Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Beliau
mendapatkan pendidikan formal di HIS (sekolah setingkat SD), MULO (Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs/setingkat Sekolah Menengah Pertama) dan AMS (Algemne Middelberge
School/setingkat Sekolah Menengah Atas). Ahmad Yani mengawali karir militernya dengan
mengikuti wajib militer oleh pemerintahan Belanda di Malang. Ketika pendudukan Jepang,
Ahmad Yani gabung bersama PETA.
Suprapto merupakan salah satu Perwira Tinggi yang menolak D. N. Aidit ketika
berpendapat membentuk Angkatan Kelima. Sehingga pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965,
Suprapto pun menjadi salah satu korban penculikan dan pembunuhan PKI.
3. Pahlawan Revolusi Letjen M. T. Haryono
Jenderal bintang tiga ini sangat cerdas. Haryono seperti Bung Hatta yang fasih
beberapa bahasa asing yaitu Belanda, Inggris dan Jerman. Sehingga Haryono sering menjadi
perwira penyambung lidah dalam setiap perundingan. Termasuk ketika KMB (Konferensi
Meja Bundar), Haryono hadir sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.
4. Pahlawan Revolusi Letjen Siswondo Parman
Letnan Jenderal Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan Letjen S. Parman
merupakan salah satu Pahlawan Revolusi. Parman diculik dan dibunuh PKI karena menolak
usul D. N. Aidit tentang dipersenjatainya buruh dan tani atau disebut Angkatan Kelima.
Terlebih lagi bahwa Parman merupakan tentara intelijen yang tahu tentang gerak-gerik PKI.
Mayor Jenderal D. I. Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada tanggal 19 Juni
1925. Pandjaitan menyelesaikan pendidikan formalnya hingga Sekolah Menengah Atas.
Ketika Jepang tiba di Indonesia, Pandjaitan mengikuti latihan Gyugun dan ditugaskan
menjadi anggota Gyugun di Pekanbaru.
Dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Sutoyo diculik oleh PKI dan dibawa ke markas
mereka di Lubang Buaya. Di sana Sutoyo dibunuh dan tubuhnya dibuang ke sumur tak
terpakai.
7. Pahlawan Revolusi Kapten Pierre Tendean
Kapten Pierre Tendean merupakan ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution yang lahir
pada tanggal 21 Februari 1939. Tendean mengawali karir militernya menjadi intelijen.
Ditugaskan sebagai mata-mata ke Malaysia sehubungan dengan konfrontasi antara Indonesia
dengan Malaysia.
Pada peristiwa G30S, Pierre yang disangka Jenderal A. H. Nasution ditangkap dan
dibawa oleh PKI ke Lubang Buaya. Disana Pierre dibunuh dan dimasukan ke sumur tak
terpakai bersama 6 Perwira Tinggi Angkatan Darat lainnya. Pierre pun dianugerahi Pahlawan
Revolusi.