Jl. Terusan Arjuna No. 6. Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Telp. 021-56942061
Pendahuluan
Anamnesis
1
Keluhan tambahan : pengelihatan kabur, tampak double vision, berat badan menurun.
Identitas
Keluhan
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluarga
Apakah tangan terasa gemetar
Bagaimana nafsu makannya
Apakah susah menelan
Bagaimana berat bada nya
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan tanda vital didapat TD : 140/80 mmHg, Nadi : 110x/menit, Napas
:20x/menit, Suhu : 370C
Inspeksi Terlihat pembesaran leher, kelopak mata kanan yang tidak dapat menutup dan
kedua kelopak mata tampak bergetar.
Oftalmopati 2
Von Grave sign -> cahaya dengan menutup mata, pada keadan normal palpebra akan
mentup hampir semua bola mata
Rosenbach sign-> dengan menutup mata, positif jka terdapat tremor pada palpebra
2
Parbento n sign -> tangan lurus ke atas , positif jika terdapat flusing pada wajah
Tremor kasar -> tangan lrus ke depan, positif jika tangan bergetar
Pemeriksaan penunjang
3
kadang-kadang tidakterdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan
pemeriksaan penyaring palingsensitif terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut
TS H sensitive (TSHs), karena dapatmendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati
0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik,dapat diperiksa kadar T-4 bebas (free T-4/FT-
4).1,3
Foto Rongten leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat
trakea (jalan nafas)1
USG
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak dilayar
TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/ nodul
yang mungkin tidak terseteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat
didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma. 1
Scan Tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi rasioaktif bernama technetium-99m
dan yodium 125/yodium 131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian
berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil
pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama
adalah fungsi bagian-bagian tiroid. 1
Biopsi aspirasi jarum halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suau keganasan. Biopsi aspirasi
jarum tidak nyeri. Hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi
kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang
baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.1
Diagnosis kerja
Penyakit Graves (goiter difusa toksika) merupakan penyebab tersering hipertiroidisme
adalah suatu penyakit otoimun yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang
memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki gejala-
gejala khas dari hipertiroidisme dan gejala tambahan khusus yaitu pembesaran kelenjar
tiroid/struma difus, oftamopati (eksoftalmus/ mata menonjol) dan kadang-kadang dengan
dermopati.2
4
Penyakit Graves merupakan bentuk tiroktoksikosis (hipertiroid) yang paling sering
dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada semua umur, sering ditemukan pada
wanita dari pada pria. Tanda dan gejala penyakit Graves yang paling mudah dikenali ialah
adanya struma (hipertrofi dan hiperplasia difus), tirotoksikosis (hipersekresi kelenjar tiroid/
hipertiroidisme) dan sering disertai oftalmopati, serta disertai dermopati, meskipun jarang.2
Patogenesis penyakit Graves sampai sejauh ini belum diketahui secara
pasti. Namun demikian, diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam
mekanisme yang belum diketahui secara pasti meningkatnya risiko menderita penyakit
Graves. Berdasarkan ciri-ciri penyakitnya, penyakit Graves dikelompokkan ke dalam
penyakit autoimun, antara lain dengan ditemukannya antibodi terhadap reseptor TSH
(Thyrotropin Stimulating Hormone - Receptor Antibody /TSHR-Ab) dengan kadar bervariasi.
1-2
Diagnosis banding
Penyebab :
Defisiensi yodium yang menyebabkan penurunan level T4
Aktivasi reseptor TSH
Mutasi somatik reseptor TSH
Gejala klinisnya, penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten
terhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat
badan, lemah, dan pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter multi noduler pada pasien
pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroid difus pada pasien penyakit Graves.3
Antibodi antitiroid tidak ditemukan, dan pada laboratorium terjadi penurunan TSH serum dan
hormon tiroid yang meningkat.3
B. Ca Tiroid1
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada kelenjar tiroid yang memiliki 4 tipe :
papiler, folikuler, meduler, dan anaplastik.
5
Kanker jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan
pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak dan
biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Sebagian besar penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher bagian
tengah yang dapat disebabkan bukan karena proses keganasan saja. Benjolan
yang disebabkan keganasan perlu diketahui faktor resiko apa yang menyertainya, misalnya;
apakah ada riwayat radiasi, riwayat keluarga, geografi dan lingkungan pemukiman.
Pertumbuhan yang cepat dengan akibat yang terjadi terhadap organ atau jaringan sekitarnya
dapat sebagai pertanda. Pada tipe anaplastik, biasanya pertumbuhannya sangat cepat dan
diikuti dengan adanya rasa sakit terutama pada penderita usia lanjut.
Secara klinis sulit membedakan nodul tiroid yang jinak dengan nodul tiroid yang
ganas. Nodul tiroid ganas dapat saja muncul dalam beberapa bulan terahir tapi ada juga yang
telah berpuluh tahun lamanya. Nodul tiroid dicurigai ganas bila, konsistensi keras, permukaan
tidak rata, batas tak tegas, sulit digerakkan dari jaringan sekitarnya, adanya perubahan warna
kulit / ulkus, didapati pembesaran kelenjar getah bening, adanya benjolan pada tulang pipih
atau ditemukan adanya Metastasis di paru.1
Fungsi kelenjar tiroid dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan kadar TSH, T4
dan T3. Pada kanker tiroid pada umumnya tidak terjadi gangguan fungsi tiroid sehingga pada
pemeriksaan kadar TSH, T4 dan T3 dalam batas normal, hanya saja pada keadaan hipo /
hiperfungsi kelenjar tiroid tidak selamanya menghilangkan kecurigaan akan terjadinya kanker
tiroid. 1
ETIOLOGI
Penyakit Graves adalah penyakit autoimun dimana kelenjar tiroid yang terlalu aktif, yang
menghasilkan sejumlah hormon tiroid yang berlebihan (ketidakseimbangan metabolisme
yang serius yang dikenal sebagai hipertiroidisme dan tirotoksikosis). Hal ini disebabkan oleh
autoantibodi tiroid (TSHR-Ab) yang mengaktifkan reseptor TSH (TSHR), sehingga
merangsang pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid, dan pertumbuhan kelenjar tiroid
(menyebabkan pembesaran gondok yang merata).1
6
Epidemiologi
Penyakit Graves adalah penyebab paling umum dari hipertiroid (60-90% dari semua
kasus), Kurang lebih 15% penderita mempunyai predisposisi genetik, dengan kurang lebih
50% dari penderita mempunyai autoantibodi tiroid dalam sirkulasi darah. Angka kejadian
pada wanita sebanyak 5 kali lipat daripada laki-laki dengan usia bervariasi antara 20-40 tahun
(perempuan: laki-laki dari kejadian 5:01-10:01). Graves penyakit juga merupakan penyebab
paling umum dari hipertiroid berat, yang disertai dengan tanda-tanda lebih dan gejala klinis
dan kelainan laboratorium dibandingkan dengan bentuk ringan dari hipertiroidisme. Tentang
30-50% orang dengan penyakit Graves juga akan menderita ophthalmopathy Graves
(tonjolan dari salah satu atau kedua mata), yang disebabkan oleh peradangan pada otot mata
dengan menyerang autoantibody
Patofisiologi
Ini adalah suatu penyakit autoimun ketika secara salah menghasilkan thyroid
stimulating immunologlobulin (TSI),yang juga dikenal dengan long-acting thyroid stimulator
(LATS), suatu antibodi yang sasaranya adalah reseptor TSH di sel tiroid. (Penyakit autoimun
adalah kondisi ketika sistem imun menghasilkan antibodi bagi salah satu jaringan tubuh
sendiri). TSI merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid mirip dengan yang dilakukan oleh
TSH. Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak dipengaruhi oleh inhibis umpan-balik negatif
hormon tiroid sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid berlanjut tanpa kendali. Meskipun
lebih jarang, hipertiroidisme dapat terjadi karena kelebihan TRH atau TSH atau berkaitan
dengan hipersekresi tumor tiroid. 4
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan dalam struktur
dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-Resepor
Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan menyebabkan
struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase
ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan struma nodusa. 4
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan
produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel
kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan
terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon
tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen. 4
7
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk
stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang resisten
terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang
memproduksi human chorionic gonadotropin.4
Gejala Klinis
Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal yang keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktifitas simpatis
yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak
bila panas, kulit lembab, berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi,
takikardi, diare dan kelemahan serta atrofi otot. Penyakit Graves umumnya ditandai dengan
pembesaran kelenjar tiroid/ struma difus, disertai tanda dan gejala tirotoksikosis dan
seringkali juga disertai oftalmopati (terutama eksoftalmus) dan kadang-kadang dengan
dermopati.1,4
Manifestasi kardiovaskular pada tirotoksikosis merupakan gejala paling menonjol dan
merupakan karakteristik gejala dan tanda tirotoksikosis. Manifestasi kardiovaskular pada
tirotoksikosis merupakan gejala paling menonjol dan merupakan karakteristik gejala dan
tanda tirotoksikosis.
Hiperaktivitas, iritabilitas
Palpitasi
Mudah lelah
8
Takikardi, fibrilasi atrial
Rambut rontok
Pada pasien dengan usia yang lebih tua, sering tanda dan gejala khas tersebut tidak
muncul akibat respons tubuh terhadap peningkatan hormon tiroid menurun. Gejala yang
dominan pada usia tua adalah penurunan berat badan, fibrilasi atrial, dan gagal jantung
kongestif.
Oftalmopati pada penyakit Graves ditandai dengan adanya edema dan inflamasi otot-
otot ekstraokular dan meningkatnya jaringan ikat dan lemak orbita. Peningkatan volume
jaringan retrobulber memberikan kontribusi besar terhadap manifestasi klinis oftalmopati
Graves. Oftalmopati yang ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan mata
melotot, fissura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata
dalam mengikuti gerakan mata) dan kegagalan konvergensi.1,3
Mekanisme kelainan mata pada penyakit Graves sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Tetapi mengingat hubungan yang erat antara penyakit Graves dengan
oftalmopati, diduga keduanya berasal dari respons autoimun terhadap satu atau lebih antigen
di kelenjar tiroid atau orbita. Sebagian peneliti melaporkan bahwa reseptor TSH-lah yang
menjadi antigen dari respons autoimun keduanya. Tetapi sebagian yang lain melaporkan
adanya antigen lain di orbita yang berperan dalam mekanisme terjadinya oftalmopati,
sehingga dikatakan bahwa penyakit Graves dan oftalmopati Graves merupakan penyakit
autoimun yang masing-masing berdiri sendiri. Oleh karena itu kelainan mata pada penyakit
Graves dapat timbul mendahului, atau bersamaan, atau bahkan kemudian setelah penyakit
Graves-nya membaik.
Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya
terbatas pada tungkai bawah. Gambaran klinik klasik dari penyakit graves antara lain adalah
tri tunggal hipertitoidisme, goiter difus dan eksoftalmus.
9
Penatalaksanaan
10
Komplikasi3
Komplikasi dari penyakit Graves dapat berupa:
Gangguan jantung. Jika tidak diobati, penyakit Graves dapat menyebabkan gangguan detak
jantung, perubahan struktur serta fungsi otot-otot jantung, dan ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah yang mencukupi bagi tubuh (gagal jantung kongestif).
Tulang rapuh. Hipertiroidisme yang tidak diobati dapat menyebabkan tulang yang lemah
dan rapuh (osteoporosis). Kekuatan tulang anda (sebagiannya) tergantung pada jumlah
kalsium dan mineral lain yang dikandungnya. Terlalu banyak hormon tiroid dapat
mengganggu kemampuan tubuh untuk memasukkan kalsium ke dalam tulang anda.
Pencegahan1
Hindari stres, ini merupakan salah satu penyebab penyakit graves, terapi relaksasi
seperti yoga adalah beberapa teknik pengurangan stres.
Berhenti merokok, menghindari racun dapat membantu anda mengurangi penyakit
graves.
Jangan meminum obat steroid, karena steroid dapat memicu timbulnya
penyakit Graves.
Hindari cedera/trauma pada kelenjar tiroid
Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan penyakit Graves umumnya sangat positif dengan
pengobatan yang tepat, meskipun banyak pasien harus memakai terapi pengganti hormon
tiroid seumur hidup (karena pengangkatan kelenjar tiroid).1
11
Kesimpulan
Penyakit Graves (goiter difusa toksika) yang merupakan penyebab tersering
hipertiroidisme adalah suatu penyakit autoimun. Gambaran klinik klasik dari penyakit graves
adalah tri tunggal hipertiroidisme, goiter difus dan eksoftalmus. Pemeriksaan laboratorium
untuk penyakit grave adalah FT4, T3, dan TSH. Ada tiga jenis pengobatan terhadap
hipertiroidisme akibat penyakit Graves, yaitu: Obat anti tiroid, Pembedahan dengan
Tiroidektomi dan Terapi Yodium Radioaktif dengan (I131
Daftar Pustaka
1. Sudoyo W Aru., dkk., 2006, Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta. hal 1961-1964
2. Houghton AR, Gray D. Chamberlains. Gejala dan tanda dalam kedokteran klinis.
Edisis -13. Jakarta : PT indeks;2012. H.307-11
3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Ika W, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius, 2008, hal 594-598
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC; 2012. Hal. 730-5
5. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Farmakologi dasar dan klinik. Volume 2. Edisis
12. Jakrta : EGC; 2012. Hal. 778-81
12