Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SECTIO SESARIA

Oleh :

Panji Wirawan

NIM : G3A016271

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2017
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM SECTIO SESARIA

I. Pengertian
Masa nifas (pueperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas ini 6-

8 minggu. (Retna Ambarwati, Eny, 2009)

Section sesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

II. Jenis-jenis operasi SC


1. Abdomen (section sesaria abdominalis)
a. SC Transperitonealis
o SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada korpus uteri.)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10 cm.
Kelebihan:
Mengeluarkan janin dengan cepat
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonialis yang baik.
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
o SC Ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen
bawah rahim.)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical tranversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebarab isi uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan tidak begitu banyak.
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang/lebih kecil.
Kekurangan :
Luka dapat meleber kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uterine pacah sehingga mengakibatkan perdarahan
yang banyak.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

b. SC ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan


demikian tidak membuka cavum abdominal.

2. Vagina (section sesaria vaginalis)


Menurut sayatan pada rahim , SC dapat dilakukan sb:
Sayatan memanjang (longitudinal)
Sayatan melintang (transversal0
Sayatan huruf T (T insicion)

III. Indikasi
OperasiSC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC
Proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal (dystasia)
Fetal distress
His lemah/melemah
Janin dalam posisi sungsang atau melintang
Bayi besar (BBL 4,2 kg)
Plasenta previa
Kelainan letak
Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan anatar ukuran kepala dan
panggul)
Rupture uteri mengancam
Hydrocephalus
Primi muda atau tua
Partus dengan komplikasi
Panggul sempit
Problem plasenta

IV. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal (nifas)
Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sdikit
kembung
Berat, peritonitis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonialisasi terlalu tingi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

V. Pengkajian
1) Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantumg, udema pulmonal, penyakit vaskuler
perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
2) Intregritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya fakto-faktor stress multiple
seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tandatidak dapat
beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
3) Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang keringpembatasn puasa pra operasi
insufisiensi pancreas/DMpredesposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis.
4) Pernapasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok
5) Keamanan
Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan
Adanya defisiensi imun
Munculnya kanker/adanya terapi kanker
Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
Riwayat penyakit hepatic
Riwayat tranfusi darah
Tanda munculnya proses infeksi
VI. Prioritas keperawatan
Mengurangi ansietas dan trauma emosional
Menydiakan keamanan fisik.
Mencegah komplikasi
Meredakan rasa sakit
Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
Menyediakan informasi mengenai proses penyakit

VII. Diagnosis keperawatan


Ansietas b.d. pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan.
Resti infeksi b.d. destruksi pertahanan terhadap bakteri
Nyeri akut b.d. insisi, flatus, dan mobilitas
Resti perubahan nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka,
penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah)
VIII. Intervensi
DP tujuan intervensi Rasional
Ansietas b.d. Ansietas berkurang Lakukan Rasa nyaman
pengalaman setelah diberikan pendekatan diri akan
pembedahan perawatan dengan pada pasien menumbuhkan
dan hasil tidak criteria hasil: supaya psien rasa tenang,
dapat Tidak merasa nyaman tidak cemas serta
diperkirakan. menunjukan Yakinkan bahwa kepercayaan
trumatik pada pembedahan pada perawat.
saat merupakan
membicarakan jalan terbaik
pembedahan yang harus
Tidak tampak ditempuh untuk
gelisah menyelamatkan
Tidak merasa bayi dan ibu
takut untuk
dilakukan
pembedahan
yang sama.
Pasien merasa
tenang Nutrisi yang
Berikan nutrisi adekuat akan
Resti infeksi Infeksi tidak terjadi yang adekuat menghasilkan
b.d. destruksi setelah perawatan Berikan penkes daya tahan tubuh
pertahanan 24 jam pertama untuk menjaga yang optimal
terhadap bakteri dengan criteria daya taahan Dengan
Menunjukan tubuh, adanyapartisipasi
kondisi luka kebersihan dari pasien,
yang jauh dari luka, serta maka
kategori infeksi tanda-tanda kesembuhan
Albumin dalam infeksi dini luka dapat lebih
keadaan normal pada luka mudah terwujud
Suhu tubuh
pasien dalam
keadaan normal, Setiap skala nyeri
tidak demam memiliki
Lakukan managemen
Nyeri akut b.d. Nyeri dapat pengkajian yang berbeda.
insisi, flatus, berkurang setelah nyeri Antisipasi nyeri
dan mobilitas perawatan 1 x 24 Lakukan akibat luka post
jam dengan criteria: managemen operasi
Pasien tidak nyeri Mobilitas dapat
mengeluh nyeri Monitoring merangsang
/ mengatakan keadaan insisi peristaltic usus
sehingga
bahwa nyeri luka post mempercepat
sudah berkurang operasi flatus
Ajarkan
mobilitas yang
memungkinkan
tiap 2 jam Memberi
sekali kesempatan
untuk
Resti perubahan Kaji status mengobservasi
nutrisi b.d. Mendemonstrasikan nutrisi secara penyimpangan
peningkatan berat badan stabil continue dari
kebutuhan atau penambahan selama normal/dasar
untuk berat badan perawatan tiap pasien dan
penyembuhan progresif kearah hari, perhatikan mempengaruhi
luka, penurunan tujuan dengan tingkat energi, pilihan
masukan normalisasi nilai kondisi kulit, intervensi
(sekunder laboratorium dan kuku, rambut, Transisi
akibat nyeri, bebas dari tanda rongga mulut. pemberian
mual, muntah) malnutrisi Tekankan makan oral lebih
pentingnya disukai.
transisi pada Pasien perlu
pemberian bantuan untuk
makan per oral menghadapi
dengan tepat. masalah besar
Beri waktu anoreksia,
mengunyah, kelelahan,
menelan, beri kelemahan otot
sosialisasi dan
bantuan makan
sesuai indikasi

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Diah Wulandari, 2009, Asuhan Kebidanan Nifas,
Jogjakarta: Mitra Cendekia Pres.

Carpenito L. J. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Doenges, M E. 2000. Rencana Askep Pedoman Untuk Perencanaan Dan


Pendokmentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC

Hanifa. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBP3P

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai