Anda di halaman 1dari 5

Nama: Muhammad Widias Woro Wahab Abduh.

Kelas : 7B

TUGAS
Kabah adalah sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang terletak di tengah Masjidil Haram
di Mekah. Bangunan ini adalah monumen suci bagi kaum muslim (umat Islam). Merupakan bangunan
yang dijadikan patokan arah kiblat atau arah patokan untuk hal hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam
di seluruh dunia seperti sholat. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada
saat musim haji dan umrah. Bagi yang memiliki kemampuan untuk melaksanakannya. Dimensi struktur
bangunan kabah lebih kurang berukuran 13,10m tinggi dengan sisi 11,03m kali 12,62m. Juga disebut
dengan nama Baitallah.

Kabah yang juga dinamakan Baitul Atiq atau rumah tua adalah bangunan yang dipugar pada
masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT.
Dalam Al-Quran, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Kabah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim
menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.

Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (Kira kira 600 M dan belum diangkat
menjadi Rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat bajir bandang yang melanda kota
Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak
meletakkan kembali batu Hajar Aswad namun berkat penyelesaian Muhammad SAW perselisihan itu
berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.

Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota
Madinah. Lingkungan Kabah penuh dengan patung yang merupakan perwujudan Tuhan bangsa Arab
ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan
nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Tuhan
tidak boleh disembah dengan diserupakan dengan benda atau makhluk apapun dan tidak memiliki
perantara untuk menyembahnya serta tunggal tidak ada yang menyerupainya dan tidak beranak dan tidak
diperanakkan (Surat Al Ikhlas dalam Al-Quran) . Kabah akhirnya dibersihkan dari patung patung ketika
Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah.

Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Syaibah sebagai pemegang kunci
kabah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin Abu Sufyan, Dinasti
Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan
Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.

Bangunan Kabah

Pada awalnya bangunan Kabah terdiri atas dua pintu serta letak pintu kabah terletak diatas tanah
, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi sebagaimana pondasi yang dibuat Nabi Ibrahim
dan Nabi Ismail. Namun ketika Renovasi Kabah akibat bencana banjir pada saat Muhammad SAW
berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi rasul, karena merenovasi kabah sebagai bangunan suci
harus menggunakan harta yang halal dan bersih, sehingga pada saat itu terjadi kekurangan biaya. Maka
bangunan kabah dibuat hanya satu pintu serta ada bagian kabah yang tidak dimasukkan ke dalam
bangunan kabah yang dinamakan Hijir Ismail yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi
kabah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa
memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh bangsa
Arab.

Karena kaumnya baru saja masuk Islam, maka Nabi Muhammad SAW mengurungkan niatnya
untuk merenovasi kembali kabah sehinggas ditulis dalam sebuah hadits perkataan beliau: Andaikata
kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku turunkan pintu kabah dan dibuat dua
pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail kedalam Kabah, sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi
Ibrahim.

Ketika masa Abdurrahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibuat
sebagaimana perkataan Nabi Muhammad SAW atas pondasi Nabi Ibrahim. Namun karena terjadi
peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa daerah Syam (Suriah,Yordania dan Lebanon
sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Kabah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang
dimiliki pasukan Syam. Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan
renovasi kembali Kabah berdasarkan bangunan hasil renovasi Nabi Muhammad SAW pada usia 30 tahun
bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim. Dalam sejarahnya Kabah beberapa kali
mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan umur bangunan.

Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah,
khalifah berencana untuk merenovasi kembali kabah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan
Nabi Muhammad SAW. namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik
karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah
beliau. Sehingga bangunan Kabah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai
sekarang.

MISTERI MISPA BATU HITAM DAN IBADAH HAJI


MISTERI TENTANG MISPASeperti ditunjukkan judul artikel ini saya akan mencoba untuk
memberikan peragaan tentang budaya batu dari orang Ibrani Kuno yang mereka warisi dari Ibrahim,
nenek moyang mereka, dan untuk menunjukkan bahwa budaya batu ini telah dilembagakan di Mekkah
oleh Patriarch Ibrahim dan anak laki-lakinya Ismail; di tanah Kanaan oleh Ishaq dan Yakub; di Moab dan
tempat lainnya oleh keturunan Ibrahim yang lain.Istilah Budaya Batubukan dimaksudkan sebagai
pemujaan terhadap batu yang adalah penyembahan berhala; budaya batu ini saya fahami sebagai
pemujaan kepada Tuhan pada suatu batu khusus yang telah diberkati untuk maksud tersebut. Pada masa
itu ketika bangsa terpilih (Isarel)ini menjalani kehidupan sebagai nomad dan penggembala, mereka tidak
memiliki habitat yang tetap untuk mendirikan rumah yang khusus ditujukan untuk pemujaan Tuhan;
biasanya mereka mendirikan sebuah batu di sekitar mana mereka biasa melakukan ritual haji, yaitu
mengelilingi batu itu tujuh kali dalam bentuk lingkaran tarian (semacam tawaf- pent.). Kata haji mungkin
menakutkan pembaca yang beragama Kristen dan mungkin mereka berkerut melihatnya karena bentuk
Arabnya dan karena upacara ini telah menjadi ritual ummat Islam saat ini. Kata haji adalah persis sama
dalam arti dan etimologi dengan kata yang sama dalam bahasa Ibrani dan Semit lainnya. Kata Ibrani
hagag adalah sama dengan hajaj dalam bahasa Arab, perbedaannya hanya terletak pada pengucapan
huruf ketiga dari alfabet bahasa Semit gamal yang orang Arab mengucapkannya sebagai j. Kitab
Hukum Moses (Torah) mempergunakan kata hagag atau haghagh ini 1) jika memerintahkan untuk
melaksanakan upacara festival ini.. Kata itu menandakan untuk mengitari sebuah bangunan atau altar atau
sebuah batu dengan cara berlari mengelilinginya dengan langkah teratur dan terlatih dengan tujuan
melaksanakan perayaan agama dengan bergembira dan nyanyian (doa). Di Timur ummat Kristen masih
mempraktekkan apa yang mereka sebut higga baik di hari-hari pesta atau perkawinan mereka. Dengan
sendirinya kata ini tidak memiliki hubungan apapun dengan pilgrimage atau upacara haji (ummat Islam),
yang berasal dari kata bahasa Itali pellegrino, dan ini juga dari bahasa Latin peregrinus yang berarti
orang asing (foreigner).Selama dalam kunjungannya Ibrahim biasanya mendirikan sebuah altar untuk
pemujaan dan korban pada beberapa tempat yang berbeda dan pada peristiwa-peristiwa tertentu. Ketika
Yakub dalam perjalanan menuju Padan Aram dan melihat visi tangga yang indah itu beliau mendirikan
sebuah batu di situ, ke atas mana beliau menuangkan minyak dan menyebutnya Bethel, yaitu Rumah
Tuhan., dan dua puluh tahun kemudian beliau mengunjungi batu itu kembali, ke atas mana beliau
menuangkan minyak dan anggur asli, seperti tertulis dalam Genesis xxviii. 10 22; xxxv. Sebuah batu
istimewa didirikan sebagai monumen oleh Yakub dan ayah mertuanya di atas setumpuk batu dan
menyebutnya Galead dalam bahasa Ibrani, dan Yaghar sahdutha by Laban dalam bahasa Aramia, yang
berarti sejumlah kesaksian. Namun nama yang pantas yang mereka berikan pada batu yang didirikan itu
ialah Mispa (Genesis xxxi. 45 55), yang saya lebih senang untuk menuliskannya dalam bentuk tepat
bahasa Arabnya, Mispha, dan ini saya lakukan begitu untuk kepentingan pembaca yang beragama
Islam.Mispha ini kemudian menjadi tempat pemujaan yang sangat penting, dan pusat dari pertemuan
nasional dalam sejarah bangsa Israel. Di sinilah Naphthah, seorang pahlawan Yahudi, bersumpah di
hadapah Tuhan dan setelah mengalahkan bangsa Ammonit, dia diceriterakan sebagai telah
mengorbankan anak perempuan satu-satunya sebagai korban bakaran (Hakim-Hakim xi). Di Mispha
itulah bahwa empat ratus ribu orang bersenjata dari sebelas suku bangsa Israel berkumpul dan
bersumpah di hadapan Tuhan untuk memusnahkan suku bangsa Benjamin untuk kejahatan yang dibenci
yang telah dilakukan oleh seorang bangsa Benjamin dari Geba dan berhasil (Hakim-Hakim xx. xxi.).
Nabi Samuel mengundang semua orang ke Mispha di mana mereka bersumpah di hadapan Tuhan untuk
menghancurkan semua patung dan gambar mereka, dan kemudian diselamatkan dari tangan orang Filistin
(1 Samuel vii). Di sinilah orang berkumpul dan Saul dinobatkan jadi Raja atas orang Israel (1 Samuel x).
Dengan singkat, setiap masalah nasional yang penting diputuskan di Mispha atau di Bethel. Tampaknya
kuil ini dibangun di atas tempat yang tinggi atau tempat yang ditinggikan, sering disebut Ramoth, yang
berarti tempat yang tinggi. Bahkan setelah Kuil Suleiman yang indah dibangun, Mispha tetap sangat
dihormati. tetapi seperti halnya Ka aba di Mekkah, Mispha ini sering diisi dengan patung dan gambar-
gambar. Sesudah penghancuran Jeruzalem dan Kuil oleh orang Kaldea, Mispha itu masih tetap memiliki
sifat sucinya hingga masa kaum Makabi selama pemerintah Raja Antiochus. 2)

Sekarang apa arti kata Mispa itu?

Biasanya kata itu diterjemahkan sebagai menara pengawas. Kata ini termasuk kata benda dalam
bahasa Semit Asma Zarf yang mengambil nama mereka dari benda yang dibungkus atau dicakupnya.
Mispa adalah tempat atau bangunan yang mengambil namanya dari sapha, kata bahasa kuno untuk
batu. Kata biasa untuk batu dalam bahasa Ibrani ialah iben, dan dalam bahasa Arab hajar. Dalam
bahasa Syria batu adalah kipa.Tetapi safa atau sapha tampaknya menjadi bahasa yang umum bagi
mereka semua untuk suatu obyek atau pribadi tertentu bila itu dianggapnya sebagai batu. Dari hal ini
maka Mispa berarti lokal atau tempat di mana sapha atau batu itu terletak dan terpasang. Akan kita lihat
kapan nama Mispa ini untuk pertama kalinya diberikan kepada batu yang didirikan di atas tumpukan
balok batu, di situ tidak ada bangunan yang mengitarinya. Itu adalah spot atau tempat di mana sapha itu
terletak, dan itu disebut Mispa.Sebelum menerangkan arti dari kata benda sapha saya ingin meminta
kesabaran para pembaca yang tidak mengenal bahasa Ibrani. Bahasa Arab tidak mempunyai bunyi huruf
p dalam alfabetnya sebagaimana juga dalam bahasa Ibrani dan bahasa Semit lainnya, di mana huruf p
, seperti halnya g , kadang kala lunak dan diucapkan seperti f atau ph . Dalam bahasa Inggris
sebagai aturan, kata-kata dalam bahasa Semit atau Yunani yang berisi bunyi f ditransliterasikan
(dipindah hurufkan) dan ditulis dengan sisipan ph dan bukan f , misalnya: Seraph, Mustapha, dan
Philosophy. Sesuai dengan aturan inilah saya lebih menyukai menulis kata sapha daripada safa.Ketika
Jesus Kristus memberikan nama panggilan kepada pengikut pertamanya Shimon (Simon) dengan gelar
yang berarti Petros (Peter), pastilah dalam benak beliau tersirat sapha yang kuno dan suci yang telah
lama hilang! Tetapi, sayang! kita tidak dapat dengan pasti menguraikan kata yang tepat yang beliau
nyatakan dalam bahasanya sendiri. Dalam bahasa Yunani kata Petros dalam kasus maskulin Petra dalam
kasus feminin adalah begitu tidak klasikal dan tidak berbau Yunani, yang orang menjadi sangat heran
bahwa gereja mengadopsi kata itu. Pernahkah Jesus atau orang Yahudi lainnya bermimpi untuk
memanggil nelayan Bar Yona, Petros? Pastilah tidak. Versi bahasa Syria ialah Pshitta seringkali
menjadikan bentuk bahasa Yunani ini dengan Kipha (Kipa). Dan kenyataan baku bahwa bahkan teks
bahasa Yunani telah melestarikan nama asli Kephas, yang versi bahasa Inggris mereproduksinya dalam
bentuk Cephas, menunjukkan bahwa Kristus berbicara dalam bahasa Aramia dan memberi nama
panggilan Kipha kepada pengikut utamanya.Versi lama bahasa Arab untuk Perjanjian Lama seringkali
menulis nama St Peter dengan Shamun as-Sapha; yaitu Simon the Stone. Kata-kata Kristus: Thou
art Peter, dsb. padanan (ekivalen) dalam versi bahasa Arab ialah Antas-Sapha (Matius xvi. 18;
Yohanes i. 42, dsb.).Karena itu bila Simon itu adalah Sapha, gereja yang akan dibangun di atasnya
tentulah menjadi Mispha. Bahwa Kristen harus membandingkan Simon dengan Sapha dan Gereja dengan
Mispha adalah sangat istimewa; namun bila tiba saatnya saya membuka tabir misteri yang tersembunyi
dalam kesamaan ini dan kebijakan yang terkait dalam Sapha, maka haruslah diterima sebagai suatu
kebenaran yang ajaib dari kehebatan Nabi Muhammad atas gelarnya yang mulia: MUSTAPHA !Dari apa
yang telah diungkapkan di atas, keinginan untuk tahu kita dengan sendirinya akan menyebabkan kita
untuk bertanya tentang hal-hal berikut:Mengapa ummat Islam dan Kristen Unitarian keturunan Nabi
Ibrahim memilih batu untuk melaksanakan upacara keagamaan pada atau sekitar batu itu ?Mengapa batu
istimewa ini disebut Sapha?Apa yang akan dituju oleh si penulis? Dan seterusnya mungkin beberapa
pertanyaan lainnyaBatu itu telah dipilih sebagai sebuah benda yang paling sesuai ke atas mana seseorang
yang patuh pada agamanya meletakkan korbannya, menuangkan minyak murni dan anggurnya 3) dan
melaksanakan upacara keagamaannya di sekitar batu itu. Lebih daripada itu, batu ini didirikan untuk
memperingati ikrar dan janji-janji tertentu yang telah dibuat oleh seorang Nabi atau orang yang lurus
dalam agamanya kepada Penciptanya, dan wahyu yang diterima dari Tuhan. Dengan begitu, batu itu
adalah monumen suci untuk mengabadikan kenangan dan karakter suci dari peristiwa keagamaan yang
besar. Untuk maksud tersebut, kiranya tidak ada benda lain yang melebihi batu. Bukan saja batu itu kuat
dan tahan lama yang membuat batu itu lebih sesuai untuk maksud tersebut, tetapi juga kesahajaannya,
kemurahannya, tidak bernilainya pada suatu tempat sunyi akan menjamin terhindar dari perhatian orang
yang tamak atau yang membenci untuk mencuri atau membinasakannya. Seperti telah diketahui dengan
baik, Hukum Musa (Taurat) melarang dengan keras untuk memotong atau memahat batu-batu altar. Batu
yang disebut Sapha mutlak dibiarkan tetap dalam keadaan aslinya: tidak ada gambar-gambar, inskripsi,
atau ukiran yang dicetak di atasnya, agar salah satu daripadanya tidak akan dipuja di masa mendatang
oleh orang-orang yang bodoh. Emas, besi, perak atau metal lainnya tidak dapat memenuhi semua mutu
yang diperlukan oleh sebuah batu yang sederhana. Karena itu akan dimengerti bahwa benda yang paling
murni, paling tahan lama, dapat diterima dan paling aman untuk sebuah monumen agama dan suci tidak
bisa lain kecuali batu.Patung perunggu Jupiter disembah oleh Pontifex Maximus Roma yang kafir,
diambil dari Pantheon dan dicor kembali menjadi gambar St Peter atas perintah Souvereign Pointiff
Kristen; sesungguhnyalah kebijakan yang terangkum dalam Sapha mengagumkan dan berharga bagi
semua mereka yang tidak menyembah obyek apapun di samping Tuhan.Juga harus diingat, bukan saja
Sapha yang didirikan itu sebagai monumen suci, tetapi demikian juga tempat yang khusus dan sirkuit di
mana Sapha itu terletak. Dan untuk alasan inilah bahwa upacara haji bagi Muslim, seperti halnya higga
bagi orang Yahudi, dilakukan di sekitar bangunan di mana Batu Suci itu terletak.

Adalah suatu kenyataan yang diketahui bahwa orang Karamati yang mengambil Batu Hitam dari
Kaaba dan menyimpannya di negerinya sendiri selama dua puluh tahun, diwajibkan untuk membawa dan
meletakkannya kembali pada tempatnya semula karena mereka tidak dapat menarik jamaah haji dari
Mekkah. Kalau saja batu itu emas atau obyek lain yang bernilai, pastilah sudah tidak ada lagi paling
kurang selama lima ribu tahun; atau kalau seandainya batu itu memiliki pahatan atau ukiran atau gambar,
pastilah Nabi Muhammad saw sendiri sudah membinasakannya.Mengenai arti atau lebih baik banyak arti
dari Sapha, sudah saya tunjukkan bahwa itu menunjuk pada berbagai mutu yang dimiliki batu itu.Kata itu
terdiri atas huruf hidup sadi (shad) dan pi berakhir dengan bunyi hi keduanya sebagai kata kerja
dan kata benda. Dalam bentuk qal itu berarti mensucikan memperhatikan, menatap dari kejauhan,
dan memilih. Kata itu juga mempunyai arti bersikap tegas dan mantap; dalam paradigma piel (?) yang
adalah kausatif, itu berarti membuat pilihan, menyebabkan untuk memilih, dan sebagainya.Seseorang
yang memandang dari sebuah menara disebut Sophi (2 Raja-Raja ix. 17, dst). Di zaman dulu sebelum kuil
Suleiman dibangun, Nabi atau Orang (nya) Tuhan disebut Roi atau Hozi yang berarti penglihat (1
Samuel ix. 9). Tentu saja para sarjana Ibrani sangat mengenal dengan kata Msaphpi, atau lebih baik
Msappi, yang merupakan kesamaan dalam ortografi bahasa Arab musaphphi, yang berarti: seorang yang
berusaha untuk memilih yang murni, mantap dan tegas, dsb.

Anda mungkin juga menyukai