BAB 1
PENDAHULUAN
perempuan meningkat setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal
setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Sekitar 99% dari kematian ibu
Secara global penyebab kematian maternal antara lain yaitu, perdarahan (25%
(12%), partus macet (8%), komplikasi abortus tidak aman (13%), Dan sebab-
meninggal karena hamil dan melahirkan, sedangkan dunia telah mencapai lebih
Angka kematian ibu merupakan salah satu target yang telah di tentukan dalam
tujuan melinium ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan
di capai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai tiga per empat resiko
(SDKI) survey terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 248 per 100.000
ada sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab tingginya AKI tersebut
antara lain perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), komplikasi masa
puerperium (8%), partus macet (5%), emboli obstetric (5%), dan lain lain (11%)
( SDKI, 2007).
penyakit yang di berita ibu, usia ibu, pola hidup dan paritas (Budiono.2009).
Di Indonesia diperkirakan terjadi sekitar 2-2,5 juta kasus abortus setiap tahun
sehingga secara nyata dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7% per tahun
sementera itu kematian akibat abortus legal di duga sekitar 60.000 -70.000 orang
424 per 100.000 jauh di atas angka kematian ibu melahirkan di Indonesia yang
program Adalah 317 per 100.000 kelahiran, lebih rendah dari Propinsi SumSel
sebesar 467 per 100.000 kelahiran. Jumlah kematian ibu tahun 2005 di kota
berusia 22 minggu atau buah kehamilan masih belum mampu hidup di luar
kandungan. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
Umumnya abortus terjadi secara spontan dan 80% abortus terjadi sebelum
.dkk,2009)
Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas dan usia ibu, wanita
hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun mempunyai rasiko
tinggi untuk mengalami abortus. Rahim wanita yang berusia kurang dari 20 tahun
rahim wanita yang berusia lebih dari 35 tahun akan naiknya kejadian kelainan
Sedangkan pada Paritas Ibu yang punya anak 4 atau lebih dari 4 dapat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (lebih
dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas
4
lebih tinggi kematian maternal, biasanya sebagian kehamilan pada paritas tinggi
Bedasarkan catatan data dari rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat RSUP.
Dr. Mohammad Hoesin Palembang, angka kejadian abortus masih tinggi pada
tahun 2005 kasus abortus berjumlah 272 orang, tahun 2006 kasus abortus
meningkat menjadi 358 orang, pada tahun 2007 kasus abortus menurun menjadi
279 orang, sedangkan pada 2008 kasus abortus meningkat lagi menjadi 393
orang, dan pada tahun 2009 kasus abortus berjumlah 312 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita lihat angka kejadian abortus di
RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang, masih meningkat untuk itu peneliti
berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan
(saifudin,2000).
5
Ada pun faktor faktor yang yang menyebabkan terjadinya abortus pada ibu
di antaranya penyakit yang di derita ibu, usia ibu, pola hidup dan paritas
(Budiono,2009)
dengan kejadian abortus antara lain, penyakit yang di derita ibu, usia ibu, pola
hidup, dan paritas. Mengingat keterbatasan waktu, dana dan tenaga serta
kemampuan peneliti, maka penelitian hanya meneliti dua variabel yang di teliti
yaitu Umur dan Paritas sebagai variabel independen dan kejadian abortus sebagai
variabel idependen. Penelitian ini di lakukan Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
1.4.1 Adakah hubungan antara umur dan paritas secara simultan dengan kejadian
1.4.2 Adahkah hubungan umur ibu secara parsial dengan kejadian Abortus di
Palembang 2010?
6
1.4.3 Adakah hubungan Paritas ibu secara parsial dengan kejadian Abortus di
Palembang 2010?
2010.
Hoesin Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) di hitung dari
1. Tanda-tanda fresumtif :
e) Pingsan
g) Lelah (fatigue )
membesar.
j) Konstipasi dan obstipasi karena otot- otot usus menurun oleh pengaruh
Horman steroid.
k) Pigmentasi kulit.
m) Pemekaran dari vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis dan
a) Perut membesar
c) Tanda Hegar
d) Tanda Chadwick
e) Tanda piscaseck
10
g) Teraba ballotement
a.Gerakan janin yang dapat dilihat atau di rasa atau di raba, juga bagian
bagian janin
2.2.1 Pengertian
pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan.
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.
sebelum umur 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram.
meliputi 85% dari kejadian abortus spontan dan cenderung di sebabkan oleh
sebagai berikut:
a. Faktor Fetal
b) Faktor maternal
1.Faktor-faktor endokrin
2.Faktor imunologi
Tidak adanya atau tidak disintesisnya salah satu faktor di atas oleh
sebab yaitu:
13
seks.
teritogen.
c. Penyakit ibu
1. Abortus spontan
Abortus spontan yaitu terjadi dengan sendiri tanpa ada unsur tindakan
dari luar.
2. Abortus provokatus
gangguan jiwa ibu, dan kelainan bawaan yang berat pada janin.
(melawan hukum).
antara lain :
a) Abortus imminens
b) Abortus insipiens
c) Abortus inkomplitus
dalam uterus.
d) Abortus komplitus
e) Abortus servikalis
16
f) Missed abortion
atau lebih.
g) Abortus habitualis
berturut-turut.
h) Abortus infeksiosus
genital.
i) Abortus septik
Peritoneum.
2.2.4 Patofisioklogi
konsepsi terlepas dan di anggap benda asing dalam uterus kemudian uterus
kehamilan lebih dari 14 minggu janin di keluarkan terlebih dahulu dari pada
plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk. Seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted Ovum). Janin lahir
kesadaran menurun.
konsepsi.
d) Rasa mulas dan kram perut di daerah atas simpisis sering disertai
e) Pemeriksaan ginikologi
a.Perdarahan
b. Perforasi
c.Infeksi
d. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemorragik) dan
e) Pasang infuse dengan jarum infus besar, berikan larutan garam fisiolagik
1. Umur ibu
Pada usia di atas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung
ditambah lagi dengan peningkatan tekanan darah dan penyakit lainnya yang
melemahkan kondisi ibu, sehingga mengganggu sirkulasi darah ibu janin. Hal
kematian atau lepasnya sebagian atau seluruh dari hasil konsepsi dari tempat
implantasinya. Bagian yang terlepas ini dianggap benda asing oleh uterus
(Multazamiah, 2003).
Menurut penelitian Erna, Abortus sebesar 12% pada wanita usia <20
tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia >35 tahun. Kondisi ini
lebih dari 35 tahun terjadi karena imunologi, fungsi alat reproduksi sudah
sirkulasi.
Wanita hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun
mempunyai rasiko tinggi untuk mengalami abortus. Rahim wanita yang berusia
kurang dari 20 tahun belum cukup matang untuk menerima hasil pembuahan
(konsepsi), sedangkan rahim wanita yang berusia lebih dari 35 tahun akan
2. Paritas
Paritas pada Ibu yang punya anak 4 atau lebih dari 4 dapat
Korpus uteri merupakan bagian atas rahim yang mempunyai otot yang paling
berkurangnya vaskularisasi, hal ini terjadi karena degenerasi dan nekrosis pada
endometrium.
21
subur lagi dan tidak siap menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi. Hasil konsepsi ini tidak dapat
sebagian atau seluruh hasil konsepsi dari tempat implantasinya. Bagian yang
terlepas dianggap benda asing oleh uterus sehingga uterus berusaha untuk
3. Penyakit ibu
4.Pola hidup
yang yang dapat mempengaruhi janin. Hal tersebut meningkatkan resiko abortus
(Handono dkk,2009)
22
BAB III
KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
Di tinjau dari segi umur, gambaran resiko selama kehamilan adalah kelompok
usia kurang dari 20 tahun di sebabkan oleh berbagai factor antara lain ganguan
reproduksi hormonal. Pada kelompok umur lebih dari 35 tahun terjadi karena
Paritas pada Ibu yang punya anak 4 atau lebih dari 4 dapat menimbulkan
umur dan paritas sebagai variabel independen adapun kerangka konsep dalam
Skema 3.1
Kerangka konsep
Umur ibu
Kejadian abortus
Paritas ibu
3.2 Hipotesis
Ada hubungan antara umur dan paritas ibu Secara Simultan dengan
1. Ada hubungan umur ibu Secara parsial dengan kejadian abortus di Instalasi
BAB IV
METODE PENELITIAN
metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dimana data variable
(Notoatmodjo, 2005)
Populasi pada penelitian ini adalah Semua ibu hamil muda yang pernah di
Sample pada penelitian ini adalah sebagian ibu hamil muda yang pernah di
N
n=
1+N(d)
Keterangan :
N : besarnya populasi
n : besarnya sampel
daftar sampel.
b. Penghitungan interval sampling mula-mula membagi jumlah
muncul.
Data yang di kumpulkan yaitu data sekunder adalah data yang di peroleh dari
hasil pencatatan dan pelaporan serta dokumen dan status pasien pihak Rumah
check list
Dalam melakukan analisis data terlebih dahulu harus di olah dengan tujuan
hipotesisi.
berikut :
Pada penelitian ini analisa dilakukan terhadap dua variabel dependen dan
independent yang di duga berhubungan atau berkolaborasi yaitu antara umur ibu
Teknis analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan teknis
4.6.2.Analisa Bivariat
2. jika p value > 0,05 artinya tidak ada hubungan bermakna antara
4.7.Defenisi Operasional
1. Variabel Dependent
a. Abortus
2.Variabel Independent
a. Umur
(Cyiberwomen, 2007)
b. Paritas
Pengertian : Banyak nya anak yang di lahirkan oleh ibu baik hidup
(Cyberwomen. 2007)