Anda di halaman 1dari 33

PERSPEKTIF TENTANG KOTA DAN PERENCANAAN KOTA

Ditulis pada 5 Mei 2012

Dalam merencanakan suatu kota, hendaknya kita harus memahami betul tentang
apa sesungguhnya definisi atau batasan kota dan perencanaan kota itu sendiri. Hal
ini penting karena perencanaan kota yang kita susun akan menjadi lebih tepat
sasaran dan berhasil guna apabila kita telah memahami pengertian-pengertian dari
terminologi-terminologi mendasar dalam merencanakan kota tersebut. Tidak
menutup kemungkinan pengertian dari terminologi yang sama dapat diartikan
berbeda untuk beberapa wilayah perencanaan tergantung dari sudut pandang mana
kita memandangnya, apakah menurut sudut pandang peraturan perundangan
ataukah para pakar ataukah yang lainnya. Oleh sebab itu berikut ini akan diuraikan
tentang pengertian-pengertian dari terminologi-terminologi mendasar dalam
merencana kota tersebut.
1. Apakah Kota itu?
Banyak para pakar yang telah berusaha mendefinisikan tentang definisi dari kota,
kita lihat saja beberapa definisi kotatersebut. Djoko Sujarto menyatakan bahwa
secara mudahnya kota dapat didefinisikan sebagai Kumpulan Orang, Transportasi,
dan Aktivitas (disingkat menjadi kota). Para pakar lainnya, seperti yang terdapat
dalam buku teks Interpreting the City yang ditulis oleh Truman Asa Hartshorn
mendefinisikan kota secara tidak langsung, diantaranya mereka mengatakan bahwa
untuk melihat suatu area tersebut apakah kota atau bukan dapat dilihat dari
aktivitas yang berada di area tersebut, kualitas aktivitas tersebut, serta lebih jauh
lagi klasifikasi dari kualitas aktivitas tersebut:
Tower (1905) membatasi bahwakotadapat diklasifikasikan berdasarkan
kualitasnya, yaitu suatu area disebutkotaapabila memiliki kualitas yang berkaitan
dengan aktivitas:
Komersial. Industri. Politik.Pusat-pusat pelayanan sosial dan kesehatan.
Aurosseau (1921) mengungkapkan bahwa kota dapat diklasifikasikan berdasarkan
fungsi, yaitu: Administrasi, berupa ibukota negara atau propinsi.
Pertahanan dan keamanan, berupa kotapusat pertahanan (fortress town) atau
pangkalan angkatan laut (naval base).
Budaya, bisa berupa pusat keagamaan, dan pusat pendidikan tinggi/ universitas.
Komunikasi, bisa berupa pusat transportasi, atau kota pergudangan (entrepot
cities).
Rekreasi, berupa kota-kota dengan fungsi sebagai pusat kesehatan dan tempat
peristirahatan.
1. Definisi Kota menurut Bidang Ilmu
Definisi kota juga seringkali didasari oleh latar belakang keilmuan dari pakar yang
membuat batasan tentang kota itu sendiri, contohnya seperti definisi-definisi kota
di bawah ini yang diambilkan dari buku Comprehensive Planning tulisan Melville
C. Branch.
Definisi kota menurut para geografer:
Fokus kepada aspek fisik dan lingkungan sekitarnya, misal: situasi, tapak, iklim,
jenis vegetasi, jaringan jalan.
Mengeksplorasi hubungan antar aspek di atas dan bentuk serta fungsi dari kota
itu sendiri dengan sudut pandang yang bervariasi tergantung kepada penekanan
dari sisi geografis.
Definisi kota menurut para geolog:
Fokus kepada permukaan dan bawah permukaan (surface and subsurface),
misalnya lapisan topsoil dan lapisan dari bumi yang mempengaruhi drainase dan
limbah, stabilitas dari kondisi permukaan dan penggunaan lahannya.
Aturan Pemerintah membutuhkan masukan dari sisi geologis sebelum melakukan
pembangunan dan perencanaan disetujui.
Definisi kota menurut para ekonomi :
Fokus kepada fungsi produksi: merupakan tempat memproduksi barang yang
menguntungkan dan bantuan penyediaan terhadap pelayanan, ketersediaan
investasi dan pembiayaan, basis pajak, keseimbangan ekspor/impor dari
perdagangan di kota, atau ketergantungan pendapatan lokal terhadap pemerintahan
yang lebih tinggi.
Harga barang dan jasa, hukum dan aturan di luar batas administrasi yang tidak
dapat dikendalikan.
Definisi kota menurut para politikus:
Fokus kepada konteks governance. Bagaimana bentuk pemerintahan daerah
berpengaruh terhadap perencanaan kota? Organisasi dan individu mana yang
berkaitan dengan kekuasaan?
Bagaimana perencanaankotakomprehensif dapat dilaksanakan dengan baik, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor politis yang terkait.
Definisi kota menurut para sosiolog:
Fokus kepada klasifikasi jumlah populasi dari kawasan perkotaan berdasarkan:
umur, jenis kelamin, status, tingkat pendidikan, suku, dan lain-lain informasi yang
disensus.
Immigrasi yang terjadi pada tahun-tahun terakhir.
Definisi kota menurut para ahli fisika:
Fokus kepada kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Menerapkan pengetahuan kedokteran untuk memformulasikan standar-standar
untuk kecukupan sediaan air, sanitasi publik dan privat, kebutuhan minimum
tempat tinggal terhadap ruang, penerangan, dan udara
Secara profesional, public health phsycian melihat kota sebagai tempat yang
mempresentasikan banyak persoalan dalam hal pengobatan masyarakat,
keterlibatan masyarakat baik secara individu maupun kolektif, lingkungan fisik,
aktivitas perkotaan, dan penerapan peraturan yang berkaitan dengan kesehatan di
bawah kekuatan kebijaksanaan.
Definisi kota menurut para ahli hukum:
Fokus kepada pembuatan konsep tentang bermacam-macam aturan bagi
Pemerintah Daerah yang kesemuanya berkaitan dengan perencanaan kota.
Tiap bagian wilayah kotadipengaruhi oleh aturan-aturan terpisah yang telah
dikeluarkan oleh para wakil rakyat (city council).
Merupakan wakil dari Pemerintah pada saat pembuatan aturan, dan merupakan
pihak yang dapat menuntut secara hukum berkaitan dengan pelaksanaan dari
legalitas dan prosedural tersebut.
Banyak kegiatan dan aktivitas Pemerintah yang berkaitan dengan struktur fisik
ruang. Dalam hal ini seringkali aturan mempengaruhi bentuk desain, konstruksi,
atau pemeliharaan dari sturktur, sistem, ataupun obyek fisik melalui kebutuhan
konsepsual atau peraturan.
Definisi kota menurut para ahli teknik:
Berpartisipasi dalam perencanaan kota sejak jaman dahulu kala.
Saat ini fokus kepada pembuatan desain dan konstruksi dari transportasi kota dan
sistem utilitas, bangunan, dan struktur-struktur lainnya yang merupakan bagian-
bagian pembentuk dari suatu kota.
Definisi kota menurut para arsitek:
Melihat kota pada sisi yang sama dengan para engineer.
Fokus kepada aspek arsitektural baik dari bangunan secara individu maupun
kelompok, ruang terbuka sekitar bangunan, serta hukum dan aturan yang berkaitan
dengan desain dan konstruksi.
Fokus kepada elemen-elemen vegetasi darikota, seperti pada taman, tempat
bermain, dan ruang terbuka lainnya, pohon-pohon yang ditanam di sekitar jalan,
lansekap dari tempat parkir dan jalan bebas hambatan.
Definisikotamenurut para arsitek lansekap:
Demikian beragamnya definisikotamenurut para pakar, maka ada definisikotayang
hanya didasarkan kepada satu aspek saja, yaitu berdasarkan jumlah penduduk,
seperti definisikotayang mulai dilontarkan olehTaylor(1945). Taylorini
mengklasifikasikankotaberdasarkan jumlah penduduknya:
Infantile. Kota dengan penduduk 5.000, tidak ada
Juvenile.Kota dengan penduduk antara 5.000-20.000, sudah terdapat diferensiasi
penggunaan lahan..
Adolescent. Kota dengan ekspansi pabrik-pabrik, desentralisasi dari aktivitas.
Early maturity. Telah terdapat pengelompokan lokasi perumahan.
Mature. Kota dengan penduduk lebih dari 50.000 atau lebih, telah terdapat
pengelompokan yang jelas dari kawasan perumahan, industri, dan komersial.
Batasan yang sama, yaitu berusaha mengungkapkan kotaberdasarkan jumlah
penduduknya digunakan pula pada studi yang pernah dilakukan di Indonesiayang
meneliti tentang kota-kota sekitar tahun 1985 (National Urban Development
Study-NUDS). Berdasarkan studi sistem dan strukturkota diIndonesia terdapat
klasifikasikota sebagai berikut:
Kota besar: berpenduduk lebih besar dari 500.000 jiwa.
Kota Menengah: berpenduduk antara 100.000 dan 500.000 jiwa.
Kota Kecil A: berpenduduk antara 50.000 dan 100.000 jiwa.
Kota Kecil B: berpenduduk antara 25.000 dan 50.000 jiwa.
Kota Desa Besar: berpenduduk antara 10.000 dan 25.000 jiwa.
Kota Desa Kecil A: berpenduduk antara 5.000 dan 10.000 jiwa.
Kota Desa Kecil B: berpenduduk antara 3.000 dan 5.000 jiwa.
Secara lebih kompak dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok utama,
yakni :
Kota besar, dengan penduduk lebih besar dari 500.000 jiwa.
Kota menengah, dengan penduduk antara 100.000 dan 500.000 jiwa.
Kota kecil, merupakan gabungan darikota kecil A dankota kecil b dengan
penduduk antara 25.000 jiwa sampai dengan 100.000 jiwa.
Kota desa, merupakan gabungan dari kota desa besar, desa kecil A dan desa kecil
B, dengan penduduk antara 3.000 jiwa sampai dengan 25.000 jiwa.
1. Kota Menurut Definisi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kita senantiasa berbicara tentang kota, bahkan sebagian dari kita tinggal di kota,
tetapi apa sesungguhnya yang dimaksudkan dengan kota? Kita seringkali berpikir
bahwa kota sebagai hasil dari suatu pembangunan modern, tetapi kota-kota
ternyata sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu serta memiliki jalur keterkaitan
dengan peradaban lembah sungai besar great river valley civilizations dari
Mesopotamia, Mesir, India, dan Cina. Kata city calam bahasa Inggris berasal
dari bahasa Latin civitas yang menggambarkan masyarakat yang terorganisasi
dalam skala besar seperti negara kota city-states dari masa Yunani Kuno.
Meskipun kita mungkin saja tahu atau memiliki sense tentang apa itu kota,
ternyata tidak ada definisi yang eksak tentang batasan-batasannya, dari mana mulai
tumbuhnya dan sampai mana perkembangannya. Pada masa lampau, benteng
ataupun dinding didefinisikan sebagai batasan dari suatu kota. Pada kota-kota
jaman dulu dapat dilihat pada akhirnya dinding-dinding atau benteng-benteng
tersebut runtuh/rusak, dan pada akhirnya dinding/benteng tersebut tidak berarti
apa-apa dalam mendefinisikan batasan suatu kota. Masalahnya ialah apa definisi
kota saat ini? Apakah definisi kota saat ini termasuk pula area dimana kota
tersebut berada beserta kawasan pinggirannya (metropolitan region) atau batasan
suatu kota hanya berupa pusat kota saja (city centre)? Pertanyaan-pertanyaan
semacam ini dapat mengakibatkan adanya ketidakakuratan dan
perdebatan. Sebagai contoh apabila dilihat dari lingkup penggunaan kawasannya,
Kota Tokyo Jepang hanya memiliki populasi antara 8-40 juta penduduk.
Apapun yang digunakan sebagai faktor-faktor dalam mendefinisikan suatu kota,
terdapat kesamaan suatu pandangan bahwa kotasesungguhnya memainkan peranan
penting dalam kehidupan kita saat ini dan pada tahun-tahun mendatang. Setelah
revolusi industri, pusat-pusat kota tumbuh dengan cepat dan selama lebih dari 50
tahun terakhir telah terjadi ledakan (explosion) pertumbuhan kota-kota di dunia,
baik dalam hal jumlah maupun dalam hal ukurannya, hal ini lebih dikenal dengan
istilah urbanisasi (urbanization). Saat ini, urbanisasi yang paling cepat terjadi di
negara-negaraAsia, Amerika Latin, serta Afrika.
Kota-kota selalu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi dan
kultural. Tetapi pertumbuhan yang cepat tersebut membawa juga beberapa
dampak buruk: misalnya kejahatan di perkotaan dan kemiskinan, gelandangan,
persoalan kepadatan yang berlebihan dan kesehatan, polusi serta limbah/sampah.
Kota-kota memiliki dampak yang sanagt besar dalam kehidupan kita dan
peradaban dunia dalam konteks yang lebih luas. Kota-kota menjadi penting dan
lebih penting lagi sesuai dengan ukuran dan angka pertumbuhannya. Pada abad
ke-21, diestimasikan bahwa setengah dari penduduk bumi tinggal di kota.
Fase pertama pertumbuhan suatu kota dimulai 5-6 ribu tahun yang lalu dengan
adanya permukiman-permukiman yang tumbuh dalam suatu peradaban yang
disebut dengan the river valley civilization of Mesopotamia (sekarang dikenal
dengan Irak), Mesir, India, dan Cina. Pada saat itu, permukiman memiliki tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pertanian dan domestikasi
binatang. Namun demikian, beriringan dengan berkembangnya peradaban dari sisi
ukuran dan rute perdagangannya dari sisi jumlah, permukiman-permukiman ini
menjadi pusat perdagangan, kerajinan, dan pegawai pemerintah. Pembagian antara
town dan country, urban dan rural mulai muncul. Lintasan yang sama
terjadi pada peradaban selanjutnya seperti yang terjadidi Yunani,Iran, Romawi dan
Great Zimbabwe.
Fase kedua dalam perkembangan kota-kota disertai pula dengan revolusi industri
di Eropa sekitar pertengahan abad 18. Pabrik-pabrik membutuhkan banyak tenaga
kerja dan peningkatan kegiatan dalam aktivitas komersial menghasilkan peluang
baru untuk hidup di kota. Mencari pekerjaan baru dan kehidupan yang lebih layak,
orang pindah dari wilayah perdesaan ke kota dalam jumlah yang sangat besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Fase ketiga dimulai setelah perang dunia kedua. Pertumbuhan terbesar dan
tercepat dari penduduk perkotaan dunia terjadi pada dekade 1950an. Hal ini
selaras dengan makin berkembangnya ekonomi menjadi lebih internasional dan
tumbuh dalam jumlah, seluruh dunia mulai tumbuh lebih cepat dengan langkah
yang sangat pesat. Kebanyakan dari pertumbuhan ini terkonsentrasi di Asia,
Amerika Latin dan Afrika, di lain sisi beberapa kota di Amerika Serikat pun
mengalami pertumbuhan yang sama, contohnya yang terjadi di Phoenix dan Los
Angeles.
1.3 Kota menurut Peraturan Perundangan di Indonesia
Sesungguhnya dalam peraturan perundang-undangan yang pernah ada dan berlaku
saat ini di Indonesia telah terdapat beberapa terminologi yang berkaitan dengan
kota. Berdasarkan peraturan-peraturan yang masih berlaku saat ini, tersirat bahwa
telah terdapat dua sisi pemahaman tentang terminologi yang berkaitan dengan kota,
yaitu dilihat dari sisi fungsi maupun otoritas administratif. Kita lihat saja beberapa
terminologi yang berkaitan dengankotadi bawah ini.
(1). Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
Pada bagian awal dari Undang-Undang ini (Bab I Ketentuan Umum) terdapat
beberapa pengertian dari terminologi yang berkaitan dengan penataan ruang,
termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan kota. Adapun terminologi tersebut
ialah sebagai berikut:
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan
melakukian kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan
maupun tidak.
Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segeneap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional.
Kawasan adalah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan
sumber daya buatan.
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, dan sumberdaya buatan.
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai
nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.
Terlihat dari beberapa terminologi yang tercantum dalam Undang-Undang
Penataan Ruang di atas, bahwa pemahaman tentang terminologikotayang diuraikan
lebih cenderung kepada pemahamankotaberdasarkan fungsi beserta wilayah
pengaruhkotatersebut.
(2). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987 tentang
Meskipun Permendagri ini keluar sebelum UU No. 24 tentang Penataan Ruang
lahir, tetapi masih seringkali digunakan karena isi dari Undang-Undang tersebut
sesuai dengan tingkat ketelitiannya masih bersifat umum, jadi ketika akan
merencana ruang (termasuk merencana kota) masih membutuhkan aturan yang
lebih rinci, diantaranya Permendagri inilah yang masih digunakan. Di dalam
Permendagri ini terdapat beberapa terminologi sebagai berikut:
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan
wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan serta permukiman
yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan kekotaan.
Perkotaan adalah satuan kumpulan pusat-pusat permukiman yang berperan di
dalam satuan wilayah pengembangan dan atau wilayah Nasional sebagai simpul
jasa.
Perencanaan kota adalah kegiatan penyusunan dan peninjauan kembali rencana-
rencana kota.
Rencana kota adalah rencana pengembangan kota yang disiapkan secara teknis dan
non teknis, baik yang ditetapkan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
yang merupakan rumusan kebijaksanaan pemanfaatan muka bumi wilayah kota
termasuk ruang di atas dan di bawahnya serta pedoman pengarahan dan
pengendalian bagi pelaksanaan pembangunan kota.
Rencana Umum Tata Ruang adalah rencana peruntukan, penggunaan, persediaan
dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa agar pemanfaatannya optimal,
lestari, seimbang dan serasi bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan yang selanjutnya disebut RUTRP adalah
rencana struktur ruang kota yang disusun untuk menjaga konsistensi
perkembangan pembangunan suatu kota pada sebagian, satu atau leibh daerah
otonom, dengan strategi Perkotaan Nasional dalam jangka panjang dan untuk
menjaga keserasian perkembangan pembangunan kota dengan wilayah pengaruh
sekitarnya dalam rangka pengendalian program sektoral dalam jangka panjang.
Rencana Umum Tata Ruang Kota selanjutnya disebut RUTRK adalah rencana
pemanfaatan ruang kota yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan
antar sektor dalam rangka pelaksanaan program-program .
Rencana Detail Tata Ruang Kota selanjutnya disebut RDTRK adalah rencana
pemanfaatan ruang kota secara terinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan
ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunankota.
Rencana Teknik Ruang Kota selanjutnya disebut RTRK adalah rencana geometris
pemanfaatan ruangkota yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruangkota
dalam rangka pelaksanaan proyek pembangunankota.
Wilayah perencanaan adalah wilayah yang diarahkan pemanfaatan ruangnya sesuai
dengan masing-masing jenis rencanakota.
Bagian wilayah kota adalah satu kesatuan wilayah darikota yang bersangkutan
yang merupakan wilayah yang terbentuk secara fungsional dan administratif dalam
rangka pencapaian daya guna pelayanan fasilitas umumkota.
Menurut peraturan ini terlihat bahwa definisikotatidak hanya berkaitan dengan
fungsi, tetapi memperhatikan pula batasan administrasi yang diatur oleh peraturan
yang berbeda. Berkaitan dengan batasan administrasi ini sebut saja peraturan yang
lainnya yang relevan dengan ini yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7
Tahun 1986 tentang Batas Wilayah Kota. Namun apabila kita berbicara tentang
jenis rencana tata ruang, telah terdapat beberapa perubahan dari jenis rencana tata
ruang tersebut seperti yang diungkapkan oleh Permendagri No. 2 Tahun 1987
ini. Setelah keluarnya UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang sudah tidak
dikenal lagi istilah Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan (RUTRP) dan Rencana
Umum Tata Ruang Kota (RUTRK).
(3). Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Terminologi tentangkotadiutarakan pada Bab II tentang Pembagian Daerah (Pasal
2 dan 3). Pembagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibagi
dalam Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota yang bersifat
otonom. Otonom menurut Undang-Undang ini mengarah kepada Daerah Otonom
selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. Daerah Propinsi
berkedudukan juga sebagai wilayah administrasi. Wilayah Daerah Propinsi terdiri
atas wilayah daerat dan wilayah laut sejauh dua belas mil laut yang diukur dari
garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Selain itu,
pada pasal 4 (Bab III) tentang Pembentukan dan Susunan Daerah, Daerah kota
dibentuk dan disusun dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi, diterangkan
pula pada pasal ini pembentukan dan penyusunan Daerah tidak hanya meliputi
Daerah Kota, tetapi juga Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten. Lebih jauh lagi,
Daerah Kota ini berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dalam hal ini
Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota masing-masing berdiri
sendiri dan tidak mempunyai hubungan hirarki satu sama lain (hal ini
mengakibatkan perubahan hirarki rencanakotaseperti yang diungkapkan dalam
Permendagri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota dan
UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang).
Pembentukan Daerah Kota menurut Undang-Undang ini didasarkan kepada
kemampuan ekonomi, potensi Daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah
penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan
terselenggaranya otonomi daerah. Pembentukan, nama, batas, dan ibukota Daerah
Kota ditetapkan dengan Undang-Undang. Perubahan batas yang tidak
mengakibatkan penghapusan suatu Daerah, perubahan nama Daerah, serta
perubahan nama dan pemindahan ibukota Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah, demikian pula dengna syarat-syarat pembentukan Daerah tersebut
ditetapkan pula dengan Peraturan Pemerintah.
Undang-Undang ini juga menyebutkan bahwa suatu Daerah Kota dimungkinkan
untuk dihapus, digabungkan, ataupun dimekarkan dengan Daerah lain dengan
syarat-syarat yang diatur kemudian dengan Peraturan Pemerintah. Tetapi
keputusan tentang penghapusan, penggabungan dan pemekaran Daerah itu sendiri
ditetapkan dengan Undang-Undang.
Dalam Undang-Undang ini dikenal pula istilah kawasan perkotaan yang
batasannya sama dengan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 1992
tentang Penataan Ruang (Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi). Selanjutnya berkaitan dengan
pengelolaan, disebutkan bahwa pengelolaan kawasan perkotaan tersebut ditetapkan
dengan Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah. Pengelolaan kawasan perkotaan tersebut kemudian dikaitkan dengan
penyelenggaraan dan peranserta masyarakat sebagaimana diungkapkan pada Pasal
92 sebagai berikut:
Dalam penyelenggaraan pembangunan Kawasan Perkotaan, Pemerintah Daerah
perlu mengikutsertakan masyarakat dan pihak swasta.
Pengikutsertaan masyarakat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
upaya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perkotaan.
Pengaturan mengenai Kawasan Perkotaan ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan.
Terlihat bahwa pemahaman tentang kota yang dibahas dalam Undang-Undang ini
terdapat dua, yaitu kota sebagai daerah administratif pengganti istilah Kotamadya
Daerah Tingkat II sebagaimana dipersyaratkan oleh Undang-Undang No. 5 Tahun
1974 (yang sudah tidak berlaku lagi karena diganti oleh Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 ini), dan kawasan perkotaan yang lebih mengutamakan kepada fungsi
dan wilayah pengaruh dari suatukota(seperti pengertian kawasan perkotaan yang
terdapat pada Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang).

1.4 Kandungan Suatu Kota


Kota-kota seringkali memiliki reputasi yang buruk, menjadi chaos, sangat
padat. Kita akan melihat bahwa kota-kota pada akhirnya memiliki persoalan-
persoalan yang harus diselesaikan, tetapi untuk kontekskota yang lain terdapat pula
tempat-tempat yang sangat efisien, dapat menyediakan pelayanan yang baik bagi
ribuan bahkan jutaan penduduknya.
Dimana pun kita tinggal, kita akan membutuhkan beberapa unsur mendasar untuk
tetap dapat hidup (survive): tempat tinggal (rumah), makanan, dan air. Ketiga hal
tersebut hanyalah merupakan kebutuhan dasar, tentu saja kalau kita tinggal dikota
tidak hanya membutuhkan tiga hal itu saja. Listrik dan penerangan untuk
bangunan dan jalan, cara penanganan sampah yang baik, transportasi yang baik
pula sehingga orang dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan
mudah, tepat, dan cepat. Pendudukkota juga membutuhkan sekolah supaya mereka
dapat memperoleh pendidikan yang layak, membutuhkan pula tempat untuk
rekreasi, butuh tempat olah raga, butuh tempat pagelaran musik dan taman, butuh
tempat berbelanja sehingga mereka dapat membeli barang-barang yang mereka
butuhkan mulai dari pakaian sampai kepada makanan. Inilah yang disebut dengan
pelayanan yang harus disediakan oleh suatu kota.
Tidak satupun dari hal di atas dapat tercipta seperti membalikan tangan.
Masyarakat membutuhkan pihak yang membantu, seperti batu bata dan kayu-kayu
yang membutuhkan topangan yang kuat sehingga dapat membentuk suatu
rumah. Listrik membutuhkan jaringan, air butuh jaringan air, kendaraan dan bis
membutuhkan jalan, sekolah membutuhkan bangunan dan begitu seterusnya.Ini
merupakan bagian-bagian dari infrastruktur kota.
Merupakan suatu tugas yang sangat besar bagi suatukotauntuk menyediakan
infrastruktur dan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakatnya.Beberapa tugas
ini dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, sebagian lagi oleh pihak swasta, seperti
organisasi bisnis dan ketetanggaan Untuk mencapai keinginan yang diharapkan
tentu saja membutuhkan kerjasama antar masyarakat dan Pemerintah.
Keuntungan dari suatu kotaialah kepadatan penduduknya yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kawasan perdesaan, yang berarti bahwa banyak orang
terkonsentrasi dalam suatu ruang yang relatif kecil daripada tersebar dalam suatu
areal yang sangat luas (low population density). Hal ini memungkinkan
Pemerintah dan pihak lainnya untuk menyediakan lebih banyak pelayanan bagi
penduduk yang besar tadi. Satu jaringan listrik bagi suatu lingkungan dapat
melayani ratusan bahkan ribuan penduduk. Tentu saja, hal ini membutuhkan
perencanaan yang kompleks dan uang, yang dikumpulkan dari masyarakat melalui
pajak. Tidak seluruh masyarakatkota dapat mengakses segala sesuatu fasilitas
yang ditawarkan olehkota tersebut. Pada beberapa area tertentu tiapkota memiliki
penduduk yang tidak memiliki rumah, tidak dilayani oleh jaringan listrik, serta
dilayani oleh jaringan airkota.
2. Apakah Perencanaan itu?
Setelah memahami secara singkat tentang terminologikotadan sebelum sampai
kepada pembahasan tentang perencanaankota, terlebih dahulu akan dikupas tentang
terminologi perencanaan. Dalam hal ini, terdapat beberapa pengertian berkaitan
dengan terminologi perencanaan ini. Tetapi fokus pembahasan yang akan
dibicarakan disini ialah perencanaan dalam konteks perencanaan publik bukan
perencanaan privat. Adapun beberapa pengertian perencanaan tersebut diantaranya
ialah:
Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi dan terus-menerus yang dilakukan
guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai
tujuan tertentu (Waterson, 1965).
Perencanaan dalah suatu bentuk praktek intelegensia guna mengolah fakta serta
situasi sebagaimana adanya dan mencari jalan keluar guna memecahkan masalah.
Perencanaan adalah seni untuk melakukan sesuatu yang dapat terlaksanakan di
masa dtaang (Beenhakker, 1980).
Perencanaan adalah penerapan yang rasional dari pengetahuan manusia terhadap
proses pencapaian keputusan sebagai dasar perilaku manusia.
Perencanaan dalah proses mengarahkan kegiatan manusia dalam pemanfaatan
sumberdaya yang mengacu pada masa yang akan datang.
Perencanaan adalah proses aktivitas yang berkelanjutan dan merumuskan apa yang
dapat dilakukan dan diinginkan untuk masa depan, serta bagaimana mencapainya
(Melville C. Branch).
Arti dan fungsi perencanaan (Tjokroamidjojo, 1977): Perencanaan dalam arti
seluas-luasnya adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan
sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan,
bagaimana, bilamana, dan oleh siapa.
Perencanaan menyangkut penggambaran masa datang yang lebih baik dan
bagaimana mencapainya. Rencana adalah rangkaian tindakan yang ditetapkan
terlebih dahulu, yang mempunyai tiga karakteristik: menyangkut masa datang,
adanya tindakan; identifikasi elemen personal atau organisasi yang terkait (Frank
S. So).
Perencanaan sebagai sautu general activity adalah penyusunan rangkaian tindakan
secara berurut yang akan mengarah pada pencapaian tujuan tertentu (Peter Hall,
1992).
Perencanaan adalah proses yang kontinyu, yang menyangkut pengambilan
keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumberdaya yang ada
semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa depan
(Conyer, 1984).
Perencanaan sebagai:social reform,policy analysis,social learning, dan social
mobilization (John Friedmann).
Secara praktis perencanaan perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
pembangunan dengan efektif dan efisien. Pada umumnya perencanaan akan
meliputi tiga proses mendasar, yaitu:
perumusan dan penentuan tujuan:
Pengujian atau analisis opsi-opsi atau pilihan-pilihan yang tersedia, serta
Pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Salah satu elemen penting lainnya dalam perencanaan adalah selalu berorientasi
kepada masa depan. Namun demikian perencanaan tidaklah statis dengan tahap-
tahap tersebut melainkan dinamis karena berjalan sebagai suatu rangkaian proses
yang berjalan terus-menerus. Dengan demikian perencanaan dapat didefinisikan
sebagai: Suatu proses berkelanjutan (terus-menerus) yang melibatkan pembuatan
keputusan atau penentuan pilihan mengenai alternatif berbagai cara untuk
mendayagunakan sumberdaya yang tersedia, dengan tujuan untuk mencapai
tujuan-tujuan khusus pada saat tertentu di masa mendatang.

3. Apakah Perencanaan Kota itu?


Pembahasan tentang perencanaankotadisini akan dibagi dua, yaitu
perencanaankotaberdasarkan buku teks dan perencanaankotayang sekarang berlaku
diIndonesia.
3.1 Perencanaan Kota menurut Buku Teks
Konsepsi perencanaan sebagaimana diungkapkan oleh T.J.Kent, Jr., dalam
bukunya The Urban General Plans, perencanaankota haruslah:
Berjangka waktu panjang.
Haruslah komprehensif.
Haruslah umum.
Haruslah berfokus kepada pengembangan secara fisik.
Haruslah terkait dengan tekanan dari sudut pandang sosial dan ekonomi yang
dalam hal ini rencana mengusulkan untuk mengakomodasikannya.
Secara resmi diadopsi oleh legislatif lokal (DPRD).
Long range general plans harus terdiri dari:
Inti, yang mengidentifikasi kecenderungan, isyu, tujuan secara umum, konsep
dasar dari desain, kebijaksanaan utama, serta proposal rencana utama.
Elemen bagi tiap area bahasan utama dalam rencana. Elemen-elemen tata guna
lahan dan sirkulasi haruslah disiapkan dengan keterkaitan satu dengan yang
lainnya, merupakan sesuatu yang mendasar. Elemen-elemen lainnya, secara lokal
dipertimbangkan secara proporsional, harus pula dipertautkan.
Short range district plans harus dipersiapkan bagi area yang kecil, sebagai tindak
lanjut dan penjabaran dari long range general plan. Rencana jangka pendek ini
harus konsisten dengan tujuan dan kebijaksanaan dari long range general plan, dan
harus diadopsi oleh legislatif lokal (DPRD). Rencana haruslah digunakan sebagai
dasar untuk menyeleksi ukuran-ukuran dari implementasi rencana, seperti zoning
ordinance dan capital improvement programs.
Function plans haruslah dipersiapkan untuk topik-topik pilihan tertentu, seperti
angkutan umum masal, pengembangan ekonomi, preservasi historis, dan
sebagainya. Rencana-rencana ini bisa saja berbentuk rencana jangka panjang
ataupun pendek. Dilihat dari lingkup teritorialnya bisa saja terdapat dalam suatu
wilayah yang luas, ataupun merupakan bagian dari administrasi tertentu. Function
plans ini dapat diadopsi sebagai elemen dari long range plan hanya jika kondisinya
bersifat umum. Jika sifatnya spesifik, dapat diadopsi sebagai elemen dari district
plan, atau sebagai suatu rencana tersendiri.
Short range district plans dan function plans haruslah mengidentifikasi dan
mendeskripsikan program-program tindak yang proporsional untuk
diimplementasikan.
Long range general plans haruslah memiliki karakteristik yang bersifat umum, dan
dapat berdasarkan kepada data-informasi yang umum. Short range plans harus
lebih spesifik, dan harus berdasarkan kepada data yang lebih spesifik.
Rencana tata guna lahan bagi long range general plans haruslah tidak sampai
kepada kedalaman kapling (parcel specific), karena itu harus terdapat dalam short
range district plans yang akan digunakan sebagai dasar untuk
mengimplementasikan program-program rencana.
Long range plans yang memiliki waktu perencanaan antara 15-25 tahun haruslah
diamandemen sesuai dengan kebutuhan untuk membarukannya dan/atau
melanjutkannya dalam rangka merefleksikan kebijaksanaan dari lembaga legislatif
lokal. Hal ini berimplikasi kepada review tahunan, yang dapat menghasilkan
amandemen, dan lebih jauh lagi review secara komprehensif tiap lima-tujuh tahun.
Short range plans, yang memiliki waktu perencanaan 5-6 tahun, haruslah direview,
dan diamandemen tiap tahun. Waktu pelaksanaan dari review ini haruslah
diintegrasikan dengan persiapan anggaran tahunan dari daerah administrasi tempat
wilayah perencanaan tersebut.
Proses perencanan haruslah dipertimbangkan sebagai siklus yang
menerus. Persiapan penyusunan rencana bukanlah suatu akhir pekerjaan;
implementasi rencana, dan pemantauan dampak dari program-program
implementasi, merupakan bagian-bagian yang penting dalam siklus tersebut.
Rencana-rencana, ketika dipublikasikan, haruslah dibuat terpisah dari publikasi
yang berisi data latar belakang, dan terpisah dari program-program implementasi
spesifik (seperti zoning ordinance dan capital improvement programs).
Definisi rencana kotamenurut Larz T. Anderson dalam Guidelines for Preparing
Urban Plans adalah sebagai berikut: rencana kota merupakan suatu dokumen (atau
seperangkat dokumen), yang biasanya meliputi deskripsi, grafik, dan perhitungan
statisik, yang mendeskripsikan kondisi mendatang yang diinginkan dari wilayah
geografis yang direncanakan.
Selanjutnya Larz T. Anderson menerangkan pula proses merencanakankotayang
langkah-langkahnya dapat diuraikan sebagai berikut:
(1). Mengidentifikasi isyu dan pilihan-pilihan
Langkah ini tidak hanya mengeluarkan isyu kontemporer yan gberkaitan dengan
tempat tinggal, pekerja, pemilik lahan, dan pelaku bisnis, tetapi termasuk pula
isyu-isyu yang muncul yang akan menjadi penting pada masa mendatang. Isyu-
isyu ini haruslah mempertimbangkan kepada hal-hal yang dapat terjadi sebagai
akibat dari keputusan-keputusan lokal, daripada yang bersifat regional, propinsi,
dan lingkup global.
Dalam hal ini, pilihan-pilihan pembangunan yang terbuka kepada masyarakat
harus diidentifikasi pada saat itu. Pilihan-pilihan apa saja yang akan dibuat oleh
masyarakat tersebut.
(2). Menyatakan tujuan dan sasaran, mengidentifikasi prioritas-prioritas
penanganan
Harus diperjelas pada tahapan ini tujuan, sasaran, dan prioritas pembangunan dari
siapa sesungguhnya yang harus dimasukan ke dalam rencana. Untuk konteks
masyarakat yang beragam kita harus mengetahui ada berapa kelompok masyarakat
(termasuk yang minoritas). Seringkali kesepakatan dapat diambil hanya untuk
tujuan yang sifatnya umum, sedangkan tujuan spesifik dan prioritas penanganan
baru dapat diambil setelah melalui tahapan negosiasi dan kompromi. Tahapan ini
membutuhkan komunikasi yang intensif antara staf perencanaan dan masyarakat
lokal penaruh perhatian (concern).
(3). Mengumpulkan dan menginterpretasikan data
Bahasan dari data yang akan dikumpulkan, tingkat ketelitiannya sangatlah
tergantung kepada tingkat kepentingan dari bahasan tersebut dikaitkan dengan
isyu-isyu penting. Makin banyak data yang tersedia, maka biaya yang dibutuhkan
akan makin murah. Selain itu, pada tahapan ini pula dibutuhkan informasi-
informasi pendukung untuk mendeskripsikan dan menganalisis struktur ekonomi,
sosial, dan politik dari wilayah perencanaan, baik yang berkaitan dengan wilayah
terbangun ataupun lingkungan alami.

(4). Mempersiapkan rencana-rencana


General plans terdiri dari elemen-elemen utama (core elements) ditambah dengan
elemen-elemen tambahan. Lingkup geografis dari wilayah perencanaan meliputi
batasan yurisdiksi ditambah dengan wilayah lahan yang secara langsung terkena
dampak. Subyek dari rencana terdiri dari topik-topik perencanaan yang sangat
terkait kepada masyarakat penghuni di wilayah perencanaan. Biasanya untuk
memunculkan elemen-elemen utama harus berdasarkan kepada diskusi-diskusi
berkaitan dengan aspek kependudukan, aktivitas ekonomi, tata guna lahan, dan
sirkulasi. Secara ringkas subyek atau topik bahasannya dapat dilihat pada tabel 1
di atas.
(5). Membuat draft program-program untuk implementasi rencana
Pada umumnya masyarakat ingin mengetahui program-program apa saja yang akan
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang diusulkan, berapa biaya dari
program tersebut, dan apakah dengan diimplementasikannya program tersebut
tujuan masyarakat dapat tercapai? Oleh sebab itu para perencana harus
mengembangkan informasi dari topik-topik yang merupakan isyu sebelum
mengadopsi urban general plans. Dalam hal ini terdapatlima kategori yang
berkaitan dengan rencana-program implementasi:
Penyusunan aturan dan administrasi dari Peraturan Pemerintah yang berkaitan
dengan tata guna lahan dan pengembangan lahan (misalnya zoning
codes,subdivision codes, building codes, housing codes, grading ordinance).
Review proyek (misalnya mereview dampak-dampak pembangunan).
Program-program yang dilaksanakan oleh Pemerintah lokal dalam penyediaan
pelayanan publik (misalnya program rekreasi masyarakat).
Program-program konstruksi yang dilaksanakan oleh Pemerintah lokal (misalnya
konstruksi dari instalasi pengolahan air limbah).
Program-program konstruksi yang dilaksanakan oleh individu atau perusahaan
(misalnya pembagian lahan baru, pusat kerja baru).
(6). Mengevaluasi dampak-dampak potensial dari rencana-rencana dan program-
program implementasi, dan memodifikasi rencana-rencana tersebut sesuai dengan
dampak-dampak yang mungkin timbul tersebut
Dalam mengevaluasi dampak dari rencana dan implementasi program ini harus
meliputi analisis:
Dampak lingkungan yang sangat mungkin terjadi.
Dampak potensial terhadap ekonomi lokal (perubahan dari tenaga kerja, penjualan
eceran, dan sebagainya).
Dampak potensial bagi pembiayaan Pemerintah lokal (biaya penyediaan
pelayanan, pajak pendapatan, rates pajak, dan sebagainya).
Konsekuensi sosial yang sangat mungkin terjadi.
(7). Mereview dan mengadopsi rencana-rencana
Rencana ini dimaksudkan untuk diadopsi sebagai suatu pernyataan kebijaksanaan
dari daerah administratif (yurisdiksi) lokal, dan sebagai suatu komitmen bagi
tindakan-tindakan pada masa mendatang.
Tahapan ini biasanya termasuk pula program-program penyampaian informasi
kepada publik, diikuti dengan public hearing, untuk kemudian diambil rencana
yang telah disetujui. Dengan demikian, pihak-pihak yang telah mengadopsi
rencana yang telah disetujui tersebut haruslah paham akan kebijaksanaan dari
rencana tersebut beserta implikasinya.
(8). Mereview dan mengadopsi program-program implementasi
Tahapan ini meliputi siapa saja yang akan dipengaruhi oleh program-program
implementasi akan menyadari terhadap kandungan dan implikasi dari program-
program tersebut, sebelum mereka mengadopsinya. Setelah itu baru diikuti
dengan public hearingdan adopsi rencana secara resmi.
(9). Mangadministrasikan program-program rencana yang akan
diimplementasikan, memantau dampak-dampaknya, serta mengamandemen
rencana-rencana sebagai tanggapan dari umpan balik yang masuk
Administrasi dari rencana dan implementasi program merupakan tahapan dari
proses perencanaan yang sangat kelihatan di mata publik. Hal ini juga
membutuhkan pula pembagian waktu dan dana dari staf perencanaan. Umpan
balik dari mereka yang terpengaruhi oleh program-program tersebut kepada staf
perencanaan, komisi perencanaan, dan badan legislatif, merupakan bagian
mendasar dari proses ini.
Catatan:
Partisipasi publik sesungguhnya dilakukan pada berbagai langkah proses
perencanaan tersebut, tetapi tidak mungkin untuk dilaksanakan pada tiap langkah
dari proses perencanaan tersebut.
Beberapa langkah dari proses perencanaan dapat diambil secara bersamaan,
sedangkan yang lainnya harus dilakukan setelah yang lainnya selesai.
Harus pula dipertimbangkan daur ulang dari langkah-langkah tertentu setelah
proses tersebut dilaksanakan. Oleh sebab itu, setelah langkah-langkah yang lebih
maju dari proses yang dilakukan secara lengkap seringkali terjadi kembali kepada
langkah-langkah sebelumnya untuk perbaikan.

3.2 Perencanaan Kota menurut Peraturan Perundangan yang Berlaku di Indonesia


Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa
perencanaan kotadikenal pada tingkatan rencana yang berada di bawah Rencana
Tata Ruang Wilayah Propinsi. Menurut Undang-Undang ini di bawah RTRW
Propinsi tersebut terdapat Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kota, dalam hal ini yang direncanakan ialah
kota dalam konteks batasan administrasi (kalau menurut Undang-Undang No. 5
Tahun 1974 tentang Pemerintahan di Daerah dikenal dengan Rencana Umum Tata
Ruang Kotamadya Daerah Tingkat II). Baru berdasarkan RTRWKota ini
dibawahnya terdapat Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan (atau pada 3.1 dikenal
dengan specific plans).
Adapun karakteristik dari Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan menurut UU No. 24
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ialah sebagai berikut:
(a). Substansi/Lingkup Rencana
Merupakan bagian dari wilayah Kabupaten/Kota.
Merupakan rencana teknis ruang wilayah yang memperlihatkan sistem teknik
pembangunan kawasan (memperlihatkan keterkaitan komponen/jaringan teknik).
Merupakan pedoman pelaksanaan dan pengendalian pembangunan fisik kawasan.
Kedalaman dapat sampai pada tingkat keterkaitan blok pemanfaatan kawasan
(biasa disebut rencana detail), atau pada tingkat keterkaitan bagian-bagian pada
masing-masing blok (biasa disebut rencana teknik ruang).
(b). Isi
Rencana penataan kawasan (pendayagunaan tanah, air, udara).
Rencana sistem pemanfaatan sumberdaya air.
Rencana tata pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan usaha, perlindungan dan
permukiman.
Rencana sistem jaringan jalan dan prasarana lainnya (rencana ini menggambarkan
keterkaitan blok) pemanfaatan ruang untuk kegiatan dengan sistem infrastruktur
yang mendukung yang sudah memperlihatkan sistem tekniknya.
(c). Sifat
Rencana ini dibuat apabila tingkat perkembangan pembangunan sudah menentukan
acuan blok atau personil.
Dapat dilakukan oleh swasta atau masyarakat untuk suatu kawasan ruang
Kabupaten.
Bersifat definitif.
Dimensi waktu 5 tahun-10 tahun.
(d). Manfaat
Untuk mewujudkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan ruang dalam suatu sistem
pengembangan kawasan.
(e). Penggunaan
Pedoman pemberian izin kawasan dan atau izin lokasi bangunan.
Pedoman pemberian IMB.
Pedoman pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana bagi pemerintah atau
swasta yang mendapat izin pengelolaan suatu kawasan dalam Kabupaten/Kota.
Pedoman penyusunan program pembangunan di suatu kawasan oleh Pemerintah
atau dengan swasta.
Di sisi lain, Rencana Rinci Kawasan ini dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan
jenis aktivitasnya, yaitu Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana
Rinci Tata Ruang Kawasan Perdesaan, dan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan
Tertentu. Adapun pengertian dari masing-masing kawasan tersebut ialah sebagai
berikut (menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional).
Kawasan perdesaan meliputi tempat permukiman perdesaan, tempat kegiatan
pertanian, kegiatan pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan perkotaan meliputi tempat permukiman perkotaan, tempat pemusatan dan
pendistribusian kegiatan non pertanian seperti pelayanan jasa pemerintahan,
kegiatan pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan tertentu meliputi tempat pengembangan kegiatan-kegiatan yang strategis
secara nasional.
Tetapi lebih lanjut, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah (terlepas dari kontroversi bahwa
Permendagri ini lahir sebelum UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah) yaitu peraturan yang lebih baru yang berkaitan dengan rencana kota
setelah Permendagri No. 2 Tahun 1987, menyebutkan bahwa di bawah RTRWKota
tidak lagi ada istilah Rencana Umum Tata Ruang Kota (pendekatan fungsional)
seperti yang diungkapkan dalam Permendagri No. 2 Tahun 1987 melainkan
Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan langsung diterjemahkan menjadi Rencana
Detail Tata Ruang Kota dan Rencana Teknik Ruang Kota (kedua-duanya dengan
pemahaman kota dalam konteks fungsional atau kawasan).
Untuk lebih jelasnya, Permendagri No. 8 Tahun 1998 menerangkan bahwa
Rencana rinci tata ruang kawasan adalah hasil perencanaan tata ruang yang
merupakan penjabaran strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten/Kota yang meliputi Rencana Terperinci (Detail) Tata Ruang Kawasan
dan Rencana Teknik Ruang. Permendagri tersebut menguraikan isi dari kedua
jenis rencana tata ruang tersebut secara sederhana.
(a). Rencana Detail Tata Ruang
Rencana Terperinci (Detail) Tata Ruang Kawasan selanjutnya disingkat RDTR
Kawasan adalah rencana tata ruang kawasan di Wilayah Kabupaten/Kota, yang
menggambarkan:
Zonasi/blok alokasi pemanfaatan ruang kawasan (blok kawasan).
Struktur pemanfaatan ruang kawasan.
Sistem prasarana dan sarana kawasan.
Persyaratan teknik pengembangan tata ruang kawasan.
(b). Rencana Teknik Ruang
Rencana Teknik Ruang adalah rencana tata ruang pada setiap blok kawasan di
wilayah Kabupaten/Kota, yang menggambarkan:
Rencana tapak atau tata letak, yang merupakan susunan letak unsur-unsur kegiatan,
bangunan, bentang alam, sarana dan prasarana yang secara keseluruhan
membentuk tata ruang kawasan.
Tata bangunan, yang merupakan susunan rekayasa teknik bangunan yang
memanfaatkan ruang luar dan dalam bangunan secara rinci di dalam suatu blok
kawasan sesuai dengan rencana tata ruang.
Prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum.
Persoalan Kota di Negara Sedang Berkembang, khususnya Indonesia
Kota-kota yang ada di negara-negara sedang berkembang, khususnyaIndonesia,
seringkali menghadapi persoalan-persoalan yang berat, sehingga sesungguhnya
membutuhkan penanganan yang serius untuk hal tersebut. Pada akhirnya banyak
lembaga-lembaga internasional yang turun tangan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan tersebut. Pada dasarnya persoalan-persoalan tersebut timbul karena
kemampuan manusia yang mengelola dan menghunikotatersebut, atau kondisi fisik
darikotatersebut, ataupun tekanan eksternal yang turut mewarnai
pembangunankotatersebut. Secara sederhana berikut ini diuraikan semacam daftar
dari persoalan-persoalan yang timbul di kota-kota negara sedang berkembang,
terutama di Indonesia.
Masalah kependudukan dan sumberdaya manusia
Laju pertumbuhan pendudukkotayang tinggi.
Persoalan antara penduduk pendatang dan penduduk lokal.
Sumberdaya manusia yang masih perlu ditingkatkan, terutama kesadaran akan
pemahaman terhadap proses penyusunan rencanakota, mualai dari perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan rencanakota.
Masalah tempat tinggal
Akses dan keterjangkauan terhadap kepemilikan rumah yang rendah.
Kelayakan tempat tinggal yang masih di bawah standar.
Status tempat tinggal yang tidak jelas (menempati lahan secara liar).
Persoalan dalam hak kepemilikan lahan.
Tidak adanya atau terbatasnya fasilitas pelayanan perumahan.
Masalah sosial
Persoalan sara.
Kejahatan di perkotaan.
Kemiskinan di perkotaan.
Masalah gender.
Masalah fisik-lingkungan
Keprimatan dari kota-kota besar.
Keterbatasan sediaan air bersih, dan keterjangkauan harganya.
Polusi udara yang makin tinggi.
Limbah dan pengolahannya.
Ketersediaan dan kelayakan jaringan air limbah, dan drainase (berkontribusi
terhadap rusaknya ruas-ruas jalan).
Pembuangan sampah yang masih cenderung menggunakan teknologi
konvensional, termasuk persoalan dalam penentuan lokasi penempatan TPS dan
TPA.
Persoalan bencana alam dan teknologi/buatan.
Masalah ekonomi
Pekerja di sektor informal (termasuk pedagang kaki lima).
Pengangguran di perkotaan.
Basis ekonomikotayang belum mantap (terutama bagi kota-kota perluasan/
pemekaran).
Masih mengandalkan basis ekonomi non perkotaan (pertanian) yang masih
cenderung menghasilkan nilai tambah yang kecil untuk investasi dan pemeliharaan
infrastrukturkota.
Terlalu mengandalkan sumberdaya alam tidak terbarukan sebagai basis
ekonomikota, sehingga pada saat sumberdaya alam tersebut habis,
pembangunankotamenjadi terhambat pula.
6. Governance
Tingkat desentralisasi.
Keterlibatan masyarakat dalam pembangunankota.
Program dan kegiatan pembangunan yang tidak transparan.
Keterbatasan pendapatankota(terutama untuk memelihara infrastruktur), selain
untuk biaya rutin menggaji pegawai.
Kerjasama nasional-internasional
Belum terjalinnya kerjasama dengan kota-kota lain, terutama dengan kota-kota di
luar negeri. Atau kerjasama sudah terjalin, tetapi belum dimanfaatkan secara
optimal, terutama dalam menanggulangi persoalan-persoalan perkotaan yang
muncul.
Kerjasama internasional masih mengandalkan kerjasama antar Pemerintah, padahal
bisa saja dilakukan dengan pelaku utama swasta, dan masyarakat (atau kelompok
swadaya masyarakat) itu sendiri.
Memiliki semangat berkompetisi dengan kota-kota sekitarnya, sehingga dapat
menimbulkan kegiatan pembangunan yang tidak tepat sasaran.
Hilangnya kekhasan sosial-ekonomi-budaya lokal digantikan oleh sesuatu yang
lebih bersifat universal, sehingga mengurangi ketertarikan terhadap kota.

Paradigma Baru dalam Perencanaan Kota


Paradigma perencanaan telah beberapa kali mengalami pergeseran. Ada beberapa
hal yang melandasi terjadinya pergeseran paradigma tersebut, terutama karena
adanya beberapa kenyataan (realisme). Kenyataan-kenyataan (realisme) tersebut
adalah :
Perkembangankotasukar dikendalikan sehingga harus direncanakan dan
diakomodasikan sebaik mungkin.
Pengambilan keputusan dalam pembangunankotalebih banyak dilakukan oleh
perorangan atau organisasi, bukan oleh pemerintah.
Keterbatasan pemerintah dalam mempengaruhi sistemkotasecara efektif sehingga
aspek tersebut diserahkan kepada mekanisme pasar.
Adanya kendala keterbatasan penyediaan sumberdaya yang dihadapi oleh
pemerintah, baik secara nasional maupun lokal (terutama keterbatasan finansial)
Kenyataan bahwa standar pelayanan sulit diterapkan pada masyarakat
(isu affordability), menerapkan harga (price) pada pelayanan tersebut (isu cost
recovery) serta bagaimana penyediaan service tersebut dapat dialokasikan pada
yang membutuhkan (isu equity danreplicability), sehingga pelayanan tersebut
hanya dapat dinikmati oleh kelompok tertentu.
Planning process bukan merupakan proses linier yang terdiri atas tahapan survey
plan action, melainkan suatu proses yang menerus dan berulang (iteratif).
Rencana harus bersifat fleksibel dan inkremental (terpilah) sehingga diperlukan
sistem monitoring dan umpan balik yang baik.
Adanya keterbatasan kapasitas institusi dalam perencanaan dan pelaksanaan
program rencana, terutama dalam hal kemampuan teknis tenaga ahli, dan kapasitas
manajemen.
Adanya keterbatasan kemampuan lembaga yang berwenang dalam perencanaan
untuk menerapkan enforcement dalam pengawasan pembangunan karena adanya
keterbatasan kapasitas administrasi dan kemauan politik (political will),
kelemahan dalam sistem perundangan dan terjadinya korupsi, sehingga dibutuhkan
alternatif untuk mempengaruhi pola pengembangan lahan, misalnya dengan
pembangunan infrastruktur.
Kesadaran bahwa pendekatan inkremental lebih penting, yaitu dengan cara
memberdayakan masyarakat untuk membangun secara menerus sejauh tersedianya
sumber daya. Pelaksanaan review yang teratur dan terpilah dalam proyek-proyek
pembangunan kota lebih baik daripada jika dilakukan secara menyeluruh dan
sekaligus dalam satu waktu.
Berbagai pendapat tersebut kemudian melahirkan gagasan mengenai perlunya
paradigma-paradigma perencanaan kota yang baru. Paradigma-paradigma baru
tersebut dihasilkan pada konferensi para ahli perencanaan kotasedunia yang
diselenggarakan UNCHS di Nairobi pada tahun 1994 (Conference on Re-
Appraising the Urban Planning Process as an Instrument of Sustainable
Development and Management), dan mencakup :
Community participation/partisipasi masyarakat
Involvement of all interest group/keterlibatan seluruh kelompok yang
berkepentingan
Horizontal and vertical coordination/koordinasi horizontal dan vertikal
Sustainability/keberlanjutan
Financial feasibility/kelayakan finansial
Subsidiarity/subsidiaritas-pengambilan keputusan di tingkat terendah yang
memungkinkan
Interaction of physical and economic planning/interaksi perencanaan fisik tata
ruang dengan perencanaan ekonomi/pembangunan.
Pada dasarnya, rencanakotamerupakan dokumen program pembangunankotadalam
jangka panjang dan merupakan landasan dalam penetapan investasi dalam sektor-
sektor ekonomikotadan prasaranakota. Rencanakotamerupakan suatu dokumen
yang mempunyai kekuatan hukum. Rencanakotahendaknya merupakan landasan
pengarahan pembangunan yang bersifat jangka panjang dan strategis sehingga
rencana yang telah disusun akan dapat dijabarkan dalam pembangunan jangka
pendek dan menengah. Agar rencanakotadapat dilaksanakan dengan efektif, maka
rencana tersebut harus dirinci dalam sejumlah elemen atau unsur yang
didefinisikan dengan jelas. Dengan kata lain, rencanakotaharus didasarkan pada
tujuan-tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan yang didefinisikan dengan baik,
dapat dimengerti dengan mudah, dan sedapat mungkin harus sederhana. Akan
tetapi, dalam kenyataannya ada beberapa masalah yang kemudian menyebabkan
rencana tata ruang kemudian tidak dapat berfungsi secara optimal. Hal tersebut
kemudian menimbulkan beberapa kritik terhadap rencana kota, antara lain :
Penetapan investasi dalam sektor-sektor pembangunan kota tidak ditetapkan
berdasarkan RTRW Kota (dulu disebut dengan istilah RUTRK). RTRW cenderung
mengikuti keinginan investor dan bukan sebaliknya digunakan sebagai arahan
investasi.
RTRWKota belum diikuti oleh perencanaan yang lebih rinci, baik dalam hal
rencana-rencana sektoral maupun peraturan-peraturan pelaksana yang berada di
bawah jenjang RTRW, termasuk di dalamnya rencana-rencana tata ruang
fungsional kota, yaitu Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Rencana Teknik
Ruang Kota.
Pada prinsipnya, rencana tata ruang dalam rumusan tersebut di atas diterapkan
untuk kota-kota di negara-negara maju yang memiliki karakteristik sebagai berikut
:
Tingkat perkembangan yang lambat,
Tingkat pendapatan penduduk yang tinggi, dan
Peraturan dan law enforcement yang efektif dalam pemanfaatan dan pengendalian
guna lahan atau tata ruang.
Krisis yang melanda kawasanAsiadan merebak sejak pertengahan tahun 1997 telah
mempengaruhi perkembangan pasar keuangan dunia. Dengan semakin
terintegrasinya perekonomian negara-negara di dunia karena pengaruh globalisasi,
krisis yang melanda Asia memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
perkembangan ekonomi dan keuangan negara-negara lain di luar kawasanAsia.
Globalisasi ekonomi memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan
ekonomi dunia. Selain memiliki dampak negatif seperti yang telah disebutkan di
atas, globalisasi juga memiliki dampak yang positif terhadap perekonomian
negara-negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang. Terbentuknya pasar
bebas menyebabkan lalu lintas perdagangan dunia semakin berkembang dan
mudah. Dapat dikatakan bahwa adanya globalisasi menyebabkan kegiatan ekonomi
suatu negara sangat bergantung pada mekanisme pasar, yang kemudian menjadi
peluang sekaligus tantangan bagi negara-negara di dunia. Perkembangan ekonomi
suatu negara kemudian bergantung pada bagaimana negara yang bersangkutan
mengatasi tantangan dan menanggapi peluang-peluang yang tercipta oleh adanya
mekanisme pasar tersebut. Negara-negara yang dapat mengatasi tantangan
mekanisme pasar sekaligus melihat peluang yang diciptakan oleh mekanisme pasar
tersebut akan menjadi negara yang sangat berkembang perekonomiannya.
Sebaliknya, negara-negara yang tidak dapat mengatasi tantangan mekanisme pasar
dan tidak tanggap terhadap peluang-peluang yang diciptakan mekanisme pasar
tersebut tidak akan dapat berkembang sesuai harapan. Peluang dan tantangan yang
tercipta dari mekanisme pasar ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh negara-
negara berkembang, termasukIndonesia.
Globalisasi dan mekanisme pasar menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat
cepat dalam struktur perekonomian suatu negara. Pemerintah negara,kota, atau
wilayah sekitarkotaharus dapat mengantisipasi perubahan yang sangat cepat
tersebut agar pertumbuhan ekonomi negara,kota, atau wilayah sekitarkotatersebut
dapat tercapai sesuai target yang telah ditetapkan. Kondisi perekonomian yang
demikian secara langsung akan mempengaruhi struktur tata ruang negara,kota, atau
wilayah sekitarkota. Rencana-rencanakotadan wilayah sekitarnya harus
dipersiapkan untuk mengakomodasi dan mengantisipasi berbagai kemungkinan
investasi yang muncul akibat perkembangan perekonomian negara tersebut.
Berbagai lokasi kemudian dipersiapkan untuk menjadi pusat-pusat pengembangan
ekonomi sektoral, seperti pertanian, perindustrian, perdagangan, pariwisata, dan
sebagainya, sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing lokasi dengan
harapan bahwa investor akan menanamkan modalnya di lokasi-lokasi yang telah
ditetapkan dalam rencana kota sebagai lokasi-lokasi dengan kegiatan khusus.
Perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat akibat perkembangan ekonomi
harus dapat diakomodasi dengan baik dalam rencana tata ruang negara,kota, atau
wilayah sekitarkota. Dengan demikian, rencanakotaharus bersifat fleksibel, tidak
terlalu kaku, dan dinamis sehingga dapat mengikuti kecepatan pembangunan
negara,kota, atau wilayah sekitarkotatersebut. Itulah tantangannya, memang
sangat mudah untuk diceritakan tetapi membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh
apabila ingin melaksanakannya.
Berdasarkan konferensi para perencanakotaUNCHSNairobiseperti yang sudah
diungkapkan di atas, maka ke depan perencanaankotadiIndonesiadapat mengarah
kepada hal-hal berikut ini.
Mulai menonjolnya peran partisipasi masyarakat dalam proses perencanaankota,
mulai dari tahapan persiapan, perencanaannya itu sendiri, pemanfaatan, sampai
kepada tahapan pengendalian pemanfaatan ruangkota. Jadi kemungkinan ke depan
pembuatan rencanakotabisa saja tidak didanai oleh Pemerintah melainkan oleh
masyarakat secara berpartisipasi dengan motornya para pengusaha. Selain itu,
pada pelaksanaannya akan mulai dikenal peran lembaga-lembaga atau kelompok-
kelompok swadaya masyarakat yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga
internasional sebagai fasilitator dalam perencanaankota.
Meskipun menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 terkesan tiap daerah
administratif mandiri dan tidak memiliki hubungan hirarkis, tetapi pada
pelaksanaannya peran koordinasi antar kota akan tetap dibutuhkan terutama dalam
konteks sistem kota. Di sini pula masih akan tetap diperlukan peran Daerah
Propinsi dalam mengurusi persoalan-persoalan pengembangan kota yang lintas
batas administrasi. Selain itu, untuk best practise, tidak menutup kemungkinan
konsep pengembangan sister city dengan kota-kota di luar negeri akan mulai
ditingkatkan kembali secara lebih tepat sasaran.
Akan mulai muncul usulan-usulan penataan kawasan-kawasan kota yang diusulkan
oleh masyarakat dan swasta. Hal ini tentu saja harus disesuaikan dengan fungsi
dan peran kawasan kota tersebut baik dalam konteks pengembangan kota secara
internal-lokal maupun secara eksternal dalam konstelasi wilayah dan sistem kota-
kota.
Pemikiran tentang penataan kota yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
akan mulai mengemuka, terutama dengan diperkenalkannya teknologi-teknologi
baru yang murah dan ramah lingkungan, misalnya dalam pengolahan sampah, dan
solusi terhadap polusi.
Tumbuh dan berkembangnya daerah dan kawasan yang memiliki sumberdaya alam
berlimpah, seperti Riau dan beberapa Propinsi di Kalimtan, serta di
Papua. Sementara itu, daerah dan kawasan yang tidak memiliki sumberdaya alam,
tetapi mengandalkan sebagai kota transit atau pelayanan yang tidak kompetitif
akan mengalami persoalan besar dalam mengelola pembangunan kotanya, terutama
dalam memelihara dan membangun infrastruktur baru, sehingga kelompok ini akan
masih membutuhkan bantuan dana dari Propinsi dan Pusat, bahkan dari luar negeri.
Pendekatan merencana yang sudah mulai bergeser tidak hanya memikirkan aspek
fisik saja, melainkan penataan ruang yang responsif terhadap laju pertumbuhan
ekonomi. Bahkan lebih jauh lagi, skenario-skenario rencana nya pun akan lebih
variatif dilihat dari sudut pandang pihak-pihak yang melaksanakannya, tidak
menitikberatkan kepada Pemerintah saja.
Dimasukannya persoalan-persoalan yang berkaitan dengan mitigasi bencana alam
dan buatan dalam merencana kota, sehingga produk rencana kota yang disusun
sudah mempertimbangkan hal ini.
Akan mulai berkembang konsep perencanaan kota yang berorientasi tidak hanya
ke daratan, melainkan ke pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, karena sebagian dari
kota-kota di Indonesia merupakan kota pantai yang tersebar di sekitar 13.000an
pulau.
Makin besarnya peran sistem informasi dalam merencana kota, mulai dari
kompilasi data sampai penyampaian konsep rencana yang user friendly,
dan internet based.
Makin berkembangnya konsep insentif dan disinsentif dalam aspek pemanfaatan
rencana kota terutama di kota-kota besar yang tengah giat meningkatkan
pendapatan asli daerahnya dan menghadapi keterbatasan lahan untuk perluasan
kotanya.
Makin terasa perlunya penataan kawasan lindung, terutama kawasan perlindungan
setempat, dan kawasan lindung yang melindungi kawasan di bawahnya setelah
terjadinya beberapa persoalan lingkungan.
Tentang iklan-iklan ini
BAGIKAN INI:
Twitter
Facebook

TERKAIT
TATA CARA PERENCANAAN PERUMAHAN KAWASAN
PERUMAHANdalam "PERSPEKTIF TENTANG KOTA"
Strategi Mengerem Laju Perkumuhandalam "ARTIKEL TATA RUANG"
Krisis Energi dan Perencanaan Kota Kompakdalam "ARTIKEL TATA RUANG"
Entri ini ditulis dalam Tak Berkategori oleh mydream4u. Buat penanda
ke permalink.
ONE THOUGHT ON PERSPEKTIF TENTANG KOTA DAN
PERENCANAAN KOTA

Tuan WordPress pada 5 Mei 2012 pukul 11.31 berkata:


Hi, this is a comment.
To delete a comment, just log in, and view the posts comments, there you will
have the option to edit or delete them.
Balas
Tinggalkan Balasan
Top of Form

Bottom of Form
Blog di WordPress.com.
Ikuti
Ikuti LEMBUR KURING
Top of Form
Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Daftarkan saya

Bottom of Form
Buat situs dengan WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai