Anda di halaman 1dari 6

DISTRIBUSI SEBARAN PASIEN DIAGNOSA TB PARU BERDASARKAN

WILAYAH KECAMATAN PADA PASIEN RAWAT JALAN


RSU EL-SYIFA KUNINGAN

Oleh:
Loudry Amsal Elfa Gustanar

Abstrak
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan
sampai saat ini masih menjadi penyebabutama kematian di dunia (Departemen
Kesehatan RI, 2007). Prevalensi TB di Indonesia dan negara-negara sedang berkembang
lainnya cukup tinggi. Pada tahun 2006, kasus baru di Indonesia berjumlah >600.000 dan
sebagian besar diderita oleh masyarakat yang berada dalam usia produktif (1555 tahun).
Angka kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan terjadi
>100.000 kematian per tahun (Departemen Kesehatan RI, 2007). Hal tersebut merupakan
tantangan bagi semua pihak untuk terus berupaya mengendalikan infeksi ini. Salah satu
upaya penting untuk menekan penularan TB dimasyarakat adalah dengan melakukan
analisis sebaran wilayah penyakit dengan berorientasi pada luasan jangkauan
penularannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai
distribusi sebaran penyakit TB Paru pada tingkatan wilayah di Kabupaten Kuningan
dengan menggunakan data rekam medis pasien di Rumah Sakit Umum El-Syifa
Kuningan. Setelah diketahui gambarannya kemudian dilakukan analisis pembanding
dengan faktor-faktor yang mempengruhi penyebaran penyakit TB Paru tersebut.
Berdasarkan gambar 1 di atas, diketahui bahwa dari 28 Kecamatan diperoleh nilai
jumlah pasien dengan diagnosa TB Paru paling banyak berada di wilayah Kecamatan
Ciawigebang (13,46%), Kuningan (7,69%), Jalaksana (6,73%) dan Cidahu (6,73%).
Sedangkan wilayah dengan jumlah pasien diagnosa TB Paru paling sedikit adalah
wilayah Cilebak, Cingambul, Panawangan, Pancalang dan Selajambe dimana masing-
masing hanya terdapat 1 pasien saja atau 0,96% dari total seluruh pasien diagnosa TB
Paru.
Menurut laporan Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan, khususnya dari program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) tatanan
Rumah Tangga pada Tahun 2010, perilaku/kebiasaan merokok masyarakat Kuningan
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah penderita TB Paru.
Berdasarkan Rumah Tangga yang didata berjumlah 176.100 terdapat kebiasaan
masyarakat merokok dalam rumah sebesar 103.415 Rumah ( 58, 7 % ) dan pada Tahun
2011 dari Rumah Tangga yang didata berjumlah 216.038 Rumah/KK terdapat kebiasaan
masyarakat merokok dalam rumah sebanyak 139.702 Rumah/KK ( 64,7 % ).

Kata Kunci : Tuberkulosis, Wilayah, Sebaran


A. PENDAHULUAN
Diagnosis TB paru yang digunakansaat ini secara rutin dilaboratorium termasuk
rumah sakit dan puskesmas adalah diagnosis bakteriologis dengan teknik mikroskopis
bakteritahan asam (BTA). Kasus-kasus tertentu dilakukan kulturuntuk konfirmasi
diagnosis, teknik kultur memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Kendalanya
selain memerlukan waktu yang lama, lebih dari 1minggu untuk memperoleh hasil juga
diperlukan fasilitas laboratorium khusus untuk kultur M.tuberculosis .
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan
sampai saat ini masih menjadi penyebabutama kematian di dunia (Departemen
Kesehatan RI, 2007). Prevalensi TB di Indonesia dan negara-negara sedang berkembang
lainnya cukup tinggi. Pada tahun 2006, kasus baru di Indonesia berjumlah >600.000 dan
sebagian besar diderita oleh masyarakat yang berada dalam usia produktif (1555 tahun).
Angka kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan terjadi
>100.000 kematian per tahun (Departemen Kesehatan RI, 2007). Hal tersebut merupakan
tantangan bagi semua pihak untuk terus berupaya mengendalikan infeksi ini. Salah satu
upaya penting untuk menekan penularan TB dimasyarakat adalah dengan melakukan
analisis sebaran wilayah penyakit dengan berorientasi pada luasan jangkauan
penularannya.
Kualitas hidup merupakan salah satu kriteria utama untuk mengetahui intervensi
pelayanan kesehatan seperti morbiditas, mortalitas, fertilitas, dan kecacatan. Di negara
berkembang pada beberapa dekade terakhir ini insidensi penyakit kronis mulai
menggantikan dominasi penyakit infeksidi masyarakat. Sejumlah orang dapat hidup lebih
lama, namun dengan membawa beban penyakit menahun atau kecacatan, sehingga
kualitas hidup menjadi perhatian pelayanan kesehatan. Fenomena di masyarakat
sekarang ini adalah masih ada anggota keluarga yang takut apalagi berdekatan dengan
seseorang yang disangka menderita TB paru, sehingga muncul sikap berhati-hati secara
berlebihan, misalnya mengasingkan penderita, enggan mengajak berbicara, kalau dekat
dengan penderita akan segera menutup hidung dan sebagainya. Hal tersebut akan sangat
menyinggung perasaan penderita. Penderita akan tertekan dan merasa dikucilkan,
sehingga dapat berdampak pada kondisi psikologisnya dan akhirnya akan mempengaruhi
keberhasilan pengobatan. Hal ini berarti dukungan sosialyang sangat dibutuhkan tidak
didapatkannya secara optimal.
RSU El-Syifa Kuningan merupakan salah satu rumah sakit umum yang memiliki
fasilitas pelayanan kesehatan poliklinik penyakit dalam. Salah satu diagnosa yang cukup
tinggi adalah TB Paru dengan peningkatan jumlah pasien yang signifikan baik rawat inap
maupun rawat jalan (Medrek El-Syifa, 2016). Dengan menggunakan data rekam medis
yang ada dapat dianalisis mengenai sebaran penyakit pada tingkatan wilayah sehingga
diketahui gambaran penyebaran penyakit tersebut.Oleh latar belakang ini maka penulis
tertarik untuk melakukan kajian dengan judul DISTRIBUSI SEBARAN PASIEN
DIAGNOSA TB PARU BERDASARKAN WILAYAH KECAMATAN PADA PASIEN
RAWAT JALAN RSU EL-SYIFA KUNINGAN.

B. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai distribusi
sebaran penyakit TB Paru pada tingkatan wilayah di Kabupaten Kuningan dengan
menggunakan data rekam medis pasien di Rumah Sakit Umum El-Syifa Kuningan.
Setelah diketahui gambarannya kemudian dilakukan analisis pembanding dengan faktor-
faktor yang mempengruhi penyebaran penyakit TB Paru tersebut.

C. METODOLOGI
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode analisis data sekunder, yaitu data rekam medis yang sudah tersedia
di RSU El-Syifa Kuningan selama tahun 2016. Sedangkan pengolahan data dilakukan
dengan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu mendistribusikan jumlah pasien dengan
diagnosa TB Paru berdasarkan wilayah kecamatan.
D. PEMBAHASAN
Pada tahun 2016 diketahui terdapat 106 kasus pada pasien dengan diagnoasa TB
Paru. Jumlah pasien tersebut tersebar dari 28 kecamatan dari 32 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Kuningan. Data tersebut menunjukan bahwa penyebaran TB Paru cukup
merata di seluruh wilayah Kabupaten Kuningan. Lebih jelas mengenai gambaran jumlah
pasien pada masing-masing wilayah Kecamatan dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 1 Jumlah Pasien TB Paru Pada Masing-Masing Kecamatan

Berdasarkan gambar 1 di atas, diketahui bahwa dari 28 Kecamatan diperoleh nilai


jumlah pasien dengan diagnosa TB Paru paling banyak berada di wilayah Kecamatan
Ciawigebang (13,46%), Kuningan (7,69%), Jalaksana (6,73%) dan Cidahu (6,73%).
Sedangkan wilayah dengan jumlah pasien diagnosa TB Paru paling sedikit adalah
wilayah Cilebak, Cingambul, Panawangan, Pancalang dan Selajambe dimana masing-
masing hanya terdapat 1 pasien saja atau 0,96% dari total seluruh pasien diagnosa TB
Paru.
Menurut laporan Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan, khususnya dari program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) tatanan
Rumah Tangga pada Tahun 2010, perilaku/kebiasaan merokok masyarakat Kuningan
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah penderita TB Paru.
Berdasarkan Rumah Tangga yang didata berjumlah 176.100 terdapat kebiasaan
masyarakat merokok dalam rumah sebesar 103.415 Rumah ( 58, 7 % ) dan pada Tahun
2011 dari Rumah Tangga yang didata berjumlah 216.038 Rumah/KK terdapat kebiasaan
masyarakat merokok dalam rumah sebanyak 139.702 Rumah/KK ( 64,7 % ).
Sebagai bahan perbandingan cakupan penemuan penderita TB Paru dan
pemeriksaan BTA pada UPTD Puskesmas Cihaur Kecamatan Ciawigebang pada Tahun
2010, penemuan kasus penderita TB paru sebanyak 301 kasus ( 77,5 % ) dan BTA
Positif 30 orang penderita ( 77 % ), dan pada Tahun 2011 ditemukan kasus 413 kasus (
109,3 % ) dan BTA Positif 43 kasus ( 114 % ) dan laporan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cihaur Kecamatan Ciawigebang pada
Tahun 2010 dari jumlah Rumah yang didata PHBS 7.899 Rumah terdapat kebiasaan
merokok masyarakat dalam rumah sebesar 5.692 Rumah ( 72,1 % ) dan pada Tahun
2011, dari jumlah rumah yang didata 8165 Rumah terdapat kebiasaan merokok dalam
rumah sebesar 5.475 Rumah ( 67, 1 % ) dan terdapat suspek penderita TB Paru sebanyak
413 orang.
Cara penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber
penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis
paru batuk atau bersin. Droplet yang mengandung kuman TB dapat bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama.
Faktor risiko yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita
tuberkulosis paru adalah karena daya tahan tubuh yang lemah, diantaranya karena gizi
buruk dan HIV/AIDS. TB paru disebabkan oleh faktor , kepadatan penduduk, kepadatan
rumahdan wilayah kelurahan. Cara mencegah yaitu dapat dengan menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat, rumah cukup ventilasi dan cahaya matahari, karena
sinar matahari dapat membunuh Mycobakterium tuberculosis.
Dari beberapa latar belakang tersebut di atas, jelas bahwa penyakit tuberkulosis
paru merupakan salah satu penyakit berbasis wilayah yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Menurut WHO perumahan yang baik yaitu dimana lingkungan dari struktur
termasuk juga fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk
kesehatan jasmani, rohani, dan kesehatan social yang baik untuk keluarga dan individu.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 28 Kecamatan diperoleh nilai
jumlah pasien dengan diagnosa TB Paru paling banyak berada di wilayah Kecamatan
Ciawigebang (13,46%), Kuningan (7,69%), Jalaksana (6,73%) dan Cidahu (6,73%).
Sedangkan wilayah dengan jumlah pasien diagnosa TB Paru paling sedikit adalah
wilayah Cilebak, Cingambul, Panawangan, Pancalang dan Selajambe dimana masing-
masing hanya terdapat 1 pasien saja atau 0,96% dari total seluruh pasien diagnosa TB
Paru.

F. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pointers Menkes MenyambutHari TBC Sedunia 2007 .
www.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Direktorat Jendral Pelayanan Medik.


Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta.

Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.

World Health Organization, 2005. Dalam; Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai