Anda di halaman 1dari 49

TEKNIK PEMERIKSAAN

USG ABDOMEN DAN INTERPRETASINYA

Dr. I Wayan Murna Y., SpRad(K) Gastrointestinal


Departemen Radiologi RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.

Pendahuluan

Ultrasonografi (USG) merupakan pencitraan yang non-invasif, tidak ada risiko radiasi,
dan mempunyai biaya yang rendah.1 Menurut jurnal American Institute of Ultrasound in
Medicine, dari 67 penggunaan alat ultrasonografi di negara berkembang 81% menunjukkan
temuan abnormal, 81% temuan dimasukkan sebagai diagnosa klinis, dan 40% mempengaruhi
tata laksana pasien. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ultrasonografi sangat membantu
penegakkan diagnosis untuk menyelamatkan nyawa pasien.2

Pemeriksaan ultrasonografi mengalami perkembangan yang pesat di seluruh dunia.


Pemeriksaan imejing ini merupakan pemeriksaan yang penting dalam bidang kedokteran
terutama digunakan untuk pemeriksaan obstetric-ginekologi, abdomen dan jaringan lunak.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan memberikan informasi klinis yang
bermanfaat. Dua kekuatan utama pencitraan ultrasonografi adalah biaya yang relatif murah dan
mudah dipindah-pindahkan (portable). Hal inilah yang membuat proses skrining dan pencitraan
menjadi lebih mudah.1,3

Untuk mendapatkan gambar ultrasonografi yang informatif, diperlukan operator dengan


kemampuan dan pengalaman yang baik. Lebih jauh lagi, diperlukan pengalaman yang baik untuk
mengenali, menerjemahkan, dan menilai suatu pencitraan untuk kepentingan diagnosis.4

1
Kelebihan ultrasonografi lainnya yang paling mutakhir adalah pemeriksaan Doppler
untuk menilai aliran darah secara real time. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan arah aliran
darah, resistensi, ada tidaknya turbulensi dan regurgitasi darah dalam pembuluh darah ataupun
rongga jantung.

Ultrasonografi diagnostik secara terus menerus ditingkatkan kemampuan diagnostiknya,


kualitas gambar, kenyamanan pasien dan pemeriksa, kemudahan penggunaan, pengaturan dan
pemindahan gambar, serta kemudahan alat untuk dipindahkan (portabilitas).4

2
3
4
Ultrasonografi

1. Definisi

Ultrasonografi merupakan suatu pencitraan dari struktur tubuh dengan cara merekam
denyut ekho gelombang ultrasonik yang diarahkan secara langsung ke dalam jaringan dan
gelombang ultrasonik tersebut dipantulkan kembali oleh permukaan jaringan.

Diagnostik ultrasonografi sendiri menggunakan suatu gelombang suara dengan frekuensi lebih
dari 20.000 siklus per detik (20 kHz).5

5
2. Prinsip dan cara kerja

Gelombang suara ultra (ultrasound) dihasilkan oleh sebuah transduser piezoelektrik yang
mampu mengubah sinyal elektrik menjadi gelombang mekanis. Transduser yang sama dapat pula
menerima ultrasound yang dipantulkan dan kemudian mengubahnya kembali menjadi sinyal
elektrik.

Transduser merupakan bagian paling penting dan termahal dari setiap unit alat
ultrasonografi yang merupakan alat transmisi dan penerima gelombang ultrasound.1,4

Gambar 1: Transduser ultrasonografi.6

Ada 3 macam transduser, yaitu:

1. Transduser Linier

Memancarkan gelombang suara secara paralel dan menghasilkan pencitraan berbentuk


persegi. Transduser ini umumnya digunakan dengan frekuensi 5,0-7,5 MHz, terutama
untuk melihat permukaan area yang besar seperti abdomen dan obstetrik.

6
Untuk skening area superfisial (seperti payudara, tiroid, skrotum, dan ekstremitas) dapat
menggunakan tranduser linier yang lebih kecil.4,7

Gambar 2: Transduser linier.8

2. Transduser Sektor

Menghasilkan pencitraan yang menyerupai kipas, dimana semakin mendekati transduser


gambar semakin menyempit dan pada kedalaman semakin melebar. Umumnya digunakan
pada frekuensi 2,0-3,0 MHz, terutama untuk skening abdomen bagian atas, ginekologis,
dan kardiologis.1,7

Gambar 3: Transduser sektor.1

7
3. Transduser Konveks

Dominan digunakan pada pemeriksaan abdomen dengan frekuensi 2,5 MHz (untuk
pasien gemuk) hingga 5,0 MHz (untuk pasien kurus), dengan nilai rata-rata 3,5-3,75
MHz. Tipe ini merupakan kombinasi dua tipe sebelumnya. Mempunyai kelebihan berupa
zona dekat dan jauh yang lebar serta lebih nyaman digenggam terutama bila
dibandingkan dengan transduser sektor.1,7

Gambar 4: Transduser konveks.9

Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen

1. Indikasi dan kontraindikasi

Indikasi paling umum untuk ultrasonografi abdomen adalah:

1. Nyeri abdomen yang terlokalisir dengan gambaran klinis yang tidak pasti.
2. Suspek abses intra abdomen.
3. Evaluasi penyakit dengan kecurigaan pada abdomen dengan gejala pireksia tanpa
penyebab jelas dan penurunan berat badan.
4. Massa dalam abdomen yang nonspesifik.

8
5. Asites
6. Trauma pada abdomen.
7. Untuk mengevaluasi kelainan pada kandung empedu, seperti batu kandung empedu dan
kolesistitis.
8. Mendeteksi obstruksi traktus biliaris.
9. Evaluasi pankreas dan massa di hepar.
10. Skrining untuk aneurisma aorta abdominalis.
11. Sebagai guide pada prosedur aspirasi dan biopsi jarum.
12. Evaluasi trombosis vena porta, arteri hepatika, dan vena cava inferior.
13. Diagnosis apendisitis.
14. Evaluasi pada transplantasi hepar dan pankreas. 1,10

Kontraindikasi mutlak untuk penggunaan ultrasonografi di bidang kedokteran tidak ada tetapi
gelombang ultrasonografi mudah terganggu dengan adanya udara atau gas, dengan demikian
pemeriksaan ultrasonografi bukanlah suatu teknik pencitraan yang ideal untuk pemeriksaan usus
atau organ yang tertutup oleh udara. Untuk kondisi ini, metode pemeriksaan yang menjadi
pilihan adalah pemeriksaan barium, CT scan, dan MRI.11

2. Persiapan pemeriksaan

Untuk memperoleh hasil pemeriksaan ultrasonografi yang baik sebaiknya diperhatikan hal-
hal dibawah ini:

1. Mengetahui masalah klinis pasien dari formulir permintaan diagnostik

2. Melakukan penjadwalan ulang apabila kondisi pasien menjelang dilakukan pemeriksaan


tidak menunjang.

3. Pasien puasa selama 8 jam sebelum pemeriksaan dilakukan. Jika diperlukan cairan untuk
mencegah dehidrasi, hanya air yang boleh diberikan. Bila gejalanya akut, pemeriksaan

9
dapat langsung dilakukan. Untuk pemeriksaan pada bayi, jika kondisinya memungkinkan
dilakukan puasa selama 3 jam.

4. Apabila akan dilakukan skening pankreas, abdomen bawah, dan pelvis maka pasien dapat
meminum air putih sekitar 4-6 gelas sekitar 2 jam sebelum pemeriksaan, agar lambung dan
vesika urinaria terisi, dan diharap untuk tidak buang air kecil (BAK) sebelum dan selama
pemeriksaan.

5. Pasien berbaring terlentang dengan nyaman. Kepala diletakkan di atas bantal kecil dan jika
terdapat nyeri tekan yang cukup hebat pada perut, dapat diletakkan bantal di bawah lutut
pasien. Pasien diperbolehkan bernapas secara perlahan-lahan, tetapi ketika suatu organ
tertentu hendak diperiksa, pasien harus menahan napasnya.

6. Gunakan transduser 3,5 Mhz untuk orang dewasa dan 5 Mhz untuk anak-anak atau orang
dewasa yang kurus. Sebaiknya dipakai transduser konveks atau sektor.1,12

3. Teknik skening

Tabel 1: Rekomendasi lapang pandang skening untuk ultrasonografi abdomen.12

Lapang pandang skening


Organ yang dievaluasi
Skening Transversal

Abdomen atas hepar, lambung, pankreas, pembuluh darah

Oblik subcostal kanan hepar, kandung empedu

Oblik subcostal kiri lobus kiri hepar, lambung, limpa

Abdomen bawah kandung kemih, rektum, uterus, tuba falopi,


prostat

10
Skening Longitudinal Organ yang dievaluasi

Interkostal hepar, porta hepatis, kandung empedu, saluran


biliaris

Panggul kanan hepar, ginjal kanan

Panggul kiri limpa, ginjal kiri

Abdomen atas hepar, lambung, pankreas, pembuluh darah

Abdomen bawah kandung kemih, rektum, uterus, prostat

Teknik skening whole abdomen dimulai dengan skening abdomen transversal dari garis
tengah menyilang abdomen ke sisi sebelah kanan dan hentikan gerakan setelah menempuh jarak
kurang lebih 1 cm untuk mengecek gambarnya. Ketika sisi kanan sudah diskening, periksalah
sisi kiri dengan cara yang sama. Seluruh bagian abdomen harus diskening. Sesudah melakukan
skening secara transversal, putar transduser 90 derajat dan mulai kembali gerakan dari bagian
tengah pada sudut sifoideus di bawah iga. Di bawah tulang iga pertahankan transduser dalam
posisi vertikal dan gerakkan ke bawah ke arah kaudal. Pada skening ini organ-organ yang harus
dikenali adalah hepar, vena porta, kandung empedu dan saluran biliaris, limpa, pankreas, ginjal,
diafragma, kandung kemih, isi pelvis, aorta dan vena kava inferior.1

11
Gambar 5: Teknik skening whole abdomen.1

4. Hepar

4.1. Anatomi dan sirkulasi hepar

Hepar adalah organ intestinal terbesar yang terletak di kuadran hipokondrium kanan,
epigastrium dan hipokondrium kiri. Batas atas hepar berada sejajar dengan ruang interkostal V
kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Bagian bawah
hepar adalah kandung empedu, porta hepatis, fleksura hepatica, dan bagian kedua duodenum.
Bagian kiri hepar berbatasan dengan esophagus dan lambung.

Hepar dapat dibagi menjadi 4 lobus, yakni lobus kanan, lobus kiri, lobus kuadratus, dan
lobus kaudatus. 13,14

Lobus kanan hepar dipisahkan dari lobus kiri oleh ligamentum falsiformis. Lobus kanan
hepar lebih lanjut dapat dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura intersegmental
kanan, sedangkan fisura intersegmental kiri membagi lobus kiri menjadi segmen medial dan
lateral. Dua lobus minor hepar adalah lobus kaudatus dan lobus kuadratus yang terletak di
sebelah medial lobus kanan hepar. Lobus kaudatus terletak di bagian posterior, sedangan lobus
kuadratus pada bagian inferiornya.14

Hepar mendapat asupan darah dari vena porta dan arteri hepatika. Cabang-cabang dari
vena porta hepatika, arteri hepatika dan saluran empedu bersama-sama berjalan melewati hepar
(triad portal). Vena hepatika berjalan diantara lobus dan segmen. Vena hepatika tengah berjalan
sampai fisura lobaris utama dan membagi segmen anterior lobus kanan dan segmen medial lobus
kiri. Vena hepatika kanan berjalan sampai fisura intersegmental kanan dan membagi lobus kanan
menjadi segmen anterior dan posterior. Vena hepatika kiri berjalan sampai fisura intersegmental
kiri dan membagi bagian atas lobus kiri menjadi segmen medial dan lateral. 13,14

12
4.2. Anatomi Couinaud

Anatomi Couinaud merupakan nomenklatur universal untuk lokalisasi lesi hepatik.


Penggunaannya telah digunakan secara luas di negara-negara Eropa, antara lain Perancis dan
Kanada. Terdapat delapan segmen, di mana setiap segmen memiliki vena porta sebagai pusatnya
dan dibatasi oleh vena hepatika, serta memiliki suplai darah (arteri, porta, vena hepatika), saluran
limfe dan saluran biliaris masing-masing.13,14

Gambar 6: Anatomi segmen Hepar.12,15

Tabel 2 : Anatomi Couinaud.14

Segmen Couinaud Lobus Hepar

Segmen I Lobus Kaudatus

Segmen II Lobus kiri segmen lateral (superior)

13
Segmen III Lobus kiri segmen lateral (inferior)

Segmen IV Lobus kiri segmen medial

Segmen V Lobus kanan segmen anterior (inferior)

Segmen VI Lobus kanan segmen posterior (inferior)

Segmen VII Lobus kanan segmen posterior (superior)

Segmen VIII Lobus kanan segmen anterior (superior)

Vena-vena hepatika kanan, kiri dan tengah membagi hepar secara longitudinal menjadi
empat bagian, dan setiap bagian ini dibagi lagi secara transversal oleh suatu bidang imajiner
melewati bagian kanan dan kiri pedikel portal utama. 14

Gambar 7: Ultrasonografi Doppler pada hepar.13

14
4.3. Sonografi hepar normal

Parenkim hepar normal tampak homogen, hiperekoik bila dibandingkan dengan korteks
ginjal normal, serta hipoekoik bila dibandingkan dengan limpa. Parenkim hepar ini dilewati oleh
vena porta dan cabang-cabangnya yang terlihat sebagai struktur tubuler linier dengan dinding
yang reflektif, sedangkan dinding vena hepatika lebih tipis dan tidak reflektif. Pada hepar yang
normal, vena hepatika harus bisa diikuti sampai pertemuannya dengan vena kava inferior. Aorta
dapat dikenali sebagai struktur tubuler yang pulsatil di belakang dan di sebelah medial
hepar.1,13,14

Gambar 8: Skening subkostal oblik kanan memperlihatkan pembuluh darah hepar.15

Pemeriksaan ukuran hepar yang akurat sulit dilakukan dengan peralatan ultrasonografi
karena keterbatasan lapang pandang. Untuk itu sebaiknya dilakukan pengukuran panjang hepar
melalui garis midhepatik. Pada 75% pasien dengan panjang hepar lebih dari 15,5 cm ditemukan
hepatomegali. Rata-rata diameter longitudinal hepar pada garis midklavikula adalah 10,5 cm
dengan standar deviasi 1,5 cm, sedangkan rata-rata diameter anteroposterior hepar pada garis
midklavikula adalah 8,1 cm dengan standar deviasi 1,9 cm. Pada orang dewasa ukuran
longitudinal dari diafragma ke tepi bawah hepar biasanya kurang 14 cm. Pada kebanyakan
pasien, pengukuran panjang hepar sudah mencerminkan ukuran hepar.1,13,14

15
4.4. Teknik skening

Skening harus dilakukan dalam bidang longitudinal, transversal dan oblik, yang
mencakup skening dari epigastrium melalui subkostal dan interkostal. Posisi skening
longitudinal epigastrium baik untuk melihat lobus kiri dan lobus kaudatus hepar. Posisi skening
oblik kanan abdomen atas baik untuk melihat bagian belakang lobus kanan. 1,6,7,13

Skening dimulai dengan transduser di epigastrium dan diskening kebawah hingga ke


bagian bawah kosta kanan, lalu transduser diarahkan ke sisi rusuk sebelah kanan. Skening harus
dikerjakan dengan gerakan menggoyang transducer secara perlahan dalam semua bidang untuk
mendapatkan visualisasi seluruh hepar yang paling baik. Pada pasien dengan letak hepar yang
tinggi, dapat dilakukan skening melalui ruang interkostal. Skening melalui bagian samping rusuk
dapat meminimalisir gangguan dari udara usus.1,16

Gambar 9: Teknik skening hepar.1

Organ yang harus diidentifikasi selain hepar adalah vena porta, yang terletak anterior dari
vena cava inferior, kaput pankreas, aorta, dan cabang-cabang utama arteri hepatika. Hal ini
penting supaya tidak diinterpretasi sebagai limfanedopati. 7

16
Gambar 10: Skening transversal dan longitudinal hepar.15

5. Kandung empedu

5.1. Anatomi normal

Bentuk kandung empedu biasanya lonjong atau menyerupai buah pir. Variasi yang sering
ditemukan adalah adanya lipatan antara bagian tubuh dan infundibulum kandung empedu, yang
dikenal sebagai percabangan (junctional fold). Sejumlah kelainan kongenital yang terdapat pada
kandung empedu adalah adanya lipatan, septum internal, dan duplikasi. Kandung empedu
bersifat mobile. Pada skening longitudinal, kandung empedu terlihat sebagai buah pir yang bebas
ekho. Posisi, ukuran dan bentuknya sangat bervariasi tetapi ukuran kandung empedu yang
normal jarang melebihi 4 cm.1,14,16

Pada umumnya bila diameter melintangnya melebihi 5 cm dan tidak lagi berbentuk
lonjong, melainkan bulat, kandung empedu tersebut kemungkinan membesar. Sebaliknya, bila
diameter kandung empedu tersebut kurang dari 2 cm meskipun telah berpuasa dengan tepat,
kemungkinan kandung empedu tersebut telah mengecil secara tidak normal. Tebal dinding

17
kandung empedu pada pasien yang puasa adalah 3 mm atau kurang, dan dalam kondisi
terdistensi biasanya sekitar 1 mm.1,14

Gambar 11: Kandung empedu normal.15

5.2. Teknik skening

Mulai pemeriksaan dengan skening longitudinal, kemudian skening transversal, jika


diperlukan, lengkapi pemeriksaan dengan skening interkostal. Kemudian lakukan skening oblik
dengan posisi pasien Left Lateral Decubitus (LLD). Bila terdapat gas yang berlebihan dalam
usus, lakukan pemeriksaan dengan posisi pasien tegak. 1

Posisi merangkak pada tangan/lutut dapat dipakai untuk memperlihatkan batu empedu
secara lebih jelas dengan membiarkan batu tersebut bergerak ke anterior. Ketebalan dinding
kandung empedu dapat diukur pada skening transversal. Skening oblik berguna untuk melihat
duktus koledokus yang normalnya tidak melebihi 9 mm di dekat tempat masuknya ke pankreas.1

18
Gambar 12: Teknik skening kandung empedu.1

6. Pankreas

6.1. Anatomi normal

Pankreas merupakan suatu organ tidak berkapsul yang terletak retroperitoneal. Kaput
pankreas terletak pada lengkungan duodenum dengan bagian badan dan kaudanya terletak di
belakang antrum lambung. Ukuran panjang normal pankreas adalah 12,5-15cm. Bagian posterior
pankreas berbatasan dengan aorta, vena cava inferior, arteri dan vena mesenterika superior.
Pankreas yang normal memiliki gambaran yang homogen, ekogenisitasnya setara atau lebih
hiperekoik dibandingkan dengan hepar. Hiperekogenitas juga dapat menjadi suatu kesulitan
apabila menempel dengan lemak retroperitoneal, sehingga bentuk dan ukuran sebenarnya jadi
sulit untuk diidentifikasi. 3,4,14

Ukuran dan bentuk pankreas sangat bervariasi. Diameter rata-rata kaput pankreas antara
25-30mm, bagian badan 18mm, dan bagian kauda 25-30mm. Diameter duktus pankreatikus tidak
boleh melebihi 2mm serta dinding dan lumennya harus dapat dikenali. Duktus pankreatikus
asesorius jarang terlihat. Seiring dengan bertambahnya usia, ukuran pankreas mengecil dan lebih
hiperekoik. Pembesaran asimetris pada salah satu bagian pankreas atau pelebaran lebih dari 3cm
harus dicurigai ke arah massa abnormal. Patokan penting untuk skening pankreas adalah arteri
mesenterika superior dan vena lienalis.1,3,12

19
Gambar 13: Topografi pankreas normal.12

6.2. Teknik skening

Pemeriksaan ultrasonografi pankreas dilakukan dengan proyeksi longitudinal, transversal,


dan kadang-kadang oblik. Pemeriksaan dimulai dengan melakukan skening abdomen bagian atas
dengan menggerakkan transduser dari sisi abdomen yang satu ke sisi yang lain dan dari margo
kosta ke arah umbilikus.1

Saat melakukan skening pada bagian epigastrium secara transversal gunakan lobus kiri
hepar sebagai jendela akustiknya. Kemudian gerakan transduser ke arah bawah sampai terlihat
vena lienalis yang tubuler linier. Tempat dimana vena lienalis menyatu dengan vena mesenterika
superior terletak pada level korpus pankreas. Dengan menggoyangkan transduser dan
menggerakan menyudut maka akan tampak kaput dan kauda pankreas.1,15

Skening longitudinal pada daerah abdomen tepat di sebelah kanan garis tengah dan kenali
pola tubuler vena kava inferior dengan kaput pankreas di sebelah anteriornya di bawah hepar.
Lanjutkan skening longitudinal dengan menggerakkan transduser ke kiri. Lakukan identifikasi
aorta dan vena mesenterika superior. Cara ini akan membantu kita untuk mengenali korpus

20
pankreas. Setelah melakukan skening transversal dan longitudinal, lakukan skening pasien lewat
limpa dan ginjal kiri. Cara ini berguna untuk memperlihatkan kauda pankreas. Kemudian
lakukan skening dengan posisi pasien Left Lateral Decubitus (LLD) lewat hepar. Cara ini
memperlihatkan kaput pankreas. Sekali pankreas terlihat, harus segera dibuat taksiran dari
bentuk, ukuran, dan ekogenisitasnya.1,3

Gambar 14: Teknik skening pankreas.1

Gambar 15: Skening transversal pankreas 1

21
Gambar 16: Skening transversal pankreas yang memperlihatkan duktus pankreatikus. 1

7. Limpa

7.1. Anatomi normal

Limpa orang dewasa berbentuk konveks pada superolateral dan konkaf pada
inferomedial. Limpa terletak di antara lambung dan diafragma, dengan sumbu memanjang pada
garis setinggi iga ke-10 kiri.13

22
Gambar 17: Letak anatomi limpa normal.17

Ukuran rata-rata limpa normal pada orang dewasa memiliki panjang 12 cm, lebar 7 cm,
dan ketebalan sekitar 3-4 cm, dengan berat rata-rata 150g. Panjang limpa lebih dari 14cm dapat
dipikirkan ke arah splenomegali. Limpa secara normal akan berkurang ukuran dan beratnya
seiring bertambahnya usia.3,14

Limpa yang normal memiliki pola eko yang homogen, rata, dan tepi yang halus. Hampir
menyerupai ekogenitas hepar, tapi sedikit lebih hipo atau hiperekoik di beberapa bagian, dan
lebih hipoekoik bila dibandingkan ginjal kiri. Arteri dan vena lienalis utama beserta
percabangannya dapat terlihat pada daerah hilum splenikus. Limpa terlihat dengan baik melalui
jendela akustik ginjal kiri.3,14

7.2. Teknik skening

Lakukan skening dengan pasien berada dalam posisi terlentang dan posisi Right Lateral
Decubitus (RLD). Skening limpa dapat dilakukan secara subkostal ataupun interkostal. Lakukan

23
skening mulai dari bawah margo kosta, arahkan berkas ultrasound secara menyudut ke arah
diafragma, kemudian pada sela antariga ke arah bawah. Ulangi pemeriksaan pada semua sela
antariga bagian bawah, pertama-tama dengan pasien berada dalam posisi terlentang dan
kemudian posisi berbaring oblik 30derajat pada sisi kanan. Lakukan skening longitudinal dari
linea aksilaris anterior hingga posterior dan skening transversal abdomen bagian atas. Titik acuan
untuk memastikan identifikasi limpa benar adalah hilus lienalis. Kenali hilus debagai titik masuk
pembuluh darah limpa.1,7

Gambar 18: Teknik skening limpa.1

24
Gambar 19: Skening transversal dan oblik Limpa normal.1

Gambar 20: Limpa normal pada posisi skening longitudinal high intercostal kiri.12

8. Ginjal

8.1. Anatomi normal

Ginjal terletak retroperitoneal antara thorakal 12 sampai lumbal 3. Pada pengukuran


ultrasonografi ginjal, kedua ginjal harus memiliki ukuran yang kurang lebih sama. Pada orang
dewasa, perbedaan panjang yang lebih dari 2cm merupakan keadaan abnormal. 1,12

25
Ukuran normal ginjal panjangnya antara 9-12cm, lebarnya antara 4-6cm yang bervariasi
dengan perubahan sudut skening dan ketebalan antara 3-5cm. Kompleks eko sentral (sinus
renalis) tanpak sangat ekogenik dan normalnya menempati sekitar sepertiga ginjal. Sinus renalis
mencakup pelvis renalis, kalises, pembuluh darah dan lemak. 1,12

Gambar 21: Ginjal normal.18

Gambar 22: Ginjal normal pada skening longitudinal high intercostal kiri dengan posisi pasien
Right Lateral Dekubitus (RLD).7

26
Ketika melakukan skening, bagian ginjal yang harus dapat dikenali adalah:

1. Kapsula renalis. Bagian tampak sebagai garis yang terang, tidak terputus-putus dan
ekogenik di sekeliling ginjal.
2. Korteks. Korteks renalis tampak kurang ekogenik dibandingkan hepar tetapi lebih
ekogenik daripada piramis renalis di dekatnya.
3. Medula renalis. Bagian ini mengandung piramis renalis yang hipoekoik sehingga
tidak boleh dikelirukan dengan kista pada ginjal.
4. Sinus renalis. Bagian ini memiliki ekogenisitas paling besar.
5. Ureter. Ureter normal tidak selalu terlihat.
6. Pembuluh arteri dan vena renalis. Paling jelas terlihat pada daerah hilus. 1

8.2. Teknik skening

Pemeriksaan ultrasonografi dimulai dengan skening longitudinal pada daerah abdomen


kanan atas dan kemudian diikuti dengan skening transversal. Skening dilakukan dalam keadaan
inspirasi dalam yang ditahan. Selanjutnya skening dengan posisi pasien Left Lateral Decubitus
(LLD) untuk melihat ginjal kanan.1

Ginjal kanan dapat dilihat paling jelas dengan menggunakan hepar sebagai jendela
akustik sementara pasien berbaring terlentang. Ginjal kiri dapat dilihat lewat lambung yang
berisi cairan sementara pasien dalam posisi terlentang. Dengan cara ini gambaran gas dalam usus
dapat dipindahkan.1

27
Gambar 23: Teknik skening ginjal.1

Jika ginjal belum dapat dilihat dengan cukup jelas, lakukan skening lewat ruang sela iga.
Pasien dengan posisi telungkup lalu dilakukan skening longitudinal dan transversal pada kedua
daerah ginjal.1

Gambar 24: Teknik skening ginjal.1

9. Kandung kemih

9.1. Anatomi normal

28
Kandung kemih normal memiliki bentuk lingkaran, oval, segitiga, atau persegi. Normal
volumenya adalah 350-750ml pada pria dan 250-550ml pada wanita. Kandung kemih yang
penuh akan tampak sebagai daerah yang luas, bebas-eko dan timbul dari dalam pelvis. Untuk
skening ini kandung kemih harus dalam keadaan penuh. Minta pasien untuk minum 4-5gelas air
dan lakukan pemeriksaan satu jam kemudian.1,12

9.2. Teknik skening

Mulailah pemeriksaan dengan skening transversal dari simfisis pubis ke atas sampai
umbilikus. Lanjutkan pemeriksaan dengan skening longitudinal dengan menggerakkan
transduser pada abdomen bagian bawah dari sisi yang satu ke sisi yang lain. Skening ini biasanya
sudah memadai tetapi posisi dinding anterior dan lateral kandung kemih tidak selalu mudah
terlihat sehingga pasien mungkin harus memutar tubuhnya sebanyak 30-45 derajat. Setiap daerah
yang tampak abnormal harus dilihat dalam beberapa projeksi. 1

Gambar 25: Teknik skening kandung kemih.1

29
Mulailah pemeriksaan dengan menilai kemulusan dinding anterior kandung kemih.
Ketebalan dinding kandung kemih akan bervariasi menurut derajat distensi tetapi ketebalan ini
kurang lebih harus sama di seluruh dinding kandung kemih. Setiap daerah yang mengalami
penebalan setempat merupakan keadaan abnormal. Dalam keadaan distensi, dinding kandung
kemih harus mempunyai ketebalan kurang dari 4mm.1

Gambar 26: sonografi kandung kemih.19

Setelah skening dengan kandung kemih penuh selesai dilakukan, pasien harus
mengosongkan kandung kemihnya dan kemudian dilakukan skening ulang. Dalam keadaan
normal tidak boleh terdapat sisa urin, jika masih ada sisa urin, jumlahnya harus diperkirakan. 1

Lakukan pengukuran diameter transversal (T) kandung kemih dalam sentimeter, kalikan
hasil pengukuran ini dengan diameter longitudinal (L) dalam sentimeter dan kemudian dengan
diameter AP dalam sentimeter. Kalikan jumlah totalnya dengan 0,5. Rumusnya : W x D x L x
0,5 = volume (ml). Volume residu urin normal adalah < 50ml. Jika pada hasil skening
didapatkan kandung kemih tampak kecil,suruh pasien minum lebih banyak cairan dan jangan
buang air kecil dahulu, kemudian lakukan skening ulang setelah 1-2 jam kemudian.12

30
Gambar 27: Skema cara pengukuran volume kandung kemih.12

Gambar 28: Skening transversal dan longitudinal kandung kemih normal. 7

10. Prostat

10.1. Teknik skening

Pemeriksaan organ genital melalui ultrasonografi transabdominal memerlukan kandung


kemih yang terisi penuh. Hal ini berguna karena kandung kemih yang terisi penuh dapat
menggeser usus yang berisi gas ke arah kranial dan lateral sehingga lapang pandang daerah

31
tengah bebas dari udara. Selain itu kandung kemih juga berguna sebagai jendela akustik.
Kelenjar prostat terletak pada dasar kandung kemih di depan rektum.7

Pemeriksaan dilakukan dengan skening transversal dan longitudinal pada daerah


suprapubik. Panjang prostat normal 2,5-3cm, dasar diameter transversal antara 4-4,5cm dengan
ketebalan 2-2,5cm dan berat normalnya antara 20-25g. Kelenjar prostat terdiri dari jaringan
glandular dan nonglandular yang dibagi ke dalam 3 zona, yakni zona perifer (70%), zona sentral
(25%), dan zona transisi (5%). Pada USG transabdominal prostat tampak homogen,cenderung
hipoekoik dan strukturnya bulat hingga lonjong.7

Gambar 29: Teknik skening prostat.7

32
Gambar 30: USG prostat posisi skening transversal dan longitudinal suprapubik.7

11. Uterus

11.1. Anatomi normal

Uterus merupakan organ yang terletak di dalam pelvis, berbentuk buah pir dan
mempunyai otot. Lokasinya terletak pada garis tengah pelvis, di depan rektum dan di belakang
kandung kemih. Gambaran uterus berbeda-beda tergantung dari umur dan siklus menstruasi saat
pasien diskening. Uterus terbagi menjadi empat bagian anatomi, yakni fundus, korpus, ismus dan
serviks. 21

Uterus mempunyai tiga lapisan otot yaitu parametrium, myometrium dan endometrium.
Parametrium merupakan lapisan peritoneum tipis yang hiperekoik pada ultrasonografi dan
memberikan tampilan luar uterus warna cerah. Myometrium merupakan lapisan otot uterus yang
normalnya homogen dan isoekoik. Yang terakhir adalah endometrium, yakni lapisan uterus
paling dalam yang tampak hipoekoik. Dalam paruh pertama siklus haid (post-menstruasi)

33
endometrium akan tampak tipis dan hipoekoik. Dalam paruh kedua yaitu fase premenstrual,
endometrium akan tampak hiperekoik.1,20

Uterus nulipara postpubertal yang normal mempunyai panjang 4,5-9cm, diameter antero-
posterior 1,5-3cm, dan diameter transversal 4,5-5,5cm. Ukuran uterus meningkat sebanyak 1-
1,2cm menurut paritasnya dan korpus uteri akan menjadi lebih bulat. Diameter antero-posterior
serviks uteri tidak boleh melebihi diameter antero-posterior korpus uteri.1

Gambar 31: Ukuran normal uterus.1

34
Gambar 32: Skening longitudinal uterus. Tanda panah menunjukkan adanya cairan dalam
kavum douglasi.20

35
Gambar 33: Uterus normal posisi longitudinal dan transversal.1

11.2. Teknik skening

Mulai pemeriksaan ultrasonografi dengan skening longitudinal, pertama pada garis


tengah antara umbilikus dan simfisis pubis. Sesudah itu, ulangi skening ke arah yang lebih
lateral, pertama-tama pada sisi kiri dan kemudian pada sisi kanan. Arah transduser secara
menyudut dari sisi yang satu ke sisi lain dan skening longitudinal untuk mengenali uterus.
Selanjutnya lakukan skening transversal. Mulai pemeriksaan tepat di atas simfisis pubis dan
gerakkan transduser ke arah atas sampai umbilikus. Skening transversal merupakan pemeriksaan
yang penting pada panggul bagian bawah tetapi kurang efektif jika dilakukan di atas level
uterus.1

36
Gambar 34: Teknik skening uterus.1

12. Ovarium

12.1. Anatomi normal

Ovarium terletak pada fossa ovarian, di bawah dari pembuluh darah pelvis pada dinding
lateral pelvis. Ovarium merupakan organ yang mobile. Ovarium merupakan organ berbentuk
telur (ovoid), kurang homogen bila dibandingkan uterus tetapi memiliki ekogenisitas yang sama
atau sedikit lebih hipoekoik. Folikel ovarium sendiri merupakan kista anekoik dengan dinding
yang rata dan berbatas tegas. Folikel ini tumbuh dengan rata-rata ukuran 2mm/hari sampai
mencapai ukuran diameter 20-25mm, tepat sebelum ovulasi. Normalnya terdapat beberapa
folikel pada hari pertama menstruasi berupa kista kecil ukuran 4-6mm pada ovarium.7,20

Gambar 35: Skening transversal uterus dan kedua ovarium.20

12.2. Teknik skening

Lakukan skening jaringan pada sisi kiri di dekat uterus. Arahkan transduser untuk
menemukan lokasi ovarium kiri. Pada gambar ultrasonografi ini sering dijumpai pembentukan

37
bayangan akustik di sebelah distal. Apabila ovarium tidak bisa dikenali, teknik berikut ini dapat
membantu:

1. Putar pasien sampai berada dalam posisi oblik dan lakukan skening pada ovarium sisi
yang lain lewat kandung kemih yang penuh.

Gambar 36: Teknik skening ovarium.1

2. Kurangi setelan gain. Jika setelan gain terlalu tinggi, gambar ovarium dapat
bercampur dengan parametrium di sekitarnya dan sulit dikenali. 1

Apabila ovarium masih sulit diidentifikasi, kemungkinan dalam kandung kemih terdapat
urin terlalu banyak atau terlalu sedikit. Jika kandung kemih tidak bisa menggembung sampai
level fundus uteri, kemungkinan masih kurang penuh sehingga pasien harus minum lebih banyak
air lagi. Lakukan skening ulang 30 menit kemudian.1

Setelah ovarium ditemukan, lakukan skening untuk mengecek pergeseran setiap struktur
yang ada di sekitarnya. Lakukan pengecekan pola eko yang normal. Lakukan pengukuran pada
setiap ovarium. Periksa jaringan di sekitar ovarium untuk menemukan massa yang kistik, padat,
atau yang berisi cairan. Lakukan pemeriksaan untuk mencari cairan terutama dalam kavum
Douglasi.1

38
Gambar 37: Sonografi uterus dan ovarium.13

Ovarium dalam keadaan normal tidak boleh ditemukan di depan uterus. Jika berada
dalam posisi abnormal, putar tubuh pasien untuk melihat apakah ovarium terfiksasi oleh
perlekatan dan perhatikan apakah organ tersebut mengalami pembesaran yang bermakna.
Hubungan antar organ pelvis dapat dilihat lebih mudah dengan melakukan skening yang kontinu
tapi perlahan sehingga memerlukan waktu sekitar 10 detik. 1

39
Gambar 38: Teknik skening ovarium.1

13. Aorta Abdominalis

13.1. Anatomi normal

Diameter penampang aorta orang dewasa yang normal, yang diukur sebagai diameter
internal maksimal, bervariasi dari sekitar 3cm pada daerah sifoideus hingga sekitar 1cm di
daerah bifurkasio. Diameter transversal dan vertikal harus sama ukurannya. Pengukuran harus
dilakukan pada berbagai titik di sepanjang perjalanan aorta. Setiap peningkatan yang ignifikan
pada diameter ke arah kaudal merupakan keadaan abnormal. 1

Gambar 39: Skema diameter aorta abdominalis.1

40
13.2. Teknik skening

Gerakkan transduser kembali ke garis tengah dan gerakkan secara perlahan-lahan ke arah
kiri sampai ditemukan lokasi struktur tubuler yang pulsatil. Ikuti gambar struktur ini ke arah
bawah sampai di bawah umbilikus tempat struktur tersebut terlihat terbelah menjadi dua; bagian
ini merupakan bifurkasio aorta.1

Gunakan pemeriksaan imejing transversal untuk mengukur diameter penampang aorta


pada berbagai level. Hasilkan gambar ultrasonografi arteri iliaka dengan mengarahkan transduser
sedikit ke kanan atau ke kiri di bawah bifurkasio aorta. Jika terlihat iregularitas atau variasi yang
terlokalisir pada aorta, lakukan skening transversal pada level tersebut dan sedikit di atas serta di
bawahnya. Jika aorta tidak bisa dikenali, lakukan skening lewat punggung ke arah ginjal kiri.
Pada saat skening aorta dikerjakan, arteri seliaka dan mesenterika superior merupakan patokan
yang penting.1

41
Gambar 40: Teknik skening aorta abdominalis.1

13.3. Pemeriksaan ultrasonografi doppler pada aorta abdominalis

Ultrasonografi doppler menggunakan refleksi gelombang suara untuk melihat bagaimana


aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut. Hal ini terutama dikerjakan pada pembuluh
darah arteri dan vena-vena besar. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan apakah pembuluh darah
tersebut tersumbat atau laju alirannya berkurang karena ada penyempitan diameter pembuluh
darah. 21

Untuk melakukan pemeriksaan ini transduser diletakkan pada kulit diatas pembuluh
darah yang akan diperiksa. Transduser kemudian mengirim gelombang suara yang diterima
kembali setelah mengalami amplifikasi. Gelombang suara yang dihasilkan akan dipantulkan
kembali oleh organ padat dengan frekuensi yang sama. Untuk organ yang bergerak termasuk sel-
sel darah, frekuensi gelombang suara yang dipantulkan akan lebih tinggi daripada frekuensi yang
ditransmisikan. Pergerakan dari sel-sel darah ini menyebabkan perubahan kekuatan dari refleksi
gelombang suara. Hal inilah yang dinamakan efek doppler. Apabila tidak ada aliran darah,
gambar kekuatan dari refleksi gelombang suara tidak akan berubah. Informasi ini kemudian
diterjemahkan oleh komputer menjadi gambar yang merepresentasikan aliran darah melalui
pembuluh darah.21

42
Aorta abdominalis merupakan kelanjutan dari aorta thorakalis yang dimulai dari hiatus
aorta pada diafragma (vertebra thorakalis 12) dan berakhir pada vertebra lumbal 4, yang
kemudian bercabang dua menjadi arteri iliaka komunis. Diameter normalnya berbeda-beda
tergantung pada usia dan jenis kelamin. Pada pasien muda aorta abdominalis berdiameter 2,3cm
pada pria dan 1,9cm pada wanita.22

Pemeriksaan ultrasonografi aorta abdominalis dilakukan setelah puasa 8-12 jam. Hal ini
dilakukan karena dengan puasa dapat mengurangi udara usus sehingga membuat tampilan
aortanya lebih jelas. Skening aorta abdominalis dimulai dengan skening longitudinal dan
transversal pada daerah diafragma sampai bifurkasio. Diameter aorta abdominalis diukur pada
bagian proksimal, tengah, dan distal. Gambaran sonografi aorta yang normal adalah lumen
anekoik dengan dinding ekogenik.22

43
Gambar 41 : Skening longitudinal dan transversal aorta normal 12

Gambar 42: Bifurkasio aorta.22

14. Vena kava inferior

14.1. Anatomi normal

Pada saat inspirasi vena kava akan kolaps dan mengembang saat ekspirasi. Perubahan ini
menyebabkan gambar vena kava dapat dikenali dan dibedakan dengan aorta. Pada skening
transversal, penampang vena kava inferior mendatar atau oval, sedangkan penampang aorta
tampak bulat. Vena kava inferior akan lebih mendatar lagi pada saat inspirasi dan lebih oval pada
saat ekspirasi, khususnya ekspirasi sekuat-kuatnya (perasat valsava).1

44
Gambar 43: Vena cava inferior pada posisi skening transversal dan longitudinal.1

14.2. Teknik skening

Pasien biasanya diskening dalam keadaan menahan napas atau bernapas dengan perlahan-
lahan. Napas harus ditahan ketika terlihat gambar abnormalitas yang mencurigakan. Pemeriksaan
skening biasanya dilakukan dalam bidang longitudinal atau transversal. Skening longitudinal
akan memperlihatkan panjang dan diameter vena kava inferior yang akan terlihat sebagai
struktur tubuler yang terisi cairan di sebelah kanan aorta. Skening transversal akan menunjukkan
diameter pada berbagai level.1

Pemeriksaan dimulai dengan meletakkan transduser di tengah pada puncak abdomen


(sudut sifoideus). Arahkan berkas ultrasound menyudut ke kanan sampai gambar vena kava
terlihat di sepanjang sisi kanan vertebra.1

45
Gambar 44: Teknik skening vena cava inferior.1

14.3. Pemeriksaan ultrasonografi doppler pada vena kava inferior

Gambar 45: sonografi doppler vena kava inferior.23

Rangkuman

Berdasarkan tinjauan di atas, maka ultrasonografi merupakan suatu modalitas pencitraan


yang aman, murah, dan mempunyai nilai diagnostik tinggi.. Penggunaannya bisa digunakan
untuk memeriksa organ dalam tubuh manusia, terutama organ-organ pada abdomen. Namun
pemeriksaan USG sangat bergantung pada kemampuan operatornya.

46
Penggunaan ultrasonografi pada abdomen yaitu meliputi organ padat dan organ
berongga. Organ padat yang dapat diperiksa adalah hepar, kandung empedu, limpa, pankreas,
ginjal, kelenjar adrenal, vesika urinaria, prostat dan organ reproduksi. Organ berongga yang
biasanya diperiksa adalah aorta dan vena cava inferior. Indikasi pemeriksaan ultrasonografi pada
abdomen meliputi nyeri abdomen yang terlokalisir dengan klinis yang tidak pasti, suspek abses
intra abdomen, disertai atau tanpa disertai pireksia dengan penyebab yang tidak diketahui, massa
intra abdomen yang non spesifik, suspek cairan intra abdomen (asites), dan trauma pada
abdomen.

Persiapan umum bagi pasien meliputi puasa selama 8 jam sebelum pemeriksaan, minum
3-4 gelas air minimal 2 jam sebelum pemeriksaan terutama untuk skening pankreas, abdomen
bawah, dan pelvis, serta tidak berkemih sampai pemeriksaan selesai dilakukan. Teknik
pemeriksaannya meliputi tranversal, longitudinal dan oblik, dengan posisi pasien yang supine,
prone, tegak, dan dekubitus lateral. Penggabungan dari kemampuan operator yang baik,
pengetahuan anatomi yang lengkap serta teknik pemeriksaan yang tepat akan menghasilkan
gambaran dan interpretasi hasil yang memuaskan dan menunjang keberhasilan penegakkan
diagnosis pasien.

Daftar Pustaka

1. World Health Organization. Panduan Pemeriksaan Diagnostik USG. Jakarta: EGC;


2001: p.47-198.

2. Spencer JK, Adler RS. Utility of portable ultrasound in a community in Ghana. J


Ultrasound Med 2008; 27: p.1735-1743.

3. Frick MP, Feinberg SB. Abdominal Imaging : An Introduction. London: Year Book
Medical Publishers; 1986: p.87-111.

47
4. Ballinger PW, Frank ED. Merrills Atlas of Radiographic Positions & Radiologic
Procedures. 10th ed vol 3. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2003: p.416-435.

5. Ultrasonography (online). (disitasi 2011 september 20); (1 layar). Diunduh dari: URL:
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/ultrasonography.

6. Gambar transduser (online). (disitasi 2011 september 24); (1 layar). Diunduh dari: URL:
http:// genesis.net.au/projects/medical_physics/ultrasound

7. Hofer M, Reihs T. Ultrasound Teaching Manual. New York: Thieme Stuttgart; 1999: p.
6-56.

8. Gambar transduser linier (online). (disitasi 2011 september 24); (1 layar). Diunduh dari:
URL: http:// sinaiem.us/tutorials/pneumothorax

9. Gambar transduser konveks (online). (disitasi 2011 september 24); (1 layar). Diunduh
dari: URL: http:// dotmed.com/listings/ultrasound_transducer

10. Fleischer AC, Kepple DM. Diagnostic Sonography Principles & Clinical Applications.
2nd ed. Philadelphia: WB Saunders; 1995: p.376-395.

11. Abdominal Ultrasound (online). (disitasi 2011 september 10); (1 layar). Diunduh dari:
URL: http://radiologyinfo.org

12. Schmidt G.Clinical Companions Ultrasound. New York: Thieme; 2007: p.29-35 , 387-
391.

13. Ahuja AT, Griffith JF, Paunipagar BK, Wong KT, Kennedy A, Antonio GE, et al.
Diagnostic Imaging Ultrasound. Philadelphia: Amirsys: p.31-35.

14. Rumack CM, Wilson SR, Charboneau JW. Diagnostic Ultrasound. 2nd ed vol 1.
Philadelphia: Mosby; 1998: p.87-96.

48
15. Bates J. Abdominal Ultrasound How, Why and When. London: Churchill Livingstone;
2004: p.17-39.

16. Cosby KS, Kendall JL. Practical Guide To Emergency Ultrasound. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006: p.219-230.

17. Gambar anatomi organ limpa (online). (disitasi 2011 september 24); (1 layar). Diunduh
dari: URL: http://hepatitiscnewdrug.blogspot.com

18. Block B. Color Atlas of Ultrasound Anatomy. New York: Thieme Stuttgart; 2004:p.56-
60

19. Gambar USG vesica urinaria (online). (disitasi 2011 september 24); (1 layar). Diunduh
dari: URL: http:// erpocketbook.com

20. Chudleigh T, Thilaganathan B. Obstetric Ultrasound How,Why and Then. 3rd ed.
Philadeplhia: Elsevier Churchill Livingstone; 2004: p.66-67.

21. Doppler ultrasound (online). (disitasi 2011 september 12); (1 layar). Diunduh dari: URL:
http://webmd.com

22. Aorta ultrasound (online). (disitasi 2011 september 12); (1 layar). Diunduh dari: URL:
http://ultrasound.theclinics.com

23. Gambar Doppler VCI (online). (disitasi 2011 september 24); (1 layar). Diunduh dari:
URL: http://sonosite180ultrasound.com

Dipresentasikan pada Acara : Symposium & Workshop The 1 st Indonesian Annual Primary
Health Care Conference & Exhibition 2013, September 14-15, 2013, Hotel ciputra Jakarta.

49

Anda mungkin juga menyukai