Anda di halaman 1dari 9

Referat

TATALAKSANA BATU URETER

Disusun Oleh :
YESTI HANA WILIYA SIREGAR
NIM. 1608437710

Pembimbing :

Dr. dr. ZUHIRMAN, Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudulPenatalaksanaan Batu Ureter.
Referat ini disusun sebagai sarana untuk memahami penatalaksanaan Batu
Ureter, meningkatkan kemampuan menulis ilmiah dibidang kedokteran khususnya di
Bagian Ilmu Bedah dan memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Kepaniteraan
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau-Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr.dr.
Zuhirman,Sp.U selaku pembimbing serta pihak yang telah membantu penulis dalam
mengumpulkan bahan sumber tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, dan masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat
diharapkan penulis dari dokter pembimbing serta rekan-rekan Koassisten demi
kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini membawa manfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Juni 2017

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Batu saluran kemih adalah adanya batu dalam saluran kemih, mulai dari ginjal
hingga uretra. Komposisi batu yang terbentuk dapat terdiri atas salah satu atau
campuran dari asam urat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, sistin, struvit atau santin.1
Tergantung lokasi batu, urolithiasis dapat dibagi atas empat lokasi dalam saluran
kemih, nephrolithiasis, ureterolithiasis, cystolithiasis dan urethrolithiasis. Terdapat
dua mekanisme pembentukan batu yaitu infektif dan non infektif.
Batu non infektif merupakan batu yang paling sering terjadi yang mencakup
batu yang bahan dasarnya kalsium hingga asam urat. Batu infektif dapat terjadi karena
adanya mikroorganisme yang dapat memebah urea menjadi suasana basa yang
akhirnya dapat memudahkan garam-garam magnesium, ammonium dan fosfat untuk
beragregasi dan membentuk batu MAP.
.
1.2 Rumusan masalah

Referat Referat ini membahas mengenai anatomi ureter, definisi, etiologi,


patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan dari batu ureter.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan referat ini adalah :
1. Memahami dan menambah wawasan mengenai penatalaksaan batu ureter.
2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran khususnya
di Bagian Ilmu Bedah.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik (KK) di Bagian
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu
kepada beberapa literatur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi


Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica
urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu
untuk setiap ginjal. Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di
depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis.
Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung
secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical
mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa
tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter,
fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat
seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus. Ureter diperdarahi oleh cabang dari
a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis
inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus
renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.
2.2 Batu Ureter
2.2.1 Definisi Batu Ureter
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada
umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat
lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter
juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu
kandung kemih yang besar.1 Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat
dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter dan hidronefrosis. Jika disertai
dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal,
abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun pielonefritis. 2

2.2.2 Etiologi
Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih,
gangguan metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat

4
urease (Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asing, jaringan mati (nekrosis papil) dan
multifactor. 3
Beberapa teori pembentukan batu adalah :
Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus).
Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh
(supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran
kemih.
Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan
merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara
lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika
kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan
terbentuknya batu di dalam saluran kemih.

2.2.3 Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat,
asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan
merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga
idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D.
Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa
hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang
disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena
pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu
urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah.4
Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas.
Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis
merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau
sirkulus visiosus.

5
Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing
mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor Schisotoma kadang berupa
nidus batu.

2.2.4 Diagnosis
Anamnesis
Pasien mengeluh nyeri yang hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke
perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan
kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Pasien juga mengeluh
nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Ini disebabkan oleh letak batu yang
berada di sebelah distal ureter. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat
trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu Batu yang ukurannya
kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar
seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis)
maka akan ditemukan demam. Pasien juga kemungkinan mengalami gejala-gejala
gastrointestinal seperti mual, muntah dan distensi abdomen.2
Pemeriksaan fisis
Inspeksi
Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas. Pembesaran
ini mungkin karena hidronefrosis.
Palpasi
Ditemukan nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri, kanan atau dikedua
belah daerah pinggang. Pemeriksaan bimanual dengan memakai dua tangan atau
dikenal juga dengan nama tes Ballotement. Ditemukan pembesaran ginjal yang teraba
disebut Ballotement positif.2
Perkusi
Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta
terakhir dengan tulang vertebra
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Urinalisis
Makroskopik didapatkan gross hematuria. Mikroskopik ditemukan sedimen
urin yang menunjukkkan adanya leukosituria, hematuria, kristal-kristal pembentuk

6
batu. Pemeriksaan kimiawi ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea dan kemungkinan terbentuk batu fosfat. Bisa juga
pH urin lebih asam dan kemungkinan terbentuk batu asam urat. Pemeriksaan kultur
urin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.3
Pemeriksaan Faal Ginjal. Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah untuk melihat
fungsi ginjal baik atau tidak. Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa factor penyebab
timbulnya batu antara lain kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam urin.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang menurun akibat terjadinya
hematuria. Bisa juga didapatkat jumlah lekosit yang meningkat akibat proses
peradangan di ureter.
Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan;
pada keadaan ini dapat dilakukan retrograd pielografi atau dilanjutkan dengan
antegrad pielografi, bila hasil retrograd pielografi tidak memberikan informasi yang
memadai. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut sebagai batu radioopak,
sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini adalah
urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling opaq hingga yang paling bersifat
radiolusent; calsium fosfat, calsium oxalat, magnesium amonium fosfat, sistin, asam
urat, xantine..
Ultrasonografi
USG dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV yaitu pada keadaan
seperti allergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang
sedang hamil. Terlihat gambaran echoic shadow jika terdapat batu.Ct scan
Tehnik CT scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk melihat gambaran
semua jenis batu dan juga dapat terlihat lokasi dimana terjadinya obstruksi.

2.2.5 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat
keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar

7
aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar. 1
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal,
atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.5
Endourologi
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna
melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.5
Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan keranjang
Dormia.
Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
Bedah terbuka
Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.

2.2.6 Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Umumnya
pencegahan dapat berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan
diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari, diet untuk mengurangi kadar
zat-zat komponen pembentuk batu, aktifitas harian yang cukup dan pemberian
medikamentosa. Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan
adalah diet rendah protein karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan
menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam.Diet rendah oksalat, diet rendah garam
karena natriuresis akan memicu timbulnya hiperkalsuria dan diet rendah purin.1

8
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong W, Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC ;


2005. h. 756-64
2. Purnomo B. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ketiga. Jakarta : Sagung Satu, 2014. Hal :
87- 101.
3. Tanagho EA, MCAninch JW. Smiths general urology. 17th edition. Lange: 2008;
246-72
4. Knoll T. Epidemioloy, Pathogenesis and Pathophysiology of Urolithiasis.
European Urology Supplements 9 (2010). Department of Urology, Sindelfingen-
Boeblingen Medical Center, Germany. P.802-806.
5. Rapzar ZH, et al. Extra Corporeal Shock Wave Lithotripsy; Can Alpha Blocker
Improve Stones Clearence. Profesional Med J. 2012; 19 (5): 637-9

Anda mungkin juga menyukai