Anda di halaman 1dari 12

BAB.

1
PENDAHULUAN

1. Penyesuaian harus diulakukan apabila kesalahan kolimasinya


lebih dari 0.05 mm/m. Nivo kotak dan kompesator otomatis
juga harus selalu dicek secara teratur. Pelaksana pekerjaan
harus membuat catatan lengkap mengenai seluruh hasil
pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan.

2. Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap


pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark
sementara). Juru ukur harus mengintruksikan kepada
pemegang rambu, agar rambu ukur selalu tepat vertikal
dengan menggunakan staff level atau carpenters level
(penempatannya harus juga dicek).

3. Metode stan ganda (double-stand) pada pengukura sifat datar


tidak boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih
dari 50 m. Bidikan kebelakang kira-kira sama dengan bidikan
ke muka, untuk menghindari kesalahan kolimasi. Tidak
dibenarkan melakukan pembidikan silang (intermediate sight).

4. Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari


batas bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas
rambu.

5. Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik detail


ketinggian dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang
pada waktu pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-
gorong, tangga rumah, lantai pengeringan padi, dan lain
sebaginya. Titik-titik tersebut ditandai serta dicatat secara
lengkap.

6. Juru ukur yang menggunakan alat ukur harus mencatat data-


data tinggi dan rendah hasil ukuran pada setiap formulir yang
sudah ditentukan, bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi
h (+ dan -) harus dijumlahkan. Perbedaan antara hasil
bacaan belakang, dan muka harus sama dengan hasil beda
tinggi (h), perlu dilakukan pengecekan aritmatik dapat
menghindarkan kesalahan yang tidak terlihat karena data yang
tidak benar.

7. Pengecekan harus dilakukan pada formulir setiap bagian


pengukuran sipat datar secara sistematis setiap hari dan harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.

8. Ketelitian sipat datar sebagai berikut :

Pengukuran jalur utama yang pada umumya merupakan jaring


tertutup, harus diukur dua kali yaitu pergi dan pulang,
perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi
harus kurang dari 7D, dimana D adalah jarak dalam km antar
benchmark tersebut.

2. Pengukuran Detail Sungai

1. Menentukan elevasi tanah untuk situasi sungai akan dilakukan


dengan metode penampang melintang sedangkan detaildetail
yang ada di antara penampang-penampang, melintang akan
ditentukan dengan pengukuran rincikan agar variasi dalam
relief dapat digambarkan dengan tepat pada waktu dilakukan
penggambaran kontur.

2. Semua jarak dan sudut ukur langsung di lapangan dengan


menggunakan alat Theodolit dan sejenisnya.

3. Interval jarak antara penampang melintang yang diukur tegak


lurus terhadap as sungai kurang lebih 50 meter untuk bagian
yang lurus dan 25 meter untuk bagian yang berbelok atau
menurut petunjuk pemilik pekerjaan.

4. Letak penampang penampang melintang akan ditetapkan


dengan menggunakan patok-patok kayu yang sudah dipasang,
poligon (garis kerangka peta situasi sungai) yang terbentuk
oleh patok-patok harus sedekat mungkin mengikuti alur sungai
dan diukur tegak lurus sungai.
5. Poligon harus tertutup dan terikat dengan titik referensi
terdekat yang sudah ditetapkan (benchmark atau penanda
azimut) guna mencek ketelitian.

6. Penampang melintang yang akan diukur akan membentang


sedikit-dikitnya 250 meter masing-masing dari tepi sungai atau
mengikuti petunjuk dari pemilik pekerjaan.

7. Semua aliran air berapapun ukurannya (saluran, pembuang,


parit-parit disawah) diukur termasuk lebar dasar, elevasi dan
arah aliran.

8. Semua tampakan seperti rumah-rumah, fasilitas, jalan,


jembatan, gorong-gorong, pagar, benchmark dan vegetasi
(jenis dan kerapatannya) harus dicatat.

9. Bahan-bahan khusus yang dijumpai dipermukaan tanah,


seperti batuan, rawa-rawa, tanah longsor dan sebaginya harus
dicatat.

3. Pengukuran Detail Antara Penampang Melintang

1. Titik-titik detail di antara penampangpenampang melintang


diukur dengan ketentuan sebagi berikut :

a. Posisi tinggi titik detail diukur dengan cara tacheometri


untuk daerah terjal.

b. Posisi titik detail dan jarak langsung diukur dengan alat


theodolit dan dicatat dengan penjelasan singkat
mengenai posisi tinggi titik detail, misalnya sawah,
kampung, tanggul jalan (bagian atas atau bawah),
dasar sungai.

c. Jarak ke titik-titik detail tidak boleh lebih dari 20 m.

d. Daerah landai tinggi titik detail diambil dengan beda


tinggi maksimum 0,25 meter atau pada setiap 20 meter
dilapangan.

e. Daerah yang tidak teratur misalnya di daerah


berbukitbukit, perbatasan kampung, lembah dan
semacamnya, tinggi titik detail dengan jarak yang lebih
pendek agar bisa diperoleh gambar yang lebih jelas
dengan situasi lengkap di daerah ini.

2. Pada umumnya tinggi titik detai harus diukur di semua lokasi


dimana kemiringan bisa berubah dan ditempattempat dimana
bisa terjadi perubahan ketinggian secara mendadak.

3. Lokasi dari titik detail yang harus diukur pada perbatasan,


kampung, sawah, hutan, tegalan dsb.

4. Tinggi titik detail harus diukur sepanjang dasar dari lembah-


lembah baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak
dan pada punggung bukit serta pada bukit yang teratas.

5. Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah tinggi titik


detail dilapangan sudah diukur dengan benar sesuai dengan
perubahan-perubahan elevasi.

4. Pengukuran situasi Detail lokasi Rencana Bangunan

Pada lokasi - lokasi rencana bangunan penanggulangan banjir dan


pengamanan sungai dilakukan pengukuran situasi detail sejauh 500
m kearah hulu dan kearah hilir 500 m dengan interval jarak 50 m
dengan skala 1 : 500, selain itu dibuat pula gambar situasi disekitar
rencana bangunan tersebut termasuk daerah genangan diatasnya
dalam skala 1 : 1000, sehingga dalam gambar dapat ditunjukan
dengan jelas trace tanggul banjir yang direnanakan.

b. Penyelidikan Mekanika Tanah

1. Sondir dengan pembacaan hambatan lekat hingga mencapai angka


minimal 200 kg/cm2. Pengujian dilakukan sebanyak 15 (lima belas)
titik pada lokasi rencana bangunan sungai.

2. Hand Bor menggunakan mata bor tipe Iwaan dengan diameter


antara 12 15 cm. Pengujian dilakukan sebanyak 15 (lima belas)
titik pada lokasi rencana bangunan sungai. Pada setiap titik
dilakukan pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample)
dan contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample).

3. Sumuran Uji (Test Pit) dilakukan pada lokasi bahan timbunan pada
daerah sumber bahan galian (borrow area). Borrow area minimal 2
(dua) lokasi, pada masing-masing lokasi dilakukan 1 (satu)
pengujian sumuran uji. Pada setiap titik uji, dilakukan sampling
tanah terganggu (Disturbed Sample).

Prosedur dan metode penyelidikan mekanika tanah mengacu pada Kriteria


Perencanaan (KP) Kementerian Pekerjaan Umum.

B. Pekerjaan Analisis Evaluasi dan Desain

a. Analisa Sosial Ekonomi

1. Analisa Data Sosial Kependudukan

2. Data Perekonomian

Analisa Sosial terkait perilaku dan budaya masyarakat terhadap


pengelolaan alur dan bantaran sungai.

3. Analisa ekonomi yang akan dilakukan menyangkut indikator-indikator


antara lain : Benefit/Cost Ratio, Net Benefit (Present Value) dan
Economic Internal Rate of Return (EIRR), berdasarkan beberapa
alternatif umur ekonomis bangunan air dan Interest Rate (bunga)
yang berlaku.

b. Analisa Topografi

1. Perhitungan data hasil pengukuran

1. Semua perhitungan harus dilakukan dilapangan, sehingga


apabila ada kesalahan dapat langsung diukur kembali.

2. Untuk kontrol sudut horizontal (x,y) ini meliputi:

a. Pengecekan hasil perhitungan koordinat,

b. Pengecekan penutup sudut koordinat tertutup,

c. Pengecekan azimut antara titik-titik referensi dan hasil


pengamatan,

d. Perataan kesalahan koordinat,

e. Perhitungan x dan y.

3. Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi:


a. Pemeriksaan hasil hitungan dari bacaan belakang,
bacaan muka, perbedaan tinggi (h),

b. Perhitungan untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap


(benchmark),

c. Perhitungan dari tiap loop/kring,

d. Perataan dari loop dengan metode dell (atau metode


lainnya).

4. Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh


pengawas, hasil pengukuran serta hasil hitungannya segera
dikirim ke kantor pelaksana pekerjaan untuk dilakukan
perhitungan akhir.

5. Perataan titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini


berarti bahwa koreksi dalam koordinat x sama dengan:

(Salah penutup dalam koordinat x)/(Jumlah jarak poligon


seluruhnya) x jarak komunikasi

6. Seluruh hasil perhitungan, pengamatan dan informasi seperti


di bawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan
dalam bentuk hardcopy dan softcopy (flashdisk) untuk
mendapatkan persetujuan pemilik pekerjaan.

7. Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara


bencmark,

a. Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi,


azimuth kontrol atau azimut yang berdekatan,
bersama-sama dengan jumlah titik dalam sebuah
seksi,

b. Kesalahan penutup linier x y dari setiap loop atau


jalur koordinat antara titik-titik simpul dan kesalahan
penutup fraksi yang dipilih dengan jumlah titik.

2. Penggambaran peta toporafi dapat dilakukan dengan cara


menggunakan software CAD atau cara manual yang sudah disetujui
pemilik pekerjaan, mengikuti ketentuan di bawah ini.

1. Peta situasi
a. Peta situasi sungai skala 1:2000 dengan interpolasi
kontur 0,5 meter dan indeks kontur interval 5 m,

b. Apabila ada 2 (dua) kontur atau lebih yang berdekatan


dan hampir berhimpitan (misalnya batas kampung,
tanggul, jalan, kelokan saluran) kontur digambarkan
dengan garis putus-putus,

c. Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus


jelas dicantumkan pada semua lembar peta, termasuk
informasi mengenai datum (duga) titik tinggi dan
sumber informasi yang dipakai,

d. Titik tinggi harus digambar selambat-lambatnya


sebelum penggambaran halus garis kontur dan
sebelum dilakukan interpolasi garis kontur atau editing,

e. Titik tinggi harus ditulis dengan menggunakan ukuran


1,5 mm, letak titik tinggi harus diindikasikan sampai
dengan fraksi desimal, jika bentuk detail terganggu
oleh harga titik tinggi maka angkanya dapat di tulis di
sebelahnya,

f. Semua garis kontur digambar dengan menggunakan


ukuran 0,1 mm kecuali untuk indeks harga-harga garis
kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima
garis kontur,

g. Garis silang (grid) panjang 10x10 mm sesuai dengan


arah utara dan koordinat-koordinat garis silang ditulis di
lembar peta, koordinat-koordinat tersebut ditulis
dengan selang 250 m sepanjang keempat sisi dari
peta, angka harus ditulis dengan tinggi tulisan 2,5 mm,

h. Peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda)


situasi menurut standar yang berlaku berkenaan
dengan ukuran garis, arsiran dan symbol yang
diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan,

i. Persyaratan kartografi peta situasi sungai adalah


sebagai berikut:
Pada tiap lembar set peta akan menjelaskan
peta kunci petunjuk lembar,

Arah utara akan ditunjukkan pada setiap


lembar,

Pada gambar-gambar tersebut aliran sungai


akan diarahkan dari kiri ke kanan atau dari atas
ke bawah,

Garis hubung untuk lembar di sebelahnya dari


masing-masing peta adalah berupa garis
koordinat, tanpa pertampalan (overlap),

Semua titik-titik polygon akan diplot dengan


koordinat-koordinat, sebelum memplot penunjuk
ketinggian,

Semua benchmark di gambarkan dalam peta


bersangkutan,

Peta-peta itu akan memperlihatkan semua


tampakan (feature) buatan manusia dan alam
yang biasanya ditunjukan pada peta-peta
situasi.

2. Peta situasi penampang melintang

Pada gambar-gambar tersebut yang menunjukkan


penampang-penampang melintang sungai, dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Nomor masing-masing penampang melintang,

b. Semua titik-titik tinggi profil melintang dan jarak titik-titik


tersebut,

c. Palung yang sudah ditetapkan (titik terdalam di dasar


sungai), garis-garis palung penampang melintang yang
muncul pada suatu gambar akan digambar vertikal satu
diatas yang lain,

d. Penampang-penampang melintang akan digambar


menghadap ke arah aliran hilir,
e. Tinggi air di sungai (kalau ada) pada hari-hari
pengukuran dan bahan-bahan dasar konstruksi,

f. Penampang melintang akan di gambar dengan skala


1:200 ke arah horisontal dan vertikal.

3. Peta penampang memanjang

Gambar penampang memanjang sungai diturunkan dari jarak


penampang melintang, panjang penampang memanjang
adalah jarak total antara penampang-penampang melintang
sungai.
Pada gambar penampang memanjang sungai
memperlihatkan, sebagai berikut:

a. Nomor-nomor penampang melintang,

b. Jarak antara penampangpenampang melintang dan


jarak akumulasi bentang sungai,

c. Tinggi tanggul kiri,

d. Tinggi tanggul kanan,

e. Tinggi dasar sungai pada as sungai tersebut,

f. Panjang sungai (jarak horisontal pada palung) akan di


gambar dengan skala 1:2000,kecuali ada ketentuan
lain,

g. Jarak vertikal atau ketinggian akan digambar dengan


skala 1:200.

3. Analisis Hidrologi/Hidrolika

1. Analisis Catchment Area

2. Analisa debit banjir dan daerah genangan banjir

3. Analisis kapasitas penampang sungai

4. Analisis transport sedimen dan kualitas air

5. Analisis pengaruh pasang surut laut terhadap aliran sungai

6. Kalibrasi antara debit banjir rancangan terhadap data kejadian


banjir di lapangan
7. Penyusunan rating curve berdasarkan pengukuran debit
sesaat.

8. Analisis hidrolika dengan memperhitungkan lateral inflow


melalui pemodelan numeric untuk kondisi eksisting maupun
kondisi rencana.

4. Analisa Geologi/Mekanika Tanah

1. Analisa Sondir / Daya Dukung Tanah

2. Uji Laboratorium, analisis Disturbed Sample dan Undisturbed


Sample untuk parameter Unit Density, Spesific Gravity, Water
Content, Grain Size Distribution, Atterberg Limit, Triaksial,
Permeabilitas dan Konsolidasi,

3. Uji Laboratorium dan Analisa

4. Uji Laboratorium dan Analisa borrow area serta perkiraan


volume ketersediaan material serta jarak angkut ke lokasi
pekerjaan.

Kegiatan Analisa Geologi/Mekanik mengacu pada Kriteria


Perencanaan (KP) Persyaratan Teknis Bagian Penyelidikan
Geoteknik PT-03 yang diterbitkan oleh Ditjen Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum.
Daerah borrow area wajib dipetakan untuk mengetahui luas area,
volume material serta jarak angkut ke lokasi pekerjaan.

5. System Planning

Meliputi tahapan berikut:

1. Kajian permasalahan kondisi eksisting dari berbagai aspek


berdasarkan hasil survey dan investigasi,

2. Penyusunan konsep dan alternatif penanganan sungai secara


struktural dan nonstruktural.

6. Desain Penanganan

1. Penyusunan desain penanganan sungai dan penanggulangan


banjir

2. Analisis struktur bangunan


3. Pembuatan gambar desain

4. Perhitungan Volume Pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya

5. Penyusunan Manual Operasi dan Pemeliharaan

C. Diskusi / Pertemuan

a. Diskusi RMK

b. Diskusi Konsep Laporan Pendahuluan

c. Diskusi Konsep Laporan Antara

d. Diskusi Konsep Laporan Akhir

e. Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) (PKM dilaksanakan 2 kali di lokasi


kegiatan)

f. Diskusi Kemajuan Kegiatan (dilaksanakan sebanyak 3 kali bersama pihak


Pengguna Jasa untuk mengetahui kemajuan pekerjaan)

1.1. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Sesuai dengan hasil rapat penjelasan, maka telah ditetapkan jangka waktu
pelaksanaan kegiatan ini diharapkan selesai dalam waktu 7 (tujuh) bulan.
BAB.1 ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN .................................... Error! Bookmark not defined.
1.3. LOKASI PEKERJAAN.................................................................... Error! Bookmark not defined.
1.4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
1.5. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN ......................................................................................... 11

Gambar 1. 1 Peta Lokasi Pekerjaan SID Sungai Karaopa Kab. MorowaliError! Bookmark
not defined.

Anda mungkin juga menyukai