Anda di halaman 1dari 99

TEKNOLOGI TERPADU, TEPAT GUNA DAN RAMAH

LINGKUNGAN DALAM UPAYA PENINGKATAN


PRODUKSI PADI SAWAH

Dr. Araz Meilin, SP, MSi


BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI

Kota Jambi, 08 April 2021


PEMBANGUNAN PERTANIAN MAJU, MANDIRI, DAN MODERN 2020-2024

PRODUKSI & PERTANIAN


n
a ta PRODUKTIVITAS RENDAH BIAYA
g k i& s
nin uks ita • Gerakan nasional peningkatan • Fasilitasi pembiayaan pertanian
iv
Pe rod ukt produktivitas, produksi, dan ekspor (KUR bunga rendah)
P d
o n ian ya • Peningkatan populasi Ternak
Pr erta Bia • Pengembangan kawasan berbasis
P ah • Pengembangan SDM pertanian korporasi
nd
MAJU, Re • Family Farming & Pekarangan • Bantuan/subsidi pertanian tepat
Pangan Lestari (P2L) sasaran
MANDIRI &
MODERN
s i MEKANISASI EKSPANSI
an an & RESEARCH
p
s ni PERTANIAN
k
E rta asi
Pe s • Pengembangan dan penerapan
ani • Optimasi pemanfaatan lahan.
ek & rch mekanisasi pertanian (pra dan
• Penyediaan air
M
s ea pasca panen)
Re • Akselerasi pemanfaatan inovasi (irigasi,embung,bangunan air)
teknologi

2
OUTLINE
SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
(JARWO) DAN JARWO SUPER

PEMILIHAN VARIETAS PADI

TEKNOLOGI PEMELIHARAAN
TANAMAN RAMAH LINGKUNGAN
JARWO
(JAJAR LEGOWO)

JARWO:
Cara tanam padi sawah dengan pola beberapa baris
tanaman yang diselingi satu barisan kosong 

2:1 3:1 5:1


jarak tanam
4
SISTEM TANAM JARWO GANDA

Sistem tanam jarwo ganda 1


(50;25;12,5;5 cm = jumlah populasi
376.470 rumpun/ha)

Peningkatan hasil gabah 5-10% dari sistem Jarwo Super


Namun perlu alat mekanik tanam untuk efesien tenaga Jarwo ganda 2 (40;20;10;5 cm =
jumlah populasi 571.428 rumpun/ha)
VARIETAS UNGGUL BARU
(VUB)
PADI
Pemilihan VUB Padi yang tepat, potensi hasil tinggi dan
tahan OPT tertentu, merupakan faktor penting/penentu
dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi

http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id
VUB Padi Sawah Tahan Wereng Batang Cokelat
No Varietas Hasil Potensi Hasil Umur Keunggulan OPT Tahun
(t/ha) (t/ha) (HSS) dilepas
AT WBC 1, 2, 3, dan pop. lapang
1 Inpari 47 WBC 7.71 9.52 121 Sukamandi; 2020
AT HDB IV, dan VIII

2 Inpari Gemah 7.75 10.46 118 AT WBC 1,2; 2020


AT HDB III, IV, dan VIII

3 Inpari 48 Blas 7.64 9.13 121 AT WBC 1, 2, 3; 2020


T-AT 4 ras utama blas
4 Inpari Digdaya 7.92 9.5 119 AT WBC 1, 2, 3 2019
5 Inpari 45 Dirgahayu 7.1 9.5 116 AT WBC 1, 2, 3;
T HDB III, IV, dan VIII 2019

6 Padjadjaran Agritan 7.8 11.0 105 AT WBC 1, 2 2018


7 Siliwangi Agritan 7.4 10.7 111 AT WBC 1, 2,3 2018
8 Cakrabuana Agritan 7.5 10.2 104 AT WBC 1, 2,3 2018
INPARI 33 Asal seleksi: BP360E-MR-79-PN-2/IR71218-38-4-
3//BP360E-MR-79-PN-2
Bentuk gabah: Panjang ramping
Bentuk tanaman: Tegak
Daun bendera: Tegak
Nomor seleksi: B11742-RS*2-3-MR-5-5-1-SI-1-3
Potensi hasil: 9,8 ton/ha GKG
Rasa nasi: Sedang
Rata-rata hasil: 6,6 t/ha GKG
Tinggi tanaman: ±93 cm
Umur tanaman: ± 100 hari
Keterangan: Tahan terhadap wereng batang coklat
biotipe 1, 2 dan 3. Agak tahan
terhadap hawar daun bakteri parotipe
III, agak tahan terhadap hawar daun
bakteri patotipe VIII. Cocok ditanam di
ekosistem sawah dataran rendah
sampai ketinggian 600 m dpl.
VUB PADI 2017
INPARI 42,43 DAN 44 AGRITAN GSR
PADI SAWAH EFISIEN INPUT MUTU PREMIUM DAN TAHAN
No Nama Varietas
OPT Sifat Unggul
1 Inpari 42 Agritan GSR Agak tahan HDB, Agak tahan WBC biotipe 1, mutu beras kristal premium.
efesiensi pemupukan 75% anjuran dosis

2 Inpari 43 Agritan GSR Agak HDB, Agak tahan WBC biotipe 1, mutu beras kristal premium. efesiensi
pemupukan 75% anjuran dosis

3 Inpari 44 Agritan Agak tahan HDB, potensi hasil tinggi (9.25 ton/ha), nasi pulen,

MUTU GABAH INPARI 43 GSR

INPARI 42 GSR INPARI 43 GSR


Varietas Inpari 48 Blas usia tanaman +/-
121 hari memiliki rata-rata hasil GKG
sebesar 7.64 t/ha dengan potensi hasil 9.13
t/ha.

Rata-rata hasil GKG tersebut nyata lebih


tinggi daripada Inpari 30, dan setara dengan
Inpari 32 dan Inpari 43.

Varietas ini memiliki ketahanan wereng


coklat yang lebih baik daripada Inpari 30,
Inpari 32, dan Inpari 43. Selain itu Inpari 48
Blas agak tahan terhadap hawar daun
bakteri, dan memiliki ketahanan terhadap 4
ras utama penyakit blas.
Deskripsi Varietas Padi Logawa
Nomor seleksi : B5960-MR-18-1-1
Asal persilangan : Cisadane/Bogowonto//2*Cisadane
Golongan : Cere
Bentuk tanaman : Tegak Potensi padi Logawa termasuk tinggi
yaitu sekitar 9 ton perhektare, dan
Umur Tanam : 110 - 120 Hari Setelah Semai rata-rata petani bisa menghasilkan 8
Anakan produktif : 8 – 12 batang
ton tiap hektare dengan menanam
Tinggi : 94 cm
Warna Batang : Hijau padi logawa ini.
Warna daun : Hijau
Kerontokan : Mudah rontok Selain potensi yang tinggi varietas
Posisi daun : Tegak padi ini juga tahan terhadap serangan
Daun Bendera : Tegak
hama wereng coklat biotipe 2 dan
Bentuk Gabah : Ramping
Warna Gabah : Kuning juga penyakit hawar daun bakteri
Kerebahan : Tahan strain III.
Kadar amilosa : 26 %
Tekstur nasi : Pera
Bobot 1000 butir : 27 g
Varietas Tahan Tungro (Taro)
 Inpari 7 Lanrang
Varietas Tahan Tungro (Taro)
 Inpari 8
Varietas Tahan Tungro (Taro)
 Inpari 9 ELO

 Inpari 9 Elo
Varietas Tahan Tungro (Taro)

 Inpari 36 Lanrang
Varietas Tahan Tungro (Taro)
 Inpari 37 Lanrang
 Paket Teknologi yang diimplementasikan Jajar
Legowo Super
1. Varietas Unggul Baru (VUB) dengan potensi hasil
tinggi
2. Aplikasi biodekomposer sebelum pengolahan
tanah
3. Aplikasi pupuk hayati pada benih sebelum semai
dan pemupukan berimbang berdasarkan status
hara tanah (penggunaan PUTS)
4. Pengendalian OPT dengan pestisida nabati, dan
bila menggunakan pestisida anorganik harus
berdasarkan ambang kendali
5. Penggunaan alsintan (transplanter dan combine
harvester)
Pesemaian : Tanam Pindah

Sistem dapog jika tanam menggunakan Indojarwo transplanter

Benih disebar dalam kotak Secara in-situ menggunakan lembaran


dapog 18 x 56 cm; 100- plastik (tanah:pupuk kandang 3:2)
125 gram/kotak
26
Pesemaian : Tanam Pindah

Sistem manual (tanam biasa)

Tanam bibit umur 15-18 hari setelah semai,


2-3 batang bibit

27
1. PENGGUNAAN BIODEKOMPOSER
(PEROMBAK BAHAN ORGANIK)

Biodekomposer merupakan perombak bahan organik


dan penyedia hara tanaman 
Kandungan Biodekomposer :
Trichoderma sp., Aspergilius sp.,
dan Trametes sp. 

Fungsi: mempercepat proses


dekomposisi sisa panen
(jerami, berangkasan jagung,
dan kedelai), perkebunan
(limbah kelapa sawit, tebu, dan
pabrik gula), sampah perkotaan
dan rumah tangga. 

28
BIODEKOMPOSER M-Dec
Kelebihan biodekomposer M-Dec :
 Mempercepat proses pengomposan jerami
menjadi 1-2 minggu (tanpa M-Dec, pengomposan 4
minggu
 Kompos jerami yang seluruhnya dikembalikan ke sawah
diharapkan dapat menekan biaya pemupukan KCl
hingga 100%
 mengurangi imobilisasi hara, menekan perkembangan
penyakit, larva serangga, biji gulma, bahan buangan,
dan menanggulangi masalah lingkungan.

29
Cara aplikasi Biodekomposer :
M-Dec :4 kg/ha ~
mendekomposisi 4 ton jerami 

4 kg M-Dec + 400 liter air bersih

Larutan bio-dekomposer disemprotkan/disiramkan pada


tunggul jerami dan di atas hamparan jerami pada petakan
sawah setelah pengolahan tanah pertama, lalu diolah
dengan traktor dan tanah dibiarkan dalam kondisi
lembab/tidak tergenang selama minimal 7-10 hari. 

30
2. Penggunaan Pupuk Hayati, serta pemupukan
berimbang berdasarkan PUTS atau analisis
tanah

Pupuk hayati AGRIMETH  

Fungsi :
Untuk meningkatkan
pertumbuhan dan
produktivitas tanaman
pangan (padi/kedelai),
hortikultura (cabe/sayuran)
dan perkebunan (tebu)

31
Cara aplikasi Agrimeth:
 Benih padi direndam dan diperam
masing-masing 24 jam, lalu
ditiriskan.
 Benih yang lembab dicampur dengan
agrimeth, diaduk hingga rata.
 Dosis 500 gr agrimeth/25 kg benih
padi (untuk 1 ha)
 Sisa agrimeth, disebar di pesemaian
Syarat :
 Pencampuran agrimeth dilakukan di
tempat teduh
 Benih harus segera disemai, tidak
lebih dari 3 jam.
 Tidak terkena matahari langsung,
tidak hujan
32
Pupuk an organik 
(berdasarkan hasil analisis tanah 8 Maret 2017)

Atau

Urea 200-250 kg/ha KCl 50 kg/ha SP 36 50 kg/ha Ponska 250 kg/ha

Pupuk kandang 

Atau

Pupuk kandang matang sempurna Petroganik 1 ton/ha


1 ton/ha

33
Penyulaman
Penyulaman harus selesai 2 minggu setelah
tanam (MST), atau sebelum pemupukan dasar.
Pengairan
• Saat pertengahan sampai pembungaan tinggi
muka air 3-5 cm
• Saat pemupukan, kondisi sawah macak-macak
Penyiangan
• Penyiangan harus penting dilakukan sampai
30 hari setelah tanam (21 HST dan 42 HST)
34
MENGAPA Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
BERKEMBANG ??
Aplikasi konsep PHT dalam pengendalian OPT sudah berkurang

Adanya tanaman inang (padi) terus-menerus, pemilihan


varietas tidak tepat
Penggunaan pestisida tidak tepat dosis, waktu (aplikasi
sistem kalender/terjadwal), sasaran, cara

Teknik budidaya yang kurang tepat

Ketidakseimbangan ekologi (biodiversitas, strategi OPT untuk


kelangsungan hidup)  menurunnya musuh alami
KELIMPAHAN HAMA BERDASARKAN
STADIA PADI

• Wereng B • Wereng B • Wereng B • Wereng B • Wereng B Ulat Grayak


Coklat coklat coklat coklat coklat
• Wereng P. • Wereng P. • Wereng P. • Wereng P. • W.P. Putih atau
Putih Putih Putih Putih • Beluk
• Wereng hijau • Wereng hijau • Wereng hijau • Beluk • Pelipat daun • Burung
• Sundep • Sundep • Sundep • Pelipat daun • Ulat Grayak • Tikus
• Pelipat daun • Pelipat daun • Pelipat daun • Ulat Grayak • Walang sangit • Manusia
• Hama putih • Hama putih • Ulat Grayak
• Keong Mas • Ulat Grayak
Wereng Cokelat
(Nilaparvata lugens)
BIOLOGI WERENG COKELAT

Telur (7-10 hr)


100-600 butir

Nimfa (12-15 hari)


5 instar

Makroptera dan Brakiptera

Imago (5-9 hari)


AKIBAT SERANGAN WERENG COKELAT
AKIBAT SERANGAN WERENG COKELAT
Indramayu, West Java, rainy season 2010
SERANGAN WERENG BATANG COKELAT

Desa Bukit Sari, Jujuhan, Bungo (1 Juli 2012)


AKIBAT SERANGAN WERENG COKELAT DI KAB. TEBO
TAHUN 2016
SERANGAN WERENG BATANG COKELAT DI DESA
SIMPANG DATUK, NIPAH PANJANG, TANJABTIM

Luas serangan 27 ha
(Juli 2020)
SIFAT ISTIMEWA
AMBANG EKONOMI
WERENG BATANG
COKELAT

Hama r-strategik=cepat menemukan habitat, berkembang biak,


mempergunakan sumber makanan, menyebar ke habitat baru
Pola perkembangan = musim hujan dan kemarau
Melemahkan kerja insektisida= terjadi resistensi, resurjensi, hama
sekunder
Hama latent=mentransfer Virus kerdil hampa dan kerdil rumput
Plastisitas genetik tinggi=cepat membentuk biotipe baru
WERENG COKLAT VS. WERENG HIJAU

• Hama yang menyerang dengan cara mengisap


cairan tanaman sehingga tanaman menjadi
kering seperti TERBAKAR (HOPPERBURN)
• Vektor virus RRSV & RGSV tipe 1,2

FAKTA
• Mengisap cairan tanaman, namun tidak
menyebabkan kekeringan/kerugian yang
berarti
• Vektor virus RTV (RTBV &RTSV)

45
WERENG COKLAT
SIKLUS HIDUP WERENG COKLAT

HABITAT

PENULARAN VIRUS: PERSISTEN GEJALA SERANGAN 46


WERENG HIJAU
SIKLUS HIDUP WERENG HIJAU

HABITAT

PENULARAN VIRUS: SEMIPERSISTEN

GEJALA SERANGAN 47
a b
Serangga vektor virus tungro yang umum ditemukan di
Indonesia.
Nephotettix nigropictus umumnya ditemukan pada gulma(a),
dan N. virescens umumnya ditemukan pada padi (b)
JENIS PENYAKIT VIRUS PADI

1 2 3

RRSV Padi RRSV Gulma RGSV Tungro

ns
e
lug VEKTOR VEKTOR
a ta e ns
p arv i res c
i la tix v
N t e t
ho
Nep 49
Gejala tungro di lapangan
Location : West Lombok, Nusa Tenggara
Gejala tungro pada ratun
Location : Garut, West Java
Gejala RTV & RGSV yang
Menginfeksi areal yang sama – menyebabkan puso
Location : Badung, Bali
RRSV Padi RRSV Gulma Tungro RGSV

Gejala Tungro, RRSV & RGSV pada area yang sama


Location : Pesisir Selatan, West Sumatera
PENYAKIT TUNGRO DI KERINCI, JAMBI
1. Penggunaan varietas tahan ( Inpari 33, Inpari
47, Inpari 48, Logawa)
Strategi 2. Tanam serempak dan ada jarak tanam
pengendalian 3. Perangkap lampu (light trap) Pemantauan
dan pengendalian
wereng coklat
4. Tuntaskan pengendalian pada generasi-1,
5. Pengendalian hayati (predator, parasitoid),
biopestisida
6. Pengendalian dengan insektisida kimia
kontak dan sistemik
AKIBAT POLA TANAM TIDAK SEREMPAK, WBC SELALU ADA DI HAMPARAN

How many 50-100 wc


macropterous here makroptera/rumpun

How many macropterous here


PEMANTAUAN
POPULASI OPT Light trap
• Penggunaan cahaya lampu dalam
mengendalikan hama berdasarkan
fotorespon serangga nokturnal terhadap
cahaya
• Penggunaan lampu perangkap sesuai dengan
konsep pengendalian hama terpadu (PHT)
biointensif  merancang ekosistem
pertanian agar populasi hama serendah
mungkin, meminimalkan penggunaan
insektisida
• Dalam perkembangannya mengalami
modifikasi a.l jenis lampu, sumber daya,
penampung serangga
Spesifikasi
• Atap terbuat dari plat seng tebal 0,5 inci, berfungsi
untuk melindungi lampu dan hasil tangkapan
terutama dari air hujan dan panas.
• Rangka terbuat dari besi, panjang dan lebar 100 cm
serta tinggi 180 cm,
• Lampu 160 watt Jenis ML (Mercury Lamp)
• Corong dari plat seng tebal 0,5 inci, diameter atas 60
cm, diameter bawah 8 cm, merupakan tempat
masuknya serangga yang terperangkap.
• Kantung terbuat dari kain kasa, diameter 30 cm dan
panjang 100 cm
Fungsi
• Penduga waktu semai padi
•  Ditentukan oleh puncak wereng imigran yg
tertangkap LT  ditanam 15 hari stl puncak
imigran
• Penduga waktu tanam padi
• Jika yang tertangkap LT tinggi, dimundurkan 1
minggu
• Sebagai alat monitoring
• wbc: >50  patau di lapang dan dikendalikan
• <50 wbc  lakukan pengamatan di lapangan,
pada vegetatif 3-5 wbc, pd generatif 5-7 wbc
 dikendalikan
• Reduksi populasi  LT dengan lampu 150 watt
Pemasangan light trap

• Lampu perangkap diletakkan di pematang


besar atau ditempat yang agak luas. (jarak
ke tanaman sekitar 3m)
• Memerlukan sumber aliran listrik.
• Lampu perangkap dinyalakan selama 11-12
jam yaitu mulai pkl 18.00 sore sampai
dengan pkl 06.00 pagi.
• Setiap pagi hasil tangkapan diambil dari
kantung dan dihitung jumlah dan jenis
serangga yang tertangkap.
PERANGKAP BERFEROMON
• Siapkan toples plastik yang sudah dilubangi pada
bagian dindingnya. Lubang dibuat secara
memanjang selebar lebih kurang 2 cm sebagai
jalan masuk imago penggerek batang padi.
• Gantung karet berferomon menggunakan kawat
dan peniti pada tutup toples tepat di atas lobang
masuk serangga, sedangkan pada bagian bawah
toples diisi dengan air sabun.
• Tempatkan perangkap berferomon pada areal
persawahan secara acak, untuk pemantauan
diperlukan 5-6 unit per hektar dan untuk
penanggulangan dibutuhkan 12-15 unit per
hektar dipasang pada jarak yang proposional.
• Pemasangan perangkap dilakukan pada saat
mulai tanam atau paling tidak 10 hari setelah
tanam ditempatkan pada ketinggian 50-75 cm di
atas permukaan tanah agar selalu berada pada
posisi sedikit di atas tajuk tanaman.
PERANGKAP BERFEROMON
• Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa
pemanfaatan perangkap berferomon untuk
pengendalian penggerek batang padi kuning
dengan memasang 24 perangkap per hektar,
memberikan hasil yang cukup baik.
• Tingkat serangan dengan melihat gejala
serangan tanaman padi yang terserang
penggerek dengan gejala beluk (hampa)
yaitu 5,58%, sedangkan pada kontrol (tanpa
perangkap) mencapai 21,8% . Ini berarti,
pemakaian perangkap berferomon mampu
menurunkan tingkat serangan dari 21,8%
(pada kontrol) menjadi sekitar 5,58% (24
perangkap per hektar).
Perkembangan 1 pasang WBC
Pengendalian generasi bersayap/imigran (Gen 0)

# keturunan
wereng batang cokelat 16000
Generasi 3
Hopperburn
14000

1. Pengendalian dituntaskan pd 12000


generasi-1
2. Pengendalian pada generasi-2 10000
sulit berhasil, karena efikasi
8000
insektisida < 70%
Generasi 2
3. Pengendalian pd generasi-3, tidak 6000
akan berhasil
4000

2000
Generasi 0 Generasi 1
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Rice old (day)
Baehaki S.E, 2011
TIKUS ±150 SPESIES, 8 Mjd HAMA
Spesies Tikus Nama Umum Sebagai Hama
Rattus Tikus sawah Padi, palawija, tebu
argentiventer Ric-field rat
Rattus exulans Tikus ladang,tikus angin, Padi gogo, palawija
tikus semak –Polinesian rat
Rattus tiomanicus Tikus pohon, tikus hutan- Kelapa sawit
Malayan wood rat
Mus caroli Mencit sawah-Wildmice Padi, palawija
Bandicota indica Tikus wirok Ubikayu, hama di
pemukiman-urbant pest
Rattus rattus diardi Tikus rumah-House rat Bahan pangan dalam
penyimpanan-urbant pest
Rattus norvegicus Tikus got, tikus riul Gudang, pasar-urbant pest
Mus musculus Mencit rumah Bahan pangan dlm
penyimpanan-urbant pest
PERKEMBANGBIAKAN TIKUS SAWAH
Rekomendasi tindakan pengendalian TIKUS
Cara Stadia padi / kondisi lingkungan sawah
Pengendalian Bera Olah Tanah Semai Tanam Bertunas Bunting Matang

Tanam     + +      
serempak
Sanitasi + ++ +     +  
habitat
Gropyok + ++ +        
massal
Fumigasi           ++ ++
LTBS ++ +     + ++  
TBS   ++ +        
Rodentisida*
Keterangan: ++dilakukan,
     
++ difokuskan,   diperlukan,
* jika    
LTBS=sistem bubu perangkap linier, TBS=sistem bubu
perangkap
MUSUH ALAMI WERENG COKELAT

• Chiu (1979) : Parasitoid (34 spesies), Predator (37 spesies


predator), Patogen: 3 spesies cendawan
• Dupo & Barrion (2009): Parasitoid (56 spesies), Predator (167
spesies).
Telur Wereng Cokelat Terparasit
Parasitoid Telur Wereng Cokelat

Paracentrobia sp. Mymar sp.

Polynema sp. Polynema sp. Polynema sp.


Parasitoid Nimfa Wereng Cokelat

Haplogonatopus sp.
Elenchus sp.
Predator: Lycosa pseudoanulata
Predator: Cyrtorhinus lividipennis
Predator

Paederus sp. Ophionea sp.


Predator

Tetragnatha sp
Parasitoid Penggerek Batang Padi

Telenomus

Trichogramma
Tetrastichus
Patogen yang menyerang hama padi
• Metarrhizium anisopliae
• Beauveria bassiana
Beauveria Metarhizium
Walangsangit – belalang
terinfeksi Beauveria
MUSUH ALAMI TIKUS
• Burung hantu (Tyto alba)

2012
TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKSI PADI
1. Pilihan penggunaan varietas berpotensi hasil tinggi dan tahan hama serta penyakit
2. Pengolahan tanah spesifik lokasi
3. Tanam serempak dan pergiliran varietas
4. Mempertahankan keberadaan musuh alami di lingkungan setempat.
5. Pemantauan populasi hama dan penyakit secara rutin.
6. Pengendalian hama wereng sedini mungkin, ketika populasinya pada pertanaman
merupakan generasi ke-1. Pada umumnya, keberhasilan pengendalian wereng cokelat
jika sudah memasuki generasi ke-2 atau ke-3 akan sangat kecil, bahkan mengalami
kegagalan.
7. Penggunaan pupuk N sesuai anjuran (tidak berlebihan) atau berdasarkan status hara
8. Penyebaran penyakit tungro dapat dihambat melalui penekanan aktivitas pemencaran
wereng hijau, dengan modifikasi sebaran tanaman dengan tanam jajar legowo dan
mengatur kondisi pengairan (menggenangi sawah yang terserang tungro).
9. Sanitasi lingkungan untuk menghilangkan sumber inokulum penyakit dan memutus
siklus hidup hama melalui eradikasi ratun/singgang.
80
TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
TERPADU
10. Berdasarkan tangkapan wereng batang cokelat dan penggerek batang padi:
a. Apabila tangkapan WBC imigran (makroptera) pada lampu perangkap terdiri atas satu
generasi (seragam), maka persemaian hendaknya dilakukan 15 hari setelah puncak
tangkapan.
b. Apabila populasi WBC beragam generasi (tumpang tindih), maka persemaian dilakukan 15
hari setelah puncak tangkapan ke-2.
c. Waktu tanam yang dianjurkan adalah 15 hari setelah puncak penerbangan ngengat PBP
generasi pertama.
d. Apabila generasi PBP di lapangan tumpang tindih, waktu tanam dianjurkan 15 hari setelah
puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya.

11. Konservasi Musuh Alami


12. Pengendalian dengan pestisida secara tepat
TERIMA
KASIH

82
BPTP Jambi
Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi
Telp. (0741) 40174, Fax. (0741) 40413
E-mail: bptp_jambi@yahoo.com
Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Warna dorsal: coklat kekuningan dengan Tikus sawah (Rattus exulans)
bercak-bercak hitam di rambut, Warna penampilan dominan: Hitam
Warna ventral: putih keperakan atau putih dan Coklat.
keabu-abuan, Tekstur rambut : agak halus
Warna ekor : coklat tua Cirikhas : ~ rambut perut berwarna
Tekstur rambut : agak kasar coklat
Cirikhas : ~ rambut perut berwarna putih ~ ekor lebih panjang
~ ekor lebih pendek daripada daripada kepala+badan
kepala+badan ~ bagian atas kaki belakang
~ rumbai/surai jingga di depan lbh gelap
telinga tikus muda Habitat : agroekosistem padi gogo,
Habitat : agroekosistem padi, terutama semak, mudah beradaptasi dg
dataran rendah (<1500dpl) lingk. baru
Daya rusak tikus sawah - perilaku mengerat - berdampak
kerusakan tanaman padi 5 kali lipat dari kebutuhan
makannya
Pesemaian, benih dimakan atau dicabut. Seekor tikus sawah
mampu merusak ± 283 bibit per malam (126- 522 bibit umur 2
hari).
Stadia anakan - anakan maksimal, memakan bagian titik
tumbuh dan pangkal batang yang lunak, sedangkan bagian lain
ditinggalkannya- Daya rusak ± 80 batang per malam (11-176
tunas).
Padi bunting, tikus merusak ± 103 batang per malam (24-246
tunas).
Padi bermalai, daya rusak ± 12 malai per malam (1-35 malai)..
Beberapa tindakan pengendalian tikus sawah:

Tata tanam legowo [A], pola tanam serempak [B],


sanitasi habitat tanggul irigasi [C], gropyok massal [D],
dan fumigasi/pengemposan [E & F]
Tentang TBS (Trap Barrier System)
Sistem Bubu Perangkap mrpk teknik pengendl tikus sawah
yang terbukti efektif menangkap tikus dalam jumlah banyak
& terus menerus sejak tanam hingga panen.
Komponen TBS
1. Tanaman perangkap

stadia vegetatif
(A) & generatif (B)

Petak lahan berukuran min. 25 m x 25 m yang ditanami


padi 3 minggu lebih dahulu dari pertanaman padi di
sekitarnya-bertujuan agar berfungsi optimal menarik tikus
dari lingkungan sekitarnya.
2. Pagar plastik

Pagar plastik TBS dari bahan plastikbening (A), bahan terpal (B, C), mulsa (D)
Berupa plastik bening (tebal: 0,8 mm), mulsa, atau
terpal (semua warna dapat dipakai) yang dipasang
setinggi 60-70cm mengelilingi tanaman perangkap.
Berupa terpal : Potong terpal setinggi 65 cm, lipat ± 1cm
dan jahit ujung atas & bawahnya. Pada setiap selang
1m, buatkan tempat khusus untuk ajir bambu, berupa
jalur berlubang (seperti selongsong) yang dijahit selebar
± 4cm.
PEMASANGAN PAGAR PLASTIK TBS

Skema pemasangan TBS di lapangan, (a) letak tanaman padi, perangkap,


pagar, dan saluran air, (b) susunan pagar plastik, dan bubu perangkap
3. Bubu perangkap

Bubu Perangkap: Skematis (A), dan pemasangannya


(B)
Dibuat dari ram kawat, berbentuk kotak berukuran 40cm
x 20cm x 20cm, dilengkapi corong masuk tikus (depan),
dan pintu (belakang) untuk mengeluarkan tikus yang
tertangkap.
Mekanisme Kerja TBS
Prinsip kerja TBS : menarik tikus dari lingkungan
sekitar sejak awal musim tanam - disebabkan adanya
perbedaan umur tanaman perangkap yang ditanam 3
minggu lebih awal dari tanaman padi di sekitarnya.

Puncak tangkapan tikus terjadi bertepatan dengan


periode tanam petani di sekitarnya atau tanaman
perangkap berumur 3 MST.

Tikus yang tertarik mendatangi petak tanaman


perangkap mencapai radius 200m di sekelilingnya
atau setara dengan 10-15 ha (perlindungan ‘halo
effect’).
Rekomendasi Penerapan TBS
√ Diterapkan di daerah endemik tikus - tk populasi tinggi,

√ Di agroekosistem sawah irigasi teknis

√ Hamparan sawah dg pola tanam serempak trtm pada


musim kemarau dan dikelola secara kelompok.

√ Dikombinasikan dengan teknik pengendalian tikus yang


lain sesuai stadia tanaman padi dan kondisi
agroekosistem sasaran pengendalian.
Penempatan TBS

√ Di habitat tepi kampung, tanggul irigasi, dan tanggul jalan / pematang


besar.
√ Di petak lahan yang setiap musim tanam selalu terserang tikus.
√ Pemasangan unit TBS diulang kembali pada setiap 500 m agar setiap
wilayah pada hamparan sawah dapat terlindungi oleh keberadaan unit-
unit TBS.
Pemeliharaan TBS
√ Periksa TBS setiap pagi. Tikus tertangkap ditenggelamkan
dalam air ± 10 menit bersama bubu perangkapnya.
√ Lepaskan kembali hewan bukan sasaran (katak, kadal, ular,
ikan, burung dll.) yang ikut tertangkap.
√ Segera cuci bubu perangkap jika ditemukan tikus/hewan
lain mati di dalamnya, agar tikus yang datang belakangan
tetap mau masuk perangkap.
√ Periksa pagar plastik, apabila berlubang segera diperbaiki.
√ Pastikan parit terisi air sehingga bagian bawah pagar
plastik selalu terendam.
√ Bersihkan gulma di parit - tikus mampu memanjatnya
untuk jalan masuk ke dalam petak TBS.
Ragam TBS
1. TBS standar / TBS tanam awal
Ditanam 3 minggu lebih awal daripada pertanaman lainnya.
2. TBS perlindungan penuh (full protection)
Semua tanaman padi dalam suatu petak berukuran relatif besar
dikelilingi pagar plastik dan dilengkapi bubu perangkap (yang
dipasang setiap 20m). - lokasi penelitian
3. TBS pesemaian
Pesemaian dipagar plastik dan dipasang bubu perangkap. Bekas
pesemaian selanjutnya ditanami padi umur genjah/pendek
(misal var. Dodokan) agar memasuki stadia generatif lebih dahulu.
4. TBS tanam akhir
Tanaman perangkap TBS ‘tanam akhir’ ditanam 3 minggu lebih
lambat daripada pertanaman di sekitarnya.
Tentang LTBS (Linear Tap Barrier System)

LTBS atau Sistem Bubu Perangkap Linier berupa


bentangan terpal setinggi 50-60 cm, dengan panjang
minimal 100 m, dan dipasangi bubu perangkap
setiap jarak 20 m secara berselang-seling
Perbedaan TBS dan LTBS
  TBS LTBS
Dasar Ketertarikan tikus Pergerakan tikus di
perancangan terhadap tanaman padi lingkungan sawah
Komponen Pagar plastik, bubu Pagar terpal / plastik,
perangkap, tanaman bubu perangkap, tanpa
perangkap tanaman perangkap
Sifat teknologi Diam di suatu habitat mudah bongkar-
tikus (fixed), penempatan pasangdan dipindah-
mempengaruhi pindah (mobile)
efektivitas

Periode Tanam hingga panen Fakultatif, pasang


pemasangan selama populasi tikus
tinggi
Penempatan dan Pemasangan LTBS

LTBS dianjurkan untuk dipasang di wilayah yang sering dilalui tikus


sawah:
- Perbatasan sawah dengan perkampungan,
- Antara sawah dengan tanggul irigasi,
- Sawah dengan tanggul jalan, dan sawah dengan pematang besar.
- Efektif menangkap tikus yang sedang migrasi, yaitu dengan
memasang LTBS memotong jalur migrasi tikus dan
mengarahkannya untuk masuk bubu perangkap.
LBTS dirancang untuk dapat dibongkar-pasang dan dipindahkan
dengan cepat ke lokasi yang berpopulasi tikus tinggi - digunakan
terpal sebagai bahan LTBS agar praktis dan lebih cepat dalam
pemasangannya, awet hingga 6-8 kali musim tanam.
Pemasangan LTBS (tanda panah), antara: sawah -
kampung (A), sawah - jalan (B), sawah - tanggul irigasi
(C), dan memotong jalur migrasi tikus (D).

Anda mungkin juga menyukai