Enggal Mursalin
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang
E-mail : enggal.mursalin@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dalam rangka menghasilkan bahan ajar bervisi
SETS dan berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship) kompetensi terkait hidrokarbon
dan minyak bumi yang valid dan efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar dan
menumbuhkan minat berwirausaha siswa kelas X SMAN 4 Semarang tahun ajaran 2011/2012.
Pengujian pengembangan bahan ajar dan pembelajaran menggunakan rancangan penelitian pretest
and posttest group design yang dilakukan pada kelas terbatas dan kelas luas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis
kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship) dapat meningkatkan prestasi belajar kelas luas
dengan peningkatan sebesar 0,70 (tinggi) dan 78,12% siswa mempunyai minat berwirausaha
dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan
bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship) menghasilkan
respon positif serta pembelajaran dapat dikatakan praktis dan efektif. Dengan demikian
pengembangan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia
(chemoentrepreneurship) disimpulkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan menumbuhkan
minat berwirausaha siswa.
Kata Kunci : bahan ajar, visi SETS, kewirausahaan kimia, hidrokarbon dan minyak bumi
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik
sumber daya hayati maupun sumber daya non-hayatinya. Namun pemanfaatan sumber
daya tersebut masih banyak dilakukan oleh pihak investor dari Luar negeri. Hal ini lebih
disebabkan karena Indonesia memiliki sumber daya manusia yang masih berkualitas
rendah dan belum mampu mengolah sumber daya alam di Indonesia itu sendiri dengan
baik. Berbicara masalah sumber daya manusia, hal ini berarti ditujukan kepada lulusan
pendidikan dari lembaga pendidikan formal, informal, pelatihan dan lainnya. Hal ini bisa
dibuktikan dengan masih banyaknya pengangguran di Indonesia (Siskandar, 2006).
Observasi awal yang dilakukan di SMAN 4 Semarang khususnya terkait
pembelajaran kimia di kelas X semester II tahun ajaran 2011/2012, diperoleh kesimpulan
antara lain: (1) metode yang digunakan guru dalam mengajar kimia sering berpusat pada
guru bukan kepada siswa, (2) siswa masih terlihat pasif selama mengikuti pembelajaran,
(3) frekuensi bertanya siswa masih kecil, itupun pertanyaan yang diajukan siswa masih
terbatas pada rumus atau soal yang diberikan, (4) guru lebih banyak menekankan aspek
pengetahuan saja dan kurang menekankan pada keterkaitan antara ilmu kimia dengan
lingkungan, teknologi dan masyarakat (SETS) meski guru kimia sudah memahami secara
teori makna pembelajaran bervisi SETS, (5) belum tersedianya bahan ajar bervisi SETS
dan berbasis kewirausahaan kimia, (6) siswa belum menguasai kompetensi secara utuh
dan guru masih sering melaksanakan kegiatan remedial dalam bentuk tugas yang terkait
dengan pencapaian kompetensi, dan (7) motivasi belajar siswa rendah dan siswa belum
mempunyai gambaran pengetahuan mengenai kewirausahaan. Berdasarkan data alumni
siswa, setiap tahunnya sekitar 10% siswa lulusan SMAN 4 Semarang tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi atau langsung mencari pekerjaan. Meskipun lulusan SMA memang tidak
disiapkan untuk memasuki dunia kerja melainkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi, kita tidak dapat menampik kenyataan bahwa banyak lulusan SMA yang
langsung mencari pekerjaan. Untuk itu sudah selayaknya siswa SMA dibekali dengan
pendidikan life skill (kecakapan vokasional).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan kewenangan kepada
setiap sekolah untuk memodifikasi kompetensi dasar yang ingin dicapai sesuai dengan
potensi sekolah itu sendiri. Sehubungan dengan upaya mencari solusi atas permasalahan
pengangguran yang disebutkan di atas, perlu adanya penekanan pembelajaran yang
berbasis kewirausahaan, salah satunya dengan penggunaan perangkat pembelajaran yang
mampu mengarahkan segala bentuk aktivitas pembelajaran demi tercapainya kompetensi
terkait dengan pembelajaran yang berbasis kewirausahaan. Ibrahim (2002) menyatakan
bahwa untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan jiwa
kewirausahaan diperlukan perangkat pembelajaran yang meliputi: pengembangan silabus,
RPP, bahan ajar, metode dan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Dari gambaran
tersebut, pengajar dituntut untuk setidaknya dapat merancang bahan ajar yang sesuai
dengan kurikulum yang berbasis kewirausahaan. Hal ini disebabkan karena bahan ajar
memberikan peranan penting pada pelaksanaan proses pembelajaran, dimana bahan ajar
mampu membawa siswa pada situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
menafsirkan, belajar mandiri dan membangun konsep yang mereka terima sesuai dengan
pengalaman belajar.
Kesimpulan sehubungan dengan permasalahan secara umum di Indonesia dan
secara khusus di SMAN 4 Semarang yakni, (1) kenyataan yang perlu disikapi adalah tidak
semua lulusan SMA dapat tertampung di perguruan tinggi sementara bekal untuk kesiapan
kerja belum dimiliki, sehingga jarang lulusan SMA yang mau dan mampu untuk memulai
berwirausaha mandiri, (2) tingkat kemandirian siswa secara menyeluruh masih rendah,
dimana makin tinggi tingkat pendidikan makin rendah kemandirian dan semangat
berwirausahanya (Azizi, 2010), (3) perlu adanya pemberian bekal kepada siswa untuk
menumbuhkan semangat berwirausaha siswa, sehingga kelak nantinya dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup siswa itu sendiri.
Berdasarkan data-data terkait dan hasil penelitian awal tersebut di atas, mendorong
peneliti untuk mengembangkan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kimia kewirausahaan
(chemoentrepreneurship). Tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) mengetahui seberapa
valid bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship)
kompetensi terkait hidrokarbon dan minyak bumi dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar dan menumbuhkan minat berwirausaha siswa, (2) mengetahui keefektifan dan
kepraktisan penerapan bahan ajar tersebut dalam pembelajaran, (3) mengetahui
penerapan bahan ajar tersebut dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan (4)
mengetahui penerapan bahan ajar tersebut dalam upaya menumbuhkan minat
berwirausaha siswa.
merugikan lingkungan dan masyarakat itu sendiri. Konsep sains dapat berguna apabila
diterapkan dalam bentuk teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Apabila
penerapan konsep sains tersebut banyak membawa dampak negatif terhadap lingkungan
baik secara fisik maupun mental maka pendidikan SETS tidak menganjurkan penerapan
konsep sains tersebut diteruskan ke dalam bentuk teknologi begitu pula sebaliknya. Dalam
pendidikan SETS, tentunya proses pembelajaran yang paling sesuai adalah pendekatan
pembelajaran yang bervisi SETS.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and
Development (R&D). Pengembangan bahan ajar pada penelitian ini mengadaptasi model
penelitian pengembangan dari Plomp dalam Hobri (2009). Kelima tahap penelitian
pengembangan tersebut dapat dijelaskan dalam Gambar 3.1.
Fase Realisasi/Konstruksi
Fase Implementasi
Gambar 3.1 Skema kegiatan penelitian dan pengembangan atau Research and
Development (R&D) menurut Plomp dengan modifikasi
Desain penelitian yang digunakan yakni desain one group pretest-posttest design.
Menurut Sugiyono (2010), desain ini terdapat satu kelompok yang dipilih secara acak
maupun purposive, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal kelompok.
Pola one group pretest-posttest design pada ujicoba kelas terbatas dan kelas luas
ditunjukkan pada Tabel 3.1.
O1 X O2
Keterangan :
b. Terdapat 80% siswa yang tuntas belajar secara klasikal yang di uji dengan soal tes
kognitif siswa.
3. Bahan ajar yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria kepraktisan dengan tingkat
praktis atau sangat praktis berdasarkan hasil observasi beberapa pengamat.
4. Bahan ajar yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat berwirausaha siswa.
Bahan ajar tersebut selain mengaitkan keempat unsur SETS juga menampilkan
mengenai keterkaitan antara produk-produk yang bernilai ekonomi berdasarkan pada
prinsip aplikasi ilmu kimia di dunia wirausaha mandiri. Representasi kewirausahaan kimia
dapat terwakili dari beberapa gambar dalam bahan ajar, misalnya ditampilkan dalam Tabel
4.2.
4.3 Pembahasan
Penelitian pengembangan ini dilakukan sebagai usaha atas penyelesaian masalah di
indonesia yakni masalah pengangguran yang setiap tahun semakin meningkat dengan
semakin bertambahnya jumlah lulusan SMA yang tidak diimbangi dengan peningkatan
lapangan kerja. Meskipun lulusan SMA memang tidak disiapkan untuk memasuki dunia
kerja, kita tidak dapat menampik kenyataan bahwa banyak lulusan SMA yang langsung
mencari pekerjaan. Oleh karena itu sudah selayaknya siswa SMA dibekali dengan
pendidikan kecakapan hidup. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wurdinger dan Rudolph
(2009) dalam penelitiannya, bahwa pembelajaran life skill dapat membantu siswa berhasil
di dalam kelas dan dalam kehidupan secara umum.
Kategori
Gambar 4.1 Distribusi Minat Berwirausaha Siswa Kelas Ujicoba Terbatas dan Luas
Berdasarkan data pada Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa 80% siswa kelas
ujicoba terbatas mempunyai minat berwirausaha dengan kategori sangat tinggi dan 78,12%
siswa kelas ujicoba luas mempunyai minat berwirausaha dengan kategori sangat tinggi.
Dari 8 (delapan) aspek indikator minat berwirausaha, terdapat tiga indikator yang berperan
penting dalam kaitannya dengan minat berwirausaha siswa. Ketiga indikator tersebut yakni
keyakinan kuat atas kekuatan diri, berorientasi ke masa depan dan berani mengambil
resiko. Ketiga indikator tersebut diharapkan menjadi bekal pada pribadi siswa untuk mulai
berwirausaha di masa studi sekolah atau kelak nantinya di masa depan. Hal ini dikuatkan
oleh pernyataan Hamzah (2009) bahwa keyakinan kuat dalam menjalankan wirausaha
tentunya akan membantu siswa untuk menjadi sosok wirausahawan. Keyakinan yang kuat
atas kekuatan diri akan membuat siswa mampu untuk (1) menanamkan kepercayaan
melalui kemampuan dan mandiri dalam menyelesaikan tugas, (2) mengumpulkan
pengetahuan dan pengalaman eksternal di luar bidang yang ditargetkan, (3) menurunkan
rasa takut terhadap kegagalan, dan (4) mampu berubah dari waktu ke waktu. Keyakinan
yang kuat berdampak pada terbentuknya jiwa tidak takut akan kegagalan dan untuk dapat
berubah dari waktu ke waktu atau dengan kata lain seorang wirausahawan harus selalu
berpikir kreatif dan inovatif. Sikap kreatif dan inovatif akan muncul dalam diri individu jika
individu tersebut memiliki sikap berorientasi ke masa depan sehingga individu tersebut
akan selalu mengungkap peluang yang ada dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif.
Tabel 4.3 Hasil belajar kognitif siswa kelas ujicoba terbatas dan ujicoba luas.
Dari hasil penelitian, terjadi peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa kelas ujicoba
terbatas yakni 0,73 (kategori peningkatan tinggi) dan 0,70 (tinggi) untuk siswa kelas ujicoba
luas. Hal ini membuktikan adanya peningkatan prestasi belajar siswa yang signifikan.
Kemudian 90% siswa di kelas ujicoba terbatas tuntas KKM 75 dan 93,75% siswa kelas
ujicoba luas tuntas KKM 75. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Supartono (2006) bahwa peningkatan hasil belajar dengan pendekatan entrepreneurship
(CEP) pada pembelajaran kimia dengan kriteria tinggi yakni 97%. Sejalan dengan penelitian
tersebut, Kusuma (2010) dalam penelitannya terkait pengembangan bahan ajar
berorientasi CEP untuk meningkatkan hasil belajar dan life-skill mahasiswa menyimpulkan
bahwa hasil belajar dan life-skill mahasiswa dapat meningkat melalui penerapan bahan ajar
tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, prestasi belajar siswa kelas ujicoba terbatas
mengalami peningkatan yang lebih signifikan daripada kelas ujicoba luas. Hal ini lebih
disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan pada kelas ujicoba terbatas lebih intensif
dan efektif terlebih karena jumlah siswa di kelas ujicoba terbatas hanya 10 siswa
dibandingkan dengan siswa kelas ujicoba luas dengan jumlah siswa 32 siswa.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan terkait pengembangan
Bahan Ajar Bervisi SETS (Science, Environment, Technology and Society) dan Berbasis
Kewirausahaan Kimia (chemoentrepreneurship) Kompetensi Terkait Hidrokarbon dan
Minyak Bumi yang dilaksanakan di SMAN 4 Semarang, dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar tersebut telah memenuhi syarat bahan ajar dengan kriteria valid, serta dalam
DAFTAR PUSTAKA
Azizi, B., et al. 2010. Factors Infleuncing the development of entrepreneurial education in
Irans applied scientific educational centers for agriculture. American Journal of
Agricultural and Biological Sciences. 5(1): 77-83.
Binadja, Achmad. 1999a. Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS (Science, Environment,
Technology and Society) Dalam Konteks Kehidupan dan Pendidikan Yang Ada.
Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Pendidikan SETS, Kerjasama antara
SEAMOE RECSAM dan UNNES, 14-15 Desember 1999.
Binadja, Achmad. 2008. Penerapan Lesson Study dan Green Chemistry sebagai Upaya
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia. Makalah disajikan dalam Seminar
Nasional Pendidikan, UNNES, 23 Agustus 2008.
Binadja, A., Wardani S. dan Nugroho S. 2008. Keberkesanan pembelajaran kimia Materi
Ikatan Kimia Bervisi SETS Pada Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia. 2(2):256-262.
Hamzah, G.M.S and Yusof, Bt. H. 2009. Headmaster and Entrepreneurship Criteria.
European Journal of Social Sciences. 11(4): 535-543.
Supartono. 2006. Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Melalui
Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Chemo-Enterpreneurship (CEP). Makalah
yang disampaikan pada Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia Jurusan
Kimia FMIPA UNNES tanggal 11 November 2006 . Semarang: Jurusan Kimia
FMIPA UNNES.
Wurdinger, S. dan J. Rudolph. 2009. A Different Type of Success: Teaching Important Life
Skills Through Project Based Learning. Improving Schools. 12(2): 115-129.
http://imp.sagepub.com/cgi/content/ . (diunduh 03/04/2012).