PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar
harga konstan.
4
2. Cost Push Inflation
Pengertian cost inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan
biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya
faktor produksi.
3. Bottle neck inflasi atau inflasi leher botol
Pengertian bottle neck inflasi adalah inflasi yang disebabkan oleh faktor
penawaran atau faktor permintaan.
5
Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang
digunakan untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan
indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.
6
Hubungan defisit anggaran, pertumbuhan uang dan inflasi menjadi
salah satu isu penting dalam literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia.
Secara teori, paling tidak ada empat pandangan yang berbeda untuk melihat
hubungan ketiga variabel tersebut. Pandangan tersebut antara lain, yaitu
kaum Monetaris Ortodoks, The Fiscal Theory of Price Level (FTPL),
Keynesian, dan Ricardian Equivalence (RE). Terdapat sebuah persepsi yang
menyatakan bahwa kebijakan anggaran yang terlalu besar dan dalam jangka
waktu yang lama dapat mempengaruhi variabel moneter yang kemudian
menjadi akar permasalahan dari ketidakstabilan makroekonomi seperti
inflasi yang tinggi, defisit current account yang besar, kewajiban utang yang
besar, dan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Berdasarkan pengalaman
interaksi kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia, dimana sebelum
diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999, Indonesia telah mengalami
hyperinflation yang disebabkan oleh pencetakan uang (money creation)
secara berlebihan oleh Bank Indonesia untuk membiayai defisit anggaran
pemerintah akibat kebijakan fiskal yang terlalu ekspansif.
Sejak diberlakukan tahun 2000, kerangka kerja Inflation Targetting
(kebijakan moneter) sudah mulai diterapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini
mengindikasikan bahwa era fiscal dominance tidak boleh terjadi lagi di
Indonesia. Namun perubahan institusional tersebut secara empiris tidak
menghalangi kemungkinan adanya pengaruh defisit anggaran (kebijakan
fiskal ekspansif) terhadap jumlah uang beredar maupun variabel moneter
(inflasi).
Pengaruh tersebut dimungkinkan antara lain karena adanya jangka
waktu antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah, sumber pendanaan
(utang domestik maupun luar negeri), dan perubahan permintaan agregat.
Penelitian ini membahas hubungan jangka panjang antara inflasi,
pertumbuhan uang, dan defisit anggaran. Penelitian ini juga akan
menganalisis apakah di Indonesia defisit anggaran (kebijakan fiskal
ekspansif) mempengaruhi pertumbuhan uang dan inflasi. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data
7
tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari Kementrian
Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Statistik Ekonomi dan
Keuangan Bank Indonesia (SEKI-BI) dari berbagai edisi, International
Financial Statistic (IFS) of International Monetary Fund (IMF) serta sumber
lain yang relevan.
Data yang digunakan, diantaranya yaitu defisit anggaran
pemerintah, pertumbuhan uang (base money (M0), narrow money (M1),
dan broad money (M2)) serta IHK (Indeks Harga Konsumen) sebagai
pencerminan tingkat inflasi dengan periode waktu data antara bulan Januari
2002 hingga Desember 2009. Metode yang digunakan untuk menganalisis
data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction
(VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan, yaitu uji lag
exclusion dan weak exogeneity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
defisit anggaran pemerintah tidak mempengaruhi pertumbuhan uang (M0,
M1, dan M2) dalam jangka panjang. Teori FTPL (the fiscal theory of the
price level) juga tidak berlaku di Indonesia, hal ini dikarenakan dalam
jangka panjang, laju inflasi tidak dipengaruhi oleh defisit anggaran.
Pertumbuhan M1 dan M2 (money supply) juga tidak mempengaruhi laju
inflasi dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa teori
Monetaris dan Keynesian juga tidak berlaku di Indonesia.
Hubungan antara defisit anggaran, pertumbuhan uang dan laju
inflasi di Indonesia dapat dijelaskan oleh teori Ricardian Equivalence (RE)
dimana defisit anggaran tidak akan berpengaruh ke variabel moneter dan
perekonomian. Koordinasi yang erat antara penguasa fiskal (pemerintah)
dan moneter (Bank Indonesia) dalam menentukan instrumen dan sasaran
kebijakan yang menjadi target bersama tetap diperlukan agar pencapaian
target tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Walaupun defisit anggaran tidak memiliki dampak terhadap
pertumbuhan uang dan laju inflasi di Indonesia namun defisit anggaran yang
terlalu besar dan dalam jangka waktu yang lama, bukan tidak mungkin akan
menjadi akar permasalahan makroekonomi seperti hyperinflation, current
8
account deficits, overindebtness dan rendahnya pertumbuhan ekonomi.
Apabila dalam jangka panjang kebijakan defisit anggaran terus
dipertahankan oleh pemerintah, maka pembiayaan melalui money creation
(pencipataan uang) lebih baik untuk dihindari karena telah terbukti
menyebabkan hyperinflation di Indonesia pada periode 1965 hingga 1970.
Disatu sisi, sesuai dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
dimana Bank Indonesia yang telah memiliki kebijakan moneter Inflation
Targetting Framework (ITF) akan berhasil dalam menetapkan inflasi yang
ditargetkan jika salah satu persyaratan dapat dipenuhi yaitu tidak adanya
dominasi sektor fiskal terhadap kebijakan moneter. Hal tersebut
dikarenakan kebijakan defisit anggaran masih efektif, tetapi efisiensinya
harus diperhitungkan secara cermat.
Berdasarkan data empiris, tingkat inflasi selalu lebih tinggi dari suku
bunga, akibatnya daya beli dari uang penabung atau deposan mengalami
penurunan meskipun secara absolut jumlah uangnya sudah bertambah
dengan adanya tambahan dari bunga yang diterimanya. Berdasarkan fakta
ini, maka jelas bunga tidak membuat orang lebih kaya jika uangnya
ditabungkan atau didepositokan, tetapi malah sebaliknya.
Sekarang timbul pertanyaan, mengapa inflasi atau suku bunga
membuat orang lebih miskin? Jawabnya yaitu bahwa, inflasi menimbulkan
biaya. Jika inflasi menimbulkan biaya, maka bunga juga menimbulkan
biaya. Biaya uang yaitu suku bunga (interest) yang ditimbulkan oleh inflasi
(Mankiw. 2007) yaitu;
1). Biaya pulang pergi ke bank untuk mengambil uang (shoeleather cost),
2). Biaya perusahaan untuk merubah harga karena inflasi (menu cost),
3). Biaya ketidak nyamanan hidup dengan selalu berubahnya harga,
9
4). Pajak yang dibebankan pada keuntungan (sebab pajak selalu
menenetukan besarnya pajak dari keuntungan nominal bukan dari
keuntungan riil, padahal dengan adanya inflasi, maka keuntungang riil lebih
kecil sedangkan pajak yang dibayarkan lebih besar).
Dalam teori klasik, bahwa bunga merupakan harga kapital (price of
capital), dimana apabila permintaan modal (uang) naik maka bunga akan
naik pula, tetapi orang meminta uang atau meminjam uang bukan semata-
mata untuk investasi tetapi juga untuk transaksi (konsumsi) dan spekulasi.
Meskipun demikian peminjam tetap dikenakan bunga. Itulah sebabnya
dalam ekonomi kapitalis, kegiatan transaksi ekonomi lebih banyak di sektor
keuangan ini dibandingkan dengan sektor riil.
Selanjutnya diketahui pula bahwa, tingkat bunga mempunyai hubungan
dengan tingkat inflasi. Hubungan tingkat bunga nominal dan tingkat bunga
riil dengan inflasi dapat ditulis sebagai berikut:
i=r+
Persamaan di atas merupakan persamaan Irving Fisher (Fisher equation).
Dari persamaan tersebut ditunjukkan bahwa, tingkat bunga bisa berubah
karena dua alasan (Makiw. 2007) yaitu;
1). Karena tingkat bunga riil berubah dan
2). Karena tingkat inflasi berubah
Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar
1 persen menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 1 persen,
selanjutnya dari persamaan Fisher dapat dinyatakan pula bahwa kenaikan 1
persen tingkat inflasi akan menaikkan suku bunga nominal sebesar 1
persen. Dari fakta ini jelas bahwa suku bunga dan inflasi mempunyai
hubungan yang positif.
10
Nilai uang menjadi sangat penting karena perubahan nilai uang yang
salah satunya ditunjukkan oleh inflasi sangat berpengaruh terhadap kegiatan
ekonomi baik disektor moneter maupun sector riil. Misalnya jika terjadi
kenaikan harga-harga umum (inflasi), maka respon kebijakan bank sentral
(Bank Indonesia) adalah menaikan tingkat suku bunga acuannya,
selanjutnya kenaikan tersebut akan berpengaruh terhadap suku bunga
dipasar uang, misalnya suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB)m, suku
bunga deposito dan suku bunga kredit (investasi, Modal dan konsumsi) yang
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap output (GDP) dan inflasi. Berikut
hubungan antara kenaikan harga umum (inflasi) terhadap suku bunga.
Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank Sentral, maka akan
direspon oleh para pelaku pasar dan para penanam modal untuk
11
memanfaatkan moment tersebut guna meningkatkan produksi dan
menanamkan investasinya.
Seiring dengan itu, akan berdampak juga pada jumlah produksi yang
bertambah dan tenaga kerja yang juga akan semakin bertambah. Akibatnya
ekspor bertambah dan jumlah pengangguran menurun, sehingga devisa
yang masuk ke negara tersebut semakin menguatkan dollar terhadap mata
uang lain.
GDP
12
produksi final barang dan jasa. Ini berarti, biaya barang dan jasa
lanjutan, yang digunakan dalam produksi (seperti barang mentah,
bahan-bahan, bahan bakar, bibit, makanan ternak, layanan
pengangkutan udara, harga grosir, layanan komersil dan finansial,
dll) tidak termasuk dalam GDP. Jika tidak, GDP akan mengandung
akun berulang. Selain itu, GDP adalah produk domestik, karena
diproduksi oleh penduduk. Penduduk adalah kesatuan ekonomi
(usaha maupaun rumah tangga), dengan mengabaikan indentitas
nasional dan kewarga negaraannya, yang memiliki suku bunga
ekonomi dalam wilayah ekonomi negara.
13
Disisi lain, suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh pihak
bank atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka
waktu tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa suku bunga itu merupakan balas jasa yang akan diterima kemudian
atas pengorbanan yang dilakukan atau kata lain suku bunga adalah harga
dari penggunaan uang atau sebagai sewa penggunaan uang dalam jangka
waktu tertentu.
Pada prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau
sebagai sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, yang
umumkan dalam 'persentase'.
14
maka dituangkan dalam matrik indikator kesejahteraan nasional dalam
bentuk indeks kesengsaraan (Misery Indexs). Indeks ini didefinisikan
sebagai penjumlahan tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan
pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi
yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat
inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding
dengan harga barang impor.
15
Dari penjelasan diatas saya dapat berpendapat bahwa inflasi sangat
berpengaruh besar pada pengangguran di suatu negara terlebih jika
pemerintah di negara yang mengalami inflasi mengeluarkan kebijakan yang
tidak tepat dan malah dapat memburuk keadaan ekonomi di negara tersebut.
dari penjelasan diatas inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat yang
cenderung menurun, dengan hal tersebut berdampak pada pelaku usaha
didalam negri untuk menekan biaya produksi agar usaha miliknya tidak
mengalami kebangkrutan.
Adapun pengaruh atau akibat dari inflasi terhadap masyarakat dan individu
adalah sebagai berikut :
Kesenjangan distribusi pendapatan
Saat terjadi inflasi, tanah, rumah akan mengalami kenaikan harga.
Kenaikan harga tersebut seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi.
16
Namun sebaliknya pendapaatn riil penduduk berpenghasilan rendah
akan merosot. Dengan demikian inflasi akan memperlebar
kesenjangan distribusi pendapatan diantara anggota
masyarakat.Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila
pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya
produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha
besar). Bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha
kecil).
Pendapatan riil merosot
Orang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan karena
terjadinya inflasi. Daya beli uangnya menurun atau pendapatan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Nilai riil tabungan dan pinjaman merosot
Hal ini terjadi pada masyarakat yang menyimpan sebagian
kekayaannya dalam bentuk depostio dan tabungan di bank. Pada saat
inflasi, nilai tabungan akan merosot. Masyarakat yang memegang
uang tunai akan rugi karena nilai riil turun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang.
Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari
bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang
meminjam uang dari bank (debitur), inflasi mendatangkan
menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.
Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan
mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah
jika dibandingkan pada saat peminjaman. Secara umum, inflasi
dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal
yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
17
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan
merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Penyebab inflasi
Jika kita bicara masalah inflasi pasti yang ada dibenak
anda pertama kali adalah tentang kenaikan harga, karena inflasi itu sendiri
merupakan kejadian dimana harga- harga barang dan juga jasa mengalami
kenaikan secara bersama sama dalam kurun waktu yang lama. Terjadinya
18
inflasi di Negara kita bukan tanpa sebab, tapi ada beberapa penyebab yang
mengakibatkan terjadinya inflasi.
Agar terhindar dari inflasi kita harus mengetahui penyebab inflasi
itu sendiri, sebab untuk mengatasi terjadinya inflasi salah satunya adalah
dengan mengetahui penyebab nya terlebih dahulu baru setelah itu mencari
cara untuk mengatasinya. Jadi sebelum dibahas tentang bagaimana cara
untuk mengatasi inflasi ada baiknya dibahas tentang penyebab terjadinya
inflasi terlebih dahulu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
1. Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa
secara umum dan terus menerus
2. Jenis-Jenis Inflasi
o Demand Pull Inflation
o Cost Push Inflation
o Bottle neck inflasi
3. Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang
digunakan untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga
merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur
inflasi di Indonesia.
4. Pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu penting dalam
literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia
5. Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan
menurunkan suku bunga yang semuanya harus berpihak pada
kesejahteraan rakyat dalam negeri sebagai prioritas utama
20
Daftar Pustaka
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)
http://www.apapengertianahli.com/2015/05/pengertian-inflasi-jenis-jenis-
inflasi-cara-penanganan.html
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)
https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_harga_konsumen
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53183
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)
http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=124892
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)
http://diazdarmawan95.blogspot.co.id/2015/03/pengaruh-inflasi-terhadap-
pengangguran.html
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)
http://aranipratiwi.blogspot.co.id/2011/03/inflasi-dan-dampaknya-
terhadap.html
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)
21