Anda di halaman 1dari 8

JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA

Volume 3, No.1, Juli 2006: 66 - 73

SISTEM DISTRIBUSI DAN CAKUPAN SUPLEMENTASI TABLET BESI


IBU HAMIL PASCABENCANA TSUNAMI 2004 DI KABUPATEN ACEH BESAR
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Maryani1, I Made Alit G2, Siti Helmyati3

ABSTRACT kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah


di bawah nilai normal yang ditetapkan untuk perorangan
Background: The prevalence of anemia is one of indicators
(1). Salah satu penyebab anemia adalah meningkatnya
applied to determine pregnant woman nutrition status. The
coverage of iron supplementation is still low due to poor iron kebutuhan tubuh akan zat besi seperti pada masa hamil,
distribution. In Aceh Besar regency, the prevalence of ane- oleh karena itu ibu hamil merupakan salah satu kelompok
mia in 2003 was 18.71% and become 45.5% in 2005 (report yang rentan terhadap masalah anemia (2).
of Rapid Nutrition Assessment in Tsunami Affected Districts Pada penelitian Bisara et al. (3) dikemukakan bahwa
in NAD, Feb-March 2005). prevalensi anemia ibu hamil dari hasil Survey Kesehatan
Objective: The study was meant to explore the distribution Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 adalah 40,0%. Angka
system and iron supplementation coverage post tsunami in yang sama juga terdapat di Nanggroe Aceh Darussalam
Aceh Besar regency, NAD Province.
(NAD) (4). Sedangkan di Kabupaten Aceh Besar, prevalensi
Method: This was a qualitative naturalistic study; the design
anemia ibu hamil berdasarkan penelitian penanggulangan
was investigative exploration study, and the data was col-
lected by indepth interview. The analysis unit were health anemia gizi besi yang dilakukan di 17 kecamatan pada
department, primary health care and villages in Aceh Besar pertengahan Desember 2003 adalah 18,71% (5).
regency. Subjects were stakeholders and pregnant women Keberhasilan pemerintah dalam menurunkan
taken by purposive sampling and showed descriptively. prevalensi anemia ditempuh melalui berbagai upaya, di
Result: Poor health service and unreadiness of health staff antaranya adalah dengan pemberian suplementasi besi-
affected the stagnation of iron distribution program. The un- folat secara rutin selama jangka waktu tertentu dengan
available of guidance book and lack of nutrition staff and tujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara
midwife development become so crucial. Indeed, they could
cepat. Pemberian dilakukan melalui distribusi dinas
not understand their jobs description in expansing iron dis-
kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota,
tribution network. Furthermore, the distribution of iron tablet
were done passively of pregnant woman visiting health ser- puskesmas, puskesmas pembantu, polindes dan
vice place. The policy of iron distribution by health depart- posyandu secara gratis kepada seluruh ibu hamil dengan
ment of Aceh Besar regency post tsunami 2004 were col- melibatkan bidan sebagai ujung tombak (2).
lecting data and pregnant woman ANC service held by mid- Masalah kesehatan masyarakat di NAD merupakan
wife using iron program. The achievement of iron supple- manifestasi dari berbagai keadaan yaitu krisis ekonomi
mentation coverage was still low, though the attitude of preg- dan krisis politik yang berkepanjangan. Semakin
nant woman has changed. diperburuk oleh bencana gempa dan tsunami yang terjadi
Conclusion: The stagnation of basic health service and lack
pada 26 Desember 2004 yang lalu. Tsunami telah
of health staff empowerment affected poor iron distribution
memporakporandakan sebagian wilayah pantai Utara
for pregnant woman.
Kabupaten Aceh Besar. Tujuh kecamatan di antaranya
Key words: iron distribution system, iron tablet supplemen- mengalami kerusakan yang cukup parah yaitu Pulo Aceh,
tation coverage, pregnant woman, tsunami NAD Peukan Bada, Baitussalam, Mesjid Raya, Lhoknga,
2004. Lhong dan Leupung dengan jumlah desa yang rusak
sebanyak 107 desa. Tsunami juga menghancurkan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang ada pada kecamatan
PENDAHULUAN tersebut yaitu puskesmas sebanyak 6 unit, puskesmas
pembantu 4 unit,107 posyandu dan polindes (6).
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang
Berbagai permasalahan baru timbul akibat tsunami
berkembang hingga saat ini masih mengalami berbagai
seperti lumpuhnya sarana pelayanan kesehatan dasar,
masalah gizi, baik makro maupun mikro. Salah satu
meningkatnya masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
masalah gizi mikro yang memberikan kontribusi yang
cukup besar dalam penentuan status gizi masyarakat
1
adalah anemia gizi besi (AGB). Anemia oleh orang awam Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh
2
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Yogyakarta
dikenal sebagai kurang darah, yaitu keadaan menurunnya 3
Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta
Sistem Distribusi dan Cakupan Suplementasi Tablet Besi Ibu Hamil Pascabencana Tsunami 67

masalah kesehatan reproduksi termasuk Keluarga bersifat komprehensif terhadap fenomena yang diteliti dan
Berencana (KB), masalah kesehatan jiwa dan psikososial, ditangkap oleh peneliti kemudian disajikan secara deskriptif
terjadi perubahan sosial dan menurunnya status gizi dalam bentuk narasi.
masyarakat (4). Berdasarkan laporan Rapid Nutrition As-
sessment in Tsunami Affected Districts in NAD yang HASIL DAN BAHASAN
dilakukan pada bulan Februari-Maret 2005, ditemukan
Pendistribusian tablet besi dilaksanakan sebagai
prevalensi anemia ibu hamil sebesar 45,5% untuk wilayah
salah satu upaya untuk mengatasi masalah anemia yang
pantai Utara yaitu Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh
sering terjadi pada ibu hamil. Di Kabupaten Aceh Besar,
Besar. Tentunya hal ini tidak hanya disebabkan oleh
kegiatan ini dilaksanakan melalui seksi gizi yang berada
banyaknya sarana pelayanan kesehatan yang rusak dan
dalam lingkup subdinas kesehatan keluarga (subdin
keterbatasan jumlah tenaga kesehatan akibat bencana
kesga), puskesmas, polindes dan posyandu yang
tsunami.
tersebar dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar baik pada
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka
daerah dataran tinggi maupun daerah pesisir.
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang sistem
Bencana gempa dan tsunami yang terjadi pada 26
distribusi dan cakupan suplementasi tablet besi pada ibu
Desember 2004 yang lalu telah memporakporandakan
hamil pasca-tsunami 2004 di Kabupaten Aceh Besar
wilayah pesisir Kabupaten Aceh Besar sehingga
Provinsi NAD sebagai salah satu wilayah yang mengalami
mengakibatkan kerusakan infrastruktur pelayanan
kerusakan terparah akibat tsunami 2004 yang lalu dan
kesehatan, kerusakan lingkungan yang cukup parah,
didukung oleh tingginya angka prevalensi anemia pasca
banyak tenaga kesehatan yang meninggal dunia, hilang,
tsunami.
mengungsi dan tidak siap secara psikis untuk kembali
bekerja pascabencana tsunami. Hal ini menyebabkan
BAHAN DAN METODE
terjadinya kevakuman pelayanan kesehatan masyarakat
Penelitian ini merupakan penelitian naturalistik kualitatif 2 hingga 4 bulan lamanya. Secara otomatis, kevakuman
dengan pendekatan studi eksploratif investigatif (7). juga terjadi pada pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas
Menggunakan unit analisis dinas kesehatan, puskesmas seperti program penanggulangan anemia gizi khususnya
dan desa dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar karena pendistribusian tablet besi bagi ibu hamil. Keberhasilan
peneliti ingin melihat sistem distribusi dan cakupan pelaksanaan kegiatan pokok suatu puskesmas sangat
suplementasi tablet besi pada ibu hamil di Kabupaten Aceh ditentukan oleh kemampuan tenaga dan fasilitas yang
Besar pada setiap unit analisis. Sedangkan alasan dimiliki oleh puskesmas tersebut (9).
pemilihan lokasi penelitian adalah Kabupaten Aceh Besar Kerusakan infrastruktur pelayanan kesehatan yang
merupakan salah satu daerah yang terkena bencana tsu- terjadi adalah 6 unit puskesmas, 14 unit pustu dan 107
nami 2004 yang lalu dan adanya peningkatan angka unit posyandu. Dua unit puskesmas di antaranya
prevalensi anemia ibu hamil yaitu dari 18,71% pada tahun mengalami kerusakan total yaitu Puskesmas Kajhu
2003 menjadi 45,5% pada tahun 2005. Penelitian ini Kecamatan Baitussalam dan Puskesmas Lhoknga
dilakukan bulan Januari sampai dengan bulan April 2006. Kecamatan Lhoknga. Hal ini diungkapkan oleh kedua
Sesuai dengan unit analisis maka subjek pada kepala puskesmas :
penelitian ini adalah Kepala Dinas, Kasi KIA dan Kasi Gizi
di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, Puskesmas Kajhu adalah salah satu puskesmas
yang jaraknya tidak jauh dari pantai. Seluruh
kepala puskesmas, koordinator KIA dan koordinator gizi
bangunan dan fasilitas puskesmas tersapu tsunami,
puskesmas, bidan desa dan ibu hamil. Subjek ditentukan
bersih tak bersisa sedikitpun
secara purposive sampling atau sampling bertujuan (8).
Hal ini didasari atas keterlibatan subjek terhadap sistem Bangunan dan fasilitas puskesmas hancur total akibat
distribusi dan cakupan suplementasi tablet besi pada ibu tsunami karena letaknya sangat dekat dengan pantai.
hamil baik di tingkat kabupaten, kecamatan maupun desa.
Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam, Tujuh bulan pascabencana tsunami, pelayanan
telaah dokumen (arsip laporan) dan observasi. Ketiga cara kesehatan secara perlahan mulai kembali normal meskipun
pengumpulan data ini juga sekaligus dijadikan sebagai belum sepenuhnya. Peraturan Presiden RI Nomor 30 tahun
triangulasi untuk meningkatkan keabsahan data yang telah 2005 dikeluarkan dalam rangka pemulihan dan
dikumpulkan. Analisis penelitian dilakukan dengan meningkatkan kesehatan masyarakat di daerah bencana,
melakukan integrasi perbandingan hasil penelitian dengan melalui beberapa upaya di antaranya adalah pelayanan
kepustakaan sehingga terbentuk suatu penjelasan yang kesehatan tanggap darurat, memulihkan dan
memfungsikan sarana dan prasarana kesehatan serta
68 Maryani, I Made Alit G, Siti Helmyati

mobilisasi tenaga kesehatan. responden 7).


Mengenai tenaga kesehatan, pelaksanaan kegiatan Pengelola program gizi puskesmas atau yang biasa
distribusi tablet besi bagi ibu hamil dalam wilayah kerja disebut dengan TPG selaku penanggung jawab program
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar melibatkan pendistribusian tablet besi untuk ibu hamil di puskesmas
pengelola program gizi kabupaten, kepala puskesmas, mengatakan bahwa :
tenaga pelaksana gizi (TPG) puskesmas, bidan KIA
puskesmas dan bidan desa. Dana operasional di puskesmas tidak ada. Masalah
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, dalam dana, kita semua bergantung dari Dinas Kesehatan
pelaksanaan kegiatan pendistribusian tablet besi bagi ibu Kabupaten Aceh Besar, bila dari mereka tidak ada
ya kita juga tidak bisa bilang apa-apa (wawancara
hamil, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar sudah
responden 8).
memiliki dan menempatkan tenaga kesehatan sesuai
dengan bidang dan profesi masing-masing. Akan tetapi, Pada pelaksanaan suatu kegiatan program, dana
masih ada tenaga kesehatan yang belum pernah mengikuti mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan
pelatihan mengenai masalah anemia pada ibu hamil.
adanya dana, tenaga kesehatan yang terlibat dalam
Padahal pelatihan dipakai sebagai salah satu cara
pelaksanaan kegiatan pendistribuasi tablet besi seperti
pendidikan khusus dalam rangka meningkatkan
bidan dan TPG dapat lebih proaktif dalam menjangkau
pengetahuan dan keterampilan (10).
kelompok sasaran (ibu hamil) yang tidak datang ke sarana
Sejak diberlakukannya otonomi daerah mulai tahun 2001
pelayanan kesehatan misalnya dengan melaksanakan
yang diikuti dengan desentralisasi di bidang kesehatan,
kegiatan kunjungan rumah (home visit).
Pemerintah Provinsi NAD melaksanakan berbagai macam
Selain dana, hal lain yang juga berperan dalam
kebijaksanaan dalam bidang pelayanan kesehatan
kegiatan pendistribusian tablet besi bagi ibu hamil adalah
masyarakat. Pemberlakuan tarif gratis bagi masyarakat yang
keberadaan buku petunjuk teknis sebagai pedoman bagi
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar
tenaga kesehatan (bidan dan TPG) dalam melaksanakan
(puskesmas, pustu) dimulai sejak tahun 2002 bersamaan
kegiatan tersebut. Buku pedoman berisi materi strategi
dengan diberlakukannya Aceh sebagai daerah darurat militer
program penanggulangan anemia gizi pada Wanita Usia
pada saat itu. Pendapatan anggaran daerah tingkat II di bidang
Subur (WUS), strategi Komunikasi Informasi Edukasi
kesehatan yang diperoleh dari retribusi kunjungan pasien ke
(KIE) program penanggulangan anemia gizi pada WUS,
puskesmas dan pustu tentu saja menjadi tidak ada. Anggaran
panduan perluasan jaringan distribusi tablet tambah darah
untuk keperluan pelayanan kesehatan masyarakat
mandiri untuk WUS, panduan pemantauan dan
seluruhnya menjadi beban pemerintahan provinsi dan
penyeliaan penanggulangan anemia gizi pada WUS (11).
kabupaten. Dalam hal ini, pemerintah pusat tetap mensubsidi
Akibat bencana tsunami yang terjadi pada 26
meskipun dengan porsi yang menurun.
Desember 2004 yang lalu, ketersediaan buku pedoman
Pemerintah Kabupaten Aceh Besar sebagai salah
tidak mencukupi sehingga ada puskesmas yang tidak
satu kabupaten yang ada di Provinsi NAD, mengambil
memiliki buku pedoman tersebut. Bidan dan TPG sebagai
inisiatif melakukan beberapa penghapusan biaya untuk
pelaksana kegiatan pendistribusian tablet besi di lapangan
sebagian kegiatan program kesehatan yang diajukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar termasuk untuk belum dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal
pengadaan tablet besi bagi penanggulangan masalah ini terlihat pada masih adanya bidan yang beranggapan
anemia pada ibu hamil karena tablet besi sudah bahwa buku pedoman tersebut hanya memuat cara
disediakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Sementara memberikan tablet besi kepada ibu hamil. Oleh karenanya
itu, masalah distribusi tablet besi dapat dilaksanakan mereka hanya melaksanakan tugas sebatas memberikan
bersamaan dengan pelayanan antenatal care (ANC) oleh tablet besi, mereka tidak melakukan pengelolaan
bidan di puskesmas, polindes dan posyandu. penanggulangan masalah anemia ibu hamil secara
Pendistribusian tablet besi di puskesmas dilakukan keseluruhan seperti strategi program, strategi KIE, jaringan
bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan ANC ibu hamil distribusi dan pemantauan. Keadaan ini juga
di puskesmas, di posyandu dan di desa. Puskesmas menggambarkan kurangnya pembinaan yang dilakukan
tidak mempunyai dana untuk biaya transportasi petugas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar kepada para
dalam mendistribusikan tablet besi. Hasil wawancara bidan dan TPG.
dengan seorang kepala puskesmas diperoleh informasi : Sehubungan dengan masalah pemantauan, TPG
puskesmas dalam hal ini bertindak sebagai penanggung jawab
Tidak ada, baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten pelaporan hasil kegiatan pendistribusian tablet besi bagi ibu
maupun puskesmas. Lagipula distribusi tablet Besi hamil di tingkat kecamatan. TPG membuat laporan dengan
memang sudah menjadi program kerja puskesmas mengisi formulir laporan Fe yaitu formulir F2 dan kemudian
khususnya bagian gizi dan KIA (wawancara dilaporkan kepada pengelola program gizi kabupaten setiap
Sistem Distribusi dan Cakupan Suplementasi Tablet Besi Ibu Hamil Pascabencana Tsunami 69

bulan. TPG mengkompilasi jumlah pemakaian tablet besi program gizi kabupaten bersamaan dengan pengambilan
pada bagian KIA dan laporan F1 dari bidan desa. obat untuk keperluan apotek. Untuk tingkat kecamatan,
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penggunaan pengambilan tablet besi dilakukan oleh TPG puskesmas
formulir laporan bulanan masih tumpang tindih, bahkan setiap bulan dengan cara mengambil sendiri atau menitip
kekosongan pengadaan formulir laporan dari dinas pada staf puskesmas yang ditunjuk ke Dinas Kesehatan
kesehatan kabupaten masih sering terjadi. Akibatnya Kabupaten Aceh Besar. Dari hasil wawancara kepada
TPG puskesmas harus menggandakan sendiri formulir TPG puskesmas diperoleh informasi bahwa menurut
laporan tersebut. TPG puskesmas mengatakan : mereka tablet besi yang ada di puskesmas belum pernah
tidak cukup. TPG dapat mengambil tablet besi sewaktu-
Kami buat sendiri dengan mencontoh formulir yang waktu mereka membutuhkannya berdasarkan laporan
lama (wawancara responden 1). pengeluaran (pemakaian) tablet besi bulan yang lalu.
TPG dapat mengambil tablet besi kapan saja
Di tingkat desa, bidan desa sering membuat laporan sewaktu mereka membutuhkannya lagi. Dinas Kesehatan
pemakaian tablet besi ibu hamil pada catatan sementara Kabupaten Aceh Besar selalu punya stock tablet besi.
dan diduga hal ini sebagai penyebab ketidaklengkapan TPG puskesmas mengatakan:
arsip laporan bulanan karena catatan tersebut hilang seperti
yang diungkapkan oleh salah seorang bidan desa : Kami mengambilnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Besar berdasarkan laporan pemakaian tablet
Kami mencatatnya pada kertas lain berdasarkan besi bulanan, kapan saja tidak dibatasi waktunya. .
contoh laporan yang sudah ada. Nanti kalau bagian . Cara mendapatkannya mudah, kapan perlu silahkan
gizi Puskesmas sudah punya, kami dikasih ambil. Di Dinas Kesehatan Jantho selalu tersedia
(wawancara responden 12). (wawancara responden 8).

Padahal pencatatan dan pelaporan kegiatan program Dari hasil telaah dokumen yang berupa arsip laporan,
pada sebuah organisasi pelayanan kesehatan dasar didapati bahwa TPG puskesmas tidak mempunyai arsip
merupakan salah satu kegiatan penting yang akan laporan tentang pengambilan dan pengeluaran
membantu pimpinan membuat suatu keputusan untuk (pemakaian) tablet besi.
pengembangan program kesehatan di wilayah kerjanya (12). Tablet besi yang ada di puskesmas (pada TPG)
Tablet besi yang dipergunakan dalam penanggu- kemudian didistribusikan ke bagian KIA, bidan desa dan
langan masalah anemia ibu hamil di Kabupaten Aceh posyandu. Dari hasil penelitian, jalur distribusi tablet besi
Besar berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi NAD yang bagi ibu hamil di Kabupaten Aceh Besar pascabencana
diperoleh dengan cara diambil langsung oleh pengelola tsunami 2004 (Gambar 1) belum sesuai dengan jalur

GFP

GFK

BAGIAN KIA PUSKESMAS

BIDIDES

POSYANDU

Ibu Hamil sebagai Sasaran

Keterangan :
GFP : Gudang Farmasi Provinsi
GFK : Gudang Farmasi Kabupaten

GAMBAR 1. Jalur distribusi tablet besi ibu hamil di


Kabupaten Aceh Besar pascabencana tsunami tahun 2004
70 Maryani, I Made Alit G, Siti Helmyati

distribusi tablet besi menurut jalur distribusi yang hamil di wilayah masing-masing. Oleh karenanya
dikeluarkan oleh Depkes tahun 2003. Di Puskesmas Kajhu melibatkan unsur KIE dalam masalah penanggulangan
dan Puskesmas Lhoknga, jalur distribusi tidak anemia pada ibu hamil sangat perlu dilakukan.
memanfaatkan pos obat desa (POD) sebagai salah satu Ada 3 kelompok yang menjadi sasaran KIE yaitu
tempat penyaluran tablet besi dengan alasan bahwa wilayah sasaran primer, sekunder dan tersier. Kelompok sasaran
kecamatan ini sudah tidak memiliki POD dikarenakan primer adalah ibu hamil, keluarga dan masyarakat.
pengelolaan obat untuk POD yang tidak berjalan dengan Sasaran sekunder adalah pelaksana dan pengelola pro-
baik. Puskesmas juga tidak memberdayakan Pustu sebagai gram. Sasaran tersier adalah pemerintah daerah beserta
salah satu unit kesehatan yang ada di desa karena masing- aparatnya.
masing desa dalam wilayah kecamatan ini sudah memiliki Ibu hamil sebagai salah satu sasaran KIE masih
bidan desa sebagai penanggung jawab desa. mempunyai anggapan yang keliru tentang anemia. Mereka
Tablet besi diberikan sebanyak 1 sachet (30 tablet) masih beranggapan bahwa anemia bukanlah merupakan
pada setiap kali kunjungan ibu hamil dengan jarak kunjungan masalah kesehatan yang serius dan tidak perlu diatasi,
selama 1 bulan. Seorang ibu hamil akan diberi tablet besi mereka juga tidak mengerti tentang pentingnya tablet besi
minimal sebanyak 3 sachet (90 tablet) secara bertahap yaitu sehingga mereka tidak mau datang ke sarana pelayanan
30 tablet pada tahap pertama, 30 tablet pada tahap kedua kesehatan. Akibatnya mereka tidak mendapatkan tablet
dan 30 tablet pada tahap ketiga. Pemberian tablet besi yang besi. Keadaan ini terjadi karena mereka tidak mendapatkan
telah dilakukan sesuai dengan anjuran dalam buku pedoman informasi yang benar tentang tablet besi akibat penyuluhan
pendistribusian tablet besi bagi ibu hamil. yang diberikan oleh pelaksana dan pengelola program
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis program penanggulangan anemia sangat terbatas.
kesehatan dinas kesehatan kabupaten/kota di kecamatan, Penanganan masalah kesehatan masyarakat
bertanggung jawab secara teknis dan administratif kepada pascabencana tsunami pada 3 bulan pertama lebih
dinas kesehatan kabupaten/kota (13). TPG dan bidan difokuskan pada penanganan masalah kesehatan bagi
sebagai staf puskesmas bertugas menjalankan kedua mereka yang tinggal di barak pengungsian. Pelayanan
tanggung jawab tersebut. Secara teknis TPG dan bidan kesehatan di barak pengungsian diberikan kepada semua
telah menjalankan program gizi di puskesmas seperti penghuni barak yang datang berkunjung ke sarana
pendistribusian tablet besi bagi ibu hamil dan secara ad- pelayanan kesehatan yang ada di pos kesehatan satelit
ministratif TPG dan bidan juga melaporkan hasil kegiatan (poskeslit) tanpa terkecuali.
pendistribusian tablet besi bagi ibu hamil ke Dinas Setelah 3 bulan pascabencana tsunami, selain
Kesehatan Kabupaten Aceh Besar. sudah menempatkan tenaga kesehatan yang dikontrak
Ibu hamil sebagai sasaran dapat ditentukan pada poskeslit, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
jumlahnya dengan menggunakan cara pendataan Aceh Besar menginstruksikan melalui kepala
langsung, perkiraan (estimasi) dan pendekatan tidak puskesmas agar tenaga kesehatan yang tempat
langsung. Pendataan langsung dilakukan oleh staf bertugasnya (puskesmas dan desa) rusak untuk
puskesmas, baik dengan cara survei maupun dengan bertugas di poskeslit atau gedung lainnya yang dapat
bantuan kader kesehatan yang ada di desa. Cara estimasi dijadikan sebagai sarana dalam memberikan pelayanan
ditentukan berdasarkan hasil perkalian angka standar. kesehatan kepada masyarakat. Hal ini dimaksudkan
Dalam panduan stratifikasi puskesmas, estimasi jumlah agar masyarakat yang tidak tinggal pada barak
ibu hamil adalah 3,6% dikalikan dengan jumlah penduduk pengungsian pun dapat mengakses sarana pelayanan
setempat. Jumlah estimasi ini jauh lebih tinggi dari data kesehatan guna mendapatkan pelayanan kesehatan
riil di lapangan, jarang lebih rendah sehingga perlu meskipun dengan keadaan yang serba darurat, baik dari
diwaspadai baik oleh pimpinan di dinas kesehatan segi fasilitas sarana pelayanan kesehatan maupun
kabupaten/kota maupun puskesmas pada saat penilaian tenaga kesehatan yang bertugas.
cakupan kegiatan program kerja (12). Akan tetapi, ada juga tenaga kesehatan yang
Program penanggulangan anemia pada ibu hamil menyatakan bahwa tidak ada instruksi dari Kepala Dinas
dengan cara pemberian tablet besi telah dilaksanakan oleh Kesehatan Kabupaten Aceh Besar dalam penanganan
pemerintah sejak tahun 1975. Akan tetapi belum masalah kesehatan ibu hamil pascabencana tsunami.
menampakkan hasil yang memuaskan, karena sampai Meskipun demikian, pelayanan kesehatan kepada
saat ini pencapaian cakupan baru mencapai sekitar 60% masyarakat tetap diberikan baik untuk mereka yang
dari jumlah sasaran. Pencapaian cakupan program tinggal di barak pengungsian maupun untuk mereka yang
pendistribusian tablet besi tidak terlepas dari pengetahuan, tinggal di tenda-tenda. Hal ini diduga karena terjadi
sikap dan perilaku dari orang-orang yang terlibat dalam kesalahpahaman dalam mengartikan bentuk instruksi
pelaksanaan program penanggulangan tablet besi bagi ibu kepala dinas ataupun juga diduga karena penyampaian
Sistem Distribusi dan Cakupan Suplementasi Tablet Besi Ibu Hamil Pascabencana Tsunami 71

informasi yang diterima oleh petugas kesehatan tidak menempatkan bidan desa untuk setiap desa disertai
jelas. Dapat juga berarti, pemahaman petugas kesehatan dengan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan yang
yang menganggap bahwa seluruh masyarakat berhak masih kurang akibat masih rendahnya motivasi ibu hamil
mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa perkecualian. terhadap masalah kesehatan. Jaringan distribusi tablet
Mengenai penanganan masalah kesehatan ibu besi yang belum sesuai dengan buku pedoman juga
hamil pascabencana tsunami, Kepala Dinas Kesehatan menjadi salah satu penyebab. Distribusi tablet besi belum
Kabupaten Aceh Besar memberikan instruksi kepada memanfaatkan secara maksimal sarana pelayanan
bidan yang bertugas di poskeslit selain memberikan kesehatan yang ada di desa seperti pustu dan POD,
pelayanan ANC kepada ibu hamil, bidan juga diminta padahal dinas kesehatan memiliki jangkauan wilayah
untuk melakukan pendataan jumlah ibu hamil pada kerja yang sangat luas (terdiri dari 22 kecamatan).
wilayah kerja masing-masing. Pendataan kembali jumlah Setelah 1 tahun pascabencana tsunami, pencatatan
ibu hamil pascabencana tsunami dilakukan agar didapat dan pelaporan tetap masih menjadi salah satu masalah
angka riil ibu hamil yang ada di desa. Angka ini dipakai yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar
sebagai patokan pencapaian target yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan program penanggulangan anemia pada
sebelumnya. Penyaluran bantuan kepada ibu hamil ibu hamil, khususnya dalam pelaksanaan kegiatan distribusi
yang tinggal di barak pengungsian juga dilakukan oleh tablet besi. Laporan bulanan hasil kegiatan pendistribusian
tenaga bidan. tablet besi masih tidak lengkap, baik pada dinas kesehatan
Keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan program kabupaten maupun puskesmas.
dapat dilakukan dengan melaksanakan evaluasi pada Ketidaktersediaan laporan pada tingkat kabupaten
akhir kegiatan, yaitu terhadap output atau keluaran. disebabkan oleh adanya puskesmas yang tidak
Dalam penelitian ini, output atau keluaran yang dimaksud mengirimkan laporan bulanan. Puskesmas tidak dapat
adalah cakupan suplementasi tablet besi ibu hamil melaksanakan fungsi administrasinya karena kevakuman
pascabencana tsunami 2004 di Kabupaten Aceh Besar. kegiatan pelayanan kesehatan akibat tsunami untuk
Cakupan suplementasi tablet besi ibu hamil dituangkan jangka waktu yang relatif lama.
dalam bentuk persentase yaitu jumlah ibu hamil yang Pascabencana tsunami 2004, proses pencatatan
mendapat tablet besi di suatu wilayah selama 1 tahun dan pelaporan tentang distribusi tablet besi bagi ibu
dibagi dengan jumlah ibu hamil yang ada di wilayah hamil tidak dapat dilakukan dengan tepat waktu setiap
tersebut pada tahun yang sama kemudian dikalikan bulan, seperti yang diungkapkan oleh TPG Puskesmas
dengan 100%. Target cakupan suplementasi tablet besi Lhoknga:
ibu hamil yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Besar untuk Fe 3 adalah 90%. Enam bulan pascabencana tsunami kami tidak
Dari telaah dokumen yang berupa profil kesehatan membuat laporan yaitu 3 bulan pertama karena
kabupaten diperoleh hasil bahwa cakupan suplementasi memang kegiatan kita yang masih vakum dan 3
tablet besi ibu hamil dalam wilayah kerja Dinas bulan selanjutnya; saya sendiri tidak tahu mengapa.
Semuanya masih kacau balau, serba darurat dan
Kesehatan Kabupaten Aceh Besar untuk 1 tahun sebelum
kita bekerja sebisanya dengan fasilitas seadanya.
bencana tsunami adalah masih rendah (Tabel 1).
Terus terang tak terfikir oleh saya tentang masalah
Pencapaian cakupan suplementasi tablet besi yang pembuatan laporan (wawancara responden 8).
masih rendah dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan
Dari hasil telaah dokumen terhadap arsip laporan yang
peneliti lakukan, Puskesmas Kajhu baru membuat laporan
bulanan pemakaian tablet besi pada bulan Agustus 2005,
sedangkan Puskesmas Lhoknga tidak membuat laporan
bulanan selama 1 tahun. Hal ini tentu saja mempengaruhi
cakupan pencapaian hasil kegiatan distribusi tablet besi
yang dicapai untuk 1 tahun sesudah tsunami secara
keseluruhan untuk tingkat Kabupaten Aceh Besar.
Dari hasil laporan pemakaian tablet besi yang ada
di Puskesmas Kajhu, ditemukan bahwa terjadi
Kabupaten Aceh Besar dikarenakan oleh berbagai peningkatan jumlah cakupan rata-rata yaitu 43,37%. Hal
masalah yang sangat kompleks. Kabupaten Aceh Besar ini dimungkinkan karena selain oleh jumlah sasaran yang
yang pada saat itu termasuk wilayah konflik, tidak dapat berkurang juga karena motivasi ibu hamil untuk datang
menjangkau seluruh wilayah kerjanya meski sudah ke sarana pelayanan kesehatan sudah mulai baik. Ibu
hamil mau datang ke sarana pelayanan kesehatan karena
72 Maryani, I Made Alit G, Siti Helmyati

dorongan mereka ingin anak yang dikandungnya sehat mencapai target yang ditetapkan (di bawah 90%).
dan dapat dilahirkan dengan selamat karena banyak di
antara mereka sebelumnya kehilangan anak pada saat Saran
bencana tsunami. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar
Perubahan perilaku ibu hamil (perilaku positif) diharapkan dapat:
pascabencana tsunami, dapat terus dimotivasi dengan 1. Mempercepat proses perbaikan dan pembangunan
memaksimalkan fungsi bidan desa yang ada sehingga sarana pelayanan kesehatan (puskesmas, pustu,
mereka dapat lebih proaktif mengunjungi ibu hamil dalam polindes, POD, posyandu) yang rusak akibat
memberikan pelayanan kesehatan, khususnya dalam bencana tsunami 2004 yang lalu dengan mencari
pelaksanaan kegiatan pendistribusian tablet besi. dukungan dari pemda setempat dan donatur yang
Kegiatan lainnya yang dapat juga dijadikan penunjang ada di Provinsi NAD (NGO dalam dan luar negeri).
adalah dengan pelaksanaan penyuluhan secara terus 2. Mengusulkan rencana anggaran kepada pemda
menerus dengan menggunakan berbagai alat penyuluhan. setempat sebagai pengganti biaya transport petugas
Hal ini sebaiknya diberikan kepada masyarakat dan tokoh dalam rangka perluasan jaringan distribusi tablet
masyarakat, sehingga mereka mengerti bahwa besi bagi ibu hamil (penyuluhan, home visit) agar
sebenarnya mereka bisa mendapatkan pelayanan petugas kesehatan dapat lebih proaktif dalam
kesehatan bagi dirinya sendiri dengan cara mudah. melaksanakan tugasnya.
Apalagi selama ini, masing-masing desa sudah memiliki 3. Lebih mensosialisasikan buku pedoman
posyandu. Harus ditanamkan rasa memiliki kepada pendistribusian tablet besi dengan melakukan
masyarakat, bahwa posyandu bukan milik petugas pembinaan secara berkala dan berkesinambungan
kesehatan akan tetapi milik masyarakat. dalam rangka pemberdayaan tenaga kesehatan
yang terlibat pada pelaksanaan kegiatan tersebut
KESIMPULAN DAN SARAN sehingga perluasan jaringan distribusi tablet besi
Kesimpulan dapat lebih optimal.
1. Tidak semua unsur input/masukan dapat berperan
dalam sistem distribusi suplementasi tablet besi bagi Kepada kepala puskesmas diharapkan dapat:
ibu hamil pascabencana tsunami 2004. Sarana 1. Lebih meningkatkan pendistribusian tablet besi
pelayanan kesehatan yang rusak dan ketidaksiapan melalui pemberdayaan sarana pelayanan kesehatan
tenaga kesehatan secara psikis, mengakibatkan yang ada di desa (pustu, POD).
kevakuman pelaksanaan kegiatan pendistribusian 2. Lebih meningkatkan pemantauan dan pengawasan
tablet besi. Pemberdayaan tenaga kesehatan (TPG, terhadap petugas (TPG, bidan) khususnya pada
bidan) masih kurang maksimal karena tidak adanya masalah pendataan sasaran, pencatatan dan
pembinaan dan buku pedoman kerja dari Dinas pelaporan melalui pelaksanaan pertemuan bulanan
Kesehatan Kabupaten Aceh Besar. di puskesmas.
2. Pascabencana tsunami 2004, sebagian unsur
proses tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kepada TPG puskesmas:
Distribusi suplementasi tablet besi bagi ibu hamil 1. Sebagai penanggung jawab kegiatan di lapangan,
yang dilakukan hanya mengikuti jalur pemerintah. TPG diharapkan lebih proaktif dalam mengidentifikasi
Distribusi dilakukan oleh petugas kesehatan (TPG, masalah sistem distribusi tablet besi yang
bidan) secara pasif, yaitu hanya menunggu ibu hamil ditemukan di lapangan untuk diajukan kepada kepala
datang ke sarana pelayanan kesehatan. puskesmas sehingga cara pemecahan masalah
3. Kebijakan yang ditempuh oleh Dinas Kesehatan dapat segera ditemukan.
Kabupaten Aceh Besar dalam distribusi 2. Diharapkan dapat lebih tanggap terhadap perubahan
suplementasi tablet besi ibu hamil pascabencana perilaku ibu hamil kepada masalah kesehatan
tsunami 2004 adalah pendataan jumlah ibu hamil di (perilaku positif) sehingga perilaku yang positif
samping memberikan pelayanan kesehatan ANC tersebut dapat terus dimotivasi agar menjadi perilaku
kepada ibu hamil, baik di barak pengungsian maupun yang permanen.
di tenda dengan menggunakan tablet besi program.
4. Pencapaian cakupan suplementasi tablet besi bagi Kepada bidan desa:
ibu hamil untuk Fe 3 (90 tablet), 1 tahun sebelum Sebagai penanggung jawab terhadap masalah
dan 1 tahun sesudah tsunami 2004 masih belum kesehatan masyarakat (termasuk ibu hamil) yang ada di
Sistem Distribusi dan Cakupan Suplementasi Tablet Besi Ibu Hamil Pascabencana Tsunami 73

desa, diharapkan bidan desa dapat lebih proaktif 4. Dinkes NAD. Rapid Nutrition Assessment in Tsu-
melakukan kunjungan terhadap ibu hamil dalam nami-Affected Districs in Nanggroe Aceh
memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam Darussalam. 2005.
pelaksanaan kegiatan pendistribusian tablet besi. 5. Dinkes Kabupaten Aceh Besar. Laporan Kegiatan:
Deteksi Ibu Hamil dan Menyusui Kurang Energi
Kepada peneliti lain: Kronis dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi. 2003.
Agar dapat melanjutkan penelitian tentang faktor- 6. Satlak PBP Kabupaten Aceh Besar. Laporan
faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku ibu hamil Kegiatan. 2005.
pascabencana tsunami 2004 dalam pemanfaatan sarana 7. Nasution S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.
pelayanan kesehatan di Kabupaten Aceh Besar. Bandung: Tarsito; 2003.
8. Utarini A. Metode Penelitian Kualitatif, Modul
Ucapan Terima Kasih Matakuliah Magister Promosi dan Perilaku
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kesehatan. Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Kepala Dinas, Kasi KIA dan Kasi Gizi di lingkungan Dinas Kesehatan Masyarakat UGM; 2005.
Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, Kepala Puskesmas, 9. Depkes RI. Pedoman Pembimbingan Upaya
Koordinator KIA dan Koordinator Gizi Puskesmas, bidan Kesehatan Puskesmas, Jakarta; 1990b.
desa dan ibu hamil. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis 10. Siagian SP. Manajemen Sumber Daya Manusia.
sebutkan satu per satu yang telah membantu penelitian ini. Jakarta: Bumi Aksara; 1999.
11. Depkes. Program Penanggulangan Anemia Gizi
RUJUKAN pada Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta; 2003.
12. Muninjaya AAG. Manajemen Kesehatan. 2nd ed.
1. Depkes. Pedoman Penanggulangan Anemia untuk Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC; 2004.
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta; 1998. 13. Depkes. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
2. Depkes. Pedoman Pemberian Tablet Besi-Folat 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
Sirup Besi bagi Petugas , Jakarta; 1999. Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta; 2004.
3. Bisara D, Supraptini, Afifah T. Status Gizi Wanita
Usia Subur (WUS) dan Balita di Indonesia. Buletin
Penelitian Kesehatan 2003;31(3):143-54.

Anda mungkin juga menyukai