adalah sama: karena itu
sebenarnya kamu semua tidak berbeda 4 Ibnu Arabi, Futuhatul Makkiyahm Juz III, hal.
160.
dalam pengakuanmu terhadap tuhan yang 5 Tafsir Ibnu Arabi, Juz II, hal. 280.

Andri Nirwana, AN: Penyimpangan Penafsir ... 95


pembaca Tafsir untuk mampu berbuat dalam diri mereka sendiri. Jika semua
serupa, karena Allah telah menunjukan ini dimaksudkan sebagai alasan bahwa
kuasaNya pada umat masa itu, bagaimana Alquran berisi semua ilmu yang awal
cara memanggil arwah itu. Karena itu dan yang akhir, maka jelas ini merupakan
panggillah arwah itu dengan cara benar, kekeliruan. Sebab penjelasan Alquran
bertanyalah kepada ahlinya, jika kamu tentang realitas realitas kealaman dan
tidak mengetahui, akan tetapi orang-orang gejala-gejalanya serta ajakanya untuk
yang memanggil arwah itu hendaknya memperhatikan rahasia di langit dan
orang-orang yang berhati bersih dan tulus dibumi dan juga rahasia yang ada dalam
yang mengikuti petunjuk para Nabi dan diri mereka, tidak lain hanyalah untuk
Rasul, seperti Uzair, Ibrahim dan Musa, meningkatkan kesadaran manusia dan
karena mereka memiliki keluhuran jiwa, membimbing mereka untuk mendapatkan
maka kami jadikan mereka dapat melihat hikmah dari pelajaran berharga dari
arwah dengan mata kepala mereka. Aku padanya.. disamping itu juga dimaksudkan
menyuruh Nabi mu untuk mencontoh untuk menyadarkan manusia akan akan
mereka dan mengikuti bimbingan mereka tanda tanda kemahakuasaan Allah dan
itu. bukti bukti keEsaaNya. Jadi dari segi ini,
Penafsiran sepeti ini sangatlah ayat ayat tersebut dimaksudkan untuk
menyimpang dari Visi Misi Alquran yaitu menggetarkan jiwa dan membersihkan hati
Hudal linnanas mencapai kebahagian di dan tidak merupakan keterangan tentang
dunia dan akhirat. teori-teori dan kaidah kaidahkeilmuan
yang pasti.
7. Penyimpangan Tafsir oleh para Contoh penafsiran dalam kitab
Ilmuwan al-Hidayah wal Irfan fi Tafsiril Qur’an
Alquran memandang bahwa alam bil Qur’an yang disusun oleh syeikh Abu
semesta beserta isinya bukanlah merupakan Zaid ad Damanhuri yang menyeleweng
realitas yang independen apalagi terakhir, dan menyesatkan. Seperti penafsiran dia
melainkan merupakan tanda sinyal dari terhadap Alquran surat al Ambiya ayat
kebesaran dan keberadaan Allah swt.6 79. Lafal yusabbihna dalam ayat tersebut
Jika para penganut tafsir ilmi ini menunjukan pengertian bahwa tambang-
mengkaitkan dengan apa yang dikemukakan tambang yang tersimpan di bawah gunung-
Alquran tentang realitas realitas kealaman gunung yang dugali oleh Nabi Daud
dan bukti-bukti empirisnya dan juga dengan setelah menaklukkan gunung-gunung itu
perintah Allah untuk memperhatikan dijadikanya sebagai alat perang, sedangkan
alam semesta berikut gejala-gejala nya lafal Ath Thair berarti semua binatang
serta untuk memperhatikan apa yang ada bersayap dan semua kendaraan yang dapat
berjalan cepat seperti kuda, kereta api atau
6 QS Al Baqarah: 164.
pesawat terbang.

96 Bidayah: Studi Ilimu-Ilmu Keislaman, Volume 9, No. 1, Juni 2018


Ada baiknya saudara membaca Rasjidi dari Darmogandul halaman
sendiri kitab tersebut yang terdapat di 58 tembang 57,
perpustakaan al misriyyah yang Tidak ‫ذكل الكتاب ال ريب فيه هدى للمتقني‬
diedarkan karena bertolak belakang dengan
pemahaman umat Islam seluruhnya. (żālika: Jika tidur kemaluannya
Contoh lain yaitu ketika nyengkal (bangkit), kitābu lā:
menafsirkan surat al-Zalzalah pada kata kemaluan laki laki masuk di
‫ مثقال ذرة‬pada era tahun 60-an ditafsir kemaluan perempuan dengan
dengan kata Biji Sawi, pada tahun 80-an tergesa gesa, raiba fīhi: perempuan
ditafsir dengan kata Debu, pada Tahun yang pakai kain, hudān: telanjang
milenium ditafsir dengan Atom, pada tahun (bahasa jawa: wuda); lil muttaqīn;
tahun berikutnya ditafsir dengan Pecahan sesudah telanjang kemaluan laki
atom. Sebenarnya makna dari kata tersebut laki termuat dalam kemaluan
adalah sesuatu materi atau immateri yang wanita. Itu adalah bahasa arab
paling kecil. yang sampai di tanah jawa. Aku
Para pendukung Tafsir aliran tafsirkan menurut interpretasi jawa
saintifik ini diharapkan menyadari bahwa agar artinya dapat dipahami. Arti
meninggalkan cara cara menafsirkan bahasa Arab tersebut di pulau jawa
Alquran seperti ini adalah lebih baik, walau aku kiaskan dengan mata kebatinan
terdapat keinginan untuk menunjukan sehingga jadi seperti itu7.
kemukjizatan Alquran dan relevansinya b. Tafsir Ahmadiyah Qadyani terhadap
dengan perkembangan zaman. Cukuplah lafal ‫ خاتم النبيين‬di dalam ayat 40
bagi mereka menyimpulkan bahwa Alquran dari surat al Ahzab dengan “yang
tidak bertentangan dengan perkembangan paling mulia dari semua Nabi”
Sains. Alquran sejalan dengan tiori tiori pemahaman serupa ini menurut
dan kaidah-kaidah keilmuan yang ada dan ahmad Hariadi, mantan penganut
yang akan ditemukan di masa yang akan paham Ahmadiyah Qadyani, jika
datang. ‫ خاتم‬di mudhafkan kepada isim
jama’ artinya bukan penutup, tetapi
8. Penyimpangan Penafsiran oleh yang paling mulia8.
Kaum Kebatinan di Indonesia c. Tafsir kalimat ‫كهيعص‬ oleh
Diantara penyimpangan Tafsir Lia Aminuddin di awal surat
Alquran yang sangat jauh dari pemahaman Maryam. Menurutnya, kalimat
yang benar serta beredar luas di tengah
masyarakat yaitu: 7 HAL.M. Rasjidi, Islam dan Kebatinan,
a. Tafsir kaum kebatinan terhadap Jakarta, Bulan Bintang, Cet. Ke 6, tahun 1987,
hal. 16,17,26
ayat 2 dari surat al-Baqarah 8 Ahmad Hariadi, Liku-liku Ahmadiyah
sebagaimana dikutip oleh Prof. Qadyani, Singapura, Peripensis, Cet Ke 2,
1990 hal. 6

Andri Nirwana, AN: Penyimpangan Penafsir ... 97


itu mengandung makna sebagai pencurian dalam Alquran al-Mā›idah ayat
berikut. Kaf adalah air mata, Ha’ 38-39. Allah menyuruh untuk memotong
adalah ruh, ya’ adalah nyata, ‘ain tangan pencuri, begitu juga dengan tindak
adalah sumber, dan ṣad adalah pidana perzinaan (An Nur:2), Allah
kabar. Jadi makna keseluruhannya memberi petunjuk untuk menjilid penzina
adalah banyak air mata pada baik laki laki atau pun perempuan dan
waktu ruhnya kembali bangkit dan merajam bagi yang sudah menikah. Akan
nyata dan menjadi sumber yang tetapi umat muslim di Indonesia tidak
menyampaikan berita9. mempraktekkan firman Allah tersebut,
Ketiga penafsiran di atas tidak padahal redaksi perintahnya sama dengan
sejalan dengan kaidah-kaidah dan teori redaksi perintah puasa, salat dan lain lain.
tafsir yang benar dan penyebarannya Ini disebabkan gagal paham terhadap
melalui fanatisme pengikut yang tidak maksud Allah untuk memberlakukan
kongkrit jumlahnya. Yang perlu diingat hukuman tersebut.
dari fenomena di atas yaitu adanya respon Penafsiran surat al-Maidah ayat
untuk menafsirkan ayat suci walaupun 51 bersumber dari media, KOMPAS.com
hasilnya menyimpang dan sesuai dengan - Saksi ahli yang memberi keterangan
selera hawa nafsu mereka. pada sidang lanjutan kasus dugaan
Penyimpangan tafsir mamakai sisi penodaan agama, KH Ahmad Ishomuddin,
pornografi yang dimunculkan dari kaum menyatakan bahwa kata “aulia” dalam
kebatinan. Contoh kedua sesuai dengan Surat al-Maidah ayat 51 lebih banyak
ajaran Ahmadiyah yang meyakini bahwa ditafsirkan sebagai teman setia. Ahmad
setelah Nabi Muhammad saw. masih merupakan Rais Syuriah Pengurus
terdapat Nabi yaitu Mirza Ghulam Ahmad, Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jakarta
itulah sebabnya penafsiran surah al-Ahzab sekaligus dosen Fakultas Syariah IAIN
ayat 10 ditafsirkan dengan “Orang yang Raden Intan, Lampung, yang dihadirkan
Mulia” bukan “penutup segala Nabi”. tim kuasa hukum terdakwa Basuki Tjahaja
Pada contoh ketiga jelas memberikan suatu Purnama atau Ahok dalam sidang, Selasa
penafsiran yang sangat jauh dari teks dan (21/3/2017). “Berdasarkan tafsir yang
konteks. Namun ketiga tafsiran di atas saya tahu, aulia itu teman setia. Kalau ada
ditolak oleh para ulama yang tidak terlalu yang menerjemahkan sebagai pemimpin,
vokal. silakan. Tetapi, menurut tafsir saya, dari
ratusan kitab tafsir, tidak satupun memiliki
4. Penyimpangan penafsiran oleh makna pemimpin,” kata Ahmad, dalam
politikus sidang yang digelar Pengadilan Negeri
Terkait dengan hukum pidana Jakarta Utara, di Auditorium Kementerian
9 Lia Aminuddin, Perkenankan aku menjelaskan Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa
sebuah Takdir, Jakarta, yayasan Salamullah,
1998, Cet pertama, hal. 73.

98 Bidayah: Studi Ilimu-Ilmu Keislaman, Volume 9, No. 1, Juni 2018


(21/3/2017) siang.10 8. Pengetahuan dengan pokok-
Padahal konsensus atau ijma pokok ilmu yang berkaitan dengan
umat muslim dunia bahwa dalam surat al Alquran, Ushul Fiqh dan ilmu
Maidah ayat 51 itu kata Awliya ditafsirkan keislaman lainnya.
dengan makna Pemimpin. Janganlah kamu 9. Ilmu Mawhibah
menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai
pemimpinmu. Sangat jelas sekali. Akan Daftar Pustaka
tetapi karena tertutup mata hati oleh Hawa Ahmad Hariadi, Liku-liku Ahmadiyah
Nafsu, maka penafsiran tersebut tidak Qadyani, Cet Ke 2, (Singapura:
nampak di matanya. Wallahu’alam. Peripensis,1990)

HAL.M. Rasjidi, Islam dan Kebatinan,


Kesimpulan: Solusi Dari Permasalahan Cet. Ke 6, (Jakarta: Bulan Bintang,
Distorsi Penafsiran Alquran 1987)

https://megapolitan.kompas.com/
Sebagai penutup dari tulisan ini.
read/2017/03/21/15411831/saksi.
Penulis menawarkan solusi yang dapat ahli.jelaskan.tafsir.al.maidahal.
dipakai dalam mengantisipasi distorsi ayat.51.dalam.sidang.ahok
tersebut. Ada beberapa solusi dari
Lia Aminuddin, Perkenankan Aku
permasalahan ini yaitu: Menjelaskan Sebuah Takdir,
1. Mufassir harus memiliki Aqidah (Jakarta: Yayasan Salamullah,
yang benar. 1998)
2. Bersih dari hawa nafsu dan
fanatisme kelompok atau golongan
3. Menafsirkan lebih dahulu, Alquran
dengan Alquran.
4. Mencari Penafsiran dari Sunnah.
5. Meninjau pendapat para sahabat
(bila tidak didapatkan penafsiran
dalam sunnah).
6. Memeriksa pendapat tabi’in
(generasi setelah sahabat).
7. Pengetahuan bahasa arab dengan
segala cabangnya.

10 ini telah tayang di Kompas.com dengan judul


«Saksi Ahli Jelaskan Tafsir al-Maidah Ayat
51 dalam Sidang Ahok”,  https://megapolitan.
kompas.com/read/2017/03/21/15411831/
saksi.ahli.jelaskan.tafsir.al.maidahal.ayat.51.
dalam.sidang.ahok.  Penulis : Andri Donnal
Putera

Andri Nirwana, AN: Penyimpangan Penafsir ... 99


100 Bidayah: Studi Ilimu-Ilmu Keislaman, Volume 9, No. 1, Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai