Anda di halaman 1dari 29

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Didunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi

yang terkait dengan kehamilan dan persalinannya. Dengan kata lain,1400

perempuan meningkat setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal

setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Sekitar 99% dari kematian ibu

tersebut terjadi di Negara - negara berkembang (Ryanto,2005).

Secara global penyebab kematian maternal antara lain yaitu, perdarahan (25%

biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan

(12%), partus macet (8%), komplikasi abortus tidak aman (13%), Dan sebab-

sebab lain (8%) (wiknjosastro 2007).

Angka Kematian ibu (AKI) saat melahirkan masih tinggi.World Health

Oganization (WHO) Mencatat tiap tahunnya sekitar 14.180 perempuan Indonesia

meninggal karena hamil dan melahirkan, sedangkan dunia telah mencapai lebih

dari 500 ribu orang (Media indo,2005).

Angka kematian ibu merupakan salah satu target yang telah di tentukan dalam

tujuan melinium ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan

di capai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai tiga per empat resiko

jumlah kematian ibu. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) survey terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 248 per 100.000

kelahiran hidup. Meskipun demikian angka tersebut masih tinggi di Asia.


2

Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN )

ada sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab tingginya AKI tersebut

antara lain perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), komplikasi masa

puerperium (8%), partus macet (5%), emboli obstetric (5%), dan lain lain (11%)

( SDKI, 2007).

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya abortus di antaranya adalah

penyakit yang di berita ibu, usia ibu, pola hidup dan paritas (Budiono.2009).

Di Indonesia diperkirakan terjadi sekitar 2-2,5 juta kasus abortus setiap tahun

sehingga secara nyata dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7% per tahun

sementera itu kematian akibat abortus legal di duga sekitar 60.000 -70.000 orang

atau sepertiga dari kematian maternal (Manuaba.2008).


Angka kematian ibu di Sumatra Selatan masih tinggi, pada tahun 2006 tercatat

424 per 100.000 jauh di atas angka kematian ibu melahirkan di Indonesia yang

307 per 100.000 kelahiran hidup (Kompas,2007).


Sedangkan angka kematian Ibu di kota Palembang berdasarkan laporan

indicator database 2005 united national found population (UNFPA) 6 th Country

program Adalah 317 per 100.000 kelahiran, lebih rendah dari Propinsi SumSel

sebesar 467 per 100.000 kelahiran. Jumlah kematian ibu tahun 2005 di kota

Palembang sebanyak 15 orang di antaranya di sebabkan oleh perdarahan dan

selebihnya di sebabkan faktor lainya termasuk abortus. Jumlah kematian ibu

tahun 2009 di kota Palembang sebanyak 6 orang dengan penyebabnya yaitu

preeklamsi dan perdarahan (Profil Dinkes kota Palembang,2010)


3

Menurut Saifuddin.dkk (2002) Defenisi Abortus adalah berakhirnya suatu

kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu ) pada atau sebelum kehamilan tersebut

berusia 22 minggu atau buah kehamilan masih belum mampu hidup di luar

kandungan. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa

intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Terminologi umum

untuk masalah ini adalah keguguran.

Umumnya abortus terjadi secara spontan dan 80% abortus terjadi sebelum

kehamilan 12 minggu, sebagian dari etiologinya adalah kelainan bawaan.di

laporkan sekitar 1% pada kejadian abortus terjadi abortus berulang (Handono

.dkk,2009)

Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas dan usia ibu, wanita

hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun mempunyai rasiko

tinggi untuk mengalami abortus. Rahim wanita yang berusia kurang dari 20 tahun

belum cukup matang untuk menerima hasil pembuhan (konsepsi), sedangkan

rahim wanita yang berusia lebih dari 35 tahun akan naiknya kejadian kelainan

kromosom. (Admnistator, 2008)

Sedangkan pada Paritas Ibu yang punya anak 4 atau lebih dari 4 dapat

menimbulkan gangguan pertumbuhan janin, abortus dan perdarahan saat

persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan

paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (lebih

dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas
4

lebih tinggi kematian maternal, biasanya sebagian kehamilan pada paritas tinggi

adalah tidak di rencanakan (Wikipedia 2008).

Bedasarkan catatan data dari rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat RSUP.

Dr. Mohammad Hoesin Palembang, angka kejadian abortus masih tinggi pada

tahun 2005 kasus abortus berjumlah 272 orang, tahun 2006 kasus abortus

meningkat menjadi 358 orang, pada tahun 2007 kasus abortus menurun menjadi

279 orang, sedangkan pada 2008 kasus abortus meningkat lagi menjadi 393

orang, dan pada tahun 2009 kasus abortus berjumlah 312 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita lihat angka kejadian abortus di

RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang, masih meningkat untuk itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian kesehatan yang berjudul Hubungan Umur

Dan Paritas Ibu Dengan Kejadian Abortus Di Instalsi Rawai Inap

Kebidanan Dan Penyakit Kandungan RSUP Dr Mohammad Hoesin

Palembang Tahun 2010.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas Abortus merupakan berakhirnya suatu

kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu ) pada atau sebelum kehamilan tersebut

berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan

(saifudin,2000).
5

Ada pun faktor faktor yang yang menyebabkan terjadinya abortus pada ibu

di antaranya penyakit yang di derita ibu, usia ibu, pola hidup dan paritas

(Budiono,2009)

1.3 Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas banyak factor yang berhubungan

dengan kejadian abortus antara lain, penyakit yang di derita ibu, usia ibu, pola

hidup, dan paritas. Mengingat keterbatasan waktu, dana dan tenaga serta

kemampuan peneliti, maka penelitian hanya meneliti dua variabel yang di teliti

yaitu Umur dan Paritas sebagai variabel independen dan kejadian abortus sebagai

variabel idependen. Penelitian ini di lakukan Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Adakah hubungan antara umur dan paritas secara simultan dengan kejadian

Abortus di Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP

Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010 ?

1.4.2 Adahkah hubungan umur ibu secara parsial dengan kejadian Abortus di

IRNA Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP. Dr. Mohammad Hoesin

Palembang 2010?
6

1.4.3 Adakah hubungan Paritas ibu secara parsial dengan kejadian Abortus di

IRNA Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP. Dr. Mohammad Hoesin

Palembang 2010?

1.5 Tujuan penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Ingin mengetahui Hubungan Antara Umur Dan Paritas ibu secara

Simultan dengan kejadian abortus Di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Dan

Penyakit Kandungan RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang Tahun

2010.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Ingin mengetahui hubungan umur secara parsial dengan kejadian abortus

Di Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan Dr.

Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010

b. Ingin mengetahui hubungan Paritas ibu secara parsial dengan kejadian

abortus di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Dr.

Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010.


7

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Direktur RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Hasil penelitian ini dapat di jadikan informasi dan masukan bagi

rumah sakit dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi

petugas kesehatan khususnya tentang abortus di RSUP DR Mohammad

Hoesin Palembang.

1.6.2 Bagi Rektor Universitas Kader Bangsa Palembang

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi penelitian terkait

selanjutnya khususnya mangenai abortus dan sebagai raferensi studi pustaka

sehingga dapat menujang pengetahuan dan wawasan mahasiswa.

1.6.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitan merupakan pengalaman dan penerapan mata kuliah

metode penelitian sehingga biasa menjadi ilmu yang bermanfaat.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Defenisi kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin mulai sejak

konsepsi dan berakhirnya sampai permulaan persalinan (Manuaba.2002)

kehamilan adalah pertemuan antara sperma dan ovum kemudian bersatu

sehingga mendapat proses pembuahan (konsepsi),ovum yang di buahi akan

segerah membelah diri dan memecah menjadi dua dan seterusnya

menanamkan diri dalam dinding rahim (berimplementasi ),kemudian

(implantasi ) bekembang menjadi janin (Mochtar,2008)

Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) di hitung dari

pertama haid terakhir (Prawiroraharjo,2006).

2.1.2 Tanda dan gejala kehamilan

Menurut Muchtar (2001) tanda dan gejala kehamilan yaitu :

1. Tanda-tanda fresumtif :

a) Aminore (tidak dapat haid)

b) Mual dan muntah (nausea and vomiting)

c) Mengidam (ingin makan khusus )

d) Tidak tahan dengan bau-bauan


9

e) Pingsan

f) Tidak ada selera makan (anoresia )

g) Lelah (fatigue )

h) Payudara membesar, tegang, sedikit tegang, dan sedikit nyeri, di

akibatkan pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang

duktus dan alveoli payudara.

i) Miksis sering, Karena kantung kemih tertekan oleh rahim yang

membesar.

j) Konstipasi dan obstipasi karena otot- otot usus menurun oleh pengaruh

Horman steroid.

k) Pigmentasi kulit.

l) Epulis ; hifertropik dari papil gusi

m) Pemekaran dari vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis dan

Vulva biasanya di jumpai pada triwulan terakhir.

2. Tanda-tanda kemungkinan kehamilan

a) Perut membesar

b) Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar,

konsestensi dari lahir.

c) Tanda Hegar

d) Tanda Chadwick

e) Tanda piscaseck
10

f) Kontraksi-kontraksi uterus bila di rangsang

g) Teraba ballotement

h) Reaksi kehamilan positif

3. Tanda pasti (tanda positif)

a.Gerakan janin yang dapat dilihat atau di rasa atau di raba, juga bagian

bagian janin

b. Denyut jantung janin :

a.Didengar dengan stetoskop monoral laennec

b.Dicatat dan di dengar dengan alat Doppler

c.Dicatat dengan feto- elektro kardiologi

d. Dilihat dari ultrasonografi

e.Terlihat tulang-tulang janin dalam poto-rotgen.

2.2 Konsep Dasar Abortus

2.2.1 Pengertian

Menurut Arif Masjoer (2001), Abortus adalah ancaman atau

pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram.

Menurut Saifuddin (2002), Abortus adalah berakhirnya suatu

kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut


11

berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar

kandungan.

Menurut Wiknjosastro(2007), Abortus adalah Pengakhiran kehamilan

sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.

Menurut Manuaba(2008), Abortus adalah kegagalan kehamilan

sebelum umur 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram.

2.2.2 Etiologi Abortus

Abortus spontan dapat terjadi pada trimester pertama kehamilan yang

meliputi 85% dari kejadian abortus spontan dan cenderung di sebabkan oleh

faktor-faktor fetal. Sementara abortus spontan yang terjadi pada trimester

kedua lebih cendrung di sebabakan oleh faktor faktor maternal termasuk

inkompetensia servik, anomaly kavum uterus yang kongenital atau di dapat

hipoteroid, diabetes mellitus, dan infeksi akun boleh penggunaan kokain

gangguan imunologi dan gangguan pisiolagi tertentu (Diyoyen 2008)

Faktor-faktor yang menyebabkan abortus spontan ;

Menurut Diyoyen (2008) faktor-faktor terjadinya abortus spontan adalah

sebagai berikut:

a. Faktor Fetal

Penemuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini

spontan adalah abnormalitas dalam perkembangan zigot, embrio fase

awal janin, atau kadang-kadang plasenta. Perkembangan janin yang


12

abnormal, khususnya dalam trimester pertama kehamilan, dapat

diklasifikasikan menjadi perkembangan janin dengan kromosom yang

jumlahnya abnormal (aneuploidi) atau perkembangan janin dengan

komponen kromosom yang normal (euploidi)

b) Faktor maternal

1.Faktor-faktor endokrin

Beberapa gangguan endokrin telah terlibat dalam abortus

spontan berulang, termasuk di antaranya adalah diabetes mellitus tak

terkontrol, hipo daan hipertiroid.

2.Faktor imunologi

Beberapa mekanisme imunologi dilaporkan bekerja untuk

mencegah penolakan janin. Mekanisme tersebut mencakup faktor

histokompatibilitas, faktor penghambat sirkulasi, faktor supressor

lokal dan antibodi antileukositotoksik maternal atau anti paternal.

Tidak adanya atau tidak disintesisnya salah satu faktor di atas oleh

tubuh ibu menyebabkan terjadinya reaksi imun maternal abnormal

yang berbalik melawan antigen dalam plasenta atau dalam jaringan

janin lainnya dan mengakibatkan abortus.

Hal-hal yang dapat menyebab terjadinya abortus spontan :

Menurut Winkjosastro (2007), Abortus dapat terjadi karena beberapa

sebab yaitu:
13

a) Kelainan pertumbuhan hasil kontrasepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan

kematian janin atau cacat kelainan berat biasanya menyebabkan

kematian pada hamil muda.

faktor-faktor yang dapat menyebabkan kematian janin adalah:

1). Kelainan kromosom

Kelainan yang sering di temukan pada abortus spontan adalah

trisomi, poliploida, dan kemungkinan pula kelainan kromosom

seks.

2). Lingkungan kurang semperna

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi

kurang sempurna sehingga kurang menberi zat-zat makanan pada

hasil konsepsi terganggu.

3). Pengaruh dari luar

Pengaruh dari luar radiasi,virus,obat-obatan dan sebagainya

dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan

hidup nya dalam uterus.pengaruh ini di namakan pengaruh

teritogen.

b. Kelainan pada Palasenta

Endartritis dapat terjadi dalam vili kareolis dan menyebabkan

oksigennasi terganggu, sehingga menyebabakan gangguan


14

pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan ini bias terjadi sejak

kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

c. Penyakit ibu

Penyakit mendadak seperti tifus adbominalis malaria dan lain-

lain.dapat menyebabkan abortus (Diyoyen,2008)

2.2.3 Klasipikasi abortus

Manuaba (2000) abortus dibagi atas :

2.2.3.1 Berdasarkan kejadiannya

1. Abortus spontan

Abortus spontan yaitu terjadi dengan sendiri tanpa ada unsur tindakan

dari luar.

2. Abortus provokatus

Abortus provokatus yaitu sengaja dilakukan sehingga hasil konsepsi

dapat diakhiri. Upaya menghilangkan hasil konsepsi dapat dilakukan

berdasarkan indikasi medis (penyakit jantung, ginjal yang berat,

gangguan jiwa ibu, dan kelainan bawaan yang berat pada janin.

2.2.3.2 Berdasarkan pelaksana / pelakunya :

Berdasarkan pelaksananya abortus dapat dibagi menjadi :

a) Abortus buatan (terapeutik)

Yaitu dilakukan secara legeartis berdasarkan indikasi medis.

b) Abortus buatan ilegal


15

Yaitu dilakukan tanpa dasar indikasi medis dan dasar hukum

(melawan hukum).

2.2.3.3 Berdasarkan Gambaran klinik

Menurut Winkjosatro (2007) Abortus secara klinis dapat di bedakan

antara lain :

a) Abortus imminens

Abortus imminens adalah pristiwa terjadinya perdarahan dari

uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,di mana hasil konsepsi

masih dalam uterus,dan tampa adanya di latasi serviks.

b) Abortus insipiens

Abortus insipiens adalah pristiwa perdarahan uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi servik uteri

yang meningkat, tatapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

c) Abortus inkomplitus

Abortus inkomplitus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi

pada kehamilan 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal

dalam uterus.

d) Abortus komplitus

Abortus komplitus adalah hasil konsepsi sudah di keluarkan pada

penderita di temukan perdarahan sedikit, ostium uterus telah

menutup dan uterus sudah banyak mengecil.

e) Abortus servikalis
16

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus di

halangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka,

sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan servik

uteri menjadi besar.

f) Missed abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20

minggu, tetapi janin mati itu tidak di keluarkan selama 8 minggu

atau lebih.

g) Abortus habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau

berturut-turut.

h) Abortus infeksiosus

Abortus infeksiosus adalah abortus yang di sertai infeksi pada

genital.

i) Abortus septik

Abortus septik adalah abortus infeksiosus berat di sertai

penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau

Peritoneum.

2.2.4 Patofisioklogi

Menurut Masjoer (2001), pada awal abortus terjadi perdarahan kedalam

desidua basalis di ikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil


17

konsepsi terlepas dan di anggap benda asing dalam uterus kemudian uterus

berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.


Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis belum menembus desidua

secara dalam jadi hasil konsepsi dapat di keluarkan sebelumnya. Pada

kehamilan 8 sampai 12 minggu penembusan sudah dalam sehingga plasenta

tidak di lepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada

kehamilan lebih dari 14 minggu janin di keluarkan terlebih dahulu dari pada

plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk. Seperti kantong kosong

amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted Ovum). Janin lahir

mati, janin masih hidup.

2.2.5 Gejala abortus

Gejala abortus menurut Mansjoer (2001),antara lain:

a) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu

b) Pada pemeriksaan fisik tampak keadaaan umum tampak lemah atau

kesadaran menurun.

c) Perdarahan pervaginam mungkin di sertai keluarnya jaringan hasil

konsepsi.

d) Rasa mulas dan kram perut di daerah atas simpisis sering disertai

nyeri daerah pinggang akibat kontraksi uterus.

e) Pemeriksaan ginikologi

2.1.6 Komplikasi abortus


18

Menurut wiknjosastro (2007), komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah :

a.Perdarahan

Perdarahan dapat di atasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transpusi darah.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada abortus yang di kerjakan oleh orang awam

menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas.

Mungkin pula terjadi perlukaan pada kantung kemih dan usus.

c.Infeksi

Terjadi pada abortus inkomplit dan tindakan abortus yang tidak

menggunakan alat-alat yang steril.

d. Syok

Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemorragik) dan

karena infeksi berat.

2.1.7 Penanganan terjadinya abortus

Menurut Saifudin (2002) penanganan umum terjadinya abortus ialah :

a) Lakukan penilaian keadaan umum pasien termasuk tanda vital

b) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan

Sistolik <90 mmHg, nadi >112x/menit )

c) Jika terjadi syok,segera lakukan penanganan syok dengan segera

d) Jika pasien dalam keadaan syok pikirkan kehamilan etropik


19

e) Pasang infuse dengan jarum infus besar, berikan larutan garam fisiolagik

Atau ringer laktat dengan tetesan cepat.

2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus

1. Umur ibu

Pada usia di atas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung

yang disebabkan oleh berkurangnya kontraksi miokardium sehingga sirkulasi

dan pengambilan O2 oleh darah di paru-paru juga mengalami penurunan,

ditambah lagi dengan peningkatan tekanan darah dan penyakit lainnya yang

melemahkan kondisi ibu, sehingga mengganggu sirkulasi darah ibu janin. Hal

ini akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi, dimana

hasil konsepsi tidak dapat berimplantasi secara maksimal yang mengakibatkan

kematian atau lepasnya sebagian atau seluruh dari hasil konsepsi dari tempat

implantasinya. Bagian yang terlepas ini dianggap benda asing oleh uterus

sehingga uterus berusaha untuk mengeluarkannya dengan cara berkontraksi

(Multazamiah, 2003).

Menurut penelitian Erna, Abortus sebesar 12% pada wanita usia <20

tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia >35 tahun. Kondisi ini

menunjukan bahwa di tinjau dari segi umur, gambaran resiko selama

kehamilan adalah kelompok usia kurang dari 20 tahun di sebabkan oleh

berbagai factor antara lain ganguan pertumbuhan janin akibat kurangnya

nutrisi, ketidak sempurnaan organ reproduksi hormonal. Pada kelompok umur


20

lebih dari 35 tahun terjadi karena imunologi, fungsi alat reproduksi sudah

mengalami penurunan untuk menerima buah kehamilan dan gangguan

sirkulasi.

Wanita hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun

mempunyai rasiko tinggi untuk mengalami abortus. Rahim wanita yang berusia

kurang dari 20 tahun belum cukup matang untuk menerima hasil pembuahan

(konsepsi), sedangkan rahim wanita yang berusia lebih dari 35 tahun akan

naiknya kejadian kelainan kromosom (Admnistator, 2008).

2. Paritas

Paritas pada Ibu yang punya anak 4 atau lebih dari 4 dapat

menimbulkan gangguan pertumbuhan janin, abortus dan perdarahan saat

persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah (Wikipedia 2008).

Menurut Cunningham (2001) bahwa resiko abortus akan semakin meningkat

dengan bertambahnya paritas dan di samping semakin lanjutnya usia ibu.

Korpus uteri merupakan bagian atas rahim yang mempunyai otot yang paling

tebal, sehingga dalam keadaan normal, plasenta berimplantasi pada daerah

korpus uteri. Pada kehamilan berikutnya atau pada multigravida keadaan

endometrium di daerah korpus uteri sudah mengalami kemunduran fungsi dan

berkurangnya vaskularisasi, hal ini terjadi karena degenerasi dan nekrosis pada

bekas luka implantasi plasenta sewaktu kehamilan sebelumnya di dinding

endometrium.
21

Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi di daerah

endometrium pada multrigravida menyebabkan daerah tersebut menjadi tidak

subur lagi dan tidak siap menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi

dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang maksimal sehingga dapat

mengganggu sirkulasi darah ibu ke janin. Hal ini akan mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi. Hasil konsepsi ini tidak dapat

berimplantasi secara maksimal, yang mengakibatkan kematian atau lepasnya

sebagian atau seluruh hasil konsepsi dari tempat implantasinya. Bagian yang

terlepas dianggap benda asing oleh uterus sehingga uterus berusaha untuk

mengeluarkannya dengan berkontraksi (Multazamiah, 2003).

3. Penyakit ibu

Terdapat beberapa infeksi yang memang berperan sebagai penyebab

abortus seperti rubella, toksopasma, klamidia, sifilis, diabetes mellitus,

penyakit ginjal dan tekanan darah tinggi.

4.Pola hidup

Kebiasan merokok, minuman keras, dan obat merupakan bentuk stress

yang yang dapat mempengaruhi janin. Hal tersebut meningkatkan resiko abortus

(Handono dkk,2009)
22

BAB III
KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep

Berdasarkan rumusan masalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian abortus adalah Umur dan Paritas,Penyakit ibu,Pola hidup.

Di tinjau dari segi umur, gambaran resiko selama kehamilan adalah kelompok

usia kurang dari 20 tahun di sebabkan oleh berbagai factor antara lain ganguan

pertumbuhan janin akibat kurangnya nutrisi, ketidak sempurnaan organ

reproduksi hormonal. Pada kelompok umur lebih dari 35 tahun terjadi karena

imunologi, fungsi alat reproduksi sudah mengalami penurunan untuk menerima

buah kehamilan dan gangguan sirkulasi.

Paritas pada Ibu yang punya anak 4 atau lebih dari 4 dapat menimbulkan

gangguan pertumbuhan janin, abortus dan perdarahan saat persalinan karena

keadaan rahim biasanya sudah lemah (Wikipedia 2008).

Dalam penelitian ini, kejadian abortus sebagai variabel dependen sedangkan

umur dan paritas sebagai variabel independen adapun kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:


23

Skema 3.1
Kerangka konsep

Variabel indevendent Variabel dependent

Umur ibu

Kejadian abortus

Paritas ibu

3.2 Hipotesis

3.2.1 Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara umur dan paritas ibu Secara Simultan dengan

kejadian abortus di Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit

Kandungan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palemdang tahun 2010.

3.2.2 Hipotesis Minor

1. Ada hubungan umur ibu Secara parsial dengan kejadian abortus di Instalasi

Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP Dr.Mohammad

Hoesin Palembang tahun 2010

2. Ada hubungan paritas ibu secara parsial dengan kejadian abortus di

Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP Dr. MH

Palembang tahun 2010.


24

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dimana data variable

dependen (Kejadian Abortus) dan Variabel Independen (Umur dan Paritas)

dikumpulkan secara bersamaan (Notoatmodjo,2002).

4.2 waktu dan tempat penelitian

4.2.1 Waktu penelitian

Waktu penelitian di rencanakan pada bulan Mei- Juni Tahun 2011

4.2.2 Tempat penelitian

Penelitian ini di rencanakan di IRNA Kebidanan dan penyakit kandungan

RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

4.3 Populasi Dan Sample Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti

(Notoatmodjo, 2005)

Populasi pada penelitian ini adalah Semua ibu hamil muda yang pernah di

rawat di IRNA Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP. Dr. Mohammad

Hoesin Palembang Bulan Januari Desember Tahun 2010 yang tercatat di

rekam medik yang di perkirakan berjumlah 1213 orang.


25

4.3.2 Sampel penelitan

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari seluruh objek yang di

teliti,dan di anggap sebagai mewakili seluruh populasi agar sampel yang di

ambil dapat mewakili data penelitian (Notoatmodjo,2005).

Sample pada penelitian ini adalah sebagian ibu hamil muda yang pernah di

rawat di IRNA Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP. Dr. Mohammad

Hoesin Palembang Tahun 2010 yang tercatat di rekam medik.

Berdasarkan sampel yang di ambil dengan mengunakan rumusan umum

populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 dengan rumus :

N
n=
1+N(d)

Keterangan :

N : besarnya populasi

n : besarnya sampel

d : tingkat kepercayaan /ketetapan yang di inginkan(0,05)

Pengambilan sampel menggunakan tehnik random sampling dengan

tehnik sistematik random sampling, dengan langka langkan :

a. Membuat data kerangka sampel, disini penelitian membuat

daftar sampel.
b. Penghitungan interval sampling mula-mula membagi jumlah

populasi dengan sampel.


26

c. Menetapkan sampel pertama dengan mengundi angka-angka

hingga muncul satu angka sebagai sampel pertama.


d. Kemudian menetapkan seluruh sampel dengan menghitung dari

angka yang muncu, kemudian dilipatkan menurut angka yang

muncul.

4.4. Pengumpulan data

Data yang di kumpulkan yaitu data sekunder adalah data yang di peroleh dari

hasil pencatatan dan pelaporan serta dokumen dan status pasien pihak Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan menggunakan

check list

4.5 Pengelolahan data

Dalam melakukan analisis data terlebih dahulu harus di olah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi dalam statistik, informasi yang di olah di

pergunakan untuk proses pengambilan keputusan terutama dalam pengujian

hipotesisi.

Menurut Hastono (2001) pengelolahan data di lakukan dengan tahap sebagai

berikut :

4.5.1. Editing (Pengeditan )

Yaitu proses pengklasifikasian data menurut jenis , bentuk dan macamnya

ke bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode.


27

4.5.2. Coding (pengkodeaan)

Kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadai angka berbentuk

angka/bilangan. Kegunaan adalah untuk mempermudah pada saat analisis

data dan juga mempercepat pada saat entry data.

4.5.3. Entry (pemasukan )

Yaitu proses memasukan data ketabulasi/computer.

4.5.4. Cleaning (pembersihan )

Yaitu proses pembersihan data dari segala-segala kesalahan sehingga dapat

di lakukan analisis lebih lanjut.

4.6. Analisa Data

Pada penelitian ini analisa dilakukan terhadap dua variabel dependen dan

independent yang di duga berhubungan atau berkolaborasi yaitu antara umur ibu

dan paritas (variabel independen) dengan kejadian abortus (variabel dependen).

Teknis analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan teknis

komputerisasi. Analisa data di bedakan menjadi dua macam yaitu:

4.6.1. Analisa univariat

Analisa ini di gunakan untuk melihat distribusi frekuensi dan

persentasi dari semua variabel penelitian variebel independent (Umur dan

Paritas) dan variabel dependent (Kejadian abortus).

4.6.2.Analisa Bivariat

Menurut Notoatmodjo (2005) analisa bivariat adalah analisa yang di

lakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan


28

variabel dependen. Dengan menggunakan uji statistik chi-square(X)

dengan batas kemaknaan = 0,05. Keputusan statistik di peroleh dengan

cara membandingkan independen p (p value) dengan dependent

keputusan hasil uji :

1. Jika p value 0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen,

2. jika p value > 0,05 artinya tidak ada hubungan bermakna antara

variabel independen dan variabel dependen

4.7.Defenisi Operasional

1. Variabel Dependent

a. Abortus

Pengertian : Ibu yang di diagnosa oleh dokter abortus dan yang

tercatat dalam Rekam medik

Alat Ukur : Rekam medic dan check list

Cara ukur : Observasi

Hasil ukur : 1) Ya : Jika terdiagnosa abortus

2)Tidak : Jika tidak terdiagnosa abortus

Skala Ukur : Nominal


29

2.Variabel Independent

a. Umur

Pengertian : Umur yang tercatat di daftar rekam medik

Alat Ukur : Rekam medik dan check list

Cara Ukur : Observasi

Hasil ukur : 1).Resiko Tinggi : < 20 Tahun atau > 35Tahun

2). Resiko Rendah : 20-35 Tahun

(Cyiberwomen, 2007)

Skala ukur : Orginal

b. Paritas

Pengertian : Banyak nya anak yang di lahirkan oleh ibu baik hidup

Maupun mati (Varney,2007).

Alat Ukur : Rekam medik dan check list

Cara ukur : Observasi

Hasil ukur : 1.Tinggi : Jika ibu mempunyai anak 4 orang

2. Rendah : Jika ibu mempunyai anak <4 orang

(Cyberwomen. 2007)

Skala ukur : Ordinal

Anda mungkin juga menyukai