Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal
kebudayaan, juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak mungkin tidak
berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri.
Masyarakat dipahami sebagai suatu keluarga tetapi keluarga yang besar.
Landasan utama suatu keluarga ialah kasih sayang di antara para anggotanya.
Hidup bermasyarakat haruslah dilandasi oleh kasih sayang dengan
mewujudkan dan senantiasa menjaga kerukunan. Kerukunan merupakan tiang
utama kehidupan kemasyarakatan, karena kerukunan memberikan kekuatan,
sedangkan pertikaian membicarakan mendatangkan kehancuran. Apabila
timbul persoalan di antara anggota masyarakat, maka harus diselesaikan
sebaik-baiknya dengan bermusyawarah secara kekeluargaan), karena
masyarakat itu sejatinya merupakan suatu keluarga besar. Kedudukan dan
fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan
fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan
masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam
bimbingan tanggung jawab orangtuanya.
Dengan demikian fungsi budaya akan sangat berarti peranannya apabila
fungsi keluarga dapat di jalankan dengan baik, sebab di dalam suatu keluarga
akan di tanamkan bagaimana cara bersosialisasi,mencintai budaya bangsa,
sehingga bila kelak sudah bermasyrakat telah mengenal beragamnya budaya,
maupun adat istiadat di Tanah Air dari sabang hingga merauke. Penyusunan
naskah tulisan ini akan berbicara jauh mengenai peranan keluarga dalam
kehidupan masyarakat berbudaya

1
Istilah budaya atau kebudayaan memiliki cakupan makna yang amat luas,
karena pada hakikatnya kebudayaan merupakan seluruh aktivitas manusia,
baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Memahami aktivitas manusia
sebagai makhluk sosio-kultural berarti melahirkan tuntutan untuk memahami
sistem atau konfigurasi nilai-nilai yang dipegang oleh manusia, karena cara
berpikir, cara berekspresi, cara berperilaku, dan hasil tindakan manusia pada
dasarnya bukan hanya sekadar reaksi spontan atas situasi objektif yang
menggejala di sekitarnya, melainkan jauh lebih dalam dikerangkai oleh suatu
sistem atau tata nilai tertentu yang berlaku dalam suatu kebudayaan.Suatu tata
nilai budaya tertentu tidak selalu terumuskan secara eksplisit dan sistematik,
namun biasanya diam-diam telah bersemayam dalam kesadaran kolektif
masyarakat bersangkutan. Sistem nilai yang dimaksud biasanya meresap dan
menggejala dalam ide-ide, gagasan-gagasan, bahkan keyakinan-keyakinan
tertentu yang menjadi kerangka penuntun cara berpikir sekaligus isi pikiran,
yang pada gilirannya terekspresikan dalam pola perilaku dan hasil-hasilnya
yang kongkrit dalam kehidupan.

B. Masalah Yang Di Ambil


Masalah yang kali ini saya ambil adalah tentang :

1. Masalah Perilaku Kesehatan

2. Masalah Kesehatan lingkungan

3. Penyehatan lingkungan pemukiman

4. Penyediaan air bersih

5. Pengelolaan limbah dan sampah

6. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan

7. Masalah Pelayanan Kesehatan

8. Petugas kesehatan yang profesional


C. Tujuan

2
Seorang manusia harus berguna bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.
Oleh karena itu, tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dampak kurangnya mengetahui masalah kesehatan.
2. Dapat mengatasi masalah tersebut.
3. Mencari penyebab dari masalah kesehatan tersebut.
4. Mencari metode dan langkah untuk mengatasi masalah kesehatan di
masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

3
MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

A. Penanggulangan Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang


sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit
penyakit. Kondisi sehat dapat dilihat dari dimensi produksi dan dimensi
konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai salah satu
modal produksi atau prakondisi yang dibutuhkan seseorang sehingga dapat
beraktivitas yang produktif.
Salah satu upaya mewujudkannya dalam industri dikembangkan konsep
kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Dimensi konsumsi menjelaskan
manfaat sehat sebagai kondisi yang dibutuhkan setiap manusia untuk
dinikmati sehingga perlu disyukuri. Dimensi ini melahirkan pemahaman
upaya manusia untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan agar
terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan. Usaha-usaha preventif dan
promotif seperti gizi, sanitasi, konseling genetika, asuransi, estetika termasuk
di dalamnya.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan
menggerakkan potensi seluruh masyarakat. Konsep kesehatan masyarakat
berkaitan dengan perubahan perilaku sehat akan lebih terbentuk dan bertahan
lama bila dilandasi kesadaran sendiri (internalisasi) sehingga konsep upaya
sehat dari, oleh dan untuk masyarakat sangat tepat diterapkan.
Pemerintah Indonesia sudah mengembangkan konsep Desa Siaga yang
menggunakan pendekatan pengenalan dan pemecahan masalah kesehatan dari,
oleh dan untuk masyarakat sendiri. Peranan petugas kesehatan sebagai
stimulator melalui promosi kesehatan dilakukan dengan memberikan pelatihan
penerapan Desa Siaga. Kegiatan diwujudkan melalui rangkaian pelatihan
mengidentifikasi masalah kesehatan dengan mengenalkan masalah kesehatan
dan penyakit yang banyak terjadi dalam lingkungan mereka dilanjutkan
survey mawas diri (SMD) dan aplikasi upaya mengatasi yang disepakati
masyarakat berupa musyawarah masyarakat desa (MMD). Harapan

4
pemerintah agar upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat
lebih cepat dan lebih awet karena masyarakat mampu mandiri untuk sehat.
Tanpa pemahaman terhadap penyakit dan masalaah kesehatan masyarakat
oleh petugas kesehatan maka tidak akan memiliki dasar pemahaman yang
kuat. Implikasinya akan terjadi semakin jauh kesenjangan pemahaman
konsep penyakit dan masalah kesehatan antara petugas kesehatan dan
masyarakat sehingga gagal dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

B. Masalah Kesehatan Masyarakat

Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia


perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku
kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan
menimbulkan berbagai masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan
anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular.
Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau
komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok
lanjut usia dan kelompok pekerja.

1. Masalah Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di


Amerika Serikat memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status
kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia diduga faktor
perilaku justru menjadi faktor utama masalah kesehatn sebagai akibat masih
rendah pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut
mungkin terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan
masyarakat untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku diawali respon
terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek
tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap
obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah respon

5
pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari
kedua respon di atas. Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena
terbentuk tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu.
Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan
membutuhkan sumber pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
kesehatan kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu
masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat.
Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila
pengetahuan yang mendasari perilaku diperkuat dengan bukti manfaat karena
perilaku seseorang dilandasi motif. Bila seseorang dapat menemukan manfaat
dari berperilaku sehat yang diharapkan oleh petugas kesehatan maka
terbentuklah sikap yang mendukung.
Perilaku sendiri menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok
yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling
factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka
perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu melakukan intervensi
terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki perilaku
yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

2. Masalah Kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum


sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan
masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi
penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan
limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan
makanan.

3. Penyehatan lingkungan pemukiman

6
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah
satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang
tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah
kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan
berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat
berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan
populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut
antara lain luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air
bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah,
fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta gudang dan kandang
ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah sehat dapat
menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun
sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya
mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.

4. Penyediaan air bersih

Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi, memasak dan
mencuci. Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal
sebagai air yang dikonsumsi. Syarat air minum yang sehat antara lain syarat
fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air minum sehat memiliki
karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu di bawah suhu
udara sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen (syarat bakteriologis)
dan mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat
kimia). Di Indonesia sumber-sumber air minum dapat dari air hujan, air
sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan air sumur dalam. Sumber-
sumber air tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang membutuhkan
pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum.

Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau
penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.

7
5. Pengelolaan limbah dan sampah

Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga,


industri atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau
benda padat yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan
manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan
polusi terhadap kesehatan lingkungan.
Pengolahan kotoran manusia membutuhkan tempat yang memenuhi syarat
agar tidak menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta
menimbulkan polusi bau dan mengganggu estetika. Tempat pembuangan dan
pengolahan limbah kotoran manusia berupa jamban dan septic tank harus
memenuhi syarat kesehatan karena beberapa penyakit disebarkan melalui
perantaraan kotoran.
Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganik serta bahan
berbahaya, memiliki 2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan
pengangkutan sampah serta pemusnahan dan pengolahan sampah.
Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan pencemaran air dan
tanah sehingga pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang tidah
berbahaya. Syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik, bakteriologis
dan kimia. Pengolahan air limbah dilakukan secara sederhana dan modern.
Secara sederhana pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan pengenceran
(dilusi), kolam oksidasi dan irigasi, sedangkan secara modern menggunakan
Sarana atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (SPAL/IPAL).

6. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan

Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar


dan lain-lain sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan
makanan (pabrik atau industri makanan) dan tempat penjualan makanan (toko,
warung makan, kantin, restoran, cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan
syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta pengolahan limbah dan sampah.

7. Masalah Pelayanan Kesehatan

8
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan
optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan
syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan.
Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat
masyarakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta
membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang
profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana
pendukung) seta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).

8. Petugas kesehatan yang profesional

Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenaga medis, paramedis


keperawatan, paramedis non keperawatan dan non medis (administrasi).
Profesionalitas tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan
ditunjukkan dengan kompetensi dan taat prosedur.ini masyarakat banyak
menerima pelayanan kesehatan di bawah standar akibat kedua syarat di atas
tidak dipenuhi. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi karena
kurangnya tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi secara merata
melahirkan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan tidak sesuai
kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif ekonomi sering
menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara maksimal. Masyarakat
cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan keterpaksaan.
Walaupun pemerintah telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan
kesehatan di Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga
kesehatan maupun program peningkatan kompetensi dan pemerataan
distribusi tenaga kesehatan tetapi belum seluruh petugas kesehatan
mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat petugas kesehatan yang masih
banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan aspek
preventif dan promotif dalam pelayanan kesehatan belum dominan. Perilaku
sehat masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat dikalahkan oleh
perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya pada saat sakit.

9
9. Sarana bangunan dan pendukung

Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan saat


ini diatasi dengan konsep Desa Siaga yaitu konsep memandirikan masyarakat
untuk sehat. Sayangnya kondisi tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh
masyarakat karena lebih dominannya perilaku sakit. Pemerintah sendiri selain
dana APBN dan APBD, melalui program Bantuan Operasional Kegiatan
(BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana pelayanan kesehatan
rujukan telah banyak meningkatkan mutu sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan di Indonesia.

10. Pembiayaan kesehatan

Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat


mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Faktor yang
merupakan faktor pendukung (enabling factors) masyarakat untuk berperilaku
sehat telah dilakukan di Indonesia melalui asuransi kesehatan maupun dana
pendamping. Sebut saja asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil (PT.
Askes), polisi dan tentara (PT. Asabri), pekerja sektor industri (PT.
Jamsostek), masyarakat miskin (Jamkesmas Program Keluarga Harapan),
masyarakat tidak mampu (Jamkesda) bahkan masyarakat umum (Jampersal
dan asuransi perorangan). Namun tetap saja masalah pembiayaan kesehatan
menjadi kendala dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu terkait
kesadaran masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih dominan
sehingga upaya kuratif yang membutuhkan biaya besar cenderung
menyebabkan dana tidak tercukupi atau habis di tengah jalan. Karena itu
diperlukan perubahan paradigma masyarakat menjadi Paradigma Sehat
melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas kesehatan secara terus menerus.

11. Masalah Genetik

Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor


genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Mellitus,

10
infertilitas dan lain-lain tetapi juga masalah sosial seperti keretakan rumah
tangga sampai perceraian, kemiskinan dan kejahatan. Masalah kesehatan dan
penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyak disebabkan kurang
paham terhadap penyebab genetik, disamping sikap penolakan karena faktor
kepercayaan. Agar masyarakat dapat berperilaku genetik yang sehat
diperlukan intervensi pendidikan kesehatan disertai upaya pendekatan kepada
pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh masyarakat dan penguasa wilayah).
Intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui konseling genetik,
penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya pemeriksaan
genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit atau masalah kesehatan
pada keturunannya.

C. Langkah Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan Di Dalam


Masyarakat

Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan,


diperlukan suatu proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana
yang menyeluruh (komprehensif dan holistik). Perencanaan kesehatan adalah
kegiatan yang perlu dilakukan di masa yang akan datang, yang jelas
tujuannya. Langkah-langkah perencanaan sebetulnya bersifat generik, yaitu
sama dengan alur pikir siklus pemecahan masalah, langkah-langkah pokok
yang perlu dilakukan adalah :

1. Analisis situasi

2. Identifikasi masalah dan menetapkan prioritas

3. Menetapkan tujuan

4. Melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik

5. Menyusun rencana operasional.

11
Kelima langkah pokok di atas harus dilaksanakan secara berurutan
(sistematis). Setiap langkah yang dilakukan memiliki tujuan sendiri. Analisis
situasi sebagai langkah awal dalam perencanaan harus dilakukan sebaik
mungkin, sehingga dapat diperoleh gambaran tentang masalah kesehatan
yang ada serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut,
yang merupakan tujuan dari analisis ini, pada akhirnya akan diperoleh hasil
dari analisis ini yang merupakan titik tolak perencanaan kesehatan terpadu dan
dalam langkah selanjutnya diikuti oleh kegiatan untuk merumuskan masalah
secara jelas, sekaligus menentukan prioritas masalah-masalah tersebut. Yang
dimaksud dengan masalah dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas pada
masalah gangguan kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang
mempengaruhi kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan dan
pelayanan kesehatan). Menurut definisi, masalah adalah terdapatnya
kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, cara
perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas
menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan secara
kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif. Identifikasi dan prioritas masalah
kesehatan merupakan bagian dari proses perencanaan harus dilaksanakan
dengan baik dan melibatkan seluruh unsur terkait, termasuk masyarakat.
Sehingga masalah yang ditetapkan untuk ditanggulangi betul-betul merupakan
masalah dari masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk
menanggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan aktif
didalamnya.

D. Cara Alternatif Mengatasi Berbagai Penyakit Yang Ada di Masyarakat

Salah kaprah jika selalu mengidentikkan hipnosis dengan mistik ataupun


aksi kejahatan. Hipnosis justru membantu mengatasi beragam masalah seperti
gangguan cemas, ketakutan, dan obesitas.
Seiring bermunculannya penyakit baru, ilmu pengobatan pun terus
mencari ceruk untuk berkembang. Tak perlu mempertentangkan atau

12
mengotak-kotakkan antara pengobatan medis dan alternatif. Apa pun jenisnya,
pada dasarnya memiliki tujuan sama yang mulia, yakni memperbaiki kondisi
kesehatan pasien dan menyembuhkannya.
Salah satu pilihan pengobatan yang tengah menjadi tren saat ini adalah
hipnoterapi. Metode yang didasarkan pada teknik hipnosis ini sejatinya
bukanlah hal baru, tetapi sudah diterapkan dalam dunia kedokteran medis
sejak dua abad silam. Para dokter menyebutnya sebagai medical hypnosis
(hipnosis kedokteran)
Hipnosis kedokteran merupakan upaya mengoptimalkan pemberdayaan
energi bawah sadar seseorang di bidang kedokteran, disamping penggunaan
alat dan obat-obatan, ujar konsultan hipnosis Kedokteran dari RSPAD Gatot
Subroto Jakarta, Dr. Tb Erwin Kusumah SpKJ(K).
Proses hipnosis dilakukan oleh hipnotis (orang yang menghipnosis) atau
dalam hal ini disebut juga hipnoterapis. Dalam hipnoterrapi, sang terapis
berupaya menanamkan sugestipositif pada jiwa bawah sadar (alpha state)
manusia.
Untuk membangkitkan jiwa bawah sadar, pasien harus masuk pada fase
relaksasi, yakni mengistirahatkan jiwa sadarnya. Dalam kondisi ini, rekaman
bawah sadar seperti gangguan kesehatan yang dirasakan akan diketahui. Nah,
rekaman bawah sadar yang salah atau keliru akan akan diperbaharui melalui
pemberian sugesti positif dari sang terapis. Sugesti ini diberikan terus-
menerus sehingga tercapai keadaan yaitu rekaman bawah sadar yang keliru
menghilang dan digantikan sugesti positif.
Adapun sukses tidaknya penanaman sugesti positif ini bisa berbeda-beda
pada masing-masing pasien, tergantung berat ringannya penyakit dan kemauan
untuk sembuh dalam diri pasien itu sendiri. Adapun terapis dalam hal ini
hanya berperan sebagai fasilitator yang memperbaiki ketidak seimbangan
yang terjadi dalam tubuh pasien.
Dalam hipnoterapi, harus ada kerjasama yang baik antara terapis dengan
pasien. Contohnya pada hipnoterapi untuk stop merokok, harus dipastikan
bahwa keinginan untuk berhenti merokok berasal dari dalam diri orang
tersebut, bukannya karena disuruh mertua atau pacar misalnya,tutur ahli

13
hypnosis yang juga menjadi juri dalam program The Master di RCTI, Romy
Rafael.
Saat ini tidak sulit menemukan klinik ataupun rumah sakit di Jakarta yang
menawarkan layanan hipnoterapi. Metode terapi ini terbukti dapat membantu
seseorang yang mengalami masalah kesehatan fisik, mental, dan spiritual
untuk kembali menemukan keutuhan dirinya. Beberapa masalah seperti
kecemasan, stress, ketakutan, fobia, insomnia, obesitas hingga gangguan
seksual dapat diupayakan kesembuhannya melalui hipnoterapi.
Teknik ini juga dapat digunakan untuk membantu memotivasi seseorang
guna mencapai suatu tujuan positif tertentu, semisal mengurangi kebiasaan
merokok dan mengendalikan adiksinarkoba. Orang tua yang memiliki anak
bermasalah pun dapat mempelajari hypnoparenting; sementara ibu hamil dapat
memilih hypnobirthing demi persalinan yang lebih aman dan minim rasa sakit.
Sedemikian potensialnya hipnoterapi dalam mengatasi beragam masalah
kesehatan tak urung membuat Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah
Supari penasaran.Dulu saya rutin berolahragaseperti jogging dua kali
seminggu. Tapi sejak menjabat menteri saya tidak lagi punya waktu untuk
berolahraga, tidur pun Cuma tiga jam sehari. Padahal, kalau susah tidur
efeknya ngemil. Makanya berad badannya naik, ungkap Menkes saat sang
Master Hypnotist Romy Rafael bersama tim dari RCTI bertandang ke
kediaman Menkes di Jalan Denpasar, Jakarta, kemarin.
Dalam perbincangan santai yang juga dihadiri kepala badan POM Husniah
Rubiana Thamrin tersebut, Menkes menyatakan harapannya terhadap
hipnoterapi sebagai salah satu alternatif potensial dalam mengatasi masalah
kesehatan masyarakat, misalnya mengurangi angka perokok di Indonesia yang
terus membengkak.

Secara pribadi, Menkes juga menyatakan ketertarikannya menjajal hipnoterapi,


tetutama untuk penurunan berat badan, menghentikan kebiasaan ngemil, dan
mengatasi kebiasaan yang menurut beliau agak aneh, yaitu tidak bisa tidur
sendiri,di mobil atau di pesawat saya justru bisa tertidur, karena banyak
orang,ungkap Menkes seraya tertawa (SINDO)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15
Kesehatan masyarakat memiliki tujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan menggerakkan seluruh potensi masyarakat. Dapat
diartikan bahwa perilaku sehat masyarakat harus ditingkatkan dan dipelihara
oleh petugas kesehatan. Kondisi masalah kesehatan di Indonesia sebagian
besar terkait perilaku masyarakat dan petugas kesehatan yang belum
sepenuhnya mendukung menuju perilaku hidup sehat. Upaya merubah
perilaku masyarakat menjadi perilaku sehat dapat dilakukan dengan
pendidikan kesehatan atau secara khusus promosi kesehatan. Atas dasar
keadaan tersebut maka wajib bagi petugas kesehatan memiliki kompetensi
melakukan promosi kesehatan.

B. Saran

Ilmu Sosial Budaya Dasar adalah mata kuliah yang sangat penting untuk
kita pelajari. Dengan makalah yang saya buat ini, mudah-mudahan berguna
bagi pembacanya. Saya selaku penyusun meminta maaf jika masih banyak
terjadi kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Saya sangat
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya saya bisa
membuat makalah yang lebih baik dari sebelumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://aaknasional.wordpress.com/2012/03/12/masalah-kesehatan-masyarakat-di-
indonesia/

Azwar, Azrul, DR. MPH. Administrasi Kesehatan ; JakartaBina Rupa Aksara,


1988Maidin, Alimin,dr.MPH, Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan

http://info-sehat-kesehatan.blogspot.com/2009/08/cara-alternatif-atasi-masalah-
kesehatan.html

Buku Ilmu Sosial Budaya Dasar

17
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Berkat kudrat dan iradat-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang
membahas tentang PENANGGULANGAN KESEHATAN DI DALAM
MASYARAKAT.Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ilmu
sosial Budaya Dasar Program Studi S1 Ilmu Keperawatan semester I.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada penyusun sehingga laporan ini
dapat diselesaikan.Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan
kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Pontianak, 12 Januari 2013

Penyusun

18
DAFTAR
i ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Masalah Yang Di Ambil.............................................................. 2
C. Tujuan.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA............. 4
A. Penanggulangan Masalah Kesehatan
Masyarakat di Indonesia.............................................................. 4
B. Masalah Kesehatan Masyarakat.................................................. 5
1. Masalah Perilaku Kesehatan................................................. 5
2. Masalah Kesehatan lingkungan............................................. 6
3. Penyehatan lingkungan pemukiman...................................... 7
4. Penyediaan air bersih............................................................ 7
5. Pengelolaan limbah dan sampah........................................... 8
6. Pengelolaan tempat-tempat
umum dan pengolahan makanan........................................... 8
7. Masalah Pelayanan Kesehatan.............................................. 9
8. Petugas kesehatan yang profesional...................................... 9
9. Sarana bangunan dan pendukung.......................................... 10
10. Pembiayaan kesehatan........................................................... 10
11. Masalah Genetik.................................................................... 11
C. Langkah Dalam Menanggulangi Masalah
Kesehatan Di Dalam Masyarakat................................................ 11
D. Cara Alternatif Mengatasi Berbagai Penyakit

19
Yang Ada di Masyarakat............................................................. 12

BAB III PENUTUP........................................................................... 16


ii
A. Penutup........................................................................................ 16
B. Saran............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ iii

20
iii
TUGAS INDIVIDU

PENANGGULANGAN KESEHATAN DI DALAM MASYARAKAT

Oleh

Nama : Taufik Kurniawan

Mata Kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar

Kelas : REG A Semester I 2012

Nim : I31112055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2013-2014

21

Anda mungkin juga menyukai