INDONESIA
KONSEP SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
PENGERTIAN SISTEM
Secara etimologi, sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan, susunan yang teratur dari pandangan, teori, azas atau metode.
Dalam Ensiklopedi Indonesia (1978:3205) disebutkan bahwa sistem berasal dari
bahasa yunani sustema terjemahannya mengumpulkan yang artinya adalah suatu
kesatuan bermacam-macam hal menjadi keseluruan dengan bagian-bagian yang tersusun dari
dalam.
PENGERTIAN PEMERINTAH
Istilah Pemerintahan berasal dari kata Perintah, yang secara etimologi berarti perintah
atau komando. Kata perintah diberi prefiks me- menjadi memerintah yang berarti:
1. Sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kekuasaan sosial, ekonomi
dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya
2. Sekelompok orang yang secara bersama- sama memikul tanggungjawab terbatas
untuk menggunakan kekuasaan.
3. Penguasaan suatu negara (bagian Negara)
4. Badan tertinggi yang memerintah suatu Negara/Kabinet
5. Negara atau Negeri
PEMERINTAHAN
Adalah Perbuatan atau cara-cara atau rumusan pemerintah, misal pemerintahan yang
adil, pemerintahan demokratis, pemerintahan otoriter, dsb (Bayu Suryaningrat, 1990:11)
Dalam istilah Governent paling sedikit mempunyai 4 arti :
a. Menunjukkan kegiatan atau proses, yaitu melaksanakan kontrol atas pihak lain (The
Activity of process of Governing)
b. Menunjukkan masalah-masalah (hal ihwal) negara dalam mana kegiatan atau proses
diatas dijumpai (State Of Affair)
c. Menunjukkan orang-orang (pejabat-pejabat) yang dibebani tugas-tugas untuk
memerintah (People Charged Which The Duty Of Governing)
d. Menunjukkan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu
diperintah (The Manner Method Of Sistem By Which A Particular Society Of
Governed)
Pemerintahan dapat dikatakan sebagai jawatan atau alat-alat kelengkapan Negara
yang mempunyai wewenang yang sah melindungi serta meningkatkan taraf hidup masyarakat
berproses atau sedang berproses menurut suatu cara dan metode tertentu melalui pembuatan
dan pelaksanaan berbagai keputusan
TEORI KEKUASAAN
PENGERTIAN KEKUASAAN
Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan
masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap
tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu (Max
Weber).
SUMBER-SUMBER KEKUASAAN
Legitimate power
Yaitu suatu kekuasaan yang diperoleh secara sah karena posisi seseorang dalam
kelompok atau hierarki keorganisasian.
Coersive power
Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut, seorang pengikut merasa
bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat menyebabkan
dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman.
Expert power
Yaitu kekuasasan yang didasarkan atas ketrampilan khusus, keahlian atau
pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin dimana para pengikutnya menganggap
bahwa orang itu mempunyai keahlian yang relevan dan yakin keahliannya itu
melebihi keahlian mereka sendiri.
Reward power
Merupakan suatu kekuasan yang didasarkan atas pemberian harapan, pujian,
penghargan atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan seseorang pemimpin
terhadap bawahannya
Referent power (French dan Raven dalam Gary A Yukl, 1994)
Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas daya tarik seseorang, seorang
pemimpin dikagumi oleh para pengikutnya karena memiliki suatu ciri khas,
bentuk kekuasaan ini secara populer dinamakan kharisma. Pemimpin yang
memiliki daya kharisma yang tinggi dapat meningkatkan semangat dan menarik
pengikutnya untuk melakukan sesuatu, pemimpin yang demikian tidak hanya
diterima secara mutlak namun diikuti sepenuhnya.
TEORI PEMISAHAN KEKUASAAN
Pada hakekatnya pembagian kekuasaan dapat dibagi ke dalam dua cara, (Zul Afdi
Ardian, 1994: 62) yaitu:
1. Secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya. Maksudnya
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan, misalnya antara
pemerintah pusat dengan dan pemerintah daerah dalam negara kesatuan, atau antara
pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dalam suatu suatu negara federal.
2. Secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Dalam pembagian
ini lebih menitikberatkan pada pembedaan antara fungsi pemerintahan yang bersifat
legislatif, eksekutif dan yudikatif.
3. Orang yg mengemukakan teori pemisahan kekuasaan Negara adalah John Locke dan
Montesquieu.
4. John Locke seorang ahli ketatanegaraan Inggris, ia adalah orang pertama yang
dianggap membicarakan teori ini.
5. John locke memisahkan kekuasaan dari tiap-tiap negara dalam :
1. Kekuasaan Legislatif : kekuasaan utk membuat undang-undang
2. Kekuasaan Eksekutif: kekuasaan utk melaksanakan undang-undang
3. Kekuasaan Federatif: kekuasaan mengadakan perserikatan serta segala
tindakan dgn semua orang & badan badan di luar negeri.
6. Setengah abad kemudian dgn di ilhami oleh pembagian kekuasaan dari john
locke,Montesque seorang pengarang, ahli politik dan filsafat prancis menulis tentang
pemisahan kekuasaan menjadi 3 jenis : Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.
7. Menurut Montesque dalam suatu sistem pemerintahan negara, ketiga jenis kekuasaan
itu harus terpisah, baik mengenai fungsi(tugas) maupun mengenai alat kelengkapan
(organ) yg melaksanakan.Isi ajaran Montesque ini adalah mengenai pemisahan
kekuasaan negara yg lebih di terkenal dgn istilah Trias Politica Keharusan pemisahan
kekuasaan negara menjadi 3 jenis itu adalah agar tindakan sewenang-wenang oleh
raja dapat dihindarkan.
8. Ajaran Trias Politica ini nyata-nyata bertentangan dengan kekuasaan pd zaman
Feodalisme dalam abad pertengahan.
9. Pd zaman itu yg memegang ketiga kekuasaan dlm negara ialah seorang raja, yg
membuat sendiri undang-undang, menjalankannya, dan menghukum segala
pelanggaran atas undang-undang yg di buat dan dijalankan oleh raja tersebut.
10. Monopoli atas ketiga kekuasaan tsb dpt dibuktikan dlm semboyan Raja Louis
XIV"L'Etat Cest moi" ( negara adalah saya ),
11. Setelah pecah Revolusi Prancis pada tahun 1789, barulah paham monopoli tsb
menjadi lenyap & timbul gagasan baru mengenai pemisahan kekuasaan yg dipelopori
oleh Montesque
KEKUASAAN LEGISLATIF
Kekuasaan untuk membuat undang-undang harus terletak dlm suatu badan yg
memiliki wewenang khusus utk itu. Jika penyusunan undang-undang tdk diletakkan pada
suatu badan tertentu, maka memungkinkan tiap golongan / tiap orang mengadakan undang-
undang untuk kepentingannya sendiri. Di dalam negara demokrasi yg peraturan perundangan
harus berdasarkan kedaulatan rakyat, maka badan perwakilan rakyat harus dianggap sebagai
badan yg mempunyai kekuasaan tertinggi utk menyusun undang-undang.
KEKUASAAN EKSEKUTIF
Kekuasaan menjalankan undang-undang ini dipegang oleh kepala negara yg tentunya
tdk dpt sendiri menjalankannya, oleh karena itu dilimpahkan(didelegasikan) kpd pejabat-
pejabat pemerintah yg bersama-sama dlm suatu badan(kabinet)
KEKUASAAN YUDIKATIF
Kekuasaan yudikatif/kehakiman berkewajiban mempertahankan undang-undang dan
berhak utk memberikan peradilan kpd rakyat. Berkuasa memutuskan perkara, menjatuhi
hukuman terhadap pelanggaran uu yg telah diadakan dan dijalankan. Para hakim mempunyai
kedudukan yg istimewa dan mempunyai hak tersendiri, karena ia tdk diperintah oleh kepala
negara, bahkan ia badan yg berhak menghukum kepala negara, jika melanggar hukum.
Berbeda dg John Locke yg memasukkan kekuasaan yudikatif dlm kekuasaan
eksekutif, dan sebaliknya oleh Montesque kekuasaan Federatif di masukkan kedalam
kekuasaan eksekutif.
Pasal 5
Pasal 7
Pasal 9
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 17
Pasal 20
Pasal 21
Perubahan Kedua UUD 1945, adalah perubahan kedua pada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000.
Perubahan Ketiga UUD 1945, adalah perubahan ketiga pada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 2001 tanggal 1-9 November 2001.
Perubahan Keempat UUD 1945, adalah perubahan keempat pada Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.
PRESIDEN
Kedudukan :
Presiden selaku Kepala Pemerintahan
Selaku Kepala Pem-an Presiden menjalankan 2 fungsi yaitu fungsi eksekutif dan
fungsi legislatif.
Dalam hal menjalankan fungsi eksekutif, presiden:
Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
Menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU
sebagaimana mestinya.
Dalam hal menjalankan fungsi legislatif, Presiden:
Berhak mengajukan RUU kepada DPR
Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden.
Mengesahkan RUU yg telah disetujui bersama utk menjadi UU.
Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan
Pemerintah sebagai pengganti UU.
Presiden selaku Kepala Negara
Kewenangan dan tugas Presiden selaku Kepala Negara adalah :
Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dgn
neg lain, dgn persetujuan DPR
Membuat Perjanjian Internasional
Menyatakan keadaan bahaya
Mengangkat duta dan konsul
Menerima penempatan duta negara lain
Memberi grasi dan rehabilitasi
Memberi amnesti dan abolisi
Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain
Meresmikan keanggotaan MPR, DPR dan DPD
Menetapkan Hakim Konstitusi pd MK
Menetapkan Hakim Agung
Mengangkat dan meberhentikan Anggota Komisi Yudisial
Meresmikan Anggota BPK yang telah dipilih
Pembantu Presiden
Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden
Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Capres dan Wapres harus WNI
Capres dan Wapres dicalonkan oleh Parpol
Syarat2 menjd Pres dan Wapres diatur dlm UUD 45
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Fungsi DPR :
Fungsi Legislasi, membntk UU yg dibahas dgn Pres
Fungsi Anggaran, menyusun & menetapkan APBN
Fungsi Pengawasan, thdp pelaksanaan UUD 45
Hak DPR, dan Hak dan Kewajiban Anggota
Hak Interpelasi, utk meminta ket kpd Pem mengenai kebijakan Pem yg
penting dan strategis.
Hak Angket, utk melakukan penyelidikan thdp kebijakan Pem yg
penting dan strategis.
Hak menyatakan Pendapat, thdp kebijakan Pem.
Alat Kelengkapan
Pimpinan
Komisi
Badan Musyawarah
Badan Legislasi
Badan Urusan Rumah Tangga (BURT)
Badan Kerjasama Antar Parlemen
Badan Kehormatan
Panitia Anggaran
Alat Kelengkapan lain yang diperlukan.
Pimpinan DPR, terdiri seorang Ketua dan 3 orang Wkl Ketua yg dipilih dari
dan oleh Anggota DPR dlm Sidang Paripurna DPR
BPK berfungsi :
Fungsi Operatif : melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan
atas tgg jwb keuangan neg sesuai wewenang
Fungsi Rekomendasi : memberikan pertimbangan kpd Pem ttg
penguasaan, pengurusan dan pertggjwban keuangan neg
Fungsi Yudikatif : menyelenggarakan proses tuntutan
perbendaharaan thdp bendaharawan
Alat Kelengkapan BPK:
Sekretariat Jenderal
Auditorat Utama, sbg Pelaksana Pengawasan dan Pemeriksaan
Inspektorat Utama Perencanaan, Analisa, Evaluasi dan Pelaporan
Inspektorat Utama Pengawasan Intern dan Khusus
MAHKAMAH AGUNG
Tugas dan Wewenang :
Memutus permohonan kasasi thdp putusan Pengadilan Tingkat
Banding atau Tingkat Terakhir dari semua lingkungan peradilan
Memutus sengketa ttg kewenangan mengadili
Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan
pengadilan yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dll
Fungsi : fungsi peradilan, fungsi pengawasan, fungsi pengaturan dan fungsi
pemberian nasehat yg masing2 disertai dgn wewenang dan tgs tertentu
MAHKAMAH KONSTITUSI
Tugas dan Wewenang
Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yg putusan bersifat final
Wjb memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Pres dan Wapres menurut UUD
Unt kelancaran tgs dan wewenang, MK dibantu oleh sebuah
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan.
Pasal 77
1) DPR mempunyai hak :
a. Interpelasi
b. Angket, dan
c. Menyatakan pendapat
2) Hak Interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPR untuk
meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting
dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara.
3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPR untuk
melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu Undang-undnag dan/atau
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis dan berdampak
luas pada kehidupan masyarakt berbangsa dan bernegara, yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak
DPR untuk menyatakan pendapat atas :
a. Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air
atau di dunia internasional.
b. Tindak lanjut hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan hak angket
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau
c. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum
baik berupa penghianatan terhadap Negara, Korupsi, penyuapan, tindak pidana
lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Pasal 221
DPD terdiri atas Wakil-wakil Daerah Propinsi yang dipilih melalui Pemilihan Umum
Pasal 222
DPD merupakan Perwakilan Daerah yang berkedudukan sebagai Lembaga Negara
Pasal 223
1) DPD mempunyai fungsi:
a. Pengajuan usul kepada DPR mengenai RUU yang berkaitan dengan Otonomi Daerah,
hubungan pusat dan Daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah
b. Ikut dalam pembahasan RUU tentang APBN dan RUU yang berkaitan dengan
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran danpenggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah
c. Pemberian perimbangan kepada DPR atas RUU tentang APBN dan RUU yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama, dan
d. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumberdaya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan dan agama.
- MPR terdiri atas Anggota DPR dan Anggota DPD yang dipilih melalui Pemilihan
Umum (Pasal 2)
- MPR merupakan Lembaga Permusyawaratan Rakyat yang berkedudukan sebagai
Lembaga Negara (Pasal 3)
Pasal 6
1) Keanggotaan MPR diresmikan dengan Keputusan Presiden
2) Masa jabatan Anggota MPR adalah 5 (liam) tahun dn berakhir pada saat Anggota
MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji
Pasal 9
Anggota MPR mempunyai hak :
a. Mengajukan usul perubahan Pasal UUD RI Tahun 1945
b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan
c. Memilih dan dipilih
d. Membela diri
e. Imunitas
f. Protokoler
g. Keuangan dan administratif
Tugas dan Wewenang MPR (Pasal 4)
- Secara garis besar BPK diatur dalam UUD 1945 (ps. 23 E, 23 F dan 23 G)
- Secara khusus diatur dalam UU no. 5 tahun 1973
- Dalam hal pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara ditetapkan
UU no. 15 tahun 2004
WEWENANG BPK
Sehubungan dengan pelaskanaan tugasnya , BPK berwenang meminta keterangan
yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan./ instansi pemerintah atau badan swasta
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang
Berdasarkan Surat Keputusan BPK no. 11/SK/K/1993 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana terdapat ketentuan mengenai kelembagaan (kedudukan, tugas dan
fungsi) BPK, diantaranya :
1) BPK berbentuk dewan yang terdiri dari seorang ketua merangkap anggota,
seorang wakil ketua merangkap anggota, dan lima orang anggota
2) Bertugas memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan pemerintah
negara meliputi pelaksanaan APBN, APBD, anggaran perusahaan-perusahaan
Milik Negara (BUMN dan BUMD), yang pada hakekatnya terhadap seluruh
kekayaan negara
FUNGSI
1) Pengujian penerimaan dan pengeluaran keuangan negara berdasarkan
ketentuan penguasaan dan pengurusan keuangan negara
2) Penilaian pengunaan keuangan negara berdasarkan prinsip-prisip ekonomi,
efisiensi dan efektifitas sesuai dengan tujuan penggunaan keuangan negara.
3) Rekomendasi kepada Pemerintah tentang penguasaan, pengurusan dan
pertanggung jawaban keuangan negara
4) Tuntutan pembendaharaan (kontable) kepada DPR dan Pemerintah
5) Pemberitahuan hasil pemeriksaaan kepada DPR dan Pemerintah
6) Pemberitahuan hasil pemeriksaan BPK kepada Kepolisian dan/atau Kejaksaan
dalam hal yang menimbulkan sangkaan tindak pidana atau perbuatan yang
merugikan keuangan negara.
DPD dapat mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan Pusat dan Daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan Pusat
dan Daerah
DPD ikut membahas RUU tentang hal-hal tersebut pada butir a, serta
memberikan pertimbangan kepada DPR atas rangcangan Undang-undang
tentang APBN dan yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan Agama
DPD menyampaikan kepada DPR hasil pengawasan pelaksanaan Undang-
Undang yang dimaksud butir a dan b
DPD memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan Anggota BPK
KEMENTRIAN NEGARA
Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat
pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pem-an.
1) Kedudukan
Kementerian berkedudukan di Ibu Kota Negara RI.
Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kpd Presiden.
2) Urusan Pemerintahan
Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pem-an, terdiri atas:
a) Urusan pem-an yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas disebutkan dlm
UUD Negara RI Thn 1945;
b) Urusan pem-an yg ruang lingkupnya disebutkan dlm UUD Negara RI Thn 1945;
dan
c) Urusan pem-an dlm rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah.
4. KEPOLISIAN NEGARA RI
Tatanan keorganisasian POLRI diatur berdasarkan UU no. 2 tahun 2002 . Menurut
Undang-Undang tersebut, POLRI merupakan alat negara yang berperan untuk
menyelenggarakan fungsi kepolisian seabagai salah satu fungsi pemerintahan negara dalam
rangka memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan
memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
a. KEDUDUKAN
POLRI berkedudukan dibawah Presiden dan dipimpin leh Kapolri yang
pelaksanaan tugasnya, baik di bidang fungsi kepolisan preventif maupun represif yustisial,
bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini
bertujuan agar tidak terjadi intervensi yang dapat berdampak negatif terhadap pemulihan
profesi kepolisian
b. TUGAS POKOK
POLRI mempunyai tugas pokok untuk memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, yang dalam pelaksanaannya harus berdasarkan norma hukum,
mengindahkan norma agama, kesopanan, dan kesusilaan serta menjunjung tinggi HAM
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok diatas, POLRI bertugas :
1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan
2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan , ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas di jalan
3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat , kesadaran hukum
masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan
4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional
5) Memlihara ketertiban dan menjamin keamanan umum
6) Memelihara koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik PNS dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
7) Melakukan penyelelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.
8) Menyelenggarakan identitas kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik
dan psikologi kepolisian untuk kepentingan kepolisian
9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup
dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi HAM
10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan / atau pihak yang berwenang
11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkup
tugas kepolisian ; serta tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. WEWENANG
POLRI secara umum berwenang untuk :
1) Menerima laporan dan/atau pengaduan
2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum.
3) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat
4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa
5) Mengeluarkan peraraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administrasi
kepolisian
6) Melsakanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan
7) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian
8) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang
9) Mencari keterangan barang bukti
10) Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal nasional
11) Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat
12) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang, dan pelaksanaan Putusan
Pengadilan, Kegiatan Instansi lain serta kegiatan masyarakat
13) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Disamping itu , sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya POLRI
berwewenang untuk :
1) Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya.
2) Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
3) Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor
4) Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik
5) Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan senjata
tajam
6) Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di
bidang jasa pengamanan
7) Memberikan petunjuk , mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas
pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian.
8) Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional
9) Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di
wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait
10) Mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional
11) Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian
Sedangkan dalam rangka menyelenggarakan tugasnya di bidang proses pidana,
POLRI berwewenang untuk :
1) Melakukan penangkapan , penahanan, penggeledahan dan penyitaan
2) Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tampat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan
3) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan
4) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri
5) Melalakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka/saksi
7) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara
8) Mengadakan penghentian penyidikan
9) Menyerahkan berkas perkara kepada Penuntut Umum
10) Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi dalam keadaan
mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka
melakukan tindak pidana
11) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada Penyidik PNS serta menerima
hasil penyidikan tersebut untuk diserahkan kepada Penuntut Umum; dan
12) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Tindakan lain
dimaksud adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika
memenuhi syarat berikut :
PEMERINTAHAN DAERAH
Indonesia adalah negara republik berbentuk kesatuan (unitaris) yang berkedaulatan
rakyat.
Dilihat secara hierarkhis, sistem pemerintahan di Indonesia terdiri dari : - Sistem
Pemerintahan Nasional
- Subsistem Pemerintahan Propinsi
- Sub-subsistem Pemerintahan Kabupaten/Kota
- Sub-sub-subsistem Pemerintahan Desa.
Pasal 18 UUD 1945 ayat (1) Amandemen IV :
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan
daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
SUSUNAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA MENURUT UU 32 TAHUN 2004
# UUD 1945 telah mengalami amandemen empat kali, dan masih terbuka untuk
diamandemen kembali karena adanya berbagai pasal yang tidak sinkron. Misaltentang
Pemilihan Kepala Daerah.
OTONOMI DAERAH DAN DAERAH OTONOM (UU 32/2004)
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
A. Hubungan Kewenangan
Setiap UU disusun dengan berdasarkan filosofi dan paradigma tertentu.Demikian
pula dengan UU yang mengatur tentang desentralisasi di Indonesia.
UU Nomor 5 Tahun 1974 menggunakan paradigma penyerahan urusan
pemerintahan.
UU Nomor 22 Tahun 1999 menggunakan paradigma penyerahan wewenang
pemerintahan.
UU Nomor 32 Tahun 2004 menggunakan paradigma pembagian dan penyerahan
urusan pemerintahan.
B. Hubungan Keuangan
Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemda berdasarkan
UU Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan / atau hibah kepada Pemda
atau sebaliknya;
Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman yang berasal dari pemerintah/
lembaga asing kepada pemerintah/perusahaan daerah melalui penerusan pinjaman
Ruang lingkup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah
dana desentralisasi
dana dekonsentrasi
dana tugas pembantuan
C. Hubungan Perencanaan
Perencanaan dan pengendalian pembangunan; merupakan urusan wajib bagi
pemerintahan daerah propinsi dan kabupaten/kota.
Karena urusannya bersifat konkuren, maka dalam penyusunan perencanaan
pembangunan daerah mutlak diperlukan kerjasama dan saling pengertian
antarsusunan pemerintahan.
Obyek dan subyek perencanaan pembangunan antarsusunan pemerintahan
bersifat tumpang tindih.
Terdapat hubungan dalam bidang keuangan, pelayanan umum serta pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainnya sehingga mutlak diperlukan
perencanaan bersama.
DESA
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah
Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang utk
mengatur dan mengurus kepentingan masy setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI.
1. Mengingat masalah yang dihadapi oleh Desa bersifat struktural, maka cara mengatasinya
harus didasarkan pada kebijakan politik yang strategis dan bersinambungan serta tidak
bersifat tambal sulam.
2. Strategi jangka panjang yang perlu diambil adalah menetapkan secara tegas kedudukan
organisasional pemerintah desa. Secara politis hal ini sudah mulai nampak dalam TAP MPR
RI No.IV/MPR/2000 yang berbeda dengan isi pasal 18B ayat (2) UUD 1945. Isi pasal ini
yaitu sbb : Negara MENGAKUI dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU.
Pada Tap MPR Nomor IV/MPR/2000 rekomendasi nomor 7 dikemukakan mengenai
kemungkinan adanya otonomi bertingkat propinsi, kabupaten/kota serta desa.
Kebijakan politik tersebut perlu ditindaklanjuti dengan peraturan perundang-
undangan tentang pemerintahan daerah dan desa. Isinya yaitu sbb :
Sejalan dengan semangat desentralisasi, demokrasi, dan kesetaraan hubungan pusat dan
daerah diperlukan upaya perintisan awal untuk melakukan revisi yang bersifat mendasar
terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Revisi dimaksud
dilakukan sebagai upaya penyesuaian terhadap Pasal 18 UUD 1945, termasuk PEMBERIAN
otonomi bertingkat terhadap Propinsi, Kabupaten/Kota serta Desa/Nagari/Marga, dan
sebagainya.
Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya Pemerintah telah melakukan
perubahan filosofi otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN kepada PEMBERIAN,
terutama menyangkut isi butir (b) dan (c).
Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA, bukan desentralisasi, bukan
dekonsentrasi dan juga bukan tugas pembantuan. ( PAKAI ASAS YANG BUKAN-
BUKAN).
Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah Otonom karena dapat
MENERIMA tugas pembantuan dari pemerintah supradesa.
Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu menimbulkan kerancuan dalam sistem
dalam implementasi pemerintah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari Pemerintah Kabupaten/ Kota Kepada Desa,
judulnya mengundang kontroversi karena sepertinya Pemerintah Kabupaten/ Kota
melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam negara unitaris, desentralisasi
hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat baik kepada entitas pemerintahan subnasional,
organisasi nonpemerintah maupun organisasi semi otonom.
Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu, Desa telah dianggap sebagai
daerah otonom.