Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa risiko dan
merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Sebagian ibu hamil akan menghadapi
kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya
ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayinya.
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan pasca persalinan, uri tertinggal, partus tak
maju/partus lama serta infeksi.1

Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang penting, bila
tidak ditanggulangi akan menyebabkan angka kematian ibu yang tinggi. Kematian seorang ibu
dalam proses reproduksi merupakan tragedi yang mencemaskan. Keberadaan seorang ibu
merupakan tonggak untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu
merupakan suatu bencana bagi keluarganya. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini dapat
dipastikan sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat maupun angkatan kerja.2
Angka Kematian Ibu merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan.
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan, Berdasarkan laporan
Depkes tahun 2009, AKI di Indonesia 226/100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI di Indonesia
masih terlalu lambat untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals/MDGs) yaitu menurunkan angka kematian ibu tiga per empat selama
kehamilan dan persalinan. Rentang tahun 2003-2009 penurunan AKI di Indonesia, jauh dari
target yang ingin dicapai pada tahun 2010 dan 2015 diperkirakan 125/100.000 kelahiran hidup
dan 115/100.000 kelahiran hidup.
Kematian ibu menurut penyebab dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Penyebab kematian ibu langsung yaitu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, masa nifas dan
penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Penyebab kematian ibu tidak langsung yaitu
akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, penyakit
kardiovaskuler, terlambat mendapat dan mencapai pelayanan kesehatan.8 Secara global 80%
kematian ibu tergolong penyebab kematian ibu langsung yaitu perdarahan (25%) biasanya
perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet
(8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%) dan sebab lain (7%).

Partus tak maju sering terjadi akibat terlalu banyak anak, partus pada usia dini atau lanjut, jarak
persalinan terlalu rapat, kehamilan pertama yang dikaitkan terjadinya CPD (Chepalo Pelvis
Disproporsi), tinggi badan < 150 cm, ukuran panggul yang kecil, riwayat persalinan jelek dan
petugas kesehatan tidak terlatih untuk mengenali persalinan macet yang menyebabkan tingginya
risiko kematian bayi.10 Penyebab utama lahir mati adalah gangguan persalinan (25%), partus tak
maju (19%), masalah kesehatan ibu menjelang persalinan (13%) dan malpresentasi (12%). Partus
tak maju akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi
atonia uteri yang dapat mengakibatkan pendarahan postpartum.11
Menurut Depkes tahun 2004, ibu partus tak maju yang rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia
diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12.176 dari 281.050 persalinan dan CFR ibu akibat partus tak
maju 0,7%.

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui tentang Partus lama
2. Untuk Mengetahui tentang Partus macet
3. Untuk Mengetahui tentang Partus dengan bantuan Vacum
BAB II

PEMBAHASAN

A. PARTUS LAMA
1. Defenisi
Persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir, yang dapat terjadi karena
pemanjangan kala I dan Kala II
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam, yang dimulai dari tanda-tanda
persalinan.

2. Factor Penyebab
persalinan lama dapat disebabkan oleh :
1. His tidak efisien (in adekuat)
HIS yang tidak normal dalam dalam kekurangan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada
jalan lahir yang yang lazim terdapat pada setiap persalinan , tidak dapat dilatasi sehingga
persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
2. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex (presentasi bokong, dahi, wajah, atau
letak lintang). Malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput
sebagai titik referansi. Janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan
menyebabkan partus lama atau partus macet
3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Panggul sempit atau disporporsi sefalopelvik terjadi karena bayi terlalu besar dan pelvic kecil
sehingga menyebabkan partus macet.

3. Gejala klinik partus lama


Pada ibu :
1. Gelisah
2. Letih
3. Suhu badan meningkat
4. Berkeringat
5. Nadi cepat
6. Pernafasan cepat
7. Meteorismus
8. Didaerah sering dijumpai bandle ring, oedema vulva, oedema serviks, cairan ketuban berbau
terdapat mekoneum

Pada Janin :
1. Djj cepat, hebat, tidak teratur bahkan negative
2. Air ketuban terdapat mekoneum kental kehijau-hijauan, cairan berbau
3. Caput succedenium yang besar
4. Moulage kepala yang hebat
5. Kematian janin dalam kandungan
6. Kematian janin intrapartal

4. Diagnosis kelainan partus lama

Tanda dan gejala klinis Diagnosis


Pembukaan serviks tidak membuka (kurang dari Belum inpartu, fase labor
3 cm) tidak didapatkan kontraksi uterus

pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah Prolonged laten phase


8 jam inpartu
pembukaan serviks tidak melewati garis
waspada partograf
Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 Inersia uteri
kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik
Secondary arrest of dilatation atau arrest of
descent Disporporsi sefalopelvik
Secondary arrest of dilatation dan bagian
terendah dengan caput terdapat moulase hebat, Obstruksi
edema serviks, tanda rupture uteri immenens,
fetal dan maternal distress
Kelainan presentasi (selain vertex)
Malpresentasi
5. Pembukaan serviks lengakap, ibu ingin kala II lama (prolonged, mengedan, tetapi
tidak ada kemajuan second stage)
Penanganan partus lama
1. False labor (Persalinan Palsu/Belum inpartu)
Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya infeksi
saluran kencing, KPD dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak pasien
boleh rawat jalan.
2. Prolonged laten phase (fase laten yang memanjang)
Diagnosis fase laten memanjang di buat secara retrospektif. Jika HIS berhenti pasien tersebut
belum inpartu atau persalinan palsu jika HIS makin teratur dan pembukaan makinbertambah
lebih dari 4 cm, pasien dalam fase aktif.
Penilaian ulang terhadap serviks :
a. Jika tidak ada perubahan pada pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien
belum inpartu
b. Jika ada kemajuan pembukaan serviks lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan
oxytosin atau prostaglandin
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin, lakukan SC.
3. Prolonged active phase (fase aktif memanjang)
a. Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD (chepalo Pelvic Disporportion) atau adanya obstruksi :
Berikan berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki kontraksi dan
mempercepat kemajuan persalinan
b. Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif
kurang dari 1 cm/jam, lakukan penilaian kontraksi uterusnya.
c. Kontraksi uterus adekuat
Bila kontraksi uterus adekuat (3 dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan
adanya kemungkinan CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi.
d. Chefalo Pelvic Disporpotion (CPD)
CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan
kita dapatkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan
partus percobaan (trial of labor) kegunaan pelvimetri klinis terbatas.

4. Obstruksi (Partus Macet)


Bila ditemukan tanda-tanda obstruksi :
a. Bayi hidup lahirkan dengan SC
b. Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi.

5. Malposisi/Malpresentasi
Bila tejadi malposi atu malpresentasi pada janin secara umum :
a. Lakukan evaluasi cepat kondisi ibu (TTV)
b. Lakukan evaluasi kondisi janin DJJ, bila air ketuban pecah lihat warna air ketuban :
1) Bila didapatkan mekoneum awasi yang ketat atau intervensi
2) Tidaka da cairan ketuban pada saat ketuban pecah menandakan adanya pengurangan jumlah air
ketuban yang ada hubungannya dengan gawat janin.
c. Pemberian bantuan secara umum pada ibu inpartu akan memperbaiki kontraksi atau kemajuan
persalinan
d. Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
e. Bila terjadi partus lama lakukan penatalaksanaan secar spesifik sesuai dengan keadaan malposisi
atau malpresentasi yang didapatkan. (Saifudin AB, 2007 : h 191-192)
6. Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disporporsi atau obstruksi bias disingkirkan, penyebab
paling banyak partus lama adalah kontraksi yang tidak adekuat
7. Kala II memanjang (prolonged explosive phase)
Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke
plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan, mengedan dan menahan
nafas yang etrlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJbradikardi yang lama mungkin terjadi
akibat lilitan tali pusat. Dalam hal ini lakukan ekstraksi vakum / forcep bila syarat memenuhi.

Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bias disingkirkan, berikan oksitosin dri. Bila pemberian
oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan bantuan ekstraksi vacuum /
forcep bila persyaratan terpanuhi. Lahirkan dengan secsio sesarea.

B. PARTUS MACET

1. Definisi
Partus macet adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun janin (anak).

Partus macet adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam untuk nulipara dan
multipara.

2. Etiologi
Penyebab persalinan macet diantaranya adalah:
a. Kelainan letak janin
b. Kelainan jalan lahir
Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendi-
sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen. Dengan
demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas:
c. Distosia karena kelainan panggul
Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan, penyakit tulang dan sendi
(rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna vertebralis (kyphosis, scoliosis,dll), kelainan
ekstremitas inferior (coxitis, fraktur, dll). Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan
panggul. Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu;
1) Kesempitan pintu atas panggul, pintu atas panggul dikatakan sempit jika ukuran konjugata vera
kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Kesempitan pintu atas panggul
dapat menyebabkan persalinan yang lama atau persalinan macet karena adanya gangguan
pembukaan yang diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian
terbawah kurang menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina
dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan cerviks karena tertahan pada pintu
atas panggul.
2) Kesempitan panggul tengah, bila jumlah diameter 13,5 cm (normalnya 10,5 +5interspinarum
ditambah diameter sagitalis posterior cm =15,5 cm ). Pada panggul tengah yang sempit, lebih
sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi
lintang tetap (transverse arrest)
3) Kesempitan pintu bawah panggul, diartikan jika 8 cm dan diameter transversa + diameter
sagitalisdistansia intertuberum posterior < 15 cm (N =11 cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini dapat
menyebabkan kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa. Sedangkan kesempitan panggul
umum, mencakup adanya riwayat fraktur tulang panggul, poliomielitis, kifoskoliosis, wanita
yang bertubuh kecil, dan dismorfik, pelvik kifosis

d. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak


Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak (kelainan tractus
genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan uterus:
1) abnormalitas vulva ( atresia vulva, inflamasi vulva, tumor dekat vulva)
2) abnormalitas vagina (atresia vagina, seeptum longitudinalis vagina, striktur anuler)
3) abnormalitas serviks (atresia dan stenosis serviks, Ca serviks)
4) Kelainan letak uterus (antefleksi, retrofleksi, mioma uteri, mioma serviks)
5) Tumor ovarium

e. kelainan keluaran his dan meneran


His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir
yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat megakibatkan
kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang
kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan
pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau
tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya,
kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum. Adapun jenis-jenis kelainan his
sebagai berikut:
1) Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian lain.
Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi berlangsung terlalu lama dapat meningkatkan
morbiditas ibu dan mortalitas janin. Keadaan ini dinamakan dengan inersia uteri primer. Jika
setelah belangsungnya his yang kuat untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri sekunder.
Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama (hingga menimbulkan kelelahan
otot uterus) maka inersia uterus sekunder jarang ditemukan.
2) His yang terlalu kuat
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang
sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam disebut partus presipitatus. Sifat
his normal, tonus otot diluar his juga normal, kelainannya hanya terletak pada kekuatan his.
Bahaya dari partus presipitatus bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks
uteri, vagina dan perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.

3) Kekuatan uterus yang tdak terkoordinasi


Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah, tidak
adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara kontraksi daripada bagian-bagiannya.
Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa
nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower segment,
colicky uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis

f. Kelainan Mengejan
Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh hejan perut, yang biasanya
dikerjakan bersama-sama pada waktu his. Kelainan mengejan disebabkan oleh:
1) Otot dinding perut lemah
2) Distasis recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m. recti lebar
3) Refleks mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi
4) Kelelahan (otot dinding perut menjadi lemah)
g. pimpinan persalinan yang salah
pimpinan persalinan yang salah dari penolong juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya
partus macet.
3. Diagnosis
a. Keadaan umum ibu
1) Dehidrasi, panas
2) Meteorismus, shock
3) Anemia, oliguri.
b. Palpasi
1) His lemah
2) Gerak janin tidak ada
3) Janin mudah diraba
c. Auskultasi
Denyut jantung janin, takikardia, irreguler, negatif (jika janin sudah mati).
d. Pemeriksaan dalam
1) Keluar air ketuban yang keruh dan berbau bercamput dengan mekonium
2) Bagian terendah anak sukar digerakkan, mudah didorong jika sudah terjadi rupture uteri
3) Suhu rectal lebih tinggi 37,50c.

4. Diagnosa banding
Kehamilan / persalinan dengan infeksi ektra genital, disini suhu aksila lebih tinggi dari rectal dan
ketuban biasanya masih utuh

5. Komplikasi
a. Pada Ibu
1) Infeksi sampai sepsis
2) Asidosis dengan gangguan elektrolit
3) Dehidrasi, syock, kegagalan fungsi organ-organ
4) Robekan jalan lahir
5) Fistula buli-buli, vagina, rahim dan rectum
b. Janin
1) Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
2) Lahir dalam asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak menetap
3) Trauma persalinan, fraktur clavicula, humerus, femur

6. Pencegahan
a. Memperhatikan status gizi saat hamil, status gizi harus baik dengan demikian tenaganya saat
persalinan akan bagus.
b. Membiasakan senam hamil, karena Senam hamil diperlukan untuk melemaskan otot-otot,
belajar bernafas selama persalinan, dan memperkenalkan posisi , persiapan mental menjelang
persalinan.
c. Jangan meneran sebelum diperintahkan karena jika tidak teratur, tenaga makin berkurang, dan
jalan lahir bisa membengkak. Hal ini diakibatkan karena saat meneran, terdapat cairan yang
keluar di jalan lahir. Akibat lebih jauh, akan menyulitkan penjahitan jika vagina ibu mengalami
pembengkakan.
d. Rutin kontrol kehamilan agar bisa mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan.

7. PENATALAKSANAAN
a. Bila kemacetan tersebut terjadi saat janin sudah terlanjur keluar sebagian badannya, biasanya
akan digunakan manual aid. Pertolongan ini harus segera dilakukan, karena jika terlambat, maka
bisa mengakibatkan gawat janin atau asfiksia, dan terganggunya saluran kencing.
b. Bila kemacetan terjadi pada saat pembukaan sudah lengkap tapi jalan lahir tidak muat, maka
rahim juga bisa pecah.
c. Saat pembukaan sudah lengkap, tapi kepala tak turun-turun, dinding rahim akan semakin
menipis, maka kepala bayi bisa keluar ke perut. Bayinya bisa meninggal dan ibunya bisa
perdarahan, yang bisa membawa ke kematian.
d. Sedangkan jika diagnosis menunjukkan penyebab distosia tersebut karena gangguan his, maka
akan dilakukan perbaikan pada hisnya. Caranya bisa dengan diinfus, diberi obat, atau dipecahkan
ketubannya. Dan bila hisnya terlalu kuat/sering, maka diberi obat untuk mengurangi/mengatur
hisnya kembali.
e. Pada kasus dengan dugaan CPD/cepalo palvik disproporsi (panggul sempit), maka akan
dilakukan partus percobaan. Dengan mulas yang bagus akan dinilai dalam 2 jam. Jika ada
pembukaan yang bertambah, ada putaran posisi kepala janin (baik berputar sendiri atau dengan
bantuan), serta adanya penurunan kepala, maka dinilai partus maju. Tapi kalau tidak ada
perubahan ketiga hal tersebut, maka partus percobaan itu dinilai gagal.
f. Bila kemacetan terjadi pada saat persalinan kala 2, misalnya sudah pembukaan tapi tak kunjung
lahir, entah itu karena bayinya sedikit miring atau mulasnya tak ada, atau ibunya tak mau
meneran, maka dokter akan segera memberi tindakan, dengan menggunakan ekstraksi vakum
atau forcep

C. PERSALINAN DENGAN VACUM


1. Pengertian
Ekstraksi vacuum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negative (vakum) pada kepalanya Alat yang umumnya digunakan adalah vacum ekstraktor dari
malmstrom. Prinsip dari cara ini adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum (tekanan negatif)
melalui suatu cup pada kepala bayi. Dengan demikian akan timbul caput secara artifisial dan cup
akan melekat erat pada kepala bayi. Pengaturan tekanan harus diturunkan secara perlahan-lahan
untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak
bayi dan supaya timbul caput succedaneum.

2. Alat-alat Ekstraksi Vacum


a. Mangkok (cup)
Mangkok ini dibuat untuk membuat caput succedaneum buatan sehingga mangkuk dapat
mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat
dari bahan logam dan plastik. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastik kurang
traumatis dibanding dengan mangkuk logam. mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai
dengan 6 cm. pada punggung mangkuk terdapat:
1) Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
2) Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung
3) Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction ) Pada vakum
bagian depan terdapat logam/ plastik yang berlubang untuk menghisap cairan atau udara.

b. Rantai Penghubung
Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk dengan pemegang.

c. Pipa Penghubung
Terbuat dari pipa karet atau plastik lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan negatif. Pipa
penghubung berfungsi penghubung tekanan negatif mangkuk dengan botol.

d. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang mungkin ikut
tersedot (air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll). Pada botol ini terdapat tutup
yang mempunyai tiga saluran:
Saluran manometer
Saluran menuju ke mangkuk
Saluran menuju ke pompa penghisap
e. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik

3. Teknik Tindakan Ekstraksi Vacum


a. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet ). Sekitar vulva
ditutup dengan kain steril
b. Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk dengan tonjolan
petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya dipakai mangkuk dengan
diameter terbesar yang dapat dipasang.
c. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan -0,2 kg /cm2
tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari pembuatan tekanan negatif yang
bertahap ini supaya caput succedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik.
d. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir atau kulit
ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
e. Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun blok pudendal untuk
kemudian dilakukan episiotomi.
f. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan dengan cara
menarik pemegang sesuai dengan sumbu panggul. Ibu jari dan jari telunjuk serta jari tanan kiri
operator menahan mangkuk supaya tetap melekat pada kepala janin. Selama ekstraksi ini, jari-
jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putaran paksi
dalam. Bila ubun-ubun sudah berada di bawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur dinaikan
( keatas ) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan negatif dihilangkan dengan cara
membuka pentil udara dan mangkuk kemudian dilepas. Janin dilahirkan seperti pada persalinan
normal dan plasenta umumnya dilahirkan secara aktif.

4. Keuntungan Tindakan Ekstraksi Vacum


a. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian
mengurangi frekuensi SC.
b. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat dipasang di belakang kepala,
samping kepala ataupun dahi.
c. Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan
lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
d. Cup dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm,
untuk mempercepat pembukaan, untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga
kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di
samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari jam untuk menghindari kemungkinan
timbulnya perdarahan pada otak.
e. Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala
( misal pada letak dahi ).

5. Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum


Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai
dapat ditarik relatif lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada
indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress ( gawat janin )
alatnya relatif lebih mahal dibanding dengan forcep biasa.

6. Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum


a. Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar
b. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
c. Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari jam
d. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
e. Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
f. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
g. Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature

7. Syarat Tindakan Ekstraksi Vakum


a. Pembukaan 7 cm atau lebih
b. Kepala di Hodge II-III
c. Tidak ada disproporsi kepala panggul
d. Konsistensi kepala normal
e. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan

8. KontraindikasI
a. Letak muka (kerusakan pada mata)
b. Kepala menyusul
c. bayi premature (tarikan tidak boleh keras)
d. Gawat janin

9. Kegagalan
Ekstraksi vacum dianggap gagal jika:
a. Kepala tidak turun pada tarikan.
b. Jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30 menit,
c. Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum.

Setiap aplikasi vacum harus dianggap sebagai ekstraksi vacum percobaan. Jangan lanjutkan jika
tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan.

10. Penyebab Kegagalan


a. Tenaga vacum terlalu rendah
b. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat.
c. Selaput ketuban melekat.
d. Bagian jalan lahir terjepit.
e. Koordinasi tangan kurang baik.
f. Traksi terlalu kuat.
g. Cacat alat, dan
h. Disproporsi sefalopelvik yang sebelumnya tak diketahui.

11. Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum


a. Terhadap Ibu
1) Trauma persalinan
Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup
Robekan perineum yang lebih luas
2) Perdarahan
Robekan jalan lahir
Atonia uteri
3) infeksi
b. Terhadap Anak
1) Luka-luka pada kulit kepala
2) Cephal haematoma
3) Caput succedaneum
4) Perdarahan atau kerusakan otak
5) Asfiksia
6) Trauma langsung pada bagian janin tempat cup vakum

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir, yang dapat terjadi karena
pemanjangan kala I dan Kala II.
2. Partus macet adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun janin (anak).
3. Jika Terjadi Partus lama maka berpotensi terjadinya partus Macet sehingga di butuhkan tekhnik
Vakum untuk menolong persalinan.
B. Saran
Hendaknya makalah ini di jadikan pembelajaran agar dapat di jadikan panduan untuk menangani
partus patologi.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan
anugerah-Nya penulis dapat menyusun Makalah ini dengan judul PARTUS LAMA, PARTUS
MACET & VACUM EKSTRAKSI yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV
patologi.

Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat
dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril maupun materil, dan
akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan
rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami membutuhkan kritik dan
saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan kami agar
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar 1 juni 2014

Kelompok 6
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHSAN
A. Partus Lama.......................................................................................................................... 4
B. Partus Macet........................................................................................................................ 9
C. Persalinan Dengan Vacum................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................................20
B. Saran....................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

(http://www./health-categories.org/e-tem/WIKF/persalinan-lama. 1 juni 2014 jam 11.05 WITA)


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/5/Chapter%20I.pdf
Djuhadiah saadong,2013,Persalinan normal dan patologi
Sarwono,2012 Ilmu kebidanan

Anda mungkin juga menyukai