Abstract
Nowadays as CPO producer Indonesia has become the secondly biggest country in
the world. Enormous CPO factories are spread out in Sumatra, Java, Kalimantan
and Sulawesi, but the amount of the wastewater produced become a very difficult
problem. In coping with this case, a research on anaerobic treatment process by
using biofilter attached culture was done in laboratorium scale. Acidity of the process
was maintained on pH 6.8 to 7.4. The detention time was varried from 4 to 6 days.
The results show that BOD can be reduced until 83.5%, COD 86.83% and TSS
9.35% for 6 day-detention time. Many experiments have been done by the more
institutions in Indonesia, but the conclusion says that the complete treatment system
suitable for handling the wastewater produced by CPO factories should use a
combination of anaerobic and aerobic process.
Key Words: Anaerobic wastewater treatment, Crude Palm Oil Factory
1. PENDAHULUAN
Dalam sepuluh tahun terakhir ini di beban BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Indonesia telah terjadi perkembangan jumlah yang rata-rata berkisar antara 20.000 mg/l
industri kelapa sawit yang cukup besar. Saat sampai 40.000 mg/l, sementara beban COD
ini komoditi minyak mentah kelapa sawit (Chemical Oxygen Demand) rata-rata antara
(Crude Palm Oil/CPO) merupakan hasil 25.000 mg/l sampai dengan 50.000 mg/l.
industri andalan Pemerintah Indonesia. Kandungan TSS (Total Suspended Solid)
Sekarang Indonesia sudah menjadi berkisar antara 2.000 mg/l sampai 5.000 mg/
penghasil CPO terbesar kedua setelah l. Secara kuantitas jumlah limbah cair yang
negara tetangga, Malaysia. Namun sejalan dihasilkan oleh satu PKS rata-rata sebesar
dengan bertumbuh-kembangnya Pabrik 60% dari kapasitas pengolahannya. Sebagai
Kelapa Sawit (PKS), sudah tentu jumlah contoh ialah PKS PT. Kertajaya di PT
limbah yang dihasilkannya juga meningkat Perkebunan Nasional VIII, Pandeglang,
tajam. Diketahui bahwa secara kualitas yang mempunyai kapasitas pengolahan
karakteristik limbah cair PKS memiliki sebesar 30 ton TBS (Tandan Buah Segar)
kandungan beban bahan-bahan pencemar per jamnya, ternyata memproduksi limbah
yang sangat tinggi. Hal itu ditunjukkan dari cair sebesar 18 m 3 /jam. Pada
48 Rahardjo, P. N. 2008
pengoperasian puncak, yaitu PKS 2. METODOLOGI
beroperasi selama 24 jam penuh, maka
jumlah limbah cair yang dihasilkan sebesar 2.1. Ruang Lingkup
432 m3/jam. Jumlah limbah tersebut sudah
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
tergolong cukup besar.
Dalam mengelola limbah cair, Proses pengolahan anaerobik
umumnya PKS yang berada di Indonesia dengan menggunakan media biofilter
menggunakan cara ekstensifikasi, yaitu biakan melekat dan dilaksanakan
setelah pemisahan lemak dalam unit Fatpit, dalam unit berskala laboratorium.
kemudian air limbah dialirkan ke kolam-
Pengamatan hanya ditujukan untuk
kolam anaerobik dengan ukuran luas yang
memperoleh kondisi optimum untuk
sangat besar. Dari kolam anaerobik lalu
Td (Detention Time) dengan dasar
dilanjutkan dalam kolam-kolam aerobik.
presentasi penyisihan terhadap 3
Ukuran luas kolam-kolam ini minimal
parameter, yaitu BOD, COD dan
sebesar 20 m x 40 m. Kolam-kolam
TSS.
Anaerobik (Anaerob ponds) biasanya
mempunyai waktu tinggal sekitar 30 hari Limbah cair PKS diambil dari PTP
lebih, sementara untuk kolam Aerobik waktu Nasional VIII, PKS PT. Kertajaya di
tinggalnya bahkan ada yang sampai 60 hari. Kabupaten Pandeglang, Propinsi
Alasan yang ada adalah karena areal Banten. Demikian pula untuk proses
perkebunan mempunyai lahan yang sangat pembenihan mikrobanya yang
luas, misalnya minimum 5.000 Ha. Dengan menggunakan lumpur aktif dari PKS
demikian kebutuhan lahan yang luas untuk tersebut.
pengelolaan dan pengolahan limbah cair 2.2. Tahap-tahap Pengolahan
suatu PKS bukan menjadi masalah yang
berarti. Namun masalah yang timbul adalah 2.2.1 Tahap Persiapan
pada pengoperasian proses pengolahan
limbah cair dan perawatan unit-unit Pada tahapan ini dilakukan
prosesnya yang ternyata tidak dijalankan perancangan sistem pemroses dengan
dengan benar, sehingga hasil dasar studi literatur. Setelah itu dilakukan
pengolahannya pun menjadi tidak optimal. pembuatan perangkat pemroses dengan
Karena masalah tersebut, maka dasar desain tersebut dan dilanjutkan
banyak intitusi atau badan litbang dengan melakukan proses seeding dan
melakukan risetnya masing-masing untuk aklimatisasi. Hasil pelaksanaan tahapan
mencari dan memperoleh suatu sistem persiapan ini dapat dilihat pada tabel berikut.
pengolahan limbah cair PKS yang
2.2.2 Tahap Running
berdasarkan pada cara intensifikasi.
Berbagai paduan jenis proses pengolahan, Setelah tahapan aklimatisasi berjalan
bahkan sampai ke perancangan unit-unit dengan baik yang ditandai oleh stabilnya
teknis perangkat pemrosesnya telah banyak proses pengolahan dengan prosentasi
dilakukan, namun baru pada skala-skala penyisihan BOD dan COD mencapai 80%
yang terbatas, misalnya skala laboratorium lebih, maka tahap pengoperasian sistem
atau Bench Scale atau sampai Pilot Plant. perangkat pemroses secara kontinyu dapat
dilaksanakan. Running atau pengoperasian
1.2 Tujuan
seluruh proses anaerobik dilakukan selama
Tujuan penelitian ini adalah mencari dua bulan penuh dengan memvariasikan 3
suatu kondisi proses yang optimal dengan waktu tinggal, yaitu 4, 5 dan 6 hari. Setiap
sistem anaerobikmenggunakan media dua hari sekali dilakukan pengambilan
biofilter biakan melekat parameter, yaitu BOD, sampel dari 4 titik pengamatan, yaitu pada
COD dan TSS.
Pengolahan Limbah Cair... J. Tek. Ling. Edisi Khusus. 48 - 57 49
umpan limbah cair awal (Bak Sedimentasi ditambah. Pelaksanaan ujicoba proses
I), influent unit anaerobik, effluent unit pengolahan dengan skala laboratorium ini
anaerobik dan effluent bak sedimentasi II dilakukan di laboratorium proses pada Balai
(lihat Gambar 1). Apabila dirasa perlu Teknologi Lingkungan, Serpong.
frekuensi pengambilan sampel dapat
50 Rahardjo, P. N. 2008
Gambar 1 : Sistem pengolahan dengan reaktor anaerobik media biofilter biakan melekat
Tabel 4 : Hasil analisa BOD untuk Waktu Tinggal 4 hari di Unit Anaerobik
52 Rahardjo, P. N. 2008
Tabel 5. Hasil analisa BOD untuk Waktu Tinggal 5 hari di Unit Anaerobik.
Tabel 6. Hasil analisa BOD untuk Waktu Tinggal 6 hari di Unit Anaerobik.
Tabel 8. Hasil analisa COD untuk Waktu Tinggal 5 hari di Unit Anaerobik
Tabel 9. Hasil analisa COD untuk Waktu Tinggal 6 hari di Unit Anaerobik
Tabel 11. Hasil analisa TSS untuk Waktu Tinggal 5 hari di Unit Anaerobik.
Tabel 12. Hasil analisa TSS untuk Waktu Tinggal 6 hari di Unit Anaerobik
54 Rahardjo, P. N. 2008
3.2. Pembahasan >80%). Namun untuk parameter TSS nilai
pengurangannya hanya 9,35%.
Dari hasil analisa laboratorium untuk
ketiga parameter (BOD, COD dan TSS) 3.2.2 Waktu Tinggal Optimal
dapat dilihat korelasinya dengan perubahan
Berdasarkan Tomo dkk. 1) , proses
Waktu Tinggal, yaitu bahwa hasil
pengolahan limbah cair PKS yang paling
pengolahan limbah cair PKS dengan
baik adalah proses yang berlangsung
menggunakan sistem anaerobik dan dengan
anaerobik dan dalam kondisi thermopilik,
media biofilter biakan melekat menunjukkan
yaitu proses yang berlangsung pada
efisiensi pengurangan terbaik untuk ketiga
temperatur tinggi 35 - 75C dan optimal
parameter tersebut diperoleh pada Waktu
pada temperatur 55 65C . Namun variabel
Tinggal 6 hari. Dengan menghubungkan nilai
Waktu Tinggal (Detention Time) masih dapat
rata-rata efisiensi pengurangan beban bahan
diteliti lebih lanjut, walaupun menurut Tomo
pencemar dengan Waktu Tinggal dapat
dkk. Waktu Tinggal optimal adalah 4 hari.
diperoleh kurva seperti berikut ini.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
3.2.1 Perubahan Kualitas Limbah Cair (lihat Gambar 3), memang dengan
Baku meningkatnya Waktu Tinggal, maka
meningkat pula Efisiensi Pengurangan
Diketahui bahwa kualitas limbah cair
bahan pencemar (BOD, COD & TSS). Tentu
PKS PT. Kertajaya mengandung BOD rata-
saja bila Waktu Tinggal terus ditingkatkan,
rata maksimum sebesar 20.000 mg/l, COD
maka hasil pengolahannya pun pasti makin
26.000 mg/l dan TSS 2.500 mg/l. Namun
baik. Namun yang dicari adalah hasil
pada saat percobaan dimulai ternyata
pengolahan yang telah memenuhi baku
limbah cair baku segar yang berada di bak
mutu lingkungan sesuai dengan peraturan
Sedimentasi pertama mempunyai
yang berlaku (misalnya BOD < 100 mg/l).
kandungan BOD 18.000 s/d 19.000 mg/l,
COD 20.000 s/d 22.000 mg/l dan TSS antara
3.2. 3 Kondisi Yang Tidak Ideal Dalam
1.400 sampai 1.500 mg/l. Terjadinya
Penelitian
perubahan kualitas limbah cair segar
tersebut diperkirakan karena adanya proses Pada pelaksanaan operasi di
pengolahan biologis selama perjalanan Laboratorium banyak dijumpai kondisi
pengangkutan dari lokasi PKS di sistem yang tidak ideal. Ketidak-idealan
Pandeglang sampai ke laboratorium Balai tersebut antara lain:
Teknologi Lingkungan di Serpong yang
membutuhkan waktu tempuh selama 4 jam. Seperti yang telah diuraikan tentang
Limbah cair segar yang baru diambil adanya perubahan kualitas limbah
langsung dari pabrik tersebut dikemas dalam cair segar yang digunakan,
jerigen plastik yang bervolume 20 literan dan kandungan BOD dalam limbah cair
dalam kondisi tertutup rapat, sehingga baku yang masuk ke dalam unit
proses pengolahan biologis yang terjadi Sedimentasi I ternyata jauh di bawah
berlangsung secara anaerobik. Hal ini 25.000 ppm. Dengan nilai BOD yang
ditandai pula oleh menggelembungnya rata-rata di bawah 20.000 ppm
jerigen-jerigen limbah cair PKS tersebut. menyebabkan beban pengolahan
Adanya proses pengolahan biologis itu, menjadi lebih ringan dari yang
menyebabkan terjadi degradasi bahan- sebenarnya di lapangan.
bahan pencemar yang terkandung dalam Terbentuknya scum atau gumpalan-
limbah cair segar tersebut. Dengan gumpalan kecil yang terflotasi pada
demikian, maka kandungan bahan permukaan unit anaerobik,
pencemar baik BOD maupun COD telah menyebabkan saluran outlet sering
berkurang secara berarti (pengurangan tersumbat, sehingga alirannya
56 Rahardjo, P. N. 2008
c. Untuk mengatasi permasalahan ketidak- Metode Pengapungan (Flotasi), Fak.
idealan sistem pemroses yang ada Teknik Universitas Syiah Kuala,
pada skala laboratorium hendaknya Banda Aceh, 2000.
dilakukan scale up, yang berarti 3. Wisnuprapto dan Nurwandi,
menambah besar ukuran unit-unit Pengaruh Waktu Stabilisasi Terhadap
sistem pemroses, sampai pada besar Penyisihan COD Dengan Reaktor
ukuran perpipaan yang digunakan. Kontak Stabilisasi Dalam Pengolahan
Air Buangan Minyak Kelapa Sawit,
DAFTAR PUSTAKA ITB, Bandung, 1995.
1. Tomo HS. dkk., Pengolahan Limbah
Cair Minyak Kelapa Sawit Dengan
Sistem Anaerobik Aerobik, BPPT,
Jakarta, 1997.
2. Zuhra Syaifulah, Pengolah Limbah
Cair Minyak Kelapa Sawit Dengan