Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah di atas

ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Menurut World Health

Organization (WHO), batas tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari

140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang

dewasa di atas 18 tahun). Penyakit ini disebut sebagai the silent killer

karena penyakit mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala

atau tersembunyi. Di Belanda lebih dari satu juta orang menderita tekanan

darah tinggi tetapi yang mengherankan ialah lebih dari separuhnya tidak

mengetahui bahwa mereka adalah penderita tekanan darah tinggi

(Dekker, 2006).
Menurut Lubis (2010), hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer

(esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan

hipertensi primer bila tidak ditemukan penyebab dari peningkatan tekanan

darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh

penyakit/keadaan seperti penyakit parenkim ginjal, serta akibat obat.

Hipertensi esensil merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi

oleh faktor genetik dan lingkungan. Peranan faktor genetik pada etiologi

didukung oleh penelitian yang membuktikan bahwa hipertensi terjadi di

antara keluarga dekat walaupun dalam lingkungan yang berbeda. Faktor

lingkungan yang mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas,

stress, peningkatan asupan natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan,

dan lain-lain.

1
2

Prevalensi hipertensi pada penderita dewasa pada tahun 2010 di

dunia adalah sebesar 26,4% dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai

29,2% (Lubis, 2010). Berdasarkan data Lancet, jumlah penderita

hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India mencapai 60,4 juta

orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun

2025. Di China, 98,5 juta orang dan akan meningkat menjadi 151,7 juta

orang pada tahun 2025. Di Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi

pada tahun 2000 dan diprediksi akan meningkat menjadi 67,4 juta orang

pada tahun 2025. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

2004 menunjukkan hipertensi pada pria 12,2% dan wanita 15,5%.

Penyakit sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001

selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat

yaitu 16%, 18,9%, dan 26,4%. Penderita hipertensi perlu mendapatkan

perawatan yang serius dan harus ditangani dengan cepat karena dapat

menimbulkan berbagai komplikasi. Salah satu komplikasinya adalah

adanya serangan stroke. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai

31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60%

penderita hipertensi berakhir pada stroke (Dr.Tjandara Yoga, 2009, dikutip

dari Dinkes Bonebolongo, 2009).


Salah satu faktor risiko yang penting untuk terjadinya stroke adalah

hipertensi (Kingkinwardaya, 2008). Pengendalian faktor-faktor risiko

stroke seperti hipertensi adalah tindakan yang paling tepat untuk

pencegahan stroke. Di Indonesia angka kejadian stroke yang terpapar

hipertensi meningkat tiga kali dibandingkan yang tidak terpapar hipertensi

(Sadiyah, 2007).
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menyadarkan

masyarakat mengenai bahaya hipertensi, komplikasi dan cara

pengendaliannya. Menurut Dr.Tjandra Yoga (2009, dikutip dari Dinkes

Bonebolongo, 2009), melalui kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini


3

faktor risikonya ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan

kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan

hipertensi dan faktor risikonya, sehingga sekaligus dapat menurunkan

prevalensi faktor risiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh

darah, seperti stroke dan penyakit jantung koroner di Indonesia. Upaya

pengendalian hipertensi ini dapat dilakukan penderitanya dengan

memonitoring tekanan darah secara teratur, berhenti merokok,

meningkatkan aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan

rendah garam. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa pengendalian

hipertensi tidak semudah yang diperkirakan. Banyak faktor yang harus

diperhatikan baik dari penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun

pelayanan kesehatan (Fadilah, 2007).


Data awal yang di dapatkan oleh peneliti di puskesmas bangkala

sebanyak 40 orang penderita hipertensi. Penderita dengan usia <35-44

Tahun sebanyak 11 orang usia 45-54 Tahun sebanayak 13 orang

sedangkan penderita dengan usia >55 Tahun sebanyak 16 orang.

Pekerjaan IRT sebanyak 22 orang, Petani sebanyak 2 orang, lain-lain

sebanyak 9 orang sedangkan tidak bekerja sebanyak 7 orang. Tekanan

Darah dengan kategori Ringan sebanyak 21 Orang, kategori sedang

sebanyak 18 orang sedangkan dengan kategori berat sebanyak 1 orang.

Jenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang sedangkan perempuan

sebanyak 23 orang. Dan dengan pendidikan SD sebanyak 6 orang, SMP

sebanyak 6 orang sedangkan SMA/MA sebanyak 28 orang. Oleh karena

itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan pengetahuan pasien penderita hipertensi

dengan upaya mencegah kejadian stroke di Puskesmas Bangkala.

B. Rumusan Masalah
4

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan

masalah tentang Adakah Hubungan pengetahuan pasien penderita

Hipertensi dengan upaya mencegah kejadian stroke di Puskesmas

Bangkala?.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan pengetahuan pasien penderita Hipertensi

dengan upaya mencegah kejadian stroke di Puskesmas Bangkala

Tujuan Khusus
a. Diidentifikasinya pengetahuan pasien penderita Hipertensi tentang

pencegahan kejadian stroke di Puskesmas Bangkala.


b. Diidentifikasinya upaya mencegah kejadian stroke pada pasien

penderita hipertensi di Puskesmas Bangkala.


c. Dianalisanya hubungan pengetahuan pasien penderita Hipertensi

dengan upaya mencegah kejadian stroke di Puskesmas Bangkala.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan dan memperoleh pengetahuan serta wawasan dalam

bidang keperawatan medical bedah khususnya mengenai

pengetahuan pasien penderita stroke dengan upaya mencegah

kejadian stroke.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instituti Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi instansi pendidikan dalam upaya

penyebaran informasi mengenai hubungan pengetahuan pasien

penderita hipertensi terhadap upaya mencegah kejadian stroke.


b. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

dalam rangka meningkatkan upaya pelayanan kesehatan

masyarakat khususnya pada pasien penderita hipertensi melalui

discharge planning kepada pasien yang sedang dirawat dan


5

keluarganya dan penyuluhan-penyuluhan tentang komplikasi

hipertensi seperti stroke, pencegahan, dan pengobatannya

sehingga akan meningkatkan upaya yang dilakukan pasien

penderita hipertensi dalam mencegah kejadian stroke.


c. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan

keluarga tentang komplikasi hipertensi seperti stroke sehingga

pasien penderita hipertensi dapat melakukan upaya-upaya untuk

mencegah komplikasi tersebut.


d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau

acuan untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,

penciuman, pendengaran, dan sebagainya (Notoadmojo,2010). Namun

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga tentang fakta dan kenyataan, selain itu juga melalui pengalaman

dan proses belajar dalam pendidikan baik bersifat formal ataupun

informal.

Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat

menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari

dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia

(Notoatmodjo, 2010).
6

2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom dalam buku Notoadmojo (2010) tingkat pengetahuan

mempunyai enam tingkatan yaitu :


a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajar sebelumnya. Pengetahuan adalah mengingat kembali

(recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Komprahension)
Memahami diartikan
6 sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Sehingga dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya


c. Aplikasi (Aplikation)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real

(sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek dalam komponen-komponen,tetapi masih dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntetis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam satu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.


f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditemukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.


7

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


a. Usia
Usia adalah lama waktu hidup semenjak diadakan atau

dilahirkan. Secara umum, usia yang semakin tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2010)


b. Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan

seseorang. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin

mudah orang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak

pula pengetahuan yang dimiliki, sedangkan pendidikan yang

kurang akan menghambat perkembangan seseorang terhadap

nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Notoatmodjo, 2010).


c. Informasi
Kurangnya informasi bagi orang tua tentang alat permainan

edukatif dapat menurunkan tingkat pengetahuan sehingga

kemampuan orang tua untuk melatih perkembangan motorik anak

tidak optimal. (Notoatmodjo, 2010).


d. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahauan

seseorang, karena informasiinformasi baru akan disaring kirakira

sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang di anut

(Notoatmodjo, 2010).
e. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur, dengan tingkat

pendidikan seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi

pengalaman akan lebih luas, sedangkan umur semakin bertambah

(Notoatmodjo, 2010).

4. Proses Penyerapan Pengetahuan

Proses penyerapan pengetahuan itu meliputi : kesadaran

(Awarennest), dalam arti mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus

(objek). Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek


8

tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul. Menimbang-nimbang

(Evaluation), tahap dimana orang menimbang-nimbang terhadap baik

dan tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap

orang sudah lebih baik lagi. Trial, dimana subjek mulai mencoba

melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diketahui oleh stimulus.

Adoption, merupakan tahap dimana subjek telah berprilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus (Notoatmodjo, 2010).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah

sebagai berikut :

a. Umur adalah umur orang dalam tahun terakhir orang. Umur sangat

erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena

semakin bertambah usia maka semakin banyak pula

pengetahuannya.

b. Pendidikan, tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan

wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka

diharapkan stok modal semakin meningkat, pendidikan memiliki

peranan yang penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia

dianggap akan memperoleh pengetahuan.

c. Sumber informasi, informasi adalah data yang telah diproses

kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan

mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau

keputusan mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan

yang ditujukan kepada penerima pesan. Sumber informasi dapat

diperoleh dari :

1) Media cetak, seperti booklet, leaflet, poster, rubrik, dan lain-lain


9

2) Media elektronik, seperti televisi, video, slaide, radio dan lain-

lain

3) Nonmedia, seperti didapat dari keluarga, teman, tenaga

kesehatan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau orang. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di

atas (Notoatmodjo, 2010).

B. Tinjauan Umum tentang Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Menurut Indriyani (2009), hipertensi adalah suatu keadaan di

mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

kematian (mortalitas). Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, muda

maupun tua, kaya maupun miskin dan merupakan salah satu penyakit

yang mematikan di dunia. Hipertensi tidak dapat membunuh secara

langsung tetapi dengan cara memicu penyakit yang tergolong berat

yang dapat mengakibatkan kematian. Bisa dikatakan besar

kemungkinan hipertensi yang diderita akan memicu penyakit lainnya,

seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal (Adib,

2009). Penyakit ini tidak dapat sembuh secara permanen walaupun

mengkonsumsi obat antihipertensi. Pada sebagian kasus memang

bisa disembuhkan total, tapi persentasenya kecil dan itupun hanya

hipertensi ringan (Marliani, 2007).


2. Klasifikasi Tekanan Darah
Para ahli memberi klasifikasi tekanan darah yang berbeda-beda, tetapi

pada dasarnya seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan

darahnya di atas 140/90 mmHg. Seven Report of the Joint National


10

Committee VII (JNC VII) on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure memberikan klasifikasi tekanan

darah bagi dewasa usia 18 tahun ke atas yang tidak sedang dalam

pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit serius

dalam jangka waktu tertentu (Indriyani, 2009).


Table 2.1 : Klasifikasi hipertensi menurut Seven Report of the Joint

National Committee VII on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure.

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal < 120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi =140 =90
Stadium 1 140-159 90-99
Stadium 2 160 - =180 100 - =110
National Institute of Health, lembaga kesehatan nasional di Amerika

mengklasifikasikan sebagai berikut (Indriyani, 2009).

Table 2.2 : Klasifikasi hipertensi menurut National Institute of Health.

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal =119 <79
Pra-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 =160 =100

NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam) memberikan batasan dengan

membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut (Indriyani, 2009):


a. Pria, usia <45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada

waktu berbaring >130/90 mmHg.


b. Pria, usia >45 tahun, dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya

>145/95 mmHg.
c. Wanita dikatakan hipertensi jika mempunyai tekanan darah 160/95

mmHg.

Ahli penyakit dalam lain, Gordon H.Williams, mengklasifikasikan

hipertensi sebagai berikut (Indriyani, 2009).


11

Tabel 2.3 : Klasifikasi hipertensi menurut ahli penyakit dalam lain,

Gordon H.Williams.

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <140 <85
Normal tinggi 140 159 85 - 89
Hipertensi ringan >159 90-104
Hipertensi sedang >159 105-114
Hipertensi berat >159 >115

Tabel 2.4 : WHO membagi hipertensi sebagai berikut.

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal 140 90
Borderline 140-159 90-94
Hipertensi definitif 160 95
Hipertensi ringan 160-179 95-140
(Ismudiati, 2003, dalam Rohaendi, 2009).

3. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

gejala. Jika menunjukkan gejala, gejala tersebut bukanlah gejala yang

spesifik yang mengindikasikan adanya hipertensi. Meskipun jika

kebetulan beberapa gejala muncul bersamaan dan diyakini

berhubungan dengan hipertensi, gejala-gejala tersebut sering kali tidak

terkait dengan hipertensi. Akan tetapi menurut Indriyani (2009), jika

hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala,

antara lain sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak napas,

napas pendek (terengah-engah), gelisah, pandangan menjadi kabur,

mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga berdengung, sulit

tidur, rasa berat di tengkuk, nyeri di daerah kepala bagian belakang,

otot lemah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, keringat

berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan, denyut jantung yang

kuat, cepat, atau tidak teratur, impotensi, darah di urine, mimisan

(jarang dilaporkan).
Daftar keluhan berikut ini adalah yang paling sering disebutkan

oleh penderita kasus hipertensi yang berkepanjangan. Tetapi karena


12

keluhan itu muncul sama seringnya dengan orang pada kelompok usia

sama yang tidak mengidap tekanan darah tinggi, gejala itu bisa

menjadi gejala penyakit lainnya (Wolff, 2006).


Tabel 3.1 : Keluhan yang tidak spesifik pada hipertensi.

Keluhan Frekuensi (kira-kira)


Kegelisahan 35%
Jantung berdebar-debar 32%
Pusing 30%
Rasa sakit di dada 26%
Sakit kepala 23%
Depresi, kurang semangat 7%

4. Penyebab Hipertensi
Menurut Indriyani (2009), hipertensi menurut penyebabnya

dapat dibagi 2 yaitu :


a. Hipertensi esensial/primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau

genetik (90%).
b. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari

adanya penyakit lain seperti kelainan pembuluh ginjal dan

gangguan kelenjar tiroid (10%). Faktor ini biasanya juga erat

hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang

baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan

lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok, dan

minuman beralkohol.

Jika kedua orangtua memiliki riwayat hipertensi maka kemungkinan

besar keturunannya juga menderita hipertensi. Fakta ini mendukung

dugaan bahwa faktor keturunan mempunyai peran di dalam terjadinya

hipertensi, baik secara langsung maupun tidak langsung (Indriyani,

2009). Oleh karena itu, hipertensi karena faktor keturunan tidak dapat

dihindari lagi. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengontrol

faktor-faktor risiko lainnya seperti stress, kegemukan (obesitas), pola

makan, merokok, dan olahraga. Sudah banyak hasil penelitian yang


13

membuktikan bahwa faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan

hipertensi.

5. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat berakibat fatal jika tidak dikontrol dengan baik

atau biasa disebut dengan komplikasi. Komplikasi hipertensi terjadi

karena kerusakan organ yang diakibatkan peningkatan tekanan darah

sangat tinggi dalam waktu lama dan organ-organ yang paling sering

rusak antara lain otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta

ginjal (Marliani, 2007).


Pada otak, hipertensi akan menimbulkan komplikasi cukup

mematikan. Berdasarkan penelitian, sebagian besar kasus stroke

disebabkan hipertensi. Apabila hipertensinya dapat dikendalikan,

risikonyapun dapat menurun. Selain stroke, komplikasi pada organ

otak akibat hipertensi ini adalah demensia atau pikun. Ini adalah

penyakit kehilangan daya ingat dan kemampuan mental yang lain.

Risiko demensia dapat diturunkan dengan pengobatan hipertensi.


Pada mata, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pembuluh

darah halus mata. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah halus

pada retina (bagian belakang mata) robek. Darah merembes ke

jaringan sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kebutaan. Kejadian

ini dapat dihindari dengan pengendalian hipertensi secara benar.


Komplikasi yang terjadi pada jantung dan pembuluh darah yaitu

ateriosklerosis yaitu pengerasan pada dinding arteri yang terjadi

karena terlalu besarnya tekanan, aterosklerosis yaitu penumpukan

lemak pada pembuluh darah, aneurisma yaitu terbentuknya gambaran

seperti balon pada dinding pembuluh darah akibat melemah atau tidak

elastisnya pembuluh darah, penyakit pada arteri koronaria misalnya

karena plak, hipertropi bilik kiri jantung akibat ototnya yang bekerja

terlalu berat ketika memompakan darah ke aorta, gagal jantung yaitu


14

suatu keadaan ketika jantung tidak kuat memompa darah ke seluruh

tubuh.
Pada ginjal, komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh

darah dalam ginjal mengalami aterosklerosis karena tekanan darah

terlalu tinggi sehingga aliran darah ke ginjal akan menurun dan ginjal

tidak dapat melaksanakan fungsinya.


6. Pengobatan Hipertensi
Jika sudah didiagnosa hipertensi maka hal yang biasanya

dilakukan adalah pengobatan. Ada dua pilihan terapi yang bisa dipilih,

yakni pengobatan farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan

farmakologis dilakukan dengan menggunakan obatobatan

antihipertensi. Pada kasus-kasus ringan dan sedang, salah satu dari

jenis obat saja biasanya sudah dapat mengontrol hipertensi (Indriyani,

2009).
Jenis-jenis obat antihipertensi adalah :
a. Diuretik
Obat jenis ini biasanya merupakan obat yang pertama diberikan

untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang

garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh

tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan

mengurangi tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran

pembuluh darah dan menyebabkan hilangnya kalium melalui urine

sehingga kadang-kadang diberikan tambahan kalium atau obat

penambah kalium. Contoh obat diuretik antara lain chlorthalidone,

furosemide, hydrochlorothiazide, metolazone, indapamide,

bumetanide, spironolactone, torsemide, dan eplerenone


b. Beta-blockers
Obat yang dipakai dalam upaya untuk mengontrol tekanan darah

melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar

(vasodilatasi) pembuluh darah. Contohnya : Propanolol 10mg

(Inderal, Farmadral), Atenolol 50, 100mg (Tenormin, Farnormin),

atau Bisoprolol 2,5 & 5mg (Concor). Beta-blockers tidak disarankan


15

bagi penderita asma karena dikhawatirkan dapat memicu serangan

asma yang parah.


c. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat

yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

Contohnya : Kaptopril 12,5 , 25, 50mg (Capoten, Captensin,

Tensicap), Enalapril 5 dan 10mg (Tenase).


d. Angiotensi II Receptor Blockers (ARBs)
Obat-obat ARBs melindungi pembuluh darah dari efek angiotensin

II, sebuah hormon yang menyebabkan pembuluh darah

menyempit. Beberapa contoh obatobatan ARBs adalah

Candesartan, Irbesartan, Losartan, olmesartan, Telmisartan,

Eposartan, dan Valsartan.

e. Calcium Channel Blockers (CCBs)


Obat-obatan CCBs membantu agar pembuluh darah tidak

menyempit dengan menghalangi kalsium memasuki sel otot

jantung dan pembuluh darah sehingga darah menjadi rileks dan

tekanan menurun.
f. Alpa Blockers
Alpa Blockers membuat otot-otot tertentu menjadi rileks dan

membantu pembuluh darah yang kecil tetap terbuka.


g. Clonidine
Clonidine adalah obat antihipertensi yang bekerja di pusat kontrol

sistem saraf di otak. Clonidine menurunkan tekanan darah dengan

memperbesar arteri di seluruh tubuh.


h. Vasodilator
Vasodilator adalah pengobatan dengan melebarkan pembuluh

darah. Obat ini bekerja langsung pada otot-otot di dinding arteri,

membuat otot rileks, dan mencegah dinding menyempit.

Pengobatan nonfarmakologis dapat dilakukan dengan mengubah

gaya hidup. Faktor gaya hidup merupakan salah satu penyebab

hipertensi yang bisa diatur, tidak seperti faktor keturunan, jenis

kelamin, dan usia. Langkah awal yang biasanya dilakukan adalah


16

dengan menurunkan berat badan penderita hipertensi sampai batas

ideal, mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram

natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya, mengurangi/tidak

minum minuman beralkohol, berhenti merokok, olahraga aerobik

ringan hingga sedang seperti jalan kaki cepat, berenang, joging, dan

lain-lain.

7. Diet untuk Penderita hipertensi


Diet ini adalah bagian dari pengobatan tanpa obat. Diet bagi

penderita hipertensi haruslah diet yang dapat menurunkan atau

mencegah kenaikan tekanan darah. Diet ini bertujuan untuk

mengurangi asupan garam, mengurangi kadar lemak dalam tubuh

sehingga didapat berat badan yang sehat, mempertahankan agar

tetap berada pada berat badan yang sehat (Marliani, 2007).

Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan

dengan empat cara yaitu diet rendah garam, diet rendah kolesterol

dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet rendah energi (bagi yang

kegemukan) (Indriyani, 2009).


a. Diet rendah garam
Yang dimaksud garam di sini adalah garam natrium, kandungan

mineral antrium (sodium). Bukan hanya garam dapur yang harus

dibatasi tetapi semua bahan makanan sumber natrium. Natrium

bersifat mengikat air sehingga garam tersebut akan mengikat air

sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang

menyebabkan meningkatnya volume darah.


b. Diet rendah kolesterol
Kolesterol adalah salah satu unsur penting yang dibutuhkan tubuh.

Kolesterol HDL dan LDL harus dalam keadaan seimbang. Saat

terjadi ketidakseimbangan dapat terjadi pengendapan kolesterol


17

dalam arteri, membuat pembuluh darah menyempit, dan

menghalangi aliran darah dan terjadi peningkatan tekanan darah.


c. Diet tinggi serat
Serat dibutuhkan untuk memperlancar proses metabolisme dalam

tubuh. Tujuan diet serat tinggi ini adalah untuk menghindari

kelebihan lemak, lemak jenuh dan kolesterol, menghindari

kelebihan gula dan natrium, serta membantu mengontrol berat

badan.
d. Diet DASH
Diet DASH (Dietary Aproaches to Stop Hypertension) menunjukkan

bahwa diet makanan kaya padi-padian, buah-buahan, sayuran, dan

susu rendah lemak atau tanpa lemak dapat menurunkan tekanan

sistolik rata-rata 6-11 mmHg. Buah yang dianjurkan untuk

mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari golongan

sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih. Makanan

yang dilarang dikonsumsi oleh penderita hipertensi adalah daging

kambing dan durian.

C. Tinjauan Umum tentang Stroke


1. Definisi Stroke
Stroke atau disebut juga CVA (cerebrovaskuler accident)

merupakan serangan yang ditakuti namun sebagian besar belum

memahaminya dengan pasti. Stroke adalah kerusakan jaringan otak

yang dikarenakan berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara

tiba-tiba (Adib, 2009). Masih menurut Adib, otak mendapat aliran darah

lebih kurang 55cc/100gr/menit (15% cardiac output) dan bila aliran

darah menurun kurang dari 20cc/gr/menit akan mengakibatkan

gangguan fungsi sel otak. Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel

otak selama 3 atau 4 menit saja sudah mulai menyebabkan kerusakan

sel-sel otak.
Menurut Marliani (2007), secara garis besar, stroke dibagi dua,

yaitu :
18

a. Stroke iskemik. Jenis ini paling sering dijumpai. Terjadi karena

pembuluh darah arteri tersumbat plak yang timbul karena tekanan

darah tinggi ataupun penumpukan lemak. Akibatnya, aliran darah

ke otak tak lancar. Stroke iskemik meliputi kurang lebih 88% dari

semua stroke.
b. Stroke perdarahan, atau biasa dikenal dengan stroke hemoragis,

disebabkan pembuluh darah bocor atau pecah di dalam otak.

Darah yang menggenangi otak membuat fungsi otak terganggu.


2. Gejala Stroke
Gejala-gejala yang terjadi berbeda-beda tergantung dari jenis

strokenya, yaitu (Marliani, 2007)


a. Infark otak atau kurangnya aliran darah ke otak karena sumbatan

pembuluh darah. Kejadian serangan biasanya mendadak, kadang

bertahap atau didahului TIA (prastroke). Penderita sering mengeluh

sakit kepala disertai muntah. Umumnya kelainan saraf dirasakan

pada waktu bangun tidur atau sedang istirahat. Infark otak ini

paling sering terjadi pada usia tua dengan hipertensi atau usia

muda dengan kelainan jantung. Pada permulaan sakit, kesadaran

umumnya tidak terganggu.


b. Perdarahan otak. Serangan sangat mendadak diikuti rasa sakit

kepala hebat, muntahmuntah dan kadang disertai kejang.

Perdarahan otak umumnya terjadi pada usia tua atau setengah tua,

dengan atau tanpa hipertensi, tergantung dari faktor penyebabnya.

Kadang-kadang disertai pula dengan gejala kaku kuduk.

Seperti yang dijelaskan di atas, stroke memiliki hubungan yang erat

dengan pembuluh darah di mana terjadi gangguan aliran darah ke

otak. Ada berbagai hal yang menyebabkan atau memperparah stroke,

yang disebut dengan faktor risiko. Faktor risiko stroke itu terdiri atas

dua hal, yang pertama adalah faktor risiko mayor dan kedua adalah

faktor risiko minor (Adib, 2009).


19

Faktor risiko mayor (faktor dominan) biasanya merupakan penyakit

dan gangguan lain yang memang sudah bersarang di tubuh penderita

stroke. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, penyakit jantung, dan

sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis (gejala-gejala

pengerasan pembuluh darah), gangguan pembuluh darah koroner,

gangguan pembuluh darah karotis, klaudikasio intermitten (nyeri yang

hilang timbul), denyut nadi perifer tidak ada, diabetes mellitus,

polisitemia, pernah terserang stroke, hiperlipidemia, tingginya sel

darah merah, gangguan pembuluh darah, penyakit pada katup jantung

atau otot jantung yang disebut endocarditis, mengerasnya pembuluh

arteri (aterosklerosis, atau penumpukan kolesterol pada dinding arteri),

ketidaknormalan irama jantung seperti atrial fibrillation.

Faktor risiko minor ini antara lain adalah kadar lemak darah yang

tinggi, hematokrit tinggi, merokok, kegemukan (obesitas), kadar asam

urat tinggi, kurang gerak badan/olahraga, fibrinogen tinggi, suku

bangsa (negro/spanyol), jenis kelamin (pria), penyalahgunaan obat-

obatan (narkoba). Bila factor risiko ditanggulangi dengan baik, maka

kemungkinan mendapatkan stroke dapat dikurangi.

3. Upaya Pencegahan Stroke


Lumbantobing (2007) mengatakan bahwa pada konsensus

nasional pengelolaan stroke di Indonesia 2004, dikemukakan upaya

yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer penyakit stroke, yaitu

memasyarakatkan gaya hidup sehata bebas stroke dengan cara :


a. Menghindari : merokok, stress mental, alkohol, kegemukan,

konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin,

kokain dan sejenisnya.


b. Mengurangi : kolesterol, lemak dalam makanan.
c. Mengendalikan : hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung.
d. Menganjurkan : konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga

secara teratur.
20

Penderita stroke biasanya mengalami kehilangan kesadaran

sehingga harus selalu dibawa ke rumah sakit sebelum terjadi

komplikasi lain.

Berikut pertolongan pertama yang dapat dilakukan di rumah

sebelum dibawa ke rumah sakit menurut Adib (2009) :

a. Bila penderita pingsan atau mengorok, segera bawa ke rumah

sakit. Saat dibawa ke rumah sakit, perhatikan jalan napas

penderita agar tetap lancar. Bila mulut atau hidung penderita

mengeluarkan busa, segera dibersihkan. Kadang-kadang penderita

muntah. Segera sisa muntahnya dibersihkan dari mulut maupun

hidungnya, sambil posisi berbaring tubuhnya dibuat miring. Hal ini

penting untuk menghindarkan agar sisa muntahnya tidak masuk ke

jalan napas yang dapat mengakibatkan komplikasi infeksi saluran

napas bahkan dapat menyumbat jalan napas sehingga

menyebabkan kematian.
b. Hindari memberi minum atau makanan pada penderita yang

sedang pingsan, atau kesadarannya tampak menurun dibanding

dengan orang normal. Hal ini untuk mencegah agar air atau

makanan yang diberi tidak mengganggu jalan napas penderita

tersebut.
c. Bila penderita mengalami salah satu gejala yang disebutkan di

atas, namun penderita tetap sadar, penderita sebaiknya tetap

dibawa ke rumah sakit. Penderita yang masih sadar dapat dibawa

dalam posisi duduk atau berbaring, tergantung kenyamanan

penderita.
d. Sebaiknya tidak panik bila menemukan seseorang terserang

stroke. Bila serangan stroke cepat ditangani, mudah-mudahan

hasilnya akan lebih baik daripada kita panik dan akhirnya tidak

melakukan apa-apa.
21

Berikut pertolongan darurat pada penderita stroke selama menunggu

dokter.

a. Jika orang itu sadar, tenangkan dia. Baringkan dengan hati-hati,

taruh bantal di bawah kepalanya dan selimuti.


b. Jika orang itu tidak sadar, periksalah pernapasannya. Bila masih

bernapas, miringkanlah badannya dan biarkan kepalanya di atas

lantai. Selimuti dia.


c. Jika pernapasannya berhenti, bila anda ahli, segera berikan

pernapasan buatan dari mulut ke mulut (resusitasi). Prioritas utama

adalah mengusahakan penderita bernapas kembali. Ingat bahwa

bila pernapasan terhenti dalam 2-3 menit, akan terjadi kersakan

otak,dan bila sampai 4-6 menit, akan terjadi kematian.


d. Bila penderita tersebut sebelumnya terjatuh, periksa apakah terajdi

perdarahan hebat. Hentikan perdarahan dengan melakukan

penekanan selama 5 menit di atas lukanya.

D. Kriteria Objektif

1. Pengetahuan

Kriteria objektif :

Baik : Jika orang menjawab dengan total skor > 10

Kurang : Jika orang menjawab dengan total skor < 10

2. Upaya Mencegah Kejadian Stroke

Kriteria objektif :

Baik : jika orang menjawab dengan total skor > 15

Kurang : jika orang menjawab dengan total skor < 15


22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan

metode analitik melalui pendekatan cross sectional. Rancangan

penelitian cross sectional adalah suatu penelitian yang semua

variabelnya, baik variabel dependen maupun independen diobservasi

atau dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang sama (Notoatmodjo,

2010).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien penderita

hipertensi di Puskesmas Bangkala.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien penderita

hipertensi rawat jalan di Puskesmas Bangkala dengan tekhnik


23

pengambilan sampel yaitu Total sampling. Dengan kriteria sebagai

berikut:

Kriteria inklusi :

1. Bersedia menjadi orang penelitian

2. Ada Pada Saat Penelitian

3. Bisa baca tulis

Kriteria eksklusi

1. Memiliki diagnosa penyakit lain

26

C. Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

kuesioner, dimana dalam pengumpulan data peneliti membuat

instrument sebagai alat pengumpulan data yang disusun sendiri oleh

peneliti. Untuk variabel pengetahuan terdiri dari 20 pernyataan dengan

menggunakan skala guttman yaitu , yang terdiri dari pernyataan positif

pada nomor 1, 2, 3, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 17, 20. Dengan jawaban

benar bernilai 1 dan salah bernilai 0 dan untuk pernyataan

negative pada nomor 4, 5, 7, 11, 13, 15, 18, 19. Dengan jawaban

benar bernilai 0 dan salah bernilai 1. Pengetahuan dinilai

berdasarkan kriteria Baik apabila total skor yang diperoleh orang >

10 dan kurang apabila total skor yang diperoleh orang < 10. Untuk

variabel Upaya Mencegah Penyakit Stroke terdiri dari 10 pernyataan

dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari pernyataan positif

(no. 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10) dengan jawaban tidak pernah bernilai 0,

kadang-kadang bernilai 1, sering bernilai 2, dan selalu bernilai

3 dan untuk pernyataan negative (no. 4 dan 7) dengan jawaban


24

tidak pernah bernilai 3, kadang-kadang bernilai 2, sering

bernilai 1, dan selalu bernilai 0. Variabel Upaya mencegah

kejadian stroke dinilai berdasarkan kriteria Baik apabila total skor

yang diperoleh orang > 15 dan kurang apabila total skor yang

diperoleh orang < 15.

2. Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Bangkala.

b. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016.

3. Prosedur pengumpulan data

a. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar

kuesioner.

b. Pengolahan Data

Data yang dikumpul dalam penelitian diolah melalui prosedur

pengolahan data secara manual dengan tahap-tahap sebagai

berikut:

1) Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan

dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa

kesinambungan data dan keseragaman data.

2) Koding

Koding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan

data, semua jawaban atau data yang perlu disederhanakan

diberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban

(pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi


25

nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor variabel, nama

variabel dan kode.

3) Tabulasi Data

Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka data

tersebut akan diolah dengan menggunakan tabel distribusi

menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Analisa Data

Setelah memperoleh nilai dari tiap variabel, selanjutnya data dianalisa

dengan cara sebagai berikut :

1) Analisa univariat

Analisa ini dilakukan untuk tiap-tiap variabel yang diteliti dari hasil

penelitian yang kemudian akan mendapatkan hasil dari variabel

yang diteliti.

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel

independen dan depeden dengan menggunakan uji statistik

dengan tingkat kemaknaan a=0,05. Uji statistik yang digunakan

menggunakan rumus chi-square. Adapun rumusnya adalah :


2
(OE )
X =
2
E

Keterangan :

X2 : chi-square

O : Nilai Observasi

E : Nilai yang diharapkan

: Jumlah data

Penilaian :
26

1. Apabila X2 hitung > dari X2 tabel, Ho ditolak atau Ha

diterima, artinya ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

2. Apabila X2 hitung < dari X2 tabel, Ho diterima atau Ha

ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada Kepala Puskesmas untuk mendapat persetujuan. Setelah

mendapat persetujuan maka kegiatan penelitian dimulai dengan

menekankan masalah etika yang meliputi:

a. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada orang yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan tujuan penelitian, jika subjek penelitian bersedia

diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika orang

menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

orang.

b. Tanpa Nama (Anomity)

Untuk menjaga kerahasiaan reponden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama pada lembar kuesioner. Peneliti cukup

menuliskan nomor kode orang pada masing-masing kuesioner.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari orang dijamin

oleh peneliti dan informasi hanya digunakan untuk penelitian.


27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Studi kasus ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bangkala pa

tahun 2017. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dari 40

oarang maka disajikan beberapa data sebangai berikut :


1. Analisa Variabel yang Diteliti
a. Analisa Univariat
1) Karakteristik Orang

a) Karakteristik Orang Berdasarkan Umur

Tabel 1.1
Disrtibusi Orang Menurut Umur

Di Puskesmas Bangkala

Frekuensi
Umur (Tahun) Persentase (%)
(f)
<35-44 Tahun 11 27,5
45-54 Tahun 13 32,5
>55 Tahun 16 40,0

Jumlah (n) 40 100


Sumber : Data Primer
28

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan

distribusi frekuensi berdasarkan umur, kelompok umur tertinggi

adalah umur >55 tahun sebanyak 16 (40,0%) orang dan

kelompok terendah adalah umur <35-44 tahun sebanyak 11

(27,5%) orang.

31

b) Karakteristik Orang Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Puskesmas Bangkala

Frekuensi
Jenis Kelamin Persentase (%)
(f)
Laki-laki 17 42,5
Perempuan 23 57,5
Jumlah (n) 40 100
Sumber : Data Primer

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

distribusi frekuensi menurut kelompok jenis kelamin, laki-laki

sebanyak 17 (42,5%) orang dan perempuan sebanyak 23

(57,5%) orang.

c) Karakteristik Orang Berdasarkan Pendidikan

Tabel 1.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Di Puskesmas Bangkala

Frekuensi
Pendidikan Persentase (%)
(f)
SD 6 15,0
SMP 6 15,0
SMA 28 70,0
Jumlah (n) 40 100
Sumber : Data Primer
29

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa distribusi frekuensi berdasarkan Pendidikan, kelompok

tertinggi adalah SMA sebanyak 28 (70,0%) orang, SD

sebanyak 6 (15,0%) dan SMP sebanyak 6 (15,0%)

d) Karakteristik Orang Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 1.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan
Di Puskesmas Bangkala

Frekuensi
Pekerjaan Persentase (%)
(f)
IRT 22 55,0
Petani 2 5,0
Lain-lain 9 22,5
Tidak Bekerja 7 17,5
Jumlah (n) 40 100
Sumber : Data Primer

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

distribusi frekuensi berdasarkan Pekerjaan kelompok tertinggi

adalah IRT sebanyak 22 (55,0%) orang dan kelompok terendah

adalah petani sebanyak 2 (5,0%) orang

Tabel 1.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemeriksaan Tekanan
Darah Di Puskesmas Bangkala

Frekuensi
Tekanan Darah Persentase (%)
(f)
Ringan 21 52,5
Sedang 18 45,0
Berat 1 2,5
Jumlah (n) 40 100
Sumber : Data Primer
30

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa distribusi frekuensi berdasarkan Pemeriksaan Tekanan

Darah Kategori Ringan sebanyak 21 (52,5%), kategori sedang

sebanyak 18 (45,0%) sedangkan dengan kategori berat hanya

1 (2,5%) orang.

2) Karakteristik Variabel Yang Diteliti


a) Pengetahuan
Tabel 1.6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan


Di Puskesmas Bangkala
Frekuensi
Pengetahuan Persentase (%)
(f)
Kurang 25 62,5
Baik 15 37,5
Jumlah (n) 40 100
Sumber : Data Primer
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan bahwa orang

dengan pengetahuan baik sebanyak 15 (37,5%) orang dan

pengetahuan kurang sebanyak 25 (62,5%) rorang.


b) Upaya Mencegah Kejadian Stroke
Tabel 1.7

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Upaya Mencegah


Kejadian Stroke Di Bangkala
Upaya Mencegah Frekuensi
Persentase (%)
Kejadian Stroke (f)
Baik 17 42,5
Kurang 23 57,5
Jumlah (n) 40 100
Sumber : Data Primer
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

distribusi frekuensi berdasarkan upaya mencegah kejadian

stroke bahwa orang yang memiliki upaya baik dalam


31

mencegah kejadian stroke sebanyak 17 (42,5%) orang dan

kurang sebanyak 23 (57,5%) orang.


b. Analisa Bivariat
Analisa hubungan pengetahuan pasien penderita hipertensi

dengan upaya mencegah kejadian stroke di Puskesmas Bangkala.

Tabel 5.7
Analisa Hubungan Pengetahuan Pasien Penderita Hipertensi
dengan Upaya Mencegah Kejadian Stroke Di Puskesmas Bangkala
Upaya Mencegah Kejadian
Stroke Total
Pengetahuan
Baik Kurang
F % F % n %
Kurang 21 52,5 4 10,0 25 62,5
Baik 0 0,0 15 37,5 15 37,5
Jumlah (n) 21 52,5 19 47,5 40 100
Sumber : Data Primer

Hasil analisa hubungan pengetahuan pasien penderita

hipertensi dengan upaya mencegah kejadian stroke Di Puskesmas

Bangkala diperoleh dari 40 orang ada 21 (52,5%) orang dengan

pengetahuan bkurang dan memiliki upaya yang kurang dalam

mencegah kejadian stroke, 4 (10,0%) orang dengan pengetahuan

kurang tetapi memiliki upaya yang baik dalam mencegah kejadian

stroke 15 (35,5%) orang dengan pengetahuan baik serta memiliki

upaya yang baik dalam mencegah kejadian stroke.


Hasil uji statistik pada table 2 x 2 menggunakan uji chi

square dengan turunan Fisher Exact dengan taraf signifikan 0,05.

Berdasarkan hasil uji statistiknya didapatkan p-value = 0,000 atau

p-value < 0,05. Dengan demikan dapat dikatakan Ho ditolak Ha

diterima, artinya ada hubungan pengetahuan pasien penderita

hipertensi dengan upaya mencegah kejadian stroke Di Puskesmas

Bangkala.
B. Pembahasan
32

21 (52,5%) orang dengan pengetahuan bkurang dan memiliki upaya

yang kurang dalam mencegah kejadian stroke, menurut asumsi peneliti

dengan pengetahuan yang kurang maka akan pasien lebih tidak berupaya

dalam mencegah kejadian stroke, hal ini dikarenakan orang yang memiliki

pengetahuan kurang dominan berpendidikan SMA. Hal ini diperjelas oleh

Notoatmodjo (2010) yang mengatakan bahwa salah satu factor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Pendidikan dapat

membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sedangkan

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan seseorang

terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.


Kemudian didapatkan hasil ada 4 (10,0%) orang dengan pengetahuan

baik tetapi memiliki upaya yang kurang dalam mencegah kejadian stroke,

menurut asumsi peneliti pengetahuan yang baik tidak sepenuhnya bisa

mengubah perilaku seseorang, ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi hal tersebut seperti pasien tidak dapat meninggalkan

makanan-makanan yang tinggi kolesterol karena sudah menjadi makanan

pavoritnya, selain itu gaya hidupnya yang tidak bisa diubah karena sudah

menjadi kebiasaan dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini diperjelas oleh

Indriyani (2009) yang mengatakan bahwa Pengaturan menu bagi

penderita hipertensi dalam upaya menegah kejadian stroke selama ini

dilakukan dengan empat cara yaitu diet rendah garam, diet rendah

kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet rendah energi

(bagi yang kegemukan).


Hasil lain ditemukan ada 15 (37,5%) orang dengan pengetahuan baik

serta memiliki upaya yang baik dalam mencegah kejadian stroke,

menurut asumsi peneliti hal ini pengetahuan yang kurang disebabkan oleh

informasi dan wawasan yang diperoleh baik dari media elektronik,


33

keluarga, media massa, maupun dari petugas kesehatan sehingga akan

menyebabkan pasien kurang dalam mengupayakan pencegahan

hipertensi. Hal ini didukung oleh Hary(1996) dalam Hendra (2008) bahwa

informasi melalui berbagai media seperti televise, surat kabar ataupun

poster akan memberikan pengaruh dan dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang.
Hasil uji statistik pada table 2 x 2 menggunakan uji chi square dengan

turunan Fisher Exact dengan taraf signifikan 0,05. Berdasarkan hasil uji

statistiknya didapatkan p-value = 0,000 atau p-value < 0,05. Dengan

demikan dapat dikatakan Ho ditolak Ha diterima, artinya ada hubungan

pengetahuan pasien penderita hipertensi dengan upaya mencegah

kejadian stroke Di Puskesmas Bangkala. Menurut asumsi peneliti

semakin tinggi nilai pengetahuan maka semakin tinggi pula nilai upaya.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien penderita hipertensi maka

semakin baik pula upaya mencegah kejadian stroke. Hal ini didukung oleh

Notoatmodjo (2010) bahwa seseorang dapat bertindak atau berperilaku

tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari stimulus yang diterimanya.

Dengan perkataan lain tindakan seseorang tidak harus didasari oleh

pengetahuan. Namun perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan

akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.
34

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bangkala pada bulan

Mei Juni 2016 dengan jumlah sampel 50 orang. Berdasarkan anlisis

karakteristik orang, analisis univariat dan analisi bivariat dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Orang dengan pengetahuan buruk sebanyak 21 (52,5%) orang dan

pengetahuan baik sebanyak 15 (37,5%) orang.

2. Hasil analisa hubungan pengetahuan pasien penderita hipertensi

dengan upaya mencegah kejadian stroke Di Puskesmas Bangkala

diperoleh dari 40 orang ada 21 (52,5%) orang dengan pengetahuan

kurang dan memiliki upaya yang baik dalam mencegah kejadian

stroke, 4 (610,0%) orang dengan pengetahuan buruk tetapi memiliki

upaya yang baik dalam mencegah kejadian stroke dan 15 (37,5%)

orang dengan pengetahuan baik serta memiliki upaya yang baik dalam

mencegah kejadian stroke.

3. Hasil uji statistik pada table 2 x 2 menggunakan uji chi square dengan

turunan Fisher Exact dengan taraf signifikan 0,05. Berdasarkan hasil

uji statistiknya didapatkan p-value = 0,000 atau p-value < 0,05.

Dengan demikan dapat dikatakan Ho ditolak Ha diterima, artinya ada

hubungan pengetahuan pasien penderita hipertensi dengan upaya

mencegah kejadian stroke Di Puskesmas Bangkala.


35

38

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran

sebagai berikut:
1. Bagi Praktek Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bagaimana gambaran

pengetahuan pasien penderita hipertensi dan upaya mencegah

kejadian stroke. Diharapkan dalam praktek keperawatan, perawat

mengetahui faktor-faktor apa saja yang perlu ditingkatkan, seperti

pemberian informasi yang lebih lengkap dan akurat tentang hipertensi

dan stroke yang nantinya akan meningkatkan upaya pasien penderita

hipertensi dalam mencegah kejadian stroke.


2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bangkala. Perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi

upaya mencegah kejadian stroke seperti sumber-sumber informasi,

peran keluarga, dan lain-lain.


3. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang baru

tentang hubungan pengetahuan pasien penderita hipertensi dengan

upaya mencegah kejadian stroke.

Anda mungkin juga menyukai