Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pariwisata

1. Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang

menyangkut manusia seutuhnya. Yang dimaksud disini adalah bahwa selama

seseorang melakukan perjalanan wisata mereka juga memerlukan fasilitas

lain, seperti yang mereka butuhkan sehari-hari, seperti kebutuhan akan air

bersih, telekomunikasi, dan lain-lain. Karena itu selain memenuhi syarat

something to see, to buy dan to do, syarat suatu tempat agar dapat menjadi

tempat wisata yang baik, juga harus memenuhi syarat sarana dan prasarana

umum.

Pengertian pariwisata secara lengkap tertuang dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dalam Pasal 1

menyatakan :

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

obyek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

10
11

c. Pariwisata adalah sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di

bidang tersebut.

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggara pariwisata.

e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik

wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang

tersebut.

f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran

wisata.

g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun

atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Penjelasan lebih luas tentang pengertian wisata dapat di lihat dari

beberapa definisi sebagai berikut :

a. Menurut Echols dan Shadily dalam Warpani (2007:7), yang menyatakan

bahwa :

Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau

sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu secara sukarela dan

bersifat sementara dengan tujuan berlibur atau tujuan lainnya bukan untuk

mencari nafkah.
12

b. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Bab I Pasal I butir I, menyatakan

bahwa :

Wisatawan adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertenu

untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan

daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementra.

Sedangkan pengertian pariwisata yang lebih luas dapat dilihat dari

beberapa definisi sebagai berikut :

c. Menurut Warpani (2007:7), yang menyatakan bahwa :

Pariwisata adalah berbagai bentuk kegiatan wisata sebagai

kebutuhan dasar manusia yang diwujudkan dalam berbagai macam

kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, didukung oleh fasilitas dan

pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.

d. Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 Bab I Pasal 1 butir 3 menyatakan

bahwa :

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

e. Menurut Robert Mclntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A. Youti

(1992:8), menyatakan bahwa :


13

Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul

dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat

tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan

serta para pengunjung lainnya.

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya maka

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara

waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan

maksud bukan untuk berbisnis ataupun melakukan pekerjaan dan mencari

nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk memenuhi

keinginan yang beraneka ragam.

2. Definisi Wisatawan

Ditinjau dari arti, kata wisatawan berasal dari kata wisata. Maka

sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata tourist dalam bahasa

inggris. Kata ini berasal dari kata sansekerta, wisata yang berarti

perjalanan yang sama dengan kata travel dalam bahasa Inggris.

Undang-undang No.10 tahun 2009 pasal I, menjelaskan bahwa

Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Menurut Ogilvie dalam

Pendit (2002:35) , yang menyatakan bahwa :

wisatawan adalah semua orang yang memenuhi syarat, yaitu pertama,

bahwa mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang

dari satu tahun dan kedua, bahwa sementra mereka berpergian mereka
14

mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud

mencari nafkah di tempat tersebut.

3. Definisi Daerah Tujuan Wisata

Daerah tujuan wisata adalah tempat atau daerah yang karena

atraksinya, situasinya dalam hubungan lalu-lintas dan fasilitas-fasilitas

kepariwisataannya menyebabkan tempat atau daerah tersebut menjadi obyek

kebutuhan wisatawan. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, Bab I

Pasal I butir 6 :

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi

Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih

wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas

umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait

dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Ada tiga kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh suatu daerah

untuk menjadi tujuan wisata :

a. Memiliki atraksi atau obyek menarik

b. Mudah dicapai dengan alat-alat kendaraan

c. Menyediakan tempat untuk tinggal sementara

Adapun atraksi atau obyek menarik yang dimaksudkan Pendit

(2002:66) adalah :
15

Sesuatu yang dihubungkan dengan keindahan alam, kebudayaan,

perkembangan ekonomi, politik, lalulintas, kegiatan olahraga dan sebagainya,

tergantung kepada kekayaan suatu daerah dalam soal pemilikan atraksi atau

obyek ini.

4. Definisi Kawasan Wisata

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, Bab I Pasal I butir 10

dijelaskan bahwa :

Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi

utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang

mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti

pertumbuhan ekonomi, social dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam,

daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Kawasan wisata pada umumnya menempati ruang wilayah yang cukup

luas. Pembangunan suatu kawasan wisata adalah bagian tari tata ruang

wilayah yang cukup luas. Pembangunan suatu kawasan wisata adalah bagian

dari tata ruang wilayah daerah yang bersangkutan.

5. Aspek penilaian untuk daerah wisata

a. Lingkungan Fisik :

Terdiri dari 13 ( tiga belas) faktor penilaian, meliputi: kualitas

bentang alam, kemiringan lereng, stabilitas tanah, daya serap tanah,

tingkat pencemaran secara umum, sumber pencemaran aktual dan


16

potensial, intensitas tingkat gangguan, daya pandang,

penghijauan/vegetasi, kegiatan wisata yang dapat dilakukan, klimatologi

dan tingkat keunikan tapak.

b. Aksesibilitas :

Terdiri dari dua faktor yaitu faktor fisik dengan 8 (enam) sub

faktor penilaian, yaitu: kualitas jalan raya, lebar jalan raya, frekuensi

transportasi umum, kualitas jalan akses, lebar jalan akses, kelengkapan

fasilitas, serta faktor non fisik dengan dua sub faktor penilaian, yaitu;

keamanan sepanjang jalan, dan kualitas pemandangan sepanjang jalan.

c. Prasarana :

Terdiri dari 7 (tujuh) faktor penilaian, yaitu: jalan setapak, listrik,

air bersih, saluran limbah, telekomunikasi, fasilitas kesehatan dan fasilitas

keamanan.

d. Sarana Wisata :

Terdiri dari dua faktor penilaian, yaitu: kualitas sarana wisata

(secara umum) dan jenis sarana wisata.

e. Lingkungan Sosial Ekonomi :

Terdiri dari tiga faktor penilaian yaitu: mata pencaharian

penduduk, perkiraan dampak positif sosek di masa depan dan jumlah

angkatan kerja lokal.


17

f. Lingkungan Sosial Budaya :

Terdiri dari empat faktor penilaian, yaitu: reaksi masyarakat,

kesenian/kebudayaan tradisional, mitos/tabu dan keamanan masyarakat.

B. Pengertian Pengembangan

Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki meningkatkan suatu

yang ada. Sedangkan pembangunan adalah mengadakan atau membuat sesuatu

yang belum ada ( Jayadinata, 1986). Kedua istilah ini sekarang sering digunakan

untuk maksud yang sama yakni pengembangan atau pembangunan social

ekonomi.

Pengembangan atau pembangunan memiliki tingkat atau skala yaitu :

1. Pengembangan/pembangunan nasional meliputi seluruh Negara dengan

tekanan pada perekonomian.

2. Pengembangan/pembangunan regional, meliputi seluruh wilayah dan

mempunyai tekanan utama pada perekonomian dan tekanan pada keadaan

fisik.

3. Pengembangan/pembangunan local meliputi kawasan kecil dengan tekanan

pada keadaan fisik.

Selanjutnya pengembangan dan pembangunan memiliki hubungan dua

arah antara perencanaan di berbagai tingkat baik yang berupa Top-Down maupun

Bottom-Up Planning. Pengembangan dapat berjalan jika berada pada suatu


18

wilayah oleh Hamilton dan Glesson dalam Adisasmita R (1989) didefinisikan

sebagai berikut :

1. Wilayah didasarkan pada adanya pemusatan penduduk pada suatu pusat

daerah.

2. Wilayah berdasarkan pada homogenitas fisik ekonomi dan social.

3. Wilayah didasarkan pada adanya kesamaan administrasi atau kesamaan

daerah politik.

Dari definisi yang telah dikemukakan, dapat dilihat pengertian

pengembangan wilayah merupakan usaha dan daya untuk sumber-sumber daya

manusia, sumberdaya alam, ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan

pemenuhan berbagai kebutuhan dengan menampung pertambahan jumlah

penduduk dan perubahan nilai-nilai kemasyarakatan yang timbul akibat dari

proses pembangunan.

Dalam pengembangan wilayah dikenal adanya kategori wilayah

perencanaan, dimana wilayah perencanaan ini sangat penting artinya apabila

dikaitkan dengan masalah-masalah kebijaksanaan regional. Sedangkan

pembagian wilayah perencanaan sektoral yang berlokasi disuatu lingkungan

geografisnya.

Wilayah perencanaan merupakan suatu wilayah pengembangan dimana

program-program pembangunan dilaksanakan. Dalam hal ini yang penting

diperhatikan adalah persoalan koordinasi dan sentralisasi pembangunan dapat


19

ditingkatkan. Pembangunan merupakan suatu proses terus menerus dilakukan

dengan terencana dengan memperbaiki kehidupan masyarakat dalam berbagai

aspek seperti ekonomi, politik, social, dan budaya.

Suatu perencanaan bila dilakukan dengan baik tentu akan memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya dan dapat mengurangi risiko lebih kecil.

Perencanaan pengembangan pariwisata harus diintegrasikan dengan perencanaan

dan pengembangan secara keseluruhan, supaya perencanaan pengembangan

pariwisata benar-benar efektif, sehingga keseimbangan pengembangan /

pembangunan dapat dicapai dan di pertahankan.

Pembangunan dalam arti yang paling mendasar harus mencangkup

masalah-masalah materi dan financial dalam kehidupan masyarakat. Karena itu

pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses multidimensional yang

melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua system ekonomi dan social.

Peningkatan pembangunan pada wilayah dapat pula diartikan sebagai

peristiwa pengembangan wilayah yang bersangkutan dengan demikian maka

seluruh usaha yang mengarah pada perbaikan dalam tingkat kesejahteraan hidup

masyarakat dapat pula dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses

perkembangan wilayah. Proses perkembangan wilayah ini berlangsung dengan

mengikuti mekanisme pembangunan. Hal ini juga berpengaruh terhadap

keterkaitan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Kegiatan-

kegiatan tersebut dapat berupa penurunan kualitas lingkungan melalui


20

pencemaran air, instrusi air laut akibat berkurangnya air tanah maupun

sedimentasi yang tinggi akibat pengembangan lahan pertanian dan penebangan

hutan.

C. Pengembangan Pariwisata

Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut

diminati pengunjung, yaitu :

1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang

bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata

lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk

menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana

bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,

bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat

makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu

membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada

umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa

dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985, p.164).

Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah

yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan
21

perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait

sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional.

D. Pengertian Wisata Bahari

Secara etimologis istilah wisata bahari terdiri atas dua kata yaitu wisata

dan bahari. Kata bahari berarti suatu kawasan atau lokasi yang memiliki wilayah

perairan seperti laut, pesisir pantai, sungai dan danau. Berdasarkan pengertian ini,

wisata bahari merupakan suatu perjalanan atau segala kegiatan yang dilakukan

pada wilayah perairan (Spillane, 1991). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa wisata bahari merupakan kegiatan yang dapat dilakukan di wilayah laut,

pantai, sungai, danau dan waduk sebagai obyek wisata.

Kegiatan wisata bahari berdasarkan keputusan Dirjen Pariwisata No.

171/90 mendefinisikan wisata bahari merupakan suatu kegiatan rekreasi laut,

yang memungkinkan wisata dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman

tentang alam serta menumbuhkan kepribadian.

Sedangkan menurut Sunarto dalam Fandeli (2000) mendefinisikan wisata

bahari sebagai suatu kegiatan yang memanfaatkan daya tarik dan potensi bentang

alam (seascape) maupun bentang darat pantai (coastal landscape).

Dalam wilayah pantai dapat dilakukan berbagai kegiatan wisata bahari,

baik pada bentang laut maupun pada bentang darat pantai. Pada bentang lau dapat

dilakukan kegiatan wisata antara lain berenang, dayung, berlayar, menyelam dan

lain-lain. Sedangkan pada bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan rekreasi
22

berupa olah raga bola volley pantai, bersepeda pantai dan pantai tebing.

Sedangkan pada bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan rekreasi, bermain

laying-layang, berkemah, berjemur dan lain-lain.

E. Konsep Pariwisata Bahari

Pembangunan pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan

yang berkelanjutan. Wisata bahari dengan penuh makna bukan semata-mata

memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan

pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung

untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang

mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran

bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini dan

masa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan

dimasa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah

pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung

diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing. Kegiatan tidak

langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati atmosfer laut.

Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik

ekosistem, kekhasan seni budaya, sejarah (History) dan karakteristik masyarakat

sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat (1994)

berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar

akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993)


23

menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang

memasarkan ekosistem yang menarik dan langka.

F. Kawasan Wisata Bahari Di Wilayah Pesisir

1. Batasan Pengembangan Kawasan Wisata Bahari

Batasan pemanfaatan kegiatan wisata terdiri dari jenis-jenis kegiatan

wisata potensial yang dapat dimanfaatkan yang antara lain terdiri dari : wisata

pantai dan wisata kelautan.

Berikut dijabarkan melalui tabel, Batasan pengembangan kegiatan

wisata dengan jenis atraksi wisata potensial yang dapat dimanfaatkan untuk

setiap jenis kelas wisata

Tabel 2.1

Jenis Atraksi Wisata berdasarkan Jenis Wisata

Jenis Wisata Jenis Atraksi Wisata

Wisata Pesisir & Pantai : 1. Wisata Rekreasi


Kegiatan wisata Kegiatan wisata yang memanfaatkan
yang menempatkan pantai lingkungan obyek wisata pantai sebagai
dan lingkungan pesisir kegiatan rekreasi untuk tujuan
sebagai daya tarik dan berkunjung dan menikmati keindahan
beraktivitas wisata. alam. Contoh : jalan-jalan, berjemur,
bermain, berkemah, dsb.

2. Wisata Olahraga
Kegiatan wisata yang memanfaatkan
olahraga dan aktivitas luar sebagai daya
tarik (olahraga pantai : volley pantai,
dsb).

3. Wisata Budaya
Kegiatan wisata yang memanfaatkan
24

Jenis Wisata Jenis Atraksi Wisata


aktivitas budaya di areal pantai sebagai
tempat penyelenggaraan budaya sebagai
daya tarik wisata (mis: upacara adat,
kampung nelayan dengan kehidupan
penduduk asli, dsb).

4. Wisata Belanja
Kegiatan wisata yang memanfaatkan
kawasan komersial perdagangan retail
sebagai tempat rekreasi untuk tujuan
berkunjung dan beraktivitas berbelanja
untuk kebutuhan berwisata (retail
makanan khas & souvenier).

5. Wisata Makan
Kegiatan wisata yang memanfaatkan
areal gerai makanan sebagai tempat
berwisata untuk tujuan berkunjung
selain untuk kebutuhan pemenuhan
makanan (daya tarik makanan khas
daerah, daya tarik suasana tempat, atau
daya tarik aglomerasi tempat makanan).

6. Wisata pendidikan
Kegiatan wisata yang memanfaatkan
sumber daya ilmu pengetahuan sebagai
atraksi wisata, yang diselenggarakan
atau yang memanfaatkan areal pantai
atau pesisir sebagai tempat berwisata.
(Mis: tambak, jenis-jenis museum
bahari, kampung nelayan dengan
keaslian pola kehidupan penduduk
nelayan, taman laut nasional ).

2. Karakteristik Kawasan Wisata Bahari

Pada dasarnya karakteristik pemanfaatan fisik wilayah ruang untuk

kegiatan wisata bahari merujuk ke defini wisata bahari itu sendiri yaitu wisata
25

yang obyek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape)

maupun bentang darat pantai (coastal landscape) (Fandelli and Mukhlison,

2002). Oleh karena itu karakteristik fisik ruang wilayah potensial yang dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan wisata bahari antara lain:

a. Sumber Daya Ruang daratan (pesisir & pantai)

Ruang pesisir dan pantai merupakan daerah berpasir yang

memiliki potensi fisik yang umumnya dimanfaatkan sebagai areal

pemanfaatan kegiatan wisata sekaligus rekreasi menikmati panorama

pantai, jalan-jalan, berjemur, bermain, atraksi wisata budaya, wisata

olahraga pantai, wisata makan di sepanjang pantai, dsb. Selain itu, areal

pantai dan pesisir juga dimanfaatkan sebagai tempat fasilitas akomodasi

para pengunjung seperti hotel, apartement, bungalow pribadi, daerah

perkemahan dan bangunan; daerah fasilitas infrastruktur seperti pertokoan,

parkir, jalan dan fasilitas lainnya.

b. Sumber Daya Ruang Perairan (laut)

Daerah perairan yang biasanya dapat dimanfaatkan untuk

melakukan aktivitas-aktivitas wisata seperti berenang, selancar angin, jet

ski, perahu, selam dan mancing.

3. Potensi Pengembangan Kawasan

Potensi pengembangan kawasan wisata dapat memberikan efek

pengembangan kegiatan lain yang tentunya mendukung kegiatan wisata itu


26

sendiri. Berikut merupakan diagram yang menggambarkan jenis-jenis

kegiatan yang mejadi kegiatan turunan akibat pengembangan kegiatan wisata

pada suatu kawasan

Gambar 2.1

Jenis-Jenis Kegiatan Pengembangan

Perdagangan & Jasa


Perdagangan :
1. Restoran
2. Perdagangan retail (souvenier,
perlengkapan wisata, oleh-oleh :
makanan khas)
3. Toserba
Jasa
1. Penginapan
2. Travel agen
3. Perbankan
4. Transportasi
5. Telekomunikasi
6. Rental perlengkapan
7. Jasa2 hiburan
8. Cargo, dsb

Wisata Perkantoran
Kantor pemerintah
Kantor pengelola
Kantor polisi

industri
industri rumah tangga

prasarana
pelabuhan
terminal angkutan
bandara, dsb
27

4. Kriteria Penentuan Kawasan

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kawasan wisata dengan

segala atraksi wisata yang potensial dikembangkan di daerah pesisir, pantai

dan laut antara lain dipertimbangkan oleh beberapa kriteria umum dan faktor-

faktor yang harus diukur didalamnya. Secara umum kriteria-kriteria tersebut

antara lain adalah sebagai berikut :

Kriteria daya dukung fisik minimal yang harus dipenuhi untuk

kawasan wisata umumnya dipertimbangkan pada penilaian faktor lingkungan

pendukung. Penilaian lingkungan ini didasarkan pada penilaian secara umum

pada unsur biotis dan unsur kepentingan manusia.

1. Unsur Biotis

Unsur biotis merupakan unsur keadaan alam dan keasrian daerah

wilayah studi secara umum. Unsur-unsur biotis yang menjadi dasar

penilaian meliputi warna air, material terapung, tanda polusi, flora

penutup daratan, flora penutup lereng perairan, kondisi karang dan spesies

ikan.

2. Unsur Kepentingan Manusia

Unsur kepentingan manusia merupakan unsur yang mendukung

wisatawan dalam menikmati obyek wisata pada suatu daerah. Unsur ini

juga merupakan hasil dari perbuatan manusia, sehingga dalam pemenuhan

unsur ini dituntut peran aktif dari penduduk, instansi pemerintah, dan
28

pihak pengelola wisata daerah setempat. Adapun penilaian unsur-unsur

lingkungan tersebut secara jelas dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Unsur Estetika Untuk Kawasan Wisata

No. Kriteria teknis Jelek Sedang Baik

a. Warna air berwarna berwarna jernih


variasi
b. Material terapung (minyak,samp vegetasi tidak ada
ah,busa,dll)
Unsur biotis
c. Tanda polusi Jelas - tidak ada
1. dan kualitas
d. Flora penutup lereng terumbu
perairan : terbuka lamun
perairan karang
e. Kondisi karang Jelek sedang baik
tidak ada
f. Spesies ikan sedang bervariasi
variasi kecil
a. Pencapaian dengan
Sulit sedang mudah
kendaraan pribadi
b. Pencapaian dengan
Sulit sedang mudah
kendaraan umum
c. Prasarana dan sarana
Tidak ada sedikit ada
wisata
d. Telekomunikasi Tidak ada ada ada
Kpentingan
e. Listrik Tidak ada ada ada
2. manusia dan
f. Perencanaan Tidak ada belum ada
faktor
Tidak
g. Pelabuhan Tidak ada ada
ada/ada
Jalan
h. sarana jalan Tidak ada aspal
setapak
i. jumlah bangunan Banyak sedang sedikit
Ada
j. air tawar Tidak ada Ada(sedikit)
(banyak)
Sumber : Fabri (1990) di modifikasi oleh Budiriyanto (1997)

Selain kriteria umum tersebut, terdapat kriteria fisik yang harus

dipenuhi untuk masing-masing atraksi, yang dijabarkan sebagai berikut:


29

a. Kriteria Obyek wisata rekreasi

Sedangkan untuk kriteria fisik yang harus dipenuhi oleh wisata

rekreasi antara lain:

1) Topografi, bentuk lahan dan material permukaan

Lokasi yang dipilih sebaiknya memiliki kondisi topografi yang

relatif datar dengan bentuk lahan daratan pantai yang material

permukaannya ditutupi pasir putih. Sehingga dengan kondisi alam

seperti ini diharapkan pengunjung dapat memanfaatkan luasnya pantai

tersebut.

2) Penutup lahan dan panorama

Lokasi yang dipilih hendaknya merupakan lahan kosong

dengan panorama yang bagus dan sebaiknya berapa di posisi yang

strategis untuk dapat melihat matahari terbit dan terbenam dari lokasi

yang bersangkutan. Penilaian untuk obyek wisata ini selengkapnya

seperti terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 2.3

Kriteria Daya Dukung kawasan untuk kawasan rekreasi

No Kritera teknis Jelek Sedang Baik


Daratan -
1 Topografi Terjal-Curam Miring
Hampir datar
Daratan Bergelomb Daratan pantai,
2 Bentuk lahan
tergenang ang Gunduk Pasir
Mangrove/
Campur/ Pohon kelapa,
3 Penutupan lahan hutan
cengkeh Lahan kosong
lebat,Rumah
4 Material Tanah Pasir-coral Pasir-lumpur
30

No Kritera teknis Jelek Sedang Baik


permukaan berbatuan
5 Panorama Kurang Sedang Baik
Matahari
6 terbit/ Tidak terlihat Terlihat Terlihat
terbenam
Sumber : Fabri (1990) dimodifikasi oleh Budiriyanto (1997)

b. Kriteria Obyek wisata pancing

Untuk wisata pancing kriteria fisiknya antara lain :

1) Bentuk lahan, topografi, kedalaman, kecerahan dan spesies ikan.

Lokasi yang dipilih hendaknya memiliki topografi datar atau

hampir datar, sehingga memudahkan pembuatan jembatan untuk

sarana pancing, jika dibutuhkan. Lokasi perairan disekitarnya

sebaiknya memiliki kedalaman lebih dari 15 meter dengan kecerahan

yang diharapkan dapat mencapai 15 meter serta lingkungannya

mendukung untuk hidupnya berbagai jenis ikan.

2) Arus, gelombang dan keterlindungan gelombang.

Kondisi arus, gelombang sebenarnya tidak begitu berpengaruh

namun hendaknya arus dan gelombang di lokasi ini diharapkan tidak

terlalu besar dan sebaiknya lokasi tersebut terlindung dari gelombang.

Secara jelas persyaratan untuk obyek wisata ini, terlihat pada tabel 4

berikut:
31

Tabel 2.4

Kriteria Daya Dukung Kawasan Untuk Kawasan Wisata Pancing

No Kritera teknis Jelek sedang Baik


Curam
Landai -
1 Topografi Curam menengah -
Datar
curam
Daratan Berbukit,
2 Bentuk lahan Rataan pasir
tergenang Daratan
3 Kedalaman (m) >1 5-15 <5
4 Arus (cm/dt) 25 18-25 8-18
5 Gelombang (m) > 0.5-1 <0.5
6 Kecerahan 2-5 5-10 10-15
Keterlindungan dari Tidak Cukup Terlindun
7
gelombang terlindung Terlindung g
Tidak ada Bervarias
8 Spesies ikan Sedang
Variasi kecil i
Sumber : Fabri (1990) dimodifikasi oleh Budiriyanto (1997)

c. Kriteria Obyek Wisata Perkemahan

Untuk wisata perkemahan, kriteria fisik yang harus dipenuhi

antara lain :

a) Penutupan lahan dan panorama

Lokasi yang ideal bagi arena perkemahan dari segi tata

ruang adalah suatu kawasan yang mempunyai pepohonan yang

berfungsi sebagai pelindung panas dan angin. Lokasi perkemahan

ini juga sangat baik jika didukung dengan panorama yang bagus.

b) Bentuk lahan, topografi, material permukaan dan drainase

Lokasi perkemahan sebaiknya terletak di darat dengan

topografi datar hingga landai dan material permukaannya tanah


32

berbatuan. Lokasi ini juga harus memiliki drainase yang baik

sehingga air tidak tergenang. Penilaian untuk obyek wisata ini

secara jelas terdapat pada tabel berikut :

Tabel 2.5

Kriteria Daya Dukung Kawasan untuk Wisata Perkemahan

Kriteria
No Jelek Sedang Baik
Teknis

Terjal Landai - Datar-


1 Topografi Miring
Curam hampir datar
Bentuk Perairan, Gunduk Pasir,
2 Bukit
Lahan Gunung Daratan
Mangrove/hut Lahan
Penutupan Pohon kelapa,
3 an lebat, kosong/
Lahan Pohon campur
Perumahan Cengkeh
Material Pasir, Tanah
4 Pasir-lumpur Pasir-coral
Permukaan berbatuan
5 Panorama Kurang Sedang Bagus
6 Drainase Buruk Sedang Baik
Sumber : Fabri (1990) dimodifikasi oleh Budiriyanto (1997)

G. Infrastruktur Pariwisata

1. Prasarana Pariwisata

Yang dimaksud dengan prasarana adalah semua fasilitas yang

memungkinkan proses perekonomian, dalam hal ini adalah sektor pariwisata

dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan

manusia untuk memenihi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi

sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana

mestinya.
33

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang

memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam

rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan.

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumberdaya manusia

yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan

wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain

sebagainya. Suwantoro (2004:21)

Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada.

Pembagunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi

akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Disamping berbagai

kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga

perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk lebih

jelasnya Prasarana dibagi atas tiga komponen :

a. Prasarana Umum

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi

kelancaran perekonomian. Adapun yang termasuk dalam kelompok ini

diantaranya ialah :

- Jaringan Air bersih,

- Jaringan Listrik,

- Jaringan Jalan,

- Dainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah


34

- Sistem Persampahan dan

- Jaringan Telekomunikasi dan Internet

b. Prasarana Penunjang (RS,Apotek, Pusat Perdagangan, Kantor Pemerintah,

Perbankan)

c. Prasarana Wisata (Kantor Informasi, Tempat Promosi dan Tempat

Rekreasi , pengawas pantai )

2. Sarana Pariwisata

Sarana pariwisata adalah hal-hal yang keberadaannya adalah

berhubungan dengan usaha untuk membuat wisatawan lebih banyak datang,

lebih banyak mengeluarkan uang di tempat yang dikunjunginya. Dalam

kepariwisataan dikenal ada tiga macam sarana, yakni:

a. Sarana Pokok Keariwisata (main tourism superstructure)

Yakni perusahaan-perusahaan yang fungsinya adalah menyediakan

fasilitas pokok kepariwisataan. Sarana ini juga dibagi ke dalam tiga

bagian, antara lain :

1) Receptive Tourist Plan

Adalah perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan

penyelenggaraan tour, sightseeing bagi wisatawan.

Contoh : travel agent, tour operator, tourist transportation, dan lain-

lain.
35

2) Residential Tourist Plan

Adalah perusahaan yang memberikan pelayanan untuk

menginap, Contoh : hotel, motel, dan jenis akomodasi lainnya.

3) Perusahaan angkutan (transportasi wisata baik darat, laut mupun

udara)

4) Restoran/Tempat makan

b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (supplementing tourism

superstructure)

Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan atau tempat

yg menyediakan fasilitas yang fungsinya melengkapi sarana pokok dan

membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal di suatu DTW.

1) Sarana Ketangkasan

2) Perlengkapan wisata atau fasilitas rekreasi dan olah raga air.

c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (supporting tourism

superstructure)

Sarana Penunjang Kepariwisataan adalah perusahaan yg

menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi tidak hanya

membuat wisatawan tertahan lebih lama tetapi berfungsi agar wisatawan

lebih banyak mengeluarkan uang di daerah yang dikunjunginya seperti :

1) Karaoke/ Entertaint

2) Ruang Atraksi Wisata


36

Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek

wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik

secara kuantitatif maupun kualitatif. Sarana wisata secara kuantitatif

merujuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara

kuantitatif yang menunjukan pada mutu pelayanan yang diberikan dan

yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan.

Tabel 2.6

Standar Kelayakan menjadi Daerah Tujuan Wisata

No. Kriteria Standar minimal


1. Obyek Terdapat salah satu dari unsur alam, sosial ataupun
budaya
2. Akses Adanya jalan, adanya kemudahan, rute, tempat
parker, dan harga parker yang terjangkau.
3. Akomodasi Adanya pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen,
dan lain-lain)
4. Fasilitas Agen pejalanan, pusat Informasi, salon, fasilitas
kesehatan, pemadam kebakaran, hydrant, TIC
(Tourism, Information, Centre), Guiding (pemandu
wisata), plang informasi, petugas yang memeriksa
masuk dan keluarnya wisatawan (petugas entry dan
exit)
5. Transportasi Adanya transportasi lokal yang nyaman, variatif yang
menghubungkan akses masuk.
6. Catering Adanya pelayanan makanan dan minuman
Service (Restaurant, Rumah Makan, Warung Nasi dan lain-
lain)
7. Aktivias Terdapat sesuatu yang dilakukan dilokasi wisata,
rekreasi seperti berenang, terjun payung, berjemur,
berselancar, jalan-jalan dan lain-lain.
8. Pembelanja Adanya tempat pembelian barang-barang umum.
an
9. Komunikasi Adanya televise, telepon umum, radio, sinyal
telephone , seluler, penjual voucher (isi ulang pulsa
seluler) dan internet akses.
37

No. Kriteria Standar minimal


10. Sistem Adanya bank (beberapa jumlah dan jenis bank dan
Perbankan ATM beserta sebarannya).
11. Kesehatan Poliknik poli umum/ jaminan ketersediaan pelayanan
yang baik untuk penyakit yang mungkin diderita
wisatawan.
12. Keamanan Adanya jaminan keamanan (petugas khusus
keamanan, polisi wisata, pengawas pantai, rambu-
rambu perhatian, pengarah kepada wisatawan).
13. Kebersihan Tempat sampah dan rambu-rambu peringatan tentang
kebersihan.
14. Sarana Terdapat salah satu sarana ibadah bagi wisatawan.
Ibadah
15. Sarana Terdapat salah satu sarana pendidikan formal.
Pendidikan
16. Sarana Terdapat alat dan perlengkapan untuk berolahraga.
Olahraga
Sumber : Lothar A.Kreck dalam Youti ,1996

H. Kerangka Pikir

Kerangka penulisan dalam penelitian ini adalah mengikuti penulisan yang

digunakan, secara garis besar dapat dilihat pada bagan alur pada Gambar 2.4.
38

Gambar 2.4

Kerangka Pikir

Infrastruktur obejek wisata Pulau


Sembilan

Infrastruktur: Kualitas dan kuantitas Infrastruktur


dermaga
gazebo wisata yang masih kurang.
mck
Fasilitas Informasi Ketersediaan Infrastruktur wisata
Tempat Bermain
belum mampu memenuhi kebutuhan
wisatawan.

Mengidentifikasi ketersediaan Untuk mengetahui ketersediaan dan


Infrastruktur, di kawasan objek kebutuhan Infrastruktur, di obyek
wisata Pulau Sembilan. wisata Pulau Sembilan.

Analisis Kualitatif
o Deskriptif: Menguraikan kondisi infrastruktur
Analisis Kuantitatif :
o Pembobotan: Memberi penilaian terhadap prasarana dan
sarana wisata

KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai