KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Presentasi Kasus : Rabu 07 September 2016
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA DEPOK
PASIEN DATANG KE RS
Sendiri / bisa jalan / tak bisa jalan / dengan alat bantu
Dibawa oleh keluarga : ya / tidak
B. ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis (ibu pasien) Tanggal: 21 November 2016 Jam: 15.15 WIB
Keluhan Utama
Kejang 1x dalam minggu ini
Pasien datang ke poli saraf dengan keluhan kejang 1 kali dalam minggu ini. Menurut
ibu pasien, saat kejang pasien tampak bengong, tidak berkedip dan pandangan kosong, kaku,
mata mendelik keatas selama kurang lebih 2 menit. Tidak ada keluhan seperti mulut yang
berbusa.
Setelah kejang membaik, pasien tidur 2-3 jam dan setelah bangun tidur seperti orang
bingung kemudian muntah. Setelah muntah pasien baik kembali. Biasanya butuh hari
untuk kembali pulih dari lemas. Setelah itu pasien kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak
terjadi adanya lupa ingatan.
Ibu pasien mengatakan, pasien sudah mengalami hal seperti ini sejak usia 15 tahun.
Pasien memiliki riwayat trauma kepala saat pasien berusia 15 tahun. Ibu pasien mengatakan
setelah trauma tersebut pasien sering kejang. Riwayat demam, batuk, pilek, nyeri perut dan
nyeri saat berkemih disangkal oleh ibu pasien.
Pasien mengalami gangguan pada otak kanannya yaitu otak kanannya tidak dapat
berkembang. Dokter menegakkan diagnosisnya saat pasien berusia 3 bulan.
Pasien lahir normal, pas bulan, tetapi pasien tidak menangis dan biru sehingga harus dirawat
di incubator.
Riwayat hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-), stroke (-), penyakit infeksi seperti
tuberculosis (-), kanker (-), riw. Alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa. Riwayat DM, hipertensi, penyakit
jantung, stroke, asma, dan riw.alergi tidak ada.
Keadaan sosial ekonomi pasien cukup. Pasien tidak merokok maupun mengonsumsi alkohol
juga obat obatan terlarang.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
GCS : E4V5M6 (15)
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36,3 oC
Kepala : normocephal, distribusi rambut merata
Leher : pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba membesar
Paru : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Perut : supel, BU (+) normal, NT abdomen (-), hepar,lien tidak teraba
Kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Status Psikis
Cara berpikir : tidak dinilai
Perasaan hati : normotim
Tingkah laku : pasien sadar
Ingatan : baik, amnesia (-)
Kecerdasan : tidak dinilai
3. Status Neurologikus
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4 V5 M6)
Kepala
Bentuk : normocephal
Nyeri tekan : (-)
Simetris : (+)
Pulsasi : (-)
Leher
Sikap : normal
Pergerakan : normal
Kaku kuduk : tidak ada
4. Urat Syaraf Kepala
N I. (Olfaktorius) Kanan Kiri
Subjektif
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Dengan bahan
N II. (Optikus)
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapangan penglihatan Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III. (Okulomotorius)
Kelopak mata Terbuka Terbuka
Gerakan bola mata:
Superior Normal Normal
Inferior Normal Normal
Medial Normal Normal
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil:
Diameter 3 mm 3 mm
Bentuk Bulat isokor Bulat isokor
Posisi Tengah Tengah
Reflex cahaya langsung + +
Reflex cahaya tak langsung + +
Strabismus - -
Nistagmus - -
Reflex konversi - -
N IV. (Troklearis)
Gerakan bola mata:
Medial bawah Normal Normal
Strabismus - -
Diplopia - -
N V. (Trigeminus)
Membuka mulut Tidak ada kelainan
Mengunyah +
Menggigit +
Reflex kornea Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan
N VI. (Abduscens)
Pergerakan mata ke lateral Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Strabismus divergen - -
Diplopia - -
N VII. (Fascialis)
Mengerutkan dahi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Kerutan kulit dahi Kerutan (+) Kerutan (+)
Menutup mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
(b) Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
(c) refleks
Kanan Kiri
Patella Meningkat Meningkat
Achilles Meningkat Meningkat
Babinski - -
Chaddock - -
Rosolimo - -
Mandel-Bechterev - -
Schaffer - -
Oppenheim - -
Klonus kaki - -
Tes lasegue - -
Kernig - -
6. Alat vegetative
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
D. RINGKASAN
Subjektif:
Pasien datang ke poli saraf dengan keluhan kejang 1 kali dalam minggu ini.
Menurut ibu pasien, saat kejang pasien tampak bengong, tidak berkedip dan
pandangan kosong, kaku, mata mendelik keatas selama kurang lebih 2 menit. Tidak
ada keluhan seperti mulut yang berbusa.
Setelah kejang membaik, pasien tidur 2-3 jam dan setelah bangun tidur seperti
orang bingung kemudian muntah. Setelah muntah pasien baik kembali. Biasanya
butuh hari untuk kembali pulih dari lemas. Setelah itu pasien kembali
beraktivitas seperti biasa. Tidak terjadi adanya lupa ingatan.
Ibu pasien mengatakan, pasien sudah mengalami hal seperti ini sejak usia 15
tahun. Pasien memiliki riwayat trauma kepala saat pasien berusia 15 tahun. Ibu
pasien mengatakan setelah trauma tersebut pasien sering kejang. Riwayat demam,
batuk, pilek, nyeri perut dan nyeri saat berkemih disangkal oleh ibu pasien.
Objektif :
Saat diperiksa, pasien dalam keadaan compos mentis dengan hasil TTV; tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 80x/menit,, pernapasan 18x/menit dan suhu badan
36,3oC. Pada pemeriksaan refleks fisiologis ekstremitas atas dan bawah, didapati
refleks bisep, trisep, patela dan achilles meningkat.
E. DIAGNOSIS
Klinis : epilepsi kejang umum tipe mioklonik
Topis : Korteks serebri
Etiologi : Simptomatis trauma
Patologik : mekanik
F. PENATALAKSANAAN
Non medika- mentosa:
Menerangkan bahwa penyakit ini dapat dikendalikan dengan minum obat teratur
Medika mentosa:
EPILEPSI
A. Definisi
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh adanya bangkitan
(seizure) yang terjadi secara berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara
intermiten, yang disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan pada neuron-
neuron secara paroksismal yang disebabkan oleh beberapa etiologi.1
Sedangkan sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinik epilepsi yang
terjadi secara bersama-sama yang berhubungan dengan etiologi, umur, awitan, jenis
bangkitan, faktor pencetus dan kronisitas.1
B. Klasifikasi
Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Against Epilepsy (ILAE) terdiri
atas dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi dan klasifikasi untuk
sindrom epilepsi.1
1. Bangkitan parsial
a. Bangkitan parsial sederhana
Dengan gejala motorik
Dengan gejala sensorik
Dengan gejala otonomik
Dengan gejala psikis
b. Bangkitan parsial kompleks
Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran
Dengan gangguan kesadaran sejak awal bangkitan
c. Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi bangkitan umum
Bangkitan parsial kompleks berkembang menjadi bangkitan umum
Bangkitan parsial sederhana menjadi parsial kompleks dan
berkembang menjadi umum
2. Bangkitan umum/ menyeluruh (epilepsy grandma)
Lena (absence seizures)
Mioklonik (mioklinus epileptic bilateral yang massif)
Tonik
Atonik/astatik
Klonik
Tonik-klonik
3. Bangkitan yang tidak tergolongkan
3. Epilepsi dan sindrom yang tidak dapat ditentukan fokal atau umum
a. Bangkitan umum dan fokal
Bangkitan neonatal
Epilepsi mioklonik berat pada bayi
Epilepsi dengan gelombang paku kontinyu selama tidur dalam
Epilepsi afasia yang didapat (Sindrom Landau-Kleffner)
Epilepsi yang tidak termasuk dalam klasifikasi di atas
b. Tanpa gambaran tegas fokal atau umum
4. Sindrom khusus
Bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu :
Kejang demam
Bangkitan kejang/status epileptikus yang timbul hanya sekali (isolated)
Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metabolic akut, atau
toksik, alcohol, obat-obatan, eklamsia, hiperglikemi non ketotik
Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik (epilepsi reflektorik)
C. Patofisiologi.3
D. Etiologi Epilepsi.1
1. Idiopatik
Penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi genetik.
2. Kriptogenik
Dianggap simtomatik tapi penyebabnya belum diketahui termasuk di sini adalah
sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut, dan epilepsi mioklonik. Gambaran klinik
sesuai dengan ensefalopati difus.
3. Simtomatik/sekunder
Disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat, misalnya cedera kepala,
infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah
otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan neuro degeneratif.
E. Diagnosis
Diagnosis epilepsy ditegakan atas dasar adanya gejala dan tanda klini dalam bentuk
bangkitan epilepsy berulang (minimum 2 kali) yang ditunjang oleh gambaran epileptiform
pada EEG. Secara lengkap urutan pemeriksaan untuk menuju ke diagnosis adalah sebagai
berikut :
1. Anamnesis
Pola/bentuk bangkitan
Lama bangkitan
Gejala sebelum, selama, pasca bangkitan
Frekuensi bangkitan
Faktor pencetus
Ada/tidak adanya penyakit lain yang diderita sekarang
Usia saat terjadi bangkitan pertama
Riwayat pada saat dalam kandungan, kelahiran dan perkembangan bayi/anak
Riwayat terapi epilepsy sebelumnya
Riwayat penyakit epilepsy dalam keluarga
c. Pemeriksaan Laboratorium
Darah : hemoglobin, lekosit dan hitung jenis, hematokrit, trombosit, apusan darah
tepi, elektrolit, kadar glukosa darah sewaktu, fungsi hati, ureum, kreatinin, albumin.
Cairan serebrospinal, bila dicurigai ada infeksi SSP
Pemeriksaan-pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi misalnya ada kelainan
metabolik bawaan
G. Terapi
Tujuan utama terapi epilepsi adalah mengupayakan penyandang epilepsi dapat hidup
normal dan tercapainya kualitas hidup optimal untuk penyandang epilepsi sesuai dengan
perjalanan penyakit dan disabilitas fisik maupun mental yang dimilikinya. Harapannya adalah
bebas bangkitan, tanpa efek samping. Untuk tercapainya tujuan tersebut, diperlukan
beberapa upaya, antara lain menghentikan bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan tanpa
efek samping/dengan efek samping yang minimal, menurunkan angka kesakitan dan
kematian. Terapi pada epilepsi dapat berupa terapi farmakologi dan nonfarmakologi.1
Phenobarbital ++ ++ ++ +
Gabapentin ++ ++ + -
Lamotrigine ++ ++ ++ ++++
Topiramate ++ ++ ++ +
Oxcarbazepine ++ ++ ++ - -
Clonazepam + - - - -
Ada dua mekanisme obat epilepsi yang penting yaitu dengan mencegah timbulnya
letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dan dengan mencegah terjadinya letupan
depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi. Obat epilepsi digunakan
terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure). Golongan
obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala
kejang/konvulsi penyakit lain. Pasien perlu berobat secara teratur. Pasien atau keluarganya
dianjurkan untuk membuat catatan tentang datangnya waktu bangkitan epilepsi.1
Penghentian OAE
Kekambuhan setelah penghentian OAE akan lebih besar kemungkinannya pada keadaan
sebagai berikut:1
Status Epileptikus
Status epileptikus adalah bangkitan yang terjadi melebihi dari 30 menit atau adanya
dua bangkitan atau lebih di mana di antara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan
kesadaran. Namun demikian penanganan bangkitan konvulsif harus dimulai bila bangkitan
konvulsif sudah berlangsung lebih dari 5-10 menit. Status epileptikus merupakan
kegawatdaruratan yang memerlukan penangan dan terapi segera guna menghentikan
bangkitan. Dikenal dua tipe status epileptikus; status epileptikus konvulsif (terdapat
bangkitan motorik) dan status epileptikus non-konvulsif (tidak terdapat bangkitan motorik).1
1. Sinkope
2. Bangkitan panik, psikogenik
Kesimpulan Kasus
Pasien dengan inisial MAP usia 21 tahun datang ke poli saraf dengan keluhan kejang
1 kali dalam minggu ini. saat kejang pasien tampak bengong, tidak berkedip dan pandangan
kosong, kaku, mata mendelik keatas selama kurang lebih 2 menit. Tidak ada keluhan seperti
mulut yang berbusa. Setelah kejang membaik, pasien tidur 2-3 jam dan setelah bangun tidur
seperti orang bingung kemudian muntah. Setelah muntah pasien sadar dan baik kembali.
Biasanya butuh hari untuk kembali pulih dari lemas. Setelah itu pasien kembali
beraktivitas seperti biasa. Tidak terjadi adanya lupa ingatan. Pasien sudah mengalami hal
seperti ini sejak usia 15 tahun. Pasien memiliki riwayat trauma kepala saat pasien berusia 15
tahun. Ibu pasien mengatakan setelah trauma tersebut pasien sering kejang. Riwayat demam,
batuk, pilek, nyeri perut dan nyeri saat berkemih disangkal oleh ibu pasien.
Diagnosis klinis pasiennya : epilepsi kejang umum tipe mioklonik. Diagnosis Topis :
Korteks serebri. Diagnosis Etiologi: Simptomatis trauma dan diagnosis Patologik :
mekanik. Terapi yang diberikan :
Luminal 1 x 50 mg (minum setiap pagi)
Risperidon 2 mg (minum setiap malam)
Diphenhidrat 250 mg
Daftar Pustaka