Anda di halaman 1dari 14

Al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis

Vol. 2 No. 2, 2020; Hlm. 143-156


P-ISSN: 2503-2232

HISTORIOGRAFI DALAM TAFSIR AL-QUR’AN

Lukman Hakim
Email: lukmanhakim@ptiq.ac.id

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk meneliti kajian historigrafi dalam tafsir Al-Qur’an yang dilakukan
oleh mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode sejarah,
di mana terdapat empat metode yang berlaku; heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.
Penulis ingin mengetahui langkah-langkah mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat historis baik yang
berkenaan dengan para Nabi dan umat-umat terdahulu maupun kejadian-kejadian pada masa Nabi
SAW. Penelitian ini menemukan bahwa metode sejarah bukan ilmu baru dalam penafsiran Al-
Qur’an. Sejak masa penulisan kitab-kitab tafsir masa awal, ditemukan bahwa kitab tafsir dalam
menjelaskan ayat-ayat historis terdapat dua kajian kesejarahan yaitu asba>b al-nuzu>l (yang
membahas seputar turunnya ayat Al-Qur’an) dan israiliyat (kisah-kisah ahlul Kitab; Yahudi).
Untuk yang pertama, munculnya asba>b al-nuzu>l dalam kitab tafsir adalah sebuah keniscayaan dan
diterima semua kalangan mufasir, sedangkan untuk yang kedua ini ( israiliyat), para ulama mufasir
berbeda pendapat, ada yang melarang, membolehkan, dan ketiga berada di antara keduanya yakni
ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang. Beberapa kitab tafsir yang banyak meriwayatkan
kisah-kisah israiliyat di antaranya at-Tabari dan Ibn Katsir. Terlepas dari perdebatan ini, metode
dan pendekatan sejarah sangat familiar bagi kalangan mufasir dalam mengungkapkan serta
menafsirkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an.

Key word: Metode, pendekatan, sejarah, asba>b al-nuzu>l, Israiliyat, tafsir.

Abstract

This paper aims to examine the use of historical methods and approach by exegetes in
interpretating Qur’anic verses. This research uses historical method, in which there are four
methods that apply; heuristics, verification, interpretation and historiography. The author wants
to know the steps of the exegete in interpreting the verses dealing with the historical context
including the Prophets and ancient people narrated in holy Al-Qur’an as well as events during the
time of the Prophet Muhammad PBUH.
This study found that the historical method is not a new method and approach for exegetes.
Since the time of writing of the early commentaries (exegeses; tafsir), it was found that in
explaining historical verses, at least there are two historical studies found, namely asba>b al-nuzu>l
(which discusses the verses of Al-Qur’an revealed) and israiliyat (the stories of ahlul Kitab; Jews).
For the first, the emergence of asba>b al-nuzu>l in tafsir works is a necessity and is accepted by all
exegetes, while for the second (israiliyat), the exegetes have different opinions; those who
prohibited, permitted, and the third is among of them; some are permitted and some are prohibited.
Some of the commentaries that tell many israiliyat stories such as at-Tabari and Ibn Kathir. Apart
from this debate, historical methods and approaches are very familiar to the commentators in
expressing and interpreting the historical aspects of certain Quranic verses.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


144 | Lukman Hakim

Pendahuluan Secara etimologis, menurut Ahmad ibn


Untuk memahami Al-Qur’an sebagai basis Farus, kata ‘tafsir’ terdiri atas tiga huruf; fa-
pijakan umat Islam memerlukan alat bantu sin-ra yang berarti keterbukaan dan kejelasan.2
untuk mengetahui serta mendapatkan Secara terminologis, tafsir adalah ilmu untuk
pemahaman yang komprehensif tentang suatu memahami kitab allah yang diturunkan kepada
permasalahan. Menurut Kuntowijoyo, masih Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-
merupakan hal yang relevan bila Al-Qur’an maknanya dan mengungkap hukum-hukum dan
perlu dilihat dari berbagai disiplin ilmu. hikmahnya.3
Menurutnya para mufasir yang ada masih Perkembangan tafsir pada masa Nabi dan
terlalu generalis melihat Al-Qur’an. Dengan para sahabat. Rasul mengajarkan para sahabat
berbagai pendekatan disiplin ilmu, maka dan ketika sahabat mendapatkan kesulitan,
kemungkinan melahirkan ilmu (sosial) akan mereka langsung bertanya kepada Nabi SAW.
terbuka lebar.1 4 Di antara para sahabat yang masyhur dalam

Salah satu disiplin keilmuan yang sudah tafsir adalah Khulafa’ al-Rasyidun, Ibn
lama digunakan oleh para ulama dan mufasir Mas’ud, Ibn Abbas, Ubay ibn Ka’ab, Zaid ibn
dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an adalah Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah ibn
ilmu sejarah. Ilmu Sejarah adalah salah satu Zubair. Selain mereka terdapat pula Anas ibn
disiplin ilmu yang mempelajari kisah-kisah Malik, Abu Hurairah, Abdullah ibn Umar, Jabir
masa lalu. Ia hadir bersamaan dengan filsafat ibn Abdillah, Abdullah ibn Amr ibn Ash, Siti
yang dianggap sebagai bapak ilmu Aisyah. Berikutnya adalah masa tabi’in.
pengetahuan karena darinya seluruh disiplin mereka belajar kepada para sahabat. Pada masa
keilmuan masa kini bermula. Di sisi lain, Al- ini terdapat beberapa madrasah yang dikenal
Qur’an sebagai kitab Allah yang diturunkan dengan madrasah Mekah, madrasah Madinah
kepada Nabi SAW menyuguhkan banyak sekali dan Madrasah Irak. Di Mekah mereka belajar
peristiwa-peristiwa masa lampau seperti kisah- kepada Ibn Abbas dan murid-murid yang
kisah para nabi dan umat terdahulu yang dalam masyhur adalah Said ibn Jubair, Mujahid ibn
perkembangannya juga mempengaruhi Jabr, Ikrimah Maula Ibn Abbas, Thowus ibn
historiografi sejarah islam. Selain itu, Al- Kaisan al-Yamani, Atha’ ibn Abi Rabah. Di
Qur’an juga menceritakan sejarah masa Nabi Madinah mereka belajar kepada Ubay ibn
SAW. Sejarah merekam peristiwa-peristiwa Ka’ab. Di antara murid-muridnya adalah Abu
yang terjadi seperti perang badar, uhud dan al-Aliyah, Rafi’ ibn Mahran, Muhammad ibn
khandaq, hunain dan sebagainya. Dengan ilmu Ka’ab al-Kuradhi dan Zaid ibn Aslam. Di Irak
sejarah kita dapat mengetahui perkembangan terdapat Abdullah ibn Mas’ud, dengan murid-
tafsir tekstual dan kontekstual, differensiasi muridnya antara lain; Alqamah ibn Qays,
tafsir bil ma’s\u>r (nash) dan bi al-ra’yi (akal) Masruq ibn al-Ajda’, Amir as-Sya’bi, Hasan al-
serta berbagai macam corak dalam penafsiran Basri, Qatadah ibn Di’amah.5
Al-Qur’an. Periode berikutnya dikenal sebagai
periode penulisan tafsir di mulai dari akhir
A. Definisi Tafsir dan Perkembangannya masa kekuasaan Bani Umayyah dan awal masa
Bani Abbasiyah. Berawal dari kodifikasi hadis,

1 4
Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam di Muhammad Husain Al-Dzahabi, ‘Ilm al-Tafsi>r,
Indonesia (Yogyakarta: IRCiSoD, 2017), hal. 14. hal. 15.
2 5
Ahmad ibn Faris, Mu’jam Maqayyis al-Lugah cet. Muhammad Husain Al-Dzahabi, ‘Ilm al-Tafsi>r,
1 (Beirut: Dar Ihya’ al-Turats a;-Araby, 2001), hal. 818. hal. 16-31.
3
Muhammad Husain Al-Dzahabi, ‘Ilm al-Tafsi>r
(Beirut: Darul Ma’arif, tt), hal. 6.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


Historiografi dalam Tafsir Al-Qur’an |145

dan Al-Qur’an adalah bagian di dalamnya, merupakan sebuah daftar karakter dari sebuah
kemudian ilmu tafsir menjadi ilmu yang berdiri kronologi peristiwa, melainkan sebuah catatan
sendiri yang terpisah dari hadis, pada titik terpadu yang benar mengenai hubungan antara
selanjutnya, masih sebatas tafsir bi al-ma’tsur orang, peristiwa, waktu dan tempat. Orang
dan berikutnya perkembangan tafsi>r bi al-ra’yi. menggunakan sejarah untuk memahami masa
6 lalu, serta untuk mencoba memahami saat ini
dalam cahaya peristiwa dan perkembangan
B. Sejarah dan Historiografi masa lalu. Sejarah adalah cabang pembelajaran
Secara etimologis, sejarah diambil dari tentang peristiwa masa lalu. Sejarah berarti
bahasa melayu dari derivasi bahasa Arab sebuah penyelidikan terhadap masa lalu untuk
Syajarah yang berarti pohon, keturunan, asal memperlihatkan apa yang sebenarnya terjadi.13
usul, silsilah, riwayat.7 Dalam kamus bahasa Menurut Moh. Ali sejarah mengacu pada
Indonesia, sejarah berarti asal-usul (keturunan) tiga makna; (1) kejadian peristiwa yang
silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar- berhubungan dengan yang nyata, (2) cerita
benar terjadi di masa lampau, ilmu sejarah.8 yang tersusun sistematis dari kejadian dan
Dalam bahasa Inggris, sejarah disebut ‘history’ peristiwa umum, (3) ilmu yang bertugas
dan dalam bahasa Arab disebut ‘tarikh’. menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian
Secara terminologis, menurut Walsh, dan peristiwa realitas.14
sejarah adalah ‘significant narrative of the past Dalam al-Quran QS. Al-Hasyr: 18,
events’ (cerita penting tentang masa lalu).9 disebutkan bahwa kita seyogyanya melihat
Menurutnya, sejarawan tidak puas hanya peristiwa masa lalu, bukan hanya untuk masa
dengan penemuan sederhana tentang fakta- kini, melainkan juga untuk masa esok hari.
fakta masa lalu. Mereka bercita-cita tidak saja Allah berfirman (artinya):
menceritakan apa yang terjadi, melainkan juga
mengapa peristiwa itu terjadi. 10 Sejarah “Hai orang-orang yang beriman,
sebagai studi masa lalu, menurut Walsh adalah bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
masa lalu umat manusia. Sejarah mulai tertarik setiap diri memperhatikan apa yang telah
pada masa lalu ketika manusia pertama kali diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
muncul di dalamnya. Sekalipun terdapat dan bertakwalah kepada Allah,
penuturan lain tentang gempa bumi, banjir, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
kekeringan dan sebagainya, itu karena apa yang kamu kerjakan.”
berhubungan dengan manusia, menjadi
background bagi aktivitas manusia atau Kisah-kisah dalam Al-Qur’an memiliki
berefek pada kehidupan manusia.11 dua kategori; pertama, sejarah masa lalu
Menurut Lucian Febvre, sejarah adalah sebelum Rasulullah SAW, dan sejarah masa
ilmu tentang masa lampau, ilmu tentang masa Rasulullah SAW.
kini.12 Hal senada juga diungkap Y.K. Singh. Menurut Gottschalk, metode sejarah
Menurutnya sejarah adalah catatan berharga adalah proses menguji dan menganalisa secara
dari sebuah pencapaian manusia. Ia tidak hanya

6 10
Muhammad Husain Al-Dzahabi, ‘Ilm al-Tafsi>r, W.H. Walsh, Philosophy, hal. 16.
11
hal. 37. W.H. Walsh, Philosophy, hal. 30.
7 12
M. Dien Madjid & Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Fernand Braudel, On History, (Chicago: University
Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014), of Chicago Press, 1980), hal. 38.
13
hal. 7. Y.K. Singh, Fundamental of Research
8
Tim Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Bahasa Methodology and Statistics, (New Delhi: New Age
Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2008), hal. International (P) Limited Publishers, 2006), hal. 112.
14
1382. Moh. Ali, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta:
9
W.H. Walsh, Philosophy of History: An LKIS, 2005), hal. 12.
Introduction, (New York: Harper, 1958), hal. 31.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


146 | Lukman Hakim

kritis rekaman dan peninggalan masa lalu.15 Menurut Ibn Khaldun, seorang sejarawan
Menurut Kuntowijoyo, metode penelitian harus memiliki sikap objektif dalam
sejarah memiliki lima tahapan, yaitu: (1) melakukan penelitian kesejarahan. Sejarawan
pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) terkadang terjebak melakukan kesalahan
verifikasi atau kritik sumber, (4) interpretasi ketika seorang sejarawan;
dan (5) penulisan.16 1. fanatik terhadap pendapat atau
Menurut Gottschalk, penelitian sejarah madzhab tertentu.
memiliki empat langkah; heuristik, verifikasi, 2. terlalu percaya pada informan.
interpretasi dan historiografi (penyajian; 3. gagal dalam menangkap maksud dari
penulisan).17 Pengumpulan sumber seringkali apa yang dilihat atau didengar, menukil
disebut heuristik. Menurut Gottschalk, berita bersadarkan asumsi yang keliru.
heuristik sejarah mirip dengan kegiatan 4. Beranggapan benar karena terlalu
bibliografis.18 Langkah berikutnya adalah percaya terhadap pembawa berita.
verifikasi; yakni sebuah upaya mencermati 5. Minim pemahaman tentang kondisi
otentisitas sumber dan kredibilitas pengarang realitas. Menukil berita apa adanya.
agar mendapatkan suatu kajian yang akurat 6. Cenderung mendekati pemilik
dari sumber-sumber yang tepat.19 Verifikasi kekuasaan atau kedudukan.
adalah menguji data-data data-data sejarah 7. Minimnya pengetahuan tentang situasi
(kritik sumber); otentisitas (keaslian sumber), dalam sebuah peradaban.23
kredibilitas (kesahihan sumber). Pada tahap Pada umumnya penulisan sejarah sangat
berikutnya, sumber-sumber yang ada memperhatikan aspek ‘waktu’ yakni waktu
diinterpretasikan; yakni menafsirkan dengan silam. Dalam waktu selain terdapat dinamika
cara menganalisa dan menyatukan sumber- atau perubahan yakni pertumbuhan,
sumber secara mendetail dengan perkembangan, kejayaan reruntuhan, dan
memperlihatkan unsur subyektivitas.20 Proses sebagainya, juga terdapat benang merah yang
terakhir adalah penyajian tulisan dari hasil menghubungkan suatu waktu dengan waktu
penelitian yang biasa disebut historiografi. yang lain, satu masa dengan masa yang lain
Menurut Gottschalk, historiografi adalah secara terus menerus. Terdapat tiga pola
rekonstruksi imajinatif dari masa lampau penulisan sejarah, (1) Pola diakronis; yakni
berdasarkan data yang diperoleh melalui proses penulisan sejarah yang menggunakan pola
pengujian dan analisis secara kritis.21 garis lurus (linear) maupun pola penggalan
Sebagaimana kajian Al-Qur’an yang waktu tertentu dengan memperhatikan urutan-
membutuhkan berbagai disiplin keilmuan yang urutan waktu secara kronologis, (2) Pola
lain, metodologi ilmu sejarah menurut Sartono sinkronis; melukiskan cerita sejarah ditinjau
Kartodirjo juga membutuhkan pendekatan. dari berbagai pendekatan, seperti sosiologis,
Penggambaran suatu peristiwa historis sangat antropologis, politikologis, dan lain-lain, (3)
bergantung pada pendekatan, artinya dari segi Pola ideal; menggunakan pola sinkronik,
mana memandangnya, unsur-unsur mana yang memperhatikan keserasian dan keseimbangan
diungkapkan.22 aspek ilmiah, seni, dan filsafat.24

15 21
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: UI Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, hal. 32.
22
Press, 1986) hal. 32. Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam
16
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia, 1993), hal. 4.
23
(Yogyakarta: Bentang, 1995), hal. 89. Ibn Khaldun, Muqaddimah ibn Khaldun, Vol.1
17
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, hal. 35. (Damaskus: Maktabah al-Hidayah, 2004), hal. 125-126.
18 24
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, hal. 35. Basri, Metodologi Penelitian Sejarah:
19
Kuntowijoyo, Pengantar, hal. 98-99. Pendekatan, Teori dan Praktik (Jakarta: Restu Agung,
20
Kuntowijoyo, Pengantar, hal. 100-101. 2006), hal. 58-67.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


Historiografi dalam Tafsir Al-Qur’an |147

Dalam sejarah Islam, hingga tahun 730 M, C. Ilmu Sejarah sebagai Alat Bantu Penafsiran
tradisi penuturan sejarah lebih inten dilakukan Al-Qur’an
secara verbal ataupun oral (lisan). Mereka yang Para ulama dan mufasir membagi tema Al-
mengetahui sebuah peristiw pada masa Nabi Qur’an ke dalam beberapa tema sentral. Tema-
akan bercerita tentang Nabi SAW dan tema Al-Qur’an dalam Fazlur Rahman, sangat
peristiwa-peristiwa yang dialami seperti bervariasi mulai dari teologi, sosial, linguistik,
perang dan sbeagainya. Setelah tahun 730 M, biologis, ekologis, geogragis dan sebagainya.
dimulailah Historiografi Islam dan menjelang Sejarah sebagai sebuah pengetahuan dan
830 M, biografi, prosopografi dan kronografi Ilmu Sejarah sebagai sebuah disiplin keilmuan
muncul.25 Donner mengungkap bahwa hingga sebenarnya bukanlah barang baru dalam dunia
akhir abad pertama, umat Islam belum penafsiran Al-Qur’an. Dalam perkembangan
memulai pengembangan penulisan sejarah. Ini penafsiran Al-Qur’an terdapat dua komponen
berarti bahwa sejarah Islam masih sangat kesejarahan yang digunakan sejak awal yaitu
mengandalkan memory (ingatan). Memori asba>b al-nuzu>l dan kisah-kisah israiliyat. Dua
adalah sisa (residue) sebuah peristiwa aktual di komponen ini menghiasi beberapa kitab tafsir
masa lalu yang ada dalam pikiran seseorang.26 masa awal. Banyak mufasir yang menjelaskan
Dengan kata lain, sebelum masa kodifikasi, ayat-ayat Al-Qur’an dengan bantuan ilmu
sejarah belum terbukukan dan masa ini sejarah ini.
melibatkan memori umat Islam dalam menjaga
pengetahuan mereka tentang Nabi SAW, 1. Asba>b al-nuzu>l
sahabat dan peristiwa-peristiwa seputar Nabi Yang dimaksud dengan Asbab an-Nuzul
SAW seperti turunnya Al-Qur’an dan adalah sesuatu yang karenanya Al-Qur’an
sebagainya. Bagi seorang sejarawan, rekaman diturunkan sebagai penjelas terhadap apa yang
peristiwa masa lalu adalah sebuah sumber. terjadi baik berupa peristiwa maupun
Tanpa sumber, maka tidak ada bagian sejarah pertanyaan.29
masa lalu yang dapat di rekonstruksi. Al-Qur’an turun untuk mengarahkan
Sejarawan tidak melihat sebuah fakta, manusia kepada jalan yang lurus, menjalankan
melainkan sebuah rekaman dari fakta.27 kehidupan berdasarkan keimanan kepada Allah
Perkembagan historiografi di dunia Islam dan risalah-Nya, menyikapi sejarah masa lalu,
sebagaimana diungkap Donner, terbagi ke kejadian kontemporer dan berita masa yang
dalam empat era; (1) Fase pra-sejarawan (Pre- akan datang. Sebagian Al-Qur’an turun untuk
Historicist Phase), hingga tahun 50 H, (2) Fase tujuan umum, dan terkadang merupakan
sejawaran awal (the Proto-Historicist Phase) sebuah respon pertanyaan-pertanyaan yang
hingga tahun 100 H, (3) Fase Literasi awal (the muncul di kalangan sajabat.30 Ini yang
Early Literate Phase) hingga tahun 150 H, dan kemudian disebut Asba>b al-nuzu>l. Menurut
(4) Fase akhir literasi (the Late Literate Phase) Manna’ al-Qaththan, beberapa ulama yang
yang dikenal dengan fase historiografi Islam membahas tentang asbab al-Nuzul adalah Ali
klasik (Classical Islamic Historiography) al-Madini; guru Imam al-Bukhari, kemudian
hingga tahun 300 H.28 al-Wahidi, al-Ja’bari yang meringkas karya
asbab an-Nuzul al-Wahidi dengan
25 28
Chase F. Robinson, Islamic Historiography Fred M. Donner, Narratives, hal. 275-277.
29
(Cambridge: Cambridge University Press, 2003), hal. 21- Manna’ Qaththan, Maba>h}it\ fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n
25. (Kairo: Maktabah Wahbah, 1995), hal. 74.
26 30
Fred M. Donner, Narratives of Islamic Origins: Pengantar Mahir Yasin Fahl dalam Al-Wahidi,
The Beginnings of Islamic Historical Writing (Princeton: Asba>b al-Nuzu>l Al-Qur’a>n (Riyadh: Dar al-Mayman,
The Darwin Press Inc, 1998), hal. 138-139. 2005), hal. 40.
27
Fred Morrow Fling, The Writing of History: An
Introduction to Historical Method (New Haven: Yale
University Press, 1920), hal. 24.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


148 | Lukman Hakim

menghilangkan sanadnya, kemudian Ibn Hajar dari sebab tersebut. Saat kalangan salaf
al-Asqalani, lalu as-Suyuthi.31 kesulitan memahami makna ayat, ia melihat
Turunnya ayat Al-Qur’an terbagi ke dalam aspek sebab turunnya ayat tersebut, sehingga
dua kategori; (1) turunnya Al-Qur’an tidak hilanglah kesulitan tersebut.34 Menurut al-
berkaitan dengan sebuah kejadian atau Wahidi, tidak boleh menerima cerita Asba>b al-
pertanyaan, dan ini yang paling banyak terkait nuzu>l kecuali berdasarkan riwayat dan
keyakinan (‘aqa>’id), akhlak dan lainnya. (2) mendengarkan dari para sahabat yang
turunnya ayat Al-Qur’an sebab mengiringi menyaksikan langsung peristiwa turunnya Al-
sebuah peristiwa atau pertanyaan. Turunnya Qur’an, mengetahuai sebab-sebabnya dan
ayat Al-Qur’an kategori yang kedua ini membahas pengetahuannya tentang sebab-
memiliki dua bagian; (1) terjadi sebuah sebab tersebut.35
peristiwa di kalangan umat Islam, lalu Allah Asba>b al-nuzu>l adalah merupakan
menurunkan wahyu, (2) Rasulullah SAW peristiwa yang terjadi ketika ayat turun.
ditanya mengenai satu persoalan kemudian Karena itu, menurut as-Suyuthi, turunnya
Allah menurunkan wahyu sebagai jawaban atas surah al-Fiil misalnya bukan karena
pertanyaan tersebut.32 Manna al-Qaththan kedatangan tentara habasyah (Etiopia) ke
menyebutkan, tidak semua ayat Al-Qur’an Baitul Haram, melainkan sekedar informasi
muncul karena timbul peristiwa dan kejadian tentang peristiwa yang terjadi pada masa
atau karena pertanyaan, akan tetapi terkadang lampau. Sebab turunnya ayat dalam kitab
ayat turun karena ibtida’ (pendahuluan) Luba>b al-nuzu>l berasal dari kalangan sahabat
tentang akidah, iman, kewajiban islam, syariat (musnad), sementara bila berasal dari Tabi’i
Allah. Ia juga mengutip al-Ja’bari yang kriterianya adalah marfu’ (dari Rasulullah
mengatakan bahwa Al-Qur’an turun dengan SAW), hanya saja statusnya mursal. Hal ini
dua kategori; yang turun tanpa sebab dan turun bisa diterima bila sanadnya shahih, dan tabi’i
karena peristiwa atau pertanyaan.33 tersebut termasuk imam tafsir yang mengambil
Menurut as-Suyuthi, terdapat banyak dari para sahabat seperti Mujahid, Ikrimah,
faedah mengetahui sebab-sebab turunnya ayat. Said ibn Zubair. 36
Sebab-sebab turunnya ayat merupakan sebuah
sejarah tentang ayat-ayat tersebut. Di antara 2. Israiliyat
faedahnya adalah mengetahui makna ayat yang Kata israiliyat adalah jamak (plural) dari
sebenarnya atau menghilangkan kesulitan israiliyah, yang berarti kisah atau sebuah
dalam memahaminya. Bahkan lebih jauh kejadian yang diceritakan melalui sumber
menurut al-Wahidi, tidak mungkin seseorang israiliyah. Israil adalah Nabi Ya’qub AS ibn
dapat mengetahui tafsir sebuah ayat tanpa Ishaq ibn Ibrahim, asal dari klan yang dua
mengetahui kisah dan sebab turunnya. belas, salah satunya adalah Yahudi.37 Orang-
Menurut Ibn Taimiyah, pengetahuan tentang orang Yahudi merupakan kelompok yang
sebab turunnya ayat membantu memahami paling banyak berhubungan dengan umat Islam
kandungan ayat tersebut. Karena dengan dari kalangan ahlul kitab dan kebudayaannya
mengetahui sebab turunnya ayat, seseorang lebih banyak dibanding yang lain. sementara
dapat mengetahui akibat yang merupakan buah orang-orang Arab sering mengadakan perjalan
31 34
Manna’ Qaththan, Maba>h}it\ fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n Jalaluddin as-Suyuthi, Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b
(Kairo: Maktabah Wahbah, 1995), hal. 71. al-Nuzu>l (Beirut: Muassasah al-kutub al-tsaqafiyah,
32
Pengantar Mahir Yasin Fahl dalam Al-Wahidi, 2002), hal. 7-8.
35
Asba>b al-Nuzu>l Al-Qur’a>n (Riyadh: Dar al-Mayman, Al-Wahidi, Asba>b al-Nuzu>l Al-Qur’a>n (Riyadh:
2005), 40. Lihat juga Manna’ Qaththan, Maba>h}it\ fi> ‘Ulu>m Dar al-Mayman, 2005), hal. 43.
36
Al-Qur’a>n, hal. 73. Jalaluddin as-Suyuthi, Luba>b al-Nuqu>l, hal. 8.
33 37
Manna’ Qaththan, Maba>h}it\ fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n, Muhammad Husain Al-Dzahabi, al-Isra’iliyyat fi>
hal. 74. al-Tafsi>r wa al-h}adit\ (Kairo: Maktabah Wahbah, tt), hal.
13.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


Historiografi dalam Tafsir Al-Qur’an |149

baik ke arah timur ataupun barat dan orang- perkembangannya kemudian mereka
orang Quraisy sebagaimana disebutkan dalam menghilangkan sanadnya. 39 Menurut Ibn
Al-Qur’an memiliki tradisi berdagang menuju Khaldun kisah-kisah israiliyat ini bercampur
Yaman (rih}lah al-Syita’) dan Syam (rih}lah al- antara yang penting dan tidak penting, yang
S}aif). Di dua tempat ini, kalangan ahlul kitab dapat diterima dengan yang harus ditolak. Hal
sangat banyak terutama Yahudi dan Arab dan ini disebabkan bahwa orang-orang Arab
Yahudi seringkali bertemu baik di jazirah Arab bukanlah ahli kitab dan ahli ilmu. Mereka
sendiri maupun di luarnya. Pertemuan ini hidup primitif dan tidak terdidik (illiterate).
kemudian menghasilkan pengaruh-pengaruh Setiap menghadapi masalah, mereka bertanya
budaya Yahudi di kalangan masyarakat Arab pada orang-orang Yahudi dan Kristen
karena keprimitifan dan kejahiliyahan orang- khususnya yang berkaitan dengan eksistensi
orang Arab. Dalam perkembangannya banyak sesuatu, awal penciptaan dan rahasia-rahasia
orang-orang pintar kalangan Yahudi yang wujud. Lebih parahnya, orang-orang Yahudi
kemudian juga masuk Islam seperti Abdullah asal Himyar ini adalah para ahli kitab pinggiran
ibn Salam, Abdullah ibn Suriya, Ka’ab ibn al- sama seperti mereka tinggal di pedalaman dan
Akhbar dan lainnya. Disebutkan bahwa Ibn memiliki ilmu sebatas hal-hal umum saja. Saat
Jarir al-Tabari dan Ibn Katsir banyak mengutip mereka masuk Islam; tradisi israiliyat yang
pendapat-pendapat israiliyat ini.38 tidak berkaitan dengan hukum-hukum syariah,
Penyebaran kisah-kisah israiliyat dalam seperti penciptaan dan ramalan-ramalan masih
kitab tafsir khususnya (dan juga hadis) terbagi dilestarikan. Di antara mereka yang masuk
ke dalam dua marhalah; marhalah riwayah Islam adalah Ka’ab ibn al-Akhbar, Wahb ibn
(lisan) dan marhalah tadwin (penulisan). Di Munabbih, Abdullah ibn Salam. Kisah-kisah
masa pertama, Rasulullah SAW duduk israiliyat dari mereka dengan mudah dirujuk
bersama para sahabat mengajarkan perkara oleh para mufasir dan diterima begitu saja
agama dan dunia pembicaraannya seputar karena keberadaan mereka sebelumnya sebagai
tafsir-tafsir atas Al-Qur’an. Para sahabat orang penting dan kaum agamawan.40
adalah orang yang mampu menjaganya dengan Penyebaran kisah-kisah Israiliyat di dunia
baik dan menyampaikan apa yang diperoleh Islam menurut Manna Qaththan, didapat dari
dari Nabi kepada para sahabat lainnya dan orang-orang Yahudi yang bersandar pada
kepada murid-muridnya. Selanjutnya para Taurat dan Nasrani pada injil. Al-Qur’an
tabi’in mengambil dari para sahabat, begitupun mencakup beberapa hal yang terkait kisah-
setelahnya. Pada masa tabi’in dan tabi’ al- kisah Nabi dan berita-berita umat terdahulu
tabi’in, perkataan-perkataan yang disandarkan sebagaimana taurat dan injil. Hanya saja, Al-
pada Rasulullah SAW muncul dan mengalami Qur’an sekedar menceritakan secara mujmal
perkembangan pesat. Awalnya mereka dan tidak terperinci tidak seperti kitab taurat
menyebut riwayat bersama sanadnya, lambat dan injil yang menjelaskan hingga terperinci
laun riwayat tidak disertakan sanadnya. Pada terkait cerita peristiwa, nama-nama negeri dan
masa kedua, masa tadwin (penulisan) yang orang. Selanjutnya, banyak ahlul kitab yang
terjadi pada akhir abad pertama dan awal abad masuk Islam dan mereka membawa budaya dan
kedua hijriyah, pada masa Umar ibn Abdil tradisi mereka terkait kabar dan kisah-kisah
Aziz. Dalam perkembangan tafsir dan hadis agama. Di masa sahabat, hanya sedikit kisah-
menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri. Di
masa awal, penyebutan sanad bersamaan
dengan riwayat, namun dalam

38 40
Muhammad Husain Al-Dzahabi, al-Isra’iliyyat fi> Ibn Khaldun, Muqaddimah ibn Khaldu>n,
al-Tafsi>r, hal. 15-17. (Damaskus: Maktabah al-Hidayah, 2004), Vol. 2, hal.
39
Muhammad Husain Al-Dzahabi, al-Isra’iliyyat fi> 175-176.
al-Tafsi>r, hal. 18-24.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


150 | Lukman Hakim

kisah ini diambil, baru pada masa tabi’in kisah- menikahkan Nabi dengan siapapun yang nabi
kisah israiliyat berkembang pesat.41 kehendaki, kemudian mereka berkata: ‘engkau
Menurut Husain al-Dzahabi, hukum berhenti mengkritik tuhan-tuhan kami dan
meriwayatkan kisah-kisah israiliyat terbagi ke menyebut-menyebut yang buruk, bila tidak,
dalam tiga kelompok; (1) kelompok yang maka sembahlah tuhan kami selama satu
melarang, (2) kelompok yang membolehkan, tahun’. Kemudian turunlah QS. Al-Kafirun.
dan (3) kelompok yang memadukan yang Diriwayatkan oleh Abd al-Razzaq, Wahb
melarang dan membolehkan.42 Menurut Nasa’i, berkata: orang-orang kafir Quraisy berkata
istilah israiliyat ini memiliki tiga arti; sebagian kepada Nabi, bila engkau mau, ikutlah agama
menyatakan bahwa israiliyat adalah kabar- kami selama satu tahun dan begitupun kami,
kabar yang datang dari Bani Israil, sebagian akan mengikuti agamamu satu tahun. Lalu
mengkhususkan pada orang-orang Yahudi turunlah surah al-Kafirun. Lebih jelas lagi
yang masuk Islam dan sebagian lagi disebutkan dari Said ibn Mina bahwa Walid ibn
menganggap bahwa israiliyat mencakup semua al-Mughirah, ‘Ash ibn Wail, Aswad ibn al-
ahlul kitab baik Yahudi maupun Nasrani. Ia Muthalib dan Muawiyah ibn Khalaf
menambahkan bahwa dalam Islam, kisah-kisah mendatangi Rasulullah SAW dan berkata,
israiliyat terbagi ke dalam tiga kelompok; (1) “Wahai Muhammad! Mari engkau menyembah
yang tidak bertentangan dengan syariat, (2) apa yang kami sembah dan kami menyembah
bertentangan dengan syariat, dan (3) yang yang engkau sembah dan bersama-sama kami
tidak diketahui dalam syariah; tidak dan engkau dalam urusan kami semuanya.
mempercayai dan tidak mendustakan serta Kemudian Allah menurunkan QS. Al-Kafirun:
dibolehkan untuk mengambil hikayatnya. 43 1-6.44
Al-Wahidi menjelaskan bahwa
D. Beberapa contoh Historiografi dalam 45
sekelompok orang Quraisy berkata, “Wahai
penafsiran Al-Qur’an Muhammad, Mari engkau ikut agama kami dan
Beberapa contoh tentang pendekatan kami ikut agamamu, engkau menyembah tuhan
sejarah dalam penafsiran Al-Qur’an yang kami setahun dan kami menyembah Tuhanmu
dibahas di sini misalnya adalah QS. Al- satu tahun. Bila itu baik bagi kami, maka kami
Kafirun. Dari tinjauan asba>b al-nuzu>l, Allah sudah mengikutimu dan kami mendapatkan
menurunkan QS. Al-Kafirun berkenaan dengan bagian. Dan bila di sisi kami baik untukmu,
tawaran-tawaran dari pembesar Quraisy agar maka engkau sudah bersama kami dan engkau
Nabi Muhammad SAW berhenti berdakwah mendapatkan bagian. Kemudian Rasulullah
Islam. Mengenai turunnya QS. Al-Kafirun ini, bersabda, “Aku berlindung kepada Allah dari
diriwayatkan oleh Tabrani dan Abi Hatim dari mempersekutukan dengan selain-Nya”.
Ibn Abbas RA. bahwa orang-orang Quraisy Kemudian Rasulullah berangkat menuju
mengajukan tawaran kepada kepada Rasulullah Masjidil Haram dan di sana banyak pemimpin
SAW dengan memberinya harta sehingga Nabi Quraisy. Lalu Nabi membaca Surah al-Kafirun
menjadi orang terkaya di Mekah dan hingga selesai dan mereka berputus asa.46 Dari

41
Manna’ Qaththan, Maba>hit\ fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n lainnya. Lihat catatan kaki Mahir Yasin Fahl dalam Al-
(Kairo: Maktabah Wahbah, 1995), hal. 344-345. Wahidi, Asba>b al-Nuzu>l Al-Qur’a>n (Riyadh: Dar al-
42
Pengantar Mahir Yasin Fahl dalam Al-Wahidi, Mayman, 2005), 745. Dalam Tafsi>r al-T>abari, disebutkan
Asba>b al-Nuzu>l Al-Qur’a>n (Riyadh: Dar al-Mayman, mereka adalah Walid ibn Mughirah, ‘Ash ibn Wa’il,
2005), hal. 40. Aswad ibn al-Muthalib, Umayyah ibn Khalaf dengan
43
An-Nasa’i, Tafsi>r al-Nasa>’i (Beirut: Muassasah redaksi yang hampir sama. Ibn Jarir al-Tabari, Ja>mi’ al-
al-Kutub al-Tsaqafah, 1990), hal. 13-14. Baya>n fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n, (Mesir: Mathba’ah al-
44
Jalaluddin as-Suyuthi, Luba>b al-Nuqu>l, hal. 310. Maymaniyah, tt) Vol. 30, hal. 187.
45 46
Mereka adalah Haris ibn Qais, ‘Ash ibn Wail, Al-Wahidi, Asba>b al-Nuzu>l Al-Qur’a>n (Riyadh:
Walid ibn Mughirah, Aswad ibn Abd Yaguts, Aswad ibn Dar al-Mayman, 2005), hal. 745.
Abd al-Muthalib ibn Asad, Umayyah ibn Khalaf dan

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


Historiografi dalam Tafsir Al-Qur’an |151

contoh di atas, dengan pendekatan sejarah, Anshar. Ketika terdapat kaum Muhajirin
seseorang akan dapat mengetahui latar mengawini seorang wanita Anshar, sang istri
belakang turunnya sebuah ayat. mengatakan, "Sesungguhnya kebiasaan yang
Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah: 223, berlaku di kalangan kami, kami biasa didatangi
Allah berfirman, dari arah depan saja. Maka lakukanlah itu. Jika
kamu tidak mau, menjauhlah dariku." Berita
“Istri-Istri kalian adalah (seperti) tanah tersebut tersebar hingga Rasulullah SAW
tempat kalian bercocok tanam, Maka mendengarnya. Maka Allah Swt. menurunkan
datangilah tanah tempat bercocok tanam ayat tersebut (QS. Al-Baqarah: 223).47
kalian itu bagaimana saja kalian Adapun contoh dari kisah israiliyat,
kehendaki.” dikisahkan secara panjang lebar oleh Ibn Katsir
dalam kitabnya, Tafsir Al-Qur’an al-Adhim,
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Abu misalnya tentang perintah Allah agar
Na’im menuturkan bahwa Sufyan bercerita menyembelih seekor sapi untuk mengungkap
kepadanya dari Ibnul Munkadir yang suatu pembunuhan terjadi di kalangan Bani
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Israil. Ibn Katsir menafsirkan QS. Al-Baqarah:
sahabat Jabir berkata, “Dahulu orang-orang 67 yang menurut Husain ad-Dzahabi sangat
Yahudi berkeyakinan bahwa jika seseorang panjang dan asing terkait jenis sapi yang Allah
menyetubuhi istrinya dari arah belakang, maka perintahkan untuk disembelih.48 Allah
kelak anaknya bermata juling”. Maka turunlah berfirman:
ayat di atas. Kisah seperti ini juga
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam redaksi “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata
yang hampir sama. Ibnu Juraij mengatakan, kepada kaumnya, “Allah memerintahkan
Rasulullah Saw. Bersabda, kamu agar menyembelih sapi betina”.
َ ِ‫«م ْقبِلَةٌ َو ُم ْدبِ َرةٌ إِذَا َكا َن ذَل‬
»‫ك ِِف الْ َف ْر ِج‬ ُ Mereka bertanya, Apakah engkau akan
Boleh dari depan dan boleh dari menjadikan kami sebagai ejekan?”. Dia
belakang jika yang didatanginya adalah farji. (Musa) menjawab, “Aku berlindung
kepada Allah agar tidak termasuk orang-
Dari Ibnu Abbas yang menceritakan orang yang bodoh.”.
bahwa Ibnu Umar RA telah menyangka bahwa
sesungguhnya kaum Anshar pada mulanya Diriwayatkan dari Ibn Abbas, tentang
adalah Ahli Watsan (pagan), sedangkan seekor sapi, bahwa terdapat seorang tua yang
golongan lainnya (Yahudi) adalah Ahlul Kitab. kaya raya dan tidak miliki anak pada masa
Kaum Ansar berpandangan bahwa orang-orang Nabi Musa AS. Orang tersebut memiliki
Yahudi mempunyai keutamaan lebih dari keponakan yang nanti menjadi ahli warisnya.
mereka dalam ilmu. Karena itu, banyak kaum Ia berharap segera mendapatkan warisan
Anshar yang mengikuti kebiasaan mereka, tersebut, setan kemudian membisikinya agar
termasuk dalam hal di atas. Kaum Yahudi tidak membunuh laki-laki tua tersebut dan
mendatangi istri-istrinya melainkan hanya memerintahkan agar si mayat diletakkan di
dengan satu posisi saja dan kaum anshar gerbang kota. Akhirnya laki-laki tua tersebut
mengikuti jejak mereka. Ini berbeda dengan dibunuh dan mayatnya diletakkan di gerbang
kebiasaan kaum Quraisy yang mendatangi kota. Penduduk kota dituduh membunuh dan
istrinya dengan berbagai macam cara dan mereka menyangkalnya hingga akhirnya Nabi
posisi yang tidak pernah dilakukan oleh kaum Musa AS datang dan untuk mengungkap kasus
pembunuhan tersebut, Allah memerintahkan
47 48
Ibn Katsir, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-‘Azi>m, (Riyadh: Muhammad Husain Al-Dzahabi, al-Isra’iliyyat fi>
Dar Toyyibah li al-Nasr wa al-Tauzi’, 1997), Vol. 1, hal. al-Tafsi>r, hal. 108.
588-591.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


152 | Lukman Hakim

Bani Israil untuk mencari seekor sapi yang Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan, bahwa
harus disembelih.49 Dalam kisah ini Ibn Katsir menurut Ibn Abbas dan kalangan salaf lainnya
mengambilnya dari beberapa ulama seperti mengatakan bahwa Bani Israil ragu akan
ubaidah, Abi al-Aliyah, as-Sadiy dan lainnya.50 kematian Fir’aun. Lalu Allah memerintahkan
Lain halnya dengan Zamakhsyari, menurut kepada laut agar mencampakkan tubuh Fir’aun
Adil Ahmad Abd al-Maujud, Zamakhsyari yang tak bernyawa secara utuh bersama baju
menyebut beberapa kisah israiliyat diikuti besinya ke daratan tinggi agar mereka dapat
dengan kata-kata seperti ruwiya (diceritakan), memperhatikan kebenaran kematiannya.
Allah lebih mengetahui kebenarannya, atau Adapun lafadz ‘tubuhmu’ menurut Mujahid
berkata, “para ulama mutqinin menolaknya adalah jasad, menurut al-Hasan jasad tanpa
dengan mengatakan bahwa hal tersebut adalah ruh, menurut Abdullah ibn Syaddad adalah
kebatilan-kebatilan (kebohongan) orang tubuh yang utuh, menurut Abu Sakhr bersama
Yahudi.51 Meskipun demikian dalam baju besinya. Menurut Ibn Katsir pendapat-
menafsirkan QS. Al-Baqarah: 67 di atas, pendapat ini tidak bertentangan dan justeru
Zamakhsyari juga mengantarkan cerita ini saling melengkapi satu sama lain.53
menggunakan kisah-kisah israiliyat dengan Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa ia
mengungkapkan bahwa orang tua yang kaya meninggal bersama pasukannya saat gagal
raya tersebut dibunuh oleh keponakannnya mengejar Nabi Musa dan Bani Israil yang telah
karena ingin mewarisi hartanya dan sampai ke darat saat terjadi pembelahan lautan
meletakkankan jasadnya di gerbang kota.52 sebagai mukjizat Allah kepada Nabi Musa AS.
Dengan pendekatan sejarah, seseorang dapat Sejarah dapat membantu menguak misteri
mengetahui secara runtut rangkaian cerita mumi yang ditemukan di dasar Laut Merah.
yang terpisah-pisah menjadi kesatuan cerita Menurut Quraish Shihab, tak seorangpun yang
yang berkesinambungan. Untuk memahami mengetahui di mana sebenarnya penguasa yang
ayat di atas, diperlukan pendekatan sejarah tenggelam itu berada dan seperti apa pada
guna mengetahui kronologis peristiwa masa berikutnya. Pada tahun 1896, seorang
pembunuhan tersebut. purbakalawan Loret menemukan jenasah
Contoh lain pendekatan sejarah adalah Fir’aun dalam bentuk mumi di lembah Wadi al-
kisah diselamatkannya jasad Fir’aun dari Muluk (Lembah para raja) di Thaba, Luxor
kehancuran. Allah SWT berfirman dalam QS. seberang sungai Nil. Pada tahun 1907, Elios
Yunus: 92, Smith membuka pembalut mumi tersebut dan
ternyata badannya masih utuh. Selanjutnya
“Maka pada hari ini, Kami selamatkan pada tahun 1975, Maurice Bucaille, seorang
jasadmu agar engkau dapat menjadi ahli bedah diizinkan untuk melakukan
pelajaran bagi orang-orang yang datang penelitian tentang mumi tersebut dan dalam
setelahmu, tetapi kebanyakan manusia temuannya menunjukkan bahwa Fir’aun mati
tidak mengindahkan tanda-tanda di laut berdasarkan bekas-bekas garam di
(kekuasaan) Kami.” sekujur tubuhnya.54 Dengan bantuan ilmu
sejarah, maka peristiwa-peristiwa masa lalu
dapat diungkap secara baik. Dengan berbagai

49 52
Ibn Katsir, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-‘Azi>m, (Riyadh: Zamakhsyari, Tafsi>r Al-Kasysyaf, hal. 278.
53
Dar Toyyibah li al-Nasr wa al-Tauzi’, 1997), Vol. 1, hal. Ibn Katsir, Tafsi>r Al-Qur’an> al-‘Azi>m, (Riyadh:
295. Dar Toyyibah li al-Nasr wa al-Tauzi’, 1997), Vol.4, hal.
50
Ibn Katsir, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-‘Azi>m, hal. 298. 293-294.
51 54
Lihat penjelasan Adil Ahmad Abd al-Maujud M. Quraih Shihab, Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau
dalam Zamakhsyari, Al-Kasysyaf ‘an H>{aqa>iq Gawa>mid dari Aspek Kebahasaan, Syarat Ilmiah dan Pemberitaan
al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wil fi> Wuju>h al-Ta’wil, Gaib (Bandung: Mizan, 1997), 207.
(Riyadh: Maktabah Abikan, 1998),Vol. 1, hal. 31.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


Historiografi dalam Tafsir Al-Qur’an |153

bantuan ilmu dan teknologi, disimpulkan mendatangi Baitullah dan bertawaf. Lalu
bahwa mumi yang ditemukan adalah Fir’aun Rasulullah bertanya, “Apakah aku
masa Nabi Musa AS. memberitahumu bahwa engkau akan
Selain contoh historis seputar Nabi dan mendatangi Baitullah tahun ini? “Tidak”,
umat terdahulu, Al-Qur’an juga menceritakan jawab Umar. Rasulullah SAW bersabda,
peristiwa-peristiwa historis pada masa “Engkau akan mendatanginya dan bertawaf.55
Rasulullah SAW seperti perang Badar, Perang Dalam tafsir al-Ja>mi’ li> ah}ka>m Al-Qur’a>n
Uhud, Perang Hunain, peristiwa Rasulullah disebutkan bahwa Qatadah berkata ayat ini
bersama para isterinya, etika para sahabat saat turun menjelaskan keraguan di antara para
mendatangi kediaman Nabi, keutamaan kaum sahabat dengan memberitahu mereka bahwa
Muhajirin dan kaum Anshor, termasuk pula umat Islam akan memasuki Mekah bukan di
kebenaran sebuah peristiwa yang belum terjadi tahun ini. Sesungguhnya mimpi Rasulullah
seperti mimpi Nabi SAW bahwa sebentar lagi SAW adalah benar. Disebutkan bahwa Abu
Mekah akan dikuasai oleh umat Islam dan Bakar mengatakan bahwa sesungguhnya
masih banyak lagi. Untuk yang terakhir ini, Al- mimpi tersebut tidak terikat dengan waktu
Qur’an memberikan kabar terlebih dahulu tertentu.56 Sebagian berpendapat bahwa mimpi
sebelum peristiwa penaklukan terjadi. Allah Rasulullah SAW ini terjadi pada masa
berfirman dalam QS. Al-Fath: 27, (Artinya) Hudaibiyah, namun yang paling shahih
menurut al-Alusi terjadi di Madinah.57
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan
kepada Rasul-Nya tentang kebenaran E. Alur Historigrafis dalam Penafsiran Al-
mimpinya dengan Qur’an
sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya Sebagaimana disebutkan di atas, metode
kamu pasti akan memasuki Masjidil penelitian sejarah memiliki empat langkah
Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, yaitu; heuristik, verifikasi, interpretasi dan
dengan mencukur rambut kepala dan historiografi. Langkah pertama adalah
mengguntingnya, sedangkan kamu tidak heuristik, mufasir mencatat informasi terkait
merasa takut. Maka Allah mengetahui apa kesejarahan dengan melakukan pencarian data
yang tiada kamu ketahui dan Dia hingga kepada para sahabat Nabi SAW.
memberikan sebelum itu kemenangan Heuristik adalah sebuah seni dalam
yang dekat.” memperoleh data atau informasi. Sebagai
contoh, tentang ketekunan al-Bukhari dalam
Rasulullah Saw. bermimpi bahwa beliau mencari hadis. Untuk mencari sebuah hadis, al-
memasuki kota Mekah dan melakukan tawaf Bukhari harus pergi ke banyak tempat. Dalam
di Baitullah, lalu beliau menceritakan kitab Siyar A’lam al-Nubala’, disebutkan
mimpinya itu kepada para sahabatnya, bahwa ia bertemu dengan lebih dari 1000 orang
sedangkan beliau saat itu berada di Madinah. dari penduduk Hijaz, Irak, Syam, Mesir.
Ketika mereka berangkat pada tahun Dengan ulama Syam, Mesir, Aljazair sebanyak
Perjanjian Hudaibiyah, para sahabat bertemu sebanyak dua kali, dengan ulama
menyangka bahwa peristiwa akan terjadi tahun Basrah bertemu sebanyak empat kali, ulama
itu. Akan tetapi, sebagian mereka ragu ketika Hijaz selama enam tahun, Kufah dan Baghdad
terjadi perjanjian damai, mereka ragu apakah tidak terhitung jumlahnya. Ia juga
hal ini akan terjadi. lalu Umar bertanya kepada menyebutkan bahwa tak satupun hadis yang ia
Rasulullah SAW tentang kabar mimpi

55 56
Ibn Katsir, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-‘Azi>m, (Riyadh: Al-Qurtubi, al-Ja>mi’ li> Ah}ka>m Al-Qur’a>n, (Beirut:
Dar Toyyibah li al-Nasr wa al-Tauzi’, 1997), Vol. 7, hal. Muassasah al-Risalah, 2006), Vol. 19, hal. 336-337.
57
356. Lihat catatan kaki Abdullah ibn Abdil Muhsin al-
Turki dalam Al-Qurtubi, al-Ja>mi’, hal. 337.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


154 | Lukman Hakim

riwayatkan kecuali ia menyertakan sanadnya.58 yakni melakukan interpretasi terdapat data-


Heuristik berarti serba-serbi mencari informasi data yang diperoleh sebelum kemudian langkah
atau bisa disebut suka duka dalam mencari terakhir memasukkannya ke dalam kitab-kitab
data. tafsir mereka atau dikenal historiografi.
Untuk mendapatkan informasi tentang Historiografi adalah menuangkan hasil
asbab an-nuzul dan kisah-kisah israiliyat penelitian ke dalam bentuk tulisan dan dalam
misalnya, para mufasir perlu mencari sumber- hal ini, para mufasir meletakkannya ke dalam
sumber informasi hingga sampai pada sahabat pembahasan tafsirnya.
yang benar-benar menyaksikan turunnya
wahyu kepada Rasulullah SAW. Untuk
langkah selanjutnya adalah verifikasi. Seorang F. Penutup
mufasir menverifikasi data-data yang mereka Dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali
himpun dan kemudian mengambil potongan ayat-ayat historis baik mengenai para Nabi dan
informasi dari data-data tersebut. Hal ini umat-umat terdahulu. Di masa Al-Qur’an
dikenal dengan sebutan kritik sumber yakni diturunkan sejarah Nabi SAW, sahabat dan
memilah dan memilih secara selektif data yang umat-umat Arab lainnya masa Nabi SAW.
harus diambil dan data yang harus ditolak. Dalam pandangan sejarawan, setiap peristiwa
Hasil verifikasi ini kemudian dicatat oleh para yang terjadi di masa lalu, adalah bagian
mufasir dalam karyanya. Sebagai contoh, Ibn kepingan sejarah yang hidup dan akan terus
Katsir menukil beberapa pendapat seperti dari berulang. Al-Qur’an sebagai pedoman umat
Imam Ibn Hatim, Imam Ibn Jarir, Imam Abd Islam berisi kebenaran mutlak yang tidak
ibn Hamid, Imam Adam ibn Abi Iyas, dan diragukan. Kisah para Nabi dan umat-umat
Imam as-sadiy terkait penjelasan QS. Al- terdahulu misalnya perlu diterima sebagai
Baqarah: 67.59 Dengan mengungkap beberapa sebuah kebenaran hakiki yang sudah pasti ada
nama atapun tokoh, secara tidak langsung peristiwanya. Seorang sejarawan akan mencari
menyiratkan makna bahwa proses seleksi telah tahu validitas sisi geografis umat-umat
dilakukan dalam mendapatkan serta menyaring terdahulu, kapan mereka hidup, termasuk pula
informasi. mengapa peristiwa itu terjadi. Dalam agama
Di sisi lain, untuk penjelasan QS. Al- juga disebutkan apa makna dibalik semua
Baqarah: 67 ini, Ibn Katsir mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi itu.
ia menggunakan kisah-kisah israiliyat yang Al-Qur’an memang bukan kitab sejarah
menurutnya boleh dinukil, akan tetapi ia tidak karena eksistensi Al-Qur’an tidak hanya
membenarkan dan mendustakan dan ia hanya mencakup sisi historis saja melainkan meliputi
mengambil apa yang sudah jelas.60 Dalam banyak dimensi kehidupan dan keilmuan.
metode penelitian sejarah, pendapat ini masuk Namun kebenaran informasi yang terdapat
pada kategori interpretasi; yaitu menafsirkan, dalam Al-Qur’an seperti kisah-kisah Nabi dan
menganalisis pendapat-pendapat para ulama umat-umat terdahulu pasti merupakan sebuah
dengan memberikan kesimpulan-kesimpulan kebenaran.61 Karena itu tugas sejarawan terkait
akhir mufasir terkait boleh tidaknya Al-Qur’an ini bertugas untuk membedah detail
menggunakan kisah-kisah israiliyat dalam secara apa dan mengapa sebuah peristiwa itu
menafsirkan Al-Qur’an. Para mufasir terjadi dan tidak hendak mempertanyakan
melakukan analisis terhadap sumber berita, apakah nilai-nilai historis itu riil adanya atau

58 61
Ad-Dhahabi, Siyar A’lam an-Nubala’ (Beirut: Lihat kritik Manna’ Qaththan terhadap orang yang
Muassasah Risalah, 1996), hsl. 407. mengingkari keabsahan kisah-kisah dalam Al-Qur’an
59
Ibn Katsir, Tafsi>r Al-Qur’a>n al-Ad}i>m, Juz 1 sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi dalam Manna’
(Riyadh: Dar Toyyibah li al-Nasr wa al-Tauzi’, 1997), hsl. Qaththan, Maba>hit\ fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n (Kairo: Maktabah
293-298. Wahbah, 1995), hal. 344-345.
60
Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’a>n al-Ad}i>m, hal. 298.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


Historiografi dalam Tafsir Al-Qur’an |155

tidak?. Seorang sejarawan ketika mendengar bantuan dari beberapa informasi yang di dapat
kaum ‘ad, tsamud, madyan dan sebagainya dari orang-orang Yahudi atau Nasrani.
akan tergambar sebuah peristiwa kehidupan Sejarah memang membahas masa lalu,
yang riil terjadi di masa lalu dan tugas namun masa kini dan akan datang juga akan
berikutnya adalah mencari tahu hakekat menjadi bagian dari sejarah saat masanya nanti
geografis dan keberadaan historis tersebut terlewatkan. Masa kini akan menjadi sejarah
dengan ilmu sejarah dan ilmu bantu sejarah saat masanya lewat dan masa yang akan datang
lainnya seperti arkeologis, artefak dan juga akan menjadi sejarah saat masanya
sebagainya. karena sejarah tidak hanya berlalu. Peristiwa yang terjadi seputar Nabi
menyuguhkan peristiwa polos tanpa makna, Muhammad SAW dan para sahabat misalnya,
maka berbagai pendekatan lain digunakan pada masa Al-Qur’an diturunkan adalah ‘masa
untuk mendapatkan sebuah informasi kini’ dan kini telah berubah menjadi bagian
rekonstruksi yang detail tentang sebuah dari sejarah masa lalu. Karena itu, keberadaan
peristiwa masa lalu. Fakta-fakta sejarah metode dan pendekatan sejarah sebagai ilmu
adalah potongan-potongan bukti dan cerita dan bantu dalam menafsirkan Al-Qur’an baik
tugas seorang sejarawan menyatukan mufasir ataupun peneliti Al-Qur’an menjadi
potongan-potongan tersebut dengan baik dan sangat penting untuk mendapatkan sebuah
benar. Untuk menjadikannya sebagai sebuah penjelasan yang komprehensif tentang makna
sejarah yang komprehensif tentu perlu ayat Al-Qur’an.
menggunakan metodologi sejarah dan
pendekatannya. Sebaliknya, sejarah hanya
akan menjadi sebuah kajian naratif monoton Daftar Pustaka
dan menjenuhkan.
Pendekatan sejarah berarti melihat sebuah Ad-Dhahabi. Siyar A’la>m al-Nubala’. Beirut:
peristiwa yang terjadi dengan kaca mata Muassasah Risalah, 1996.
sejarah. Pendekatan sejarah menghadirkan Ahmad ibn Faris. Mu’jam Maqayyis al-Lugah.
tokoh, tempat dan waktu secara bersamaan Beirut: Dar Ihya’ al-Turats a;-Araby, 2001)
dalam satu peristiwa. Dengan pendekatan Al-Dzahabi, Muhammad Husain. al-Isra’iliyyat
sejarah, maka kita akan bisa melihat rekaman- fi> al-Tafsi>r wa al-hadit\. Kairo: Maktabah
rekaman masa lalu sebagai sebuah peristiwa Wahbah, tt.
yang pernah hadir di tengah-tengah kehidupan Ali, Moh., Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta:
nyata pada kurun waktu tertentu. Pendekatan LKIS, 2005.
sejarah bertugas untuk merangkai sebuah Al-Qurtubi, al-Ja>mi’ li> Ah{ka>m Al-Qur’a>n.
peristiwa sehingga layak menjadi sebuah Beirut: Muassasah al-Risalah, 2006.
pengetahuan. Al-Tabari, Ibn Jarir, Ja>mi’ al-Baya>n fi> Tafsi>r Al-
Dalam penyajian sejarah (historiografi) Qur’a>n. Mesir: Mathba’ah al-Maymaniyah,
Al-Qur’an, para mufasir menggunakan dua tt.
pendekatan kesejarahan yaitu asbab an-Nuzul Al-Wahidi, Asba>b al-Nuzu>l Al-Qur’a>n. Riyadh:
dan kisah-Kisah Israiliyat. Untuk yang Dar al-Mayman, 2005.
pertama (Asba>b al-Nuzu>l), telah menjadi acuan An-Nasa’i, Tafsi>r al-Nasa>’i. Beirut: Muassasah
dan barometer bagi para mufasir dalam al-Kutub al-Tsaqafah, 1990.
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an karena As-Suyuthi, Jalaluddin. Luba>b al-Nuqu>l fi>
dengannya seseorang bisa mengetahui latar Asba>b al-Nuzu>l. Beirut: Muassasah al-
belakang turunnya wahyu. Sementara yang kutub al-tsaqafiyah, 2002.
kedua (Israiliyat), sekalipun tidak semua Basri, Metodologi Penelitian Sejarah:
mufasir sepakat menggunakannya, adalah Pendekatan, Teori dan Praktik. Jakarta:
penyajian kisah-kisah dalam Al-Qur’an dengan Restu Agung, 2006.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020


156 | Lukman Hakim

Batubara, Chuzaimah Et.al, Handbook Madjid, M. Dien & Wahyudhi, Johan. Ilmu
Metodologi Studi Islam. Jakarta: Prenada Sejarah: Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenada
Media Grup, 2018. Media Grup, 2014.
Braudel, Fernand, On History. Chicago: Qaththan, Manna’, Maba>hit\ fi> ‘Ulu>m Al-
University of Chicago Press, 1980. Qur’an. Kairo: Maktabah Wahbah, 1995.
Donner, Fred M., Narratives of Islamic Origins: Robinson, Chase F. Islamic Historiography.
The Beginnings of Islamic Historical Cambridge: Cambridge University Press,
Writing. Princeton: The Darwin Press Inc, 2003.
1998. Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur’an:
Fling, Fred Morrow. The Writing of History: An Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Syarat
Introduction to Historical Method. New Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung:
Haven: Yale University Press, 1920. Mizan, 1997.
Gottschalk Louis. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Singh, Y.K., Fundamental of Research
Press, 1986. Methodology and Statistics. New Delhi:
Ibn Katsir. Tafsi>r Al-Qur’a>n al-‘Azi>m. Riyadh: New Age International (P) Limited
Dar Toyyibah li al-Nasr wa al-Tauzi’, 1997. Publishers, 2006.
Ibn Khaldun. Muqaddimah ibn Khaldun. Tim Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Bahasa
Damaskus: Maktabah al-Hidayah, 2004. Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas,
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial 2008.
dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Walsh, W.H., Philosophy of History: An
Gramedia, 1993. Introduction. New York: Harper, 1958.
Kuntowijoyo. Dinamika Sejarah Umat Islam di Zamakhsyari. Al-Kasysyaf ‘an H{aqa>iq
Indonesia. Yogyakarta: IRCiSoD, 2017. Gawa>mid al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wil fi>
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Wuju>h al-Ta’wi>l. Riyadh: Maktabah
Yogyakarta: Bentang, 1995. Abikan, 1998.

Al-Dhikra | Vol.2, No.2, 2020

Anda mungkin juga menyukai