Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang
dihadapi setiap negara. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan
beberapa pengaruh buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Untuk
menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin timbul, berbagai
kebijakan ekonomi perlu dijalankan.
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian
yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya
suku bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan
atas uang yang dipinjam. Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga.
Seperti halnya harga, suku bunga menjadi titik pusat dari pasar, dalam hal
ini pasar uang dan pasar modal. Sebagaimana harga, suku bunga dapat
dipandang sebagai sebuah mekanisme untuk mengalokasikan sumber daya
dan perekonomian.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Inflasi ?


2. Apa Saja jenis-jenis inflasi ?
3. Bagaimana Metode Penghitungan Inflasi ?
4. Apa Hubungan Pertumbuhan Uang dengan Inflasi ?
5. Apa Hubungan Inflasi dengan Tingkat Suku Bunga ?
6. Apa Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP ?
7. Apa Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran ?
8. Apa Saja Dampak Inflasi ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi Inflasi


2. Untuk mengetahui Apa Saja jenis-jenis inflasi
3. Untuk mengetahui Bagaimana Metode Penghitungan Inflasi
4. Untuk mengetahui Pertumbuhan Uang dengan Inflasi
5. Untuk mengetahui Hubungan Inflasi dengan Tingkat Suku Bunga.
6. Untuk mengetahui Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP
7. Untuk mengetahui Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran
8. Untuk mengetahui Apa Saja Dampak Inflasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Inflasi

Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa


secara umum dan terus menerus. Dalam pengertian yang lain, inflasi
merupakan presentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara
umum dikonsumsi rumah tangga.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK
telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan
memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara
bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern
terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:


1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar
dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara
penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar
berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu
komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada
web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan
pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang
diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan

3
dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar
harga konstan.

2.1.1 Pengelompokan Inflasi


Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke
dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of
individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

2.2 Jenis-Jenis Inflasi


Karakteristik inflasi dapat digambarkan melalui penjelasan
mengenai faktor-faktor utama yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat
disebabkan dari sisi permintaan, sisi penawaran maupun espektasi. Factor-
faktor tersebut berpengaruh terhadap inflasi baik secara parsial maupun
secara bersama-sama atau gabungan atau gabungan dari ketiga factor
tersebut.

1. Demand Pull Inflation


Pengertian Demand pull inflation adalah inflasi yang terjadi akibat
pengaruh permintaan (demand) yang tidak diimbangi dengan
peningkatan jumlah penawaran produksi. Hal ini mengakibatkan
kenaikan harga barang sesuai dengan hukum permintaan yaitu apabila
permintaan tinggi sedangkan penawaran tetap maka harga akan
naik.Apabila hal tersebut berlangsung terus menerus, akan terjadi
inflasi berkepanjangan.

4
2. Cost Push Inflation
Pengertian cost inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan
biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya
faktor produksi.
3. Bottle neck inflasi atau inflasi leher botol
Pengertian bottle neck inflasi adalah inflasi yang disebabkan oleh faktor
penawaran atau faktor permintaan.

2.3 Metode Menghitung Inflasi


Hitungan perubahan harga tercakup dalam suatu indeks harga yang
dikenal dengan istilah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price
Index (CPI). Persentase kenaikan IHK dinamakan dengan inflasi,
sedangkan penurunannya dinamakan deflasi.

Indeks harga konsumen adalah nomor indeks yang mengukur


harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga
(household). IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu
negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang
pensiun, dan kontrak lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa
depan, ekonom menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata
bahan mentah yang dibutuhkan produsen untuk membuat produknya. Untuk
mengukur tingkat harga secara makro, biasanya menggunakan pengukuran
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Indeks (CPI). Indeks
Harga Konsumen (IHK) dapat diartikan sebagai indeks harga dari biaya
sekumpulan barang konsumsi yang masing-masing diberi bobot menurut
proporsi belanja masyarakat untuk komoditi yang bersangkutan. IHK
mengukur harga sekumpulan barang tertentu (sepertti bahan makanan
pokok, sandang, perumahan, dan aneka barang dan jasa) yang dibeli
konsumen.

5
Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang
digunakan untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan
indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.

Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga


Konsumen (IHK) adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Penghitungan IHK
dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika PDB
mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal
yang mengukur nilai produksi, IHK mengubah berbagai harga barang dan
jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur sseluruh tingkat harga.

Badan Pusat Statistik menimbang jenis-jenis produk berbeda dengan


menghitung harga sekelompok barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen
tertentu. IHK adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap
harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.

IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-


satunya indeks yang dipakai untuk mengukur laju inflasi. Masih ada indeks
yang dapat digunakan yakni indeks Harga Produsen (IHP), yang mengukur
harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan (produsen bukannya
konsumen)

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke


dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of
individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

2.4 Hubungan Pertumbuhan Uang dengan Inflasi

6
Hubungan defisit anggaran, pertumbuhan uang dan inflasi menjadi
salah satu isu penting dalam literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia.
Secara teori, paling tidak ada empat pandangan yang berbeda untuk melihat
hubungan ketiga variabel tersebut. Pandangan tersebut antara lain, yaitu
kaum Monetaris Ortodoks, The Fiscal Theory of Price Level (FTPL),
Keynesian, dan Ricardian Equivalence (RE). Terdapat sebuah persepsi yang
menyatakan bahwa kebijakan anggaran yang terlalu besar dan dalam jangka
waktu yang lama dapat mempengaruhi variabel moneter yang kemudian
menjadi akar permasalahan dari ketidakstabilan makroekonomi seperti
inflasi yang tinggi, defisit current account yang besar, kewajiban utang yang
besar, dan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Berdasarkan pengalaman
interaksi kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia, dimana sebelum
diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999, Indonesia telah mengalami
hyperinflation yang disebabkan oleh pencetakan uang (money creation)
secara berlebihan oleh Bank Indonesia untuk membiayai defisit anggaran
pemerintah akibat kebijakan fiskal yang terlalu ekspansif.
Sejak diberlakukan tahun 2000, kerangka kerja Inflation Targetting
(kebijakan moneter) sudah mulai diterapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini
mengindikasikan bahwa era fiscal dominance tidak boleh terjadi lagi di
Indonesia. Namun perubahan institusional tersebut secara empiris tidak
menghalangi kemungkinan adanya pengaruh defisit anggaran (kebijakan
fiskal ekspansif) terhadap jumlah uang beredar maupun variabel moneter
(inflasi).
Pengaruh tersebut dimungkinkan antara lain karena adanya jangka
waktu antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah, sumber pendanaan
(utang domestik maupun luar negeri), dan perubahan permintaan agregat.
Penelitian ini membahas hubungan jangka panjang antara inflasi,
pertumbuhan uang, dan defisit anggaran. Penelitian ini juga akan
menganalisis apakah di Indonesia defisit anggaran (kebijakan fiskal
ekspansif) mempengaruhi pertumbuhan uang dan inflasi. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data

7
tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari Kementrian
Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Statistik Ekonomi dan
Keuangan Bank Indonesia (SEKI-BI) dari berbagai edisi, International
Financial Statistic (IFS) of International Monetary Fund (IMF) serta sumber
lain yang relevan.
Data yang digunakan, diantaranya yaitu defisit anggaran
pemerintah, pertumbuhan uang (base money (M0), narrow money (M1),
dan broad money (M2)) serta IHK (Indeks Harga Konsumen) sebagai
pencerminan tingkat inflasi dengan periode waktu data antara bulan Januari
2002 hingga Desember 2009. Metode yang digunakan untuk menganalisis
data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction
(VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan, yaitu uji lag
exclusion dan weak exogeneity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
defisit anggaran pemerintah tidak mempengaruhi pertumbuhan uang (M0,
M1, dan M2) dalam jangka panjang. Teori FTPL (the fiscal theory of the
price level) juga tidak berlaku di Indonesia, hal ini dikarenakan dalam
jangka panjang, laju inflasi tidak dipengaruhi oleh defisit anggaran.
Pertumbuhan M1 dan M2 (money supply) juga tidak mempengaruhi laju
inflasi dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa teori
Monetaris dan Keynesian juga tidak berlaku di Indonesia.
Hubungan antara defisit anggaran, pertumbuhan uang dan laju
inflasi di Indonesia dapat dijelaskan oleh teori Ricardian Equivalence (RE)
dimana defisit anggaran tidak akan berpengaruh ke variabel moneter dan
perekonomian. Koordinasi yang erat antara penguasa fiskal (pemerintah)
dan moneter (Bank Indonesia) dalam menentukan instrumen dan sasaran
kebijakan yang menjadi target bersama tetap diperlukan agar pencapaian
target tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Walaupun defisit anggaran tidak memiliki dampak terhadap
pertumbuhan uang dan laju inflasi di Indonesia namun defisit anggaran yang
terlalu besar dan dalam jangka waktu yang lama, bukan tidak mungkin akan
menjadi akar permasalahan makroekonomi seperti hyperinflation, current

8
account deficits, overindebtness dan rendahnya pertumbuhan ekonomi.
Apabila dalam jangka panjang kebijakan defisit anggaran terus
dipertahankan oleh pemerintah, maka pembiayaan melalui money creation
(pencipataan uang) lebih baik untuk dihindari karena telah terbukti
menyebabkan hyperinflation di Indonesia pada periode 1965 hingga 1970.
Disatu sisi, sesuai dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
dimana Bank Indonesia yang telah memiliki kebijakan moneter Inflation
Targetting Framework (ITF) akan berhasil dalam menetapkan inflasi yang
ditargetkan jika salah satu persyaratan dapat dipenuhi yaitu tidak adanya
dominasi sektor fiskal terhadap kebijakan moneter. Hal tersebut
dikarenakan kebijakan defisit anggaran masih efektif, tetapi efisiensinya
harus diperhitungkan secara cermat.

2.5 Hubungan Inflasi Dengan Tingkat Suku Bunga

Berdasarkan data empiris, tingkat inflasi selalu lebih tinggi dari suku
bunga, akibatnya daya beli dari uang penabung atau deposan mengalami
penurunan meskipun secara absolut jumlah uangnya sudah bertambah
dengan adanya tambahan dari bunga yang diterimanya. Berdasarkan fakta
ini, maka jelas bunga tidak membuat orang lebih kaya jika uangnya
ditabungkan atau didepositokan, tetapi malah sebaliknya.
Sekarang timbul pertanyaan, mengapa inflasi atau suku bunga
membuat orang lebih miskin? Jawabnya yaitu bahwa, inflasi menimbulkan
biaya. Jika inflasi menimbulkan biaya, maka bunga juga menimbulkan
biaya. Biaya uang yaitu suku bunga (interest) yang ditimbulkan oleh inflasi
(Mankiw. 2007) yaitu;
1). Biaya pulang pergi ke bank untuk mengambil uang (shoeleather cost),
2). Biaya perusahaan untuk merubah harga karena inflasi (menu cost),
3). Biaya ketidak nyamanan hidup dengan selalu berubahnya harga,

9
4). Pajak yang dibebankan pada keuntungan (sebab pajak selalu
menenetukan besarnya pajak dari keuntungan nominal bukan dari
keuntungan riil, padahal dengan adanya inflasi, maka keuntungang riil lebih
kecil sedangkan pajak yang dibayarkan lebih besar).
Dalam teori klasik, bahwa bunga merupakan harga kapital (price of
capital), dimana apabila permintaan modal (uang) naik maka bunga akan
naik pula, tetapi orang meminta uang atau meminjam uang bukan semata-
mata untuk investasi tetapi juga untuk transaksi (konsumsi) dan spekulasi.
Meskipun demikian peminjam tetap dikenakan bunga. Itulah sebabnya
dalam ekonomi kapitalis, kegiatan transaksi ekonomi lebih banyak di sektor
keuangan ini dibandingkan dengan sektor riil.
Selanjutnya diketahui pula bahwa, tingkat bunga mempunyai hubungan
dengan tingkat inflasi. Hubungan tingkat bunga nominal dan tingkat bunga
riil dengan inflasi dapat ditulis sebagai berikut:
i=r+
Persamaan di atas merupakan persamaan Irving Fisher (Fisher equation).
Dari persamaan tersebut ditunjukkan bahwa, tingkat bunga bisa berubah
karena dua alasan (Makiw. 2007) yaitu;
1). Karena tingkat bunga riil berubah dan
2). Karena tingkat inflasi berubah
Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar
1 persen menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 1 persen,
selanjutnya dari persamaan Fisher dapat dinyatakan pula bahwa kenaikan 1
persen tingkat inflasi akan menaikkan suku bunga nominal sebesar 1
persen. Dari fakta ini jelas bahwa suku bunga dan inflasi mempunyai
hubungan yang positif.

2.6 Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP

10
Nilai uang menjadi sangat penting karena perubahan nilai uang yang
salah satunya ditunjukkan oleh inflasi sangat berpengaruh terhadap kegiatan
ekonomi baik disektor moneter maupun sector riil. Misalnya jika terjadi
kenaikan harga-harga umum (inflasi), maka respon kebijakan bank sentral
(Bank Indonesia) adalah menaikan tingkat suku bunga acuannya,
selanjutnya kenaikan tersebut akan berpengaruh terhadap suku bunga
dipasar uang, misalnya suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB)m, suku
bunga deposito dan suku bunga kredit (investasi, Modal dan konsumsi) yang
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap output (GDP) dan inflasi. Berikut
hubungan antara kenaikan harga umum (inflasi) terhadap suku bunga.

Untuk diketahui, suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan


perekonomian dari suatu negara yang akan berimbas pada kegiatan
perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan
currency.

Dan biasanya negara-negara besar (merupakan negara yang


memiliki currency terbesar dalam transaksi di bursa), aktivitas ekonomi
yang terjadi di negara-negara tersebut memiliki pengaruh yang kuat
terhadap fundamental perekonomian dunia.

Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank Sentral, maka akan
direspon oleh para pelaku pasar dan para penanam modal untuk

11
memanfaatkan moment tersebut guna meningkatkan produksi dan
menanamkan investasinya.

Seiring dengan itu, akan berdampak juga pada jumlah produksi yang
bertambah dan tenaga kerja yang juga akan semakin bertambah. Akibatnya
ekspor bertambah dan jumlah pengangguran menurun, sehingga devisa
yang masuk ke negara tersebut semakin menguatkan dollar terhadap mata
uang lain.

Demikian pula sebaliknya, bila saja suku bunga menurun, produksi


industri akan berkurang karena produsen akan membatasi kerugian. Apabila
jumlah produksi berkurang, maka akan melemahkan mata uang tersebut.

Kenaikan suku bunga sangatlah dikhawatirkan oleh para kreditur


dan tingkat penjualan perumahan yang semakin menurun karena membuat
pajak pinjaman modal dan kredit perumahan semakin meningkat, tanpa
didukung dalam kelancaran produksi dan bisnis yang menunjang, akan
berimbas pada kredit macet

Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan


menurunkan suku bunga yang semuanya harus berpihak pada kesejahteraan
rakyat dalam negeri sebagai prioritas utama.

Dampak ekonomi dari sebuah perubahan suku bunganya


diantaranya akan berpengaruh pada adalah:

GDP

(Gross Domestik Product) sebagai indikator tingkat kesehatan atas


pertumbuhan ekonomi suatu negara. GDP merupakan indeks utama
sistem akun nasional (Sistem of National Accounts - SNA) yang
dikarakteristik oleh hasil final dari kesatuan aktifitas program
ekonomi - penduduk, dan pengukuran biaya barang dan jasa, yang
diproduksi oleh kesatuan untuk penggunaan akhir. GDP adalah
indeks utama, yang menunjukkan kondisi ekonomi nasional. GDP
adalah indikator produk manufaktur, yang berjumlah pada biaya

12
produksi final barang dan jasa. Ini berarti, biaya barang dan jasa
lanjutan, yang digunakan dalam produksi (seperti barang mentah,
bahan-bahan, bahan bakar, bibit, makanan ternak, layanan
pengangkutan udara, harga grosir, layanan komersil dan finansial,
dll) tidak termasuk dalam GDP. Jika tidak, GDP akan mengandung
akun berulang. Selain itu, GDP adalah produk domestik, karena
diproduksi oleh penduduk. Penduduk adalah kesatuan ekonomi
(usaha maupaun rumah tangga), dengan mengabaikan indentitas
nasional dan kewarga negaraannya, yang memiliki suku bunga
ekonomi dalam wilayah ekonomi negara.

Kredit Perumahan Rakyat

Pengadaan perumahan merupakan bagian terpenting dalam


menunjang kesejahteraan hidup manusia, pentingnya data ini
terletak pada kemampuannya untuk memicu perubahan kondisi
perekonomian, memprediksi perubahan tingkat pertumbuhan.
Turunnya jumlah unit perumahan baru dapat memperlambat
perekonomian dan mendorong ke arah resesi. Sebaliknya,
peningkatan pada jumlah unit perumahan baru mengindikasikan
tumbuhnya perekonomian.

Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate)

Dampak yang harus diperhatikan dalam kebijakan naik-turunnya


suku bunga apakah semakin meningkatkan peluang usaha dan
peluang kerja atau malah justru meningkatkan pengangguran dan
PHK. Dan perlu diketahui, pengangguran terjadi
akibat ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dan orang
yang membutuhkan pekerjaan,sehingga hanya sedikit yang
mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

13
Disisi lain, suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh pihak
bank atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka
waktu tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa suku bunga itu merupakan balas jasa yang akan diterima kemudian
atas pengorbanan yang dilakukan atau kata lain suku bunga adalah harga
dari penggunaan uang atau sebagai sewa penggunaan uang dalam jangka
waktu tertentu.

Pada prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau
sebagai sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, yang
umumkan dalam 'persentase'.

Setiap masyarakat (atau investor) yang melakukan interaksi dengan


bank, baik interaksi dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit),
akan selalu terkait dan dikenakan dengan yang namanya bunga. Bagi
masyarakat (atau investor) yang menanamkan dananya pada bank, baik itu
simpanan tabungan, deposito dan giro akan diberikan suku bunga simpanan
(dalam bentuk %).

Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat


mau menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga
simpanan, maka masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya
pada bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan.

Dan begitu sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka


minat masyarakat (atau investor) dalam menabung akan berkurang sebab
masyarakat berpandangan tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh
dimasa yang akan datang dari bunga adalah sangat kecil.

2.7 Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran


Inflasi dan pengangguran merupakan keburukan kembar dalam
setiap perekonomian. Untuk memahami arti penting keburukan kember ini,

14
maka dituangkan dalam matrik indikator kesejahteraan nasional dalam
bentuk indeks kesengsaraan (Misery Indexs). Indeks ini didefinisikan
sebagai penjumlahan tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan
pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi
yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat
inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding
dengan harga barang impor.

Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif


lebih murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing
barang domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor
cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik. Kurang
bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya
permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi.
Sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan
menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.
Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi
merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara.
Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan
tingkat bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan
negatif di sektor riil.

Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin


tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran
merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik
buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara. Hubungan antara
tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran untuk jangka pendek dapat
dijelaskan dengan menggunakan Kurva Phillip yang dikemukakan oleh
ekonom bernama A.W. Phillips.

15
Dari penjelasan diatas saya dapat berpendapat bahwa inflasi sangat
berpengaruh besar pada pengangguran di suatu negara terlebih jika
pemerintah di negara yang mengalami inflasi mengeluarkan kebijakan yang
tidak tepat dan malah dapat memburuk keadaan ekonomi di negara tersebut.
dari penjelasan diatas inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat yang
cenderung menurun, dengan hal tersebut berdampak pada pelaku usaha
didalam negri untuk menekan biaya produksi agar usaha miliknya tidak
mengalami kebangkrutan.

Salah satu solusi untuk menekan biaya produksi adalah dengan


mengeluarkan atau mem - phk kan sebagian pekerjanya. Dan dari situ lah
mulai bermunculan pengangguran yang disebabkan oleh inflasi. Jadi
menurut saya inflasi itu sangat berpengaruh bagi perekonomian termasuk
angka pengangguran di suatu negara.

2.8 Dampak Inflasi


Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung dari
parah atau tidaknya inflasi. Inflasi ringan, mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja,
menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang
parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.

Adapun pengaruh atau akibat dari inflasi terhadap masyarakat dan individu
adalah sebagai berikut :
Kesenjangan distribusi pendapatan
Saat terjadi inflasi, tanah, rumah akan mengalami kenaikan harga.
Kenaikan harga tersebut seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi.

16
Namun sebaliknya pendapaatn riil penduduk berpenghasilan rendah
akan merosot. Dengan demikian inflasi akan memperlebar
kesenjangan distribusi pendapatan diantara anggota
masyarakat.Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila
pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya
produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha
besar). Bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha
kecil).
Pendapatan riil merosot
Orang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan karena
terjadinya inflasi. Daya beli uangnya menurun atau pendapatan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Nilai riil tabungan dan pinjaman merosot
Hal ini terjadi pada masyarakat yang menyimpan sebagian
kekayaannya dalam bentuk depostio dan tabungan di bank. Pada saat
inflasi, nilai tabungan akan merosot. Masyarakat yang memegang
uang tunai akan rugi karena nilai riil turun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang.
Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari
bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang
meminjam uang dari bank (debitur), inflasi mendatangkan
menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.
Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan
mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah
jika dibandingkan pada saat peminjaman. Secara umum, inflasi
dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal
yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,

17
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan
merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

2.9 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Inflasi di Indonesia


Penyebab inflasi di Indonesia Kita sering kali mendengar
terjadinya kenaikan harga harga yang disertai dengan naiknya harga jasa
didunia, kenaikan tersebut terjadi bukan hanya dalam waktu sehari dua hari
namun kenaikan itu terjadi dalam jangka waktu yang lama. Siring dengan
adanya pemberitaan tentang naiknya harga harga barang dan juga jasa yang
secara serentak kita juga sering mendengar kata inflasi. Inflasi memang
suatu masalah ekonomi yang kerap kali terjadi, inflasi bukan hanya terjadi
di Negara Indonesia saja melainkan terjadi pada semua Negara yang ada di
dunia ini.
Inflasi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, pembagian inflasi
itu sendiri berdasarkan atas tingkat dari keparahannya. Inflasi atau kenaikan
harga harga terjadi bukan karena tidak ada sebab atau terjadi kenaikan
begitu saja. Namun terjadinya inflasi atau kenaikan itu ada penyebabnya.
Karena saya tinggal di Negara Indonesia maka dari itu saya akan bahas
tentang penyebab inflasi di Indonesia. Apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya inflasi di Indonesia? Semua itu akan saya uraikan secara lebih
jelas pada penjelasan di bawah.

Penyebab inflasi
Jika kita bicara masalah inflasi pasti yang ada dibenak
anda pertama kali adalah tentang kenaikan harga, karena inflasi itu sendiri
merupakan kejadian dimana harga- harga barang dan juga jasa mengalami
kenaikan secara bersama sama dalam kurun waktu yang lama. Terjadinya

18
inflasi di Negara kita bukan tanpa sebab, tapi ada beberapa penyebab yang
mengakibatkan terjadinya inflasi.
Agar terhindar dari inflasi kita harus mengetahui penyebab inflasi
itu sendiri, sebab untuk mengatasi terjadinya inflasi salah satunya adalah
dengan mengetahui penyebab nya terlebih dahulu baru setelah itu mencari
cara untuk mengatasinya. Jadi sebelum dibahas tentang bagaimana cara
untuk mengatasi inflasi ada baiknya dibahas tentang penyebab terjadinya
inflasi terlebih dahulu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

19
1. Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa
secara umum dan terus menerus
2. Jenis-Jenis Inflasi
o Demand Pull Inflation
o Cost Push Inflation
o Bottle neck inflasi
3. Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang
digunakan untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga
merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur
inflasi di Indonesia.
4. Pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu penting dalam
literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia
5. Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan
menurunkan suku bunga yang semuanya harus berpihak pada
kesejahteraan rakyat dalam negeri sebagai prioritas utama

20
Daftar Pustaka

Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra


Wacana Media

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)

http://www.apapengertianahli.com/2015/05/pengertian-inflasi-jenis-jenis-
inflasi-cara-penanganan.html
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)

https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_harga_konsumen
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53183
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)

http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=124892
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)

http://diazdarmawan95.blogspot.co.id/2015/03/pengaruh-inflasi-terhadap-
pengangguran.html
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)

http://aranipratiwi.blogspot.co.id/2011/03/inflasi-dan-dampaknya-
terhadap.html
(diakses: pada hari Senin, 3 Maret 2017)

21

Anda mungkin juga menyukai