Anda di halaman 1dari 26

IDENTIFIKASI POTENSI NIKEL MENGGUNAKAN METODE

GEOMAGNET DENGAN ANALISIS DEKONVOLUSI EULER


DI DESA TAMBALE

PROPOSAL

YUDI HERMANTO
G 101 12 026

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

JUNI 2016
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

JUDUL : IDENTIFIKASI POTENSI NIKELMENGGUNAKAN METODE


GEOMAGNET DENGAN ANALISIS DEKONVOLUSI EULER
DI DESA TAMBALE

NAMA : YUDI HERMANTO

STAMBUK : G 101 12 026

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan.

Palu, Juni 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rustan Efensi S.Si, M.Si Drs. Abdullah MT

NIP. NIP.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Fisika

Darmawati Darwis, S.Si., M.Si., Ph.D

NIP.
IDENTIFIKASI POTENSI NIKEL MENGGUNAKAN METODE
GEOMAGNET DENGAN ANALISIS DEKONVOLUSI EULER
DI DESA TAMBALE

A. LATAR BELAKANG

Propinsi Sulawesi Tengah memiliki sumber daya bahan galian dan mineral, antara

lain mineral logam industri dan bahan bangunan serta bahan bakar fosil yaitu batu

bara dan minyak. Bahan galian golongan A (strategis) antara lain minyak Dan gas

bumi, batu bara dan nikel. Bahan galian golongan B (vital) antara lain emas,

molibdenum, chromit, tembaga dan belerang. Bahan galian golongan C (bukan

strategis dan vital) meliputi sirtukil, granit, marmer, pasir kuarsa, pasir besi,

lempung dan sebagainya.

Kabupaten morowali merupakan salah satu wilayah penambangan nikel. Areal

tambang nikel yang terdapat dikabupaten Morowali sebesar 149.700 Ha dengan

cadangan terduga terbesar 8.000.000 WMT. Blok Tompira sendiri memiliki

cadangan infered Linonit sejumlah 6 juta ton kadar Ni 1,40% , saprolit 0.3 juta ton

kadar Ni 2,4 %. Diblok Ungkaya potensi infered Limonit sebanyak 3,1 juta ton

kadar Ni 1.37%, Saprolit 0,2 juta ton kadar Ni 2,63%. Blok Taloa infered Limonit

1 juta ton kadar Ni 1,36 %, ( Sektor Pertambangan Dan Energi Sulteng, 2012).

Nikel merupakan bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Nikel

banyak dimanfaatkan dalam bidang industri sebagai bahan bakunya. Salah satu

industri yang menggunakan nikel sebagai bahan bakunya adalah industri stainless

steel. Dalam kehidupan sehari-hari banyak di jumpai benda-benda hasil produksi


dari industri stainless stell, contohnya knalpot kendaraan bermotor, kontruksi

bangunan, peralatan rumah tangga seperti sendok, garpu dan lain sebagainya.

Berdasarkan peta geologi lembar Batui oleh Simanjuntak Dkk.(1993), morfologi

daerah tambale mulai dari pantai hingga kepegunungannya secara berangsur dari

pedataran yang didominasi oleh aluvial pantai dan sungai, perbukitan sampai ke

morfologi pegunungan yang relatif memanjang dari Barat Baratdaya hingga

Timur Timurlaut, secara umum tertutupi oleh batuan beku ultrabasa pada daerah

yang terjal . Daerah yang morfologinya relatif lebih landai secara umum tersusun

oleh kelompok Salodik (Formasi Tomori, Formasi Matindok dan Formasi

Minahaki) yang mengandung sedikit lempung dan batubara.

Daerah pedataran yang jauh dari pinggir laut kondisi batuannya lebih didominasi

oleh batuan hasil pelapukan dan aktivitas sungai maupun hasil erosi dan longsoran

yang berasal dari hulu sungai (fluvial). Daerah pinggir pantai sebagian daerahnya

relatif datar yang tertutupi oleh aluvial dan fluvial, tetapi sebagian relatif terjal dan

curam dimana tertutupi oleh litologi ultramafik.

Litologi umum batuan dasar adalah batuan beku ultramafik (serpentinit,

harsburgit, dunit) dengan kelompok mafik (gabro,basal, diorite), dan sebagian

besar luas daerah datarannya adalah aluvium. Dengan keberadaan batuan

ultramafik di daerah ini, dapat diprediksikan adanya endapan nikel laterit, karena

batuan ini adalah batuan dasar pembawa nikel. dalam hal ini adalah hasil

pelapukan batuan harsburgit karena batuan ini banyak mengandung olivin,


piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan

mudah mengalami proses pelapukan.

Sifat kemagnetan kelompok batuan beku ultramafik termasuk batuan

feromagnetik. Sifat batuan ferromgnetik memiliki suseptibiltas magnetik positif

dan besar. Oleh sebab itu batuan ini dapat dibedakan dengan jenis batuan lain di

sekitarnya. Sifat suseptibilitas tersebut memiliki hubungan linear dengan

intensitas medan magnet. Hal ini menjadi pertimbangan sehingga pada penelitian

ini digunakan metode geomagnet.

Dalam penelitian ini metode geomagnet diaplikasikan untuk mengidentifikasi

zona endapan nikel laterit, serta mengestimasi sebarannya dengan menggunakan

Dekonvolusi Euler yang memanfaatkan potensial medan. Karena Dekonvolusi

Euler merupakan salah satu metode interpretasi yang dapat mengurangi

ambiguitas dibandingkan dengan metode yang lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu

bagaimana keberadaan nikel laterit dan sebarannya di desa tambale, kecamatan

mamosalato, kabupaten morowali utara, yang diharapkan memiliki manfaat bagi

warga sekitar.
C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan nikel laterit dan

sebarannya di Desa Tambale, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali

Utara menggunakan metode geomagnet dan interpretasi menggunakan Dekovolusi

Euler.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai keberadaan

nikel laterit dan sebarannya di Desa Tambale serta dapat memeberi informasi awal

untuk penelitian selanjutnya.

E. BATASAN MASALAH

Penelitian dilakukan menggunakan metode geomagnet di Desa Tambale.

Pengukuran dilakukan secara mobile dan base. Pengukuran mobile bertujuan

untuk memperoleh data medan magnet daerah penelitian, dan pengukuran base

digunakan untuk perhitungan koreksi variasi harian. Data medan magnetik yang

diperoleh digunakan untuk menginterpretasi keterdapatan dan menggambarkan

struktur bawah permukaan yang mengandung endapan nikel laterit di daerah

tersebut menggunakan teknik Dekonvolusi Euler.


F. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pembentukan Nikel Laterit

Batuan induk dari nikel laterit adalah Peridotit. Peridotit terbentuk di lingkungan

lempeng samudera yang akan kaya mineral besi, nikel, kromit, magnesium dan

mangan.

Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan ultrabasa,

dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin,

piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan

mudah mengalami proses pelapukan.

Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentinit),

dimana batuan ini banyak mengandung mineral olivin, piroksen, magnesium

silikat dan besi silikat, yang pada umumnya mengandung 0,30 % nikel. Batuan

tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik (Boldt J.R, 1967).

Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), Silika (Si), dan Nikel (Ni)

akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam . Tetapi jika

dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zatzat tersebut

akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium

hidrosilicate) yang disebut mineral garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8] atau

mineral pembawa Ni (Boldt J.R, 1967).


Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka

Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air

sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus batuan dasar(bedrock).

Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral

garnierit dengan rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini

berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan

supergen/supergen enrichment. Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona

Saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona

pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah

yang selalu berubah-ubah, terutama tergantung dari perubahan musim.

Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang tidak

terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai

zona batuan dasar (bed rock). Batuan ini berupa batuan ultramafik seperti peridotit

atau dunit.

2. Profil Endapan Nikel Laterit

Limonite zone, zona ini umumnya berwarna merah hingga merah kecoklatan,

kaya akan besi bekurang lebih 20-50 %. Umumnya mengandung mineral hematite

dan geothite. Strukturnya sangat halus (clay). Pada zona ini terdapat zona transisi

yang merupakan peralihan antara zona limonit dan zona saprolit umumnya

berwarna merah, mengandung mineral smectite (nontronit).


Saprolite zone, zona ini berwarna abu-abu hingga hijau kecoklatan. mengandung

mineral serpentin dan olivin, unsur Ni diatas 2%. berukuran halus hingga boulder.

Ukuran boulder ini biasanya merupakan bagian dari proses pelapukan batuan

induk (protolith) yang belum sempurna.

Bedrock zone, zona ini merupakan batuan peridotit sesar yang tidak atau belum

mengalami pelapukan, (Syafrizal Dkk, 2011). Blok peridotit (batuan dasar) dan

secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis lagi, karena kadar

logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar.

Gambar 1. Profil Zona Laterit

3. Kemagnetan Batuan

Setiap jenis batuan memiliki sifat dan karakteristik tertentu dalam medan magnet

yang dimanifestasikan dalam parameter suseptibilitas magnetik batuan atau

mineralnya (k). Suseptibilitas magnet batuan merupakan tingkat kemagnetan suatu

benda untuk termagnetisasi, yang pada umumnya erat kaitannya dengan

kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit
di dalam batuan, akan semakin besar harga suseptibilitasnya, (Muhammad Altin

Massinai Dkk., 2014).

Suseptibilitas magnet batuan berpengaruh terhadap besarnya Intensitas magnetik

batuan tersebut. Pengaruh tersebut dapat digabambarkan dengan persamaan,

I = k. H (1)

I = Intensitas magnetik
H = Kuat medan magnet
k = Suseptibilitas magnet

Nilai k pada batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut semakin banyak

dijumpai mineral-mineral bersifat magnetik. Suseptibilitas jenis batuan dan

mineral seperti pada Tabel 1

Tabel 1. Nilai Suseptibilitas Batuan dan Mineral


Suseptibilitas (x 106 emu)
Jenis Batuan/Mineral
Interval Rata-rata
Batuan Sedimen
Dolomit 0 75 10
Batu kapur 2 280 25
Batu pasir 0 1660 30
Lempung 5 1480 50
Rata-rata Sedimen 0 4000 75
Batuan Metamorf
Amphibolit 60
Sekis 25 240 120
Phillite 130
Gneiss 10 2000
Kuarsit 350
Serpentine 250 1400
Slate 0 3000 500
Rata-rata Metamorf 0 5800
Batuan Beku
Granit 0 4000 200
Riolit 20 3000
Dolorit 100 3000 1400
Suseptibilitas (x 106 emu)
Jenis Batuan/Mineral
Interval Rata-rata
Augit-senit 2700 3600
Olivin-diabas 2000
Diabas 80 13000 4500
Porpiri 20 16700 5000
Gabro 80 7200 6000
Basal 20 14500 6000
Diorit 50 10000 7000
Piroxenit 10500
Peridotit 7600 15600 13000
Andesit 13500
Rata-rata beku asam 3 6530 650
Rata-rata beku basa 44 9710 2600
Mineral
Grafit -8
Quartz -1
Garam batu -1
Anidrite, batu kapur -1
Calsit 0.4
Batubara 2
Tanah liat 20
Chalcopirit 32
Sphalerit 60
Cassiterit 90
Siderit 100 310
Pirit 4 420 130
Limonit 220
Arsenopirit 240
Hematit 40 3000 550
Chromit 240 9400 600
Franklinit 36000
Pirrhotit 100 500000 125000
Ilmenit 25000 300000 150000
Magnetit 100000 1600000 500000

Sifat magnetik batuan menjelaskan perilaku beberapa zat yang berada dibawah

pengaruh medan magnet. Fenomena magnetik muncul dari gerak elektrik partikel

bermuatan dalam zat. Sifat magnetik material pembentuk batuan dibagi menjadi 5
antara lain : diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik, antiferromagnetik, dan

ferrimagnetik.

4. Medan Magnet Bumi

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen

medan magnet bumi (Gambar 2), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan

intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi : Deklinasi (D), yaitu

sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara

menuju timur. Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang

horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.

Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang

horizontal. Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik

total, (Bagus Jaya Santosa Dkk., 2012).

Gambar 2. Elemen Medan Magnet Bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-

nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali.

Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah

luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun (Deniyanto,

2010) .

Dalam rujukan Forward Modelling 2 Dimensi Data Magnetik yang ditulis oleh

Deniyanto, 2010 menyatakan bahwa medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

1. Medan magnet utama (main field)

Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil

pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas

lebih dari 106 km2.

2. Medan magnet luar (external field)

Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan

hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari.

Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir

dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu

jauh lebih cepat.

3. Medan magnet anomali

Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field).

Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet

seperti magnetite ( Fe 7 S 8 ), titanomagnetite ( Fe 2Ti O4 ) dan lain-lain yang berada di

kerak bumi.
5. Metode Geomagnet

Metode geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang sering digunakan

untuk eksplorasi minyak bumi, panas bumi dan batuan mineral. Selain itu dapat

juga digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan

memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan

magnet batuan. Metode geomagnetik didasarkan pada pengukuran variasi kecil

intensitas medan magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya

variasi distribusi batuan termagnetisasi di bawah permukaan bumi, (Bagus Jaya

Santosa Dkk., 2012).

Bumi yang selama ini dianggap berbentuk bola homogen, akan tetapi pada

kenyataannya bumi tidak berbentuk bulat dan homogen namun terdapat

pemipihan pada kedua kutubnya. Penyebab ketidakhomogenan bumi adalah

perbedaan sifat material batuan-batuan penyusunnya. Batuan penyusun yang tidak

homogen akan mengakibatkan pola-pola tertentu serta perubahan pada garis gaya

magnet. Penyimpangan ini disebut anomali magnetik. Anomali magnetik terjadi

karena adanya kontras suseptibilitas suatu batuan magnetis terhadap batuan

sekitarnya, (Deniyanto, 2010).

Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi batuan,

yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat rumit untuk diamati,

karena berkaitan dengan peristiwa kemagnetan yang dialami sebelumnya. Sisa

kemagnetan ini disebut dengan normal residual magnetism yang merupakan

akibat dari magnetisasi medan utama. Anomali yang di peroleh dari survei
merupakan hasil gabungan dari keduanya, bila arah medan magnet remanen sama

dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian

sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila

anomali medan magnet kurang dari 25 % medan magnet bumi (Telford, 1990).

Adanya anomali magnet menyebabkan perubahan dalam medan magnet total

bumi dan dapat dituliskan sebagai berkut:

BA = BT + BM + BO (2)

Dengan BA adalah medan magnet anomali, BT adalah medan magnet total, BM

adalah medan magnet utama bumi, dan BO adalah medan magnet luar.

Medan magnet utama bumi secara teoritis disebabkan sumber dari dalam bumi,

inti bumi yang sebagian besar terdiri dari besi dan nikel yang bersifat

ferromagnetik cair dan berotasi. Aliran arus dari cairan inti bumi ini menimbulkan

medan magnet. Anomali magnetik medan total disebabkan oleh adanya anomali

medan magnet yang disebabkan oleh pengaruh batuan yang berada disekitar.

Medan magnet total adalah berasal dari medan magnet utama bumi, medan

magnet luar dan anomali magnetik, (Muhammad Altin Massinai,2014).

Metode magnetik (geomagnet) dilakukan berdasarkan pengukuran anomali

geomagnet yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas atau

permeabilitas magnetik tubuh jebakan dari daerah sekelilingnya. Perbedaan

permeabilitas relatif itu diakibatkan oleh perbedaan distribusi mineral

ferromagnetik, paramagnetik dan diamagnetik. Metode geomagnet ini sangat

sensitif terhadap perubahan vertikal, umumnya digunakan untuk mempelajari


tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan mineral

ferromagnetik dan struktur geologi. Metode geomagnet ini digunakan pada studi

penelitian batuan dasar pembawa nikel, karena mineral-mineral batuan dasar

pembawa nikel merupakan mineral yang bersifat ferromagnetik, sehingga nikel

laterit yang merupakan hasil pelapukan batuan dasar ini bersifat ferromagnetik

pula. Oleh karena itu digunakan untuk mempelajari daerah yang diduga

mempunyai potensi nikel laterit.

6. Metode Euler Dekonvolusi

Euler dekonvolusi adalah teknik, yang menggunakan potensial medan derivativ

untuk menggambarkan kedalaman bawah permukaan berdasarkan sumber magnet

atau gravitasi. T. Ramprasad Dkk. (2007) menjelaskan persamaan dekonvolusi

ruang 2D Euler sebagai.

T T
( x x0 ) ( z z0 ) NT (3)
X Z

dimana (Xo, Zo) adalah posisi koordinat bagian atas bodi, Z adalah kedalaman

yang bernilai positif kearah bawah, X adalah jarak horizontal, T adalah nilai

medan residual, dan N indeks struktur. Indeks struktur adalah ukuran dari tingkat

perubahan atau turunan antara jarak sumber dengan kuat medan dan oleh karena

itu terdapat fungsi geometri dari sumber bodi. Dengan demikian, medan magnet

dari titik dipol diturunkan sebagai fungsi inverse, memberikan indeks tiga,

sementara sumber garis vertikal memberikan fungsi inverse kuadrat medan dan

indeks dua. Bodi yang diperpanjang akan membentuk kumpulan dari dipol dan
karena itu akan memiliki indeks mulai dari nol sampai tiga (J.G. Githiri, dkk.

2011).

Harga N merupakan ukuran peluruhan anomali terhadap jarak, yang bergantung

pada model atau struktur (Tedi Yudistira Dkk., 1998), (Tabel 2).

Tabel 2. Struktur indeks model anomali magnetik dan gravitasi

SI Anomali Magnetik Anomali Gravitasi

0,0 Contact Sill/Dyke/Step

0,5 Step Tipis Pita

1,0 Sill/Dyke Pipa

2,0 Pipa Bola

3,0 Bola

Jika Ti adalah medan residual pada titik Ith dalam survei magnetik atau gravitasi,

dengan titik pengukuran pada (X, Z) dan posisi koordinat bagian atas bodi (X0,

Z0), maka persamaan 2 dapat ditulis sebagai,

X X 0
x T T Z Z = NTi (4)
z
i i
0

Dengan menghitung gradien horizontal dan vertikal dari medan, persamaan 3

hanya memiliki tiga diketahui X0, Z0 dan N, di mana dua yang pertama

menggambarkan lokasi bodi. Banyak persamaan simultan dapat diperoleh untuk

berbagai lokasi pengukuran yang dapat menimbulkan satu persamaan matriks.



x T1 z
T1
T1
X X 0
T2 T2
Z Z = N T2 (5)
x z 0

Metode kuadrat terkecil dapat digunakan untuk mengetahui X0 dan Z0 jika indeks

N struktural diketahui. Software Euler 1.0, adalah perangkat lunak dua dimensi

digunakan untuk pencitraan sumber magnet, di mana ruang 2D mendefinisikan

kedalaman (Z) positif ke bawah dan jarak horisontal (X).

Data yang dimasukkan ke perangkat lunak adalah data profil mognetik. Untuk

solusi Euler magnet selain data profil, masukan informasi lain yang termasuk

inklinasi maknetik, deklinasi dan medan magnetik total, (J.G. Githiri, dkk. 2011).
G. METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Gambar 2. Lokasi Penelitian

2. Alat dan Bahan

Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini, yakni:

1. Dua set Proton Precision Magnetometer merk GS 19T. Alat ini digunakan di

Base dan Mobile.

2. Satu buah kompas geologi untuk menentukan arah.

3. Satu buah Global Positioning System (GPS) untuk menentukan posisi.

4. Jam untuk menunjukan waktu.


5. Alat tulis menulis untuk menulis data di lapangan

3. Prosedur Pengambilan Data

a. Survei pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan untuk memperoleh gambaran kondisi geologi dan

topografi lokasi penelitian dan menentukan intensitas pengukuran medan

magnetik, serta menentukan bagaimana metode pengukuran yang tepat

berdasarkan kondisi lokasi penelitian.

b. Pengukuran di base

Tempat yang akan di jadikan base harus jauh dari benda-benda yang memiliki

sifat magnetik agar tidak menimbulkan gangguan atau noise yang dapat

menyebabkan keakuratan data hasil pengukuran kurang baik, mengarahkan sensor

ke utara, setelah itu mengatur interval waktu pengambilan data di base dan

menyamakan waktu yang terdapat pada alat yang digunakan di base dan alat yang

digunakan unuk pengukuran di lapangan. Kemudian mencatat medan magnet

sesuai dengan interval waktu yang telah di atur sebelumnya.

c. Pengukuran mobile

Metode pengambilan datanya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan titik-titik pengambilan data atau menetukan lintasan daerah yang

akan diukur berdasarkan kondisi topografi daerah penelitian.

2. Setalah mendapatkan tempat atau titik yang akan diukur maka, menentukan

posisi pengukuran menggunakan gps dengan membaca posisi lintang dan

bujurnya kemudian mencatatnya di lembaran pengamatan.


3. Mengarahkan sensor GS19T kearah utara dengan panduan kompas dan

menunggu beberapa saat hingga noise (gangguan) yang terbaca cukup kecil

kemudian membaca nilai yang ditunjukan pada layar. Perlakuan ini dilakukan

sebanyak tiga kali agar data yang dihasilkan lebih akurat.

4. Mencatat waktu pengambilan data.

5. Mengambil data pada masing-masing lintasan dengan interval jarak tertentu.

4. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pemodelan

menggunakan Software Euler Deconvolusi. Langkah pertama yang dilakukan

adalah melakukan koreksi harian, kemudian dari hasil koreksi tersebut akan di

peroleh medan magnet total. Setelah itu dilakukan pemisahan antara anomali

regional dan residual. Selanjutnya membuat lintasan pada peta anomali magnetik

residual untuk mendapatkan data intensitas medan magnet yang akan digunakan

sebagai input pada pemodelan dekonvolusi euler. Input data ini berupa, anomali,

dan jarak. Pengolahan menggunakan software Euler Deconvolution diperoleh nilai

suseptibilitas batuan di sekitar lokasi penelitian dan kedalaman bawah permukaan

lewat gambar penampang dan grafik gradient horizontal dan gradient vertical .

Nilai struktur geologi pada batuan di sekitar lokasi penelitian, dan kedalaman

bawah permukaan yang diperoleh digunakan untuk interpretasi keberadaan dan

sebaran endapan nikel laterit di desa Tambale.


5. Bagan Alir Penelitian

Mulai

Survey Pendahuluan

- Peta RBI
- Peta Geologi
Lembar batui
Akusisi Data Studi Literatur

Pengolahan Data - Kondisi


Geologi
Koreksi - Metode
Geomagnet
- Koreksi Harian - Dekonvolusi
- Koreksi IGRF Euler
-

Pemisahan Medan Magnet


Residual Dan Regional

Pemodelan Dekonvolusi Euler

Analisis Dan Interpretasi Data

Model Sebaran Nikel Laterit

Selesai

Gambar 3. Bagan Alir Penelitian


6. Jadwal Penelitian

Bulan
No Tahapan Penelitian
6 7 8 9 10 11

1 Persiapan

2 Pengambilan Data

3 Pengolahan Data

4 Penyusunan Skripsi

5 Seminar Hasil
Gambar 4. Tahapan Penelitian
H. DAFTAR PUSTAKA

Afidatun Najah, Abdulloh Fuad, Nandang Mufti, 2012. Pengaruh Konsentrasi


Nikel Pada Proses Leaching Mineral Goethite Terhadap Suseptibilitas
Magnetik . Jurusan FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Bagus Jaya Santosa, Mashuri, Dkk, 2012. Interpretasi Metode Magnetik Untuk
Penentuan Struktur Bawah Permukaan Di Sekitar Gunung Kelud
Kabupaten Kediri. Jurusan Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS), Surabaya.

Boldt J.R., 1967. The Winning of Nickel Its Geology, Mining, and Extractive
Metallurgy, Toronto.

Deniyanto, 2010. Pemodelan Kedepan (Forward Modelling) 2 Dimensi Data


Magnetik Untuk Identifikasi Bijih Besi Di Lokasi X Propinsi Sumatera
Barat, Universitas Haluoleo, Kendari.

J.G. Githiri, J.P. Patel, J.O. Barongo, P.K.Karanja, 2011, Application of Euler
Deconvolution Technique In Determining Depthts To Magnetic Structures
In Magadi Area, Southern Kenya Rift, Jomo-Kenyata University of
Agriculture and Technology , Nairobi, Kenya

Muhammad Altin Massinai, Syahwan Tolleng, Lantu, Maria. 2014. Penerapan


Metoda Geomagnet Dalam Pendugaan Potensi Laterit Bijih Besi Di
Pangalasiang Donggala, UNHAS, Makassar.

Pawan Dewangan, T. Ramprasad, M. V. Ramana, M. Desa, and B.Shailaja,


2007. Automatic interpretation of magnetic data using Euler
deconvolution with nonlinear background. Geological Oceanography,
National Institute of Oceanography, Dona Paula, India.

Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah, 2012. Sektor Pertambangan Dan Energi,


dalam situs http://www.sultengprov.go.id, diakses tanggal 19 Juni 2016.

Syafrizal, Komang Anggayana, Dono Guntoro, 2011. Karakterisasi Mineralogi


Endapan Nikel Laterit Di Daerah Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan,
Sulawesi Tengggara. Jurnal, Fakultas Teknik Pertambangan Dan
Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Simanjuntak Dkk., 1993. Peta geologi lembar batuai, sulawesi geological map of
the batui quadrangel, sulawesi. Teknik geologi UGM.
Telford, M.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 1990. Applied Gephysics, Second
Edition. USA: Cambridge University Press.

Tedi Yudistira dan Hendra Grandis, 1998. Interpretasi Gravitasi Dan Magnetik
Menggunakan metode Sinyal Analitik Dan Dekonvolusi Euler 3-D. ITB,
Bandung.
Peta Geologi Daerah Penelitian

Geologi Lembar Batui

Anda mungkin juga menyukai