Anda di halaman 1dari 12

SARI PUSTAKA

HIPERTENSI URGENSI
Disusun oleh :

Elda Oncossya Panggabean

1061050134

Jacly H.P Saragi

1061050182

SARI PUSTAKA DIBUAT DALAM RANGKA

MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

PERIODE 14 DESEMBER 2015-27 FEBRUARI 2016

JAKARTA

1
Hipertensi Urgensi

Disusun oleh :

Elda Oncossya Panggabean

1061050134

Jacly H.P Saragi

1061050182

Telah disetujui oleh Pembimbing

dr. Frits R.W. Suling, Sp.JP(K), FIHA,FASCC

2
ABSTRAK

Hipertensi urgensi merupakan salah satu kegawatan dibidang kardiovaskular yang sering
dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi urgensi (mendesak) yaitu peningkatan
tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara mendadak tanpa
disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan
dalam 24 jam dengan memberikan obat obatan anti hipertensi oral. Sedangkan
hipertensi emergensi (darurat) yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ target.

Kata Kunci : Hipertensi, Krisis Hipertensi, Hipertensi Urgensi

ABSTRACT

Hypertensive urgency is one of the emergencies in Cardiovascular which is seen often in


the Emergency Room. Hypertensive urgency means systolic blood pressure is > 180
mmHg or diastolic blood pressure is > 120 mmHg in all of a sudden without any target
organ damage. In this situation, blood pressure must immediately controlled by giving
oral medications in less than 24 hours. Hypertensive crisis means systolic blood pressure
is > 180 mmHg or diastolic blood pressure is > 120 mmHg in all of a sudden with organ
damage.

Keywords : Hypertension, Hypertensive Crisis, Hypertensive Urgency

3
H ipertensi atau tekanan darah
tinggi termasuk penyakit dengan
prevalensi terbesar di seluruh dunia.
sebagai faktor risiko utama kejadian
kardiovaskular.4,5

Kondisi ini menjadi tantangan dalam


kesehatan masyarakat, karena tingginya DEFINISI
morbiditas dan mortalitas, serta biaya yang
harus dikeluarkan pasien. Selama beberapa Hipertensi urgensi (mendesak) yaitu
dekade, walaupun telah dilakukan berbagai peningkatan tekanan darah secara
penelitian, pelatihan serta edukasi pada mendadak tanpa disertai kerusakan organ
masyarakat dan dokter, prevalensi penyakit target. Pada keadaan ini tekanan darah
ini tetap meningkat. Hal ini dikarenakan harus segera diturunkan dalam 24 jam
belum ada perubahan yang berarti dari dengan memberikan obat obatan anti
gaya hidup di masyarakat saat ini.1 hipertensi oral. Sedangkan hipertensi
emergensi (darurat) yaitu peningkatan
Berdasarkan Riset Kesehatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau
Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi diastolik > 120 mmHg secara mendadak
hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% disertai kerusakan organ terget. Hipertensi
dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. emergensi ini harus ditanggulangi sesegera
Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi mungkin dalam satu jam dengan
berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya memberikan obat obatan anti hipertensi
pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. intravena.3,5,6
Pada orang dewasa, peningkatan tekanan 1. Hipertensi refrakter: respons
darah sistolik sebesar 20 mmHg pengobatan tidak memuaskan dan
menyebabkan peningkatan 60% risiko Tekanan darah > 200/110 mmHg,
kematian akibat penyakit kardiovaskuler.2 walaupun telah diberikan pengobatan
yang efektif (triple drug) pada penderita
Hipertensi urgensi merupakan salah dan kepatuhan pasien.
satu kegawatan dibidang kardiovaskular 2. Hipertensi akselerasi : Tekanan darah
yang sering dijumpai di instalasi gawat meningkat (Diastolik) > 120 mmHg
darurat.3 Hipertensi yang ditandai dengan disertai dengan kelainan fundudkopi
peningkatan tekanan darah secara akut dan KW III. Bila tidak diobati dapat
sering berhubungan dengan gejala sistemik berlanjut ke fase maligna.
yang merupakan konsekuensi dari 3. Hipertensi maligna: penderita hipertensi
peningkatan darah tersebut. Ini merupakan akselerasi dengan Tekanan
komplikasi yang sering dari penderita darahdiastolik > 120-130 mmHg dan
dengan hipertensi dan menyebabkan kelainan funduskopi KW IV disertai
penanganan segera untuk mencegah papiledema, peninggian tekanan
komplikasi yang mengancam jiwa.4 intrakranial kerusakan yang cepat dari
Sebanyak 20% pasien hipertensi yang vaskular, gagal ginjal akut, ataupun
datang ke UGD adalah pasien hipertensi kematian bila penderita tidak mendapat
krisis (urgensi atau emergensi). Dari 60 pengobatan. Hipertensi maligna,
juta penduduk Amerika Serikat 30% biasanya pada penderita dengan riwayat
diantaranya menderita hipertensi dan hipertensi essensial atupun sekunder
hampir 1 2% akan berlanjut menjadi dan jarang terjadi pada penderita yang
hipertensi urgensi dan kemudian emergensi sebelumnya mempunyai Tekanan darah
yang disertai kerusakan organ target. Data normal.
mengenai hipertensi krisis di Indonesia 4. Hipertensi enselofati: kenaikan
masih belum banyak diteliti, namun studi Tekanan darah dengan tiba-tiba disertai
Multinational Monitoring of Trends and dengan keluhan sakit kepala yang
Determinants in Cardiovacular Disease sangat, perubahan kesadaran dan
(Monica) yang dilakukan di Jakarta pada keadaan ini dapat menjadi teversible
tahun 1988 menempatkan hipertensi bila Tekanan darah diturunkan.

4
KLASIFIKASI.5 dimaksud dengan refleks autoregulasi
adalah mekanisme tubuh untuk
a. Hipertensi urgensi mempertahankan keadaan hemodinamik
b. Hipertensi emergensi yang normal. Oleh karena curah jantung
yang meningkat terjadi konstriksi sfingter
Pada tahun 2003, JNC -VII membuat pre-kapiler yang mengakibatkan
pembagian hipertensi berikut anjuran penurunan curah jantung dan peninggian
frekuensi pemeriksaan tekanan darah tahanan perifer. Pada stadium awal
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di sebagian besar pasien hipertensi
bawah ini : menunjukkan curah jantung yang
meningkat dan kemudian diikuti dengan
Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
FAKTOR PREDISPOSISI Normal <120 <80
Krisis hipertensi dapat terjadi peda Prehipertensi 120-139 80-90
hipertensi primer atau hipertensi sekunder. Hipertensi 140-150 90-99
Faktor predisposisi tejadinya krisis derajat 1
hipertensi oleh karena : Hipertensi 160 100
derajat 2
1. Hipertensi yang tidak terkontrol
kenaikan tahanan perifer yang
2. Hipertensi yang tidak terobati.
mengakibatkan kenaikan tekanan darah
Penderita hipertensi yang minum
yang menetap.5
obat: MAO inhibitor, dekongestan,
kokain.
MEKANISME AUTOREGULASI
3. Kenaikan Tekanan darah tiba-tiba
pada penderita hipertensi kronis
Autoregulasi merupakan penyesuaian
essensial(tersering)
fisiologis organ tubuh terhadap kebutuhan
4. Hipertensi renovaskular
dan pasokan darah dengan mengadakan
5. Glomeluronefritis akut
perubahan pada resistensi terhadap aliran
darah dengan berbagai tingkatan
perubahan kontraksi/dilatasi pembuluh
PATOGENESIS
darah. Bila tekanan darah turun maka akan
terjadi vasodilatasi dan jika tekanan darah
Tekanan darah terutama dikontrol oleh
naik akan terjadi vasokonstriksi. Pada
sistem saraf simpatik (kontrol jangka
individu normotensi, aliran darah orak
pendek) dan ginjal (kontrol jangka
masih tetap pada fluktuasi Mean Atrial
panjang). Mekanisme yang berhubungan
Pressure (MAP) 60 70 mmHg.6 Bila
dengan penyebab hipertensi melibatkan
MAP turun di bawah batas autoregulasi,
perubahan perubahan pada curah jantung
maka otak akan mengeluarkan oksigen
dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap
lebih banyak dari darah untuk kompensasi
awal hipertensi primer curah jantung
dari aliran darah yang menurun. Bila
meninggi sedangkan tahanan perifer
mekanisme ini gagal, maka akan terjadi
normal. Keadaan ini disebabkan
iskemia otak dengan manifestasi klinik
peningkatan aktivitas simpatik. Saraf
seperti mual, menguap, pingsan dan
simpatik mengeluarkan norepinefrin,
sinkop.5
sebuah vasokonstriktor yang
mempengaruhi pembuluh arteri dan
arteriol sehingga resistensi perifer
Pada penderita hipertensi kronis,
meningkat. Pada tahap selanjutnya curah
penyakit serebrovaskuar dan usia tua, batas
jantung kembali ke normal sedangkan
ambang autoregulasi ini akan berubah dan
tahanan perifer meningkat yang
bergeser ke kanan pada kurva, sehingga
disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang
5
pengurangan aliran darah dapat terjadi meningkatnya preload
pada tekanan darah yang lebih inggi (lihat menyebabkan kebutuhan oksigen
gambar 2).5 oleh miokard meningkat, sehingga
terjadi iskemia miokard akut.
Straagaard pada penelitiaanya 2. Pembuluh darah
mendapatkan MAP rata-rata 113 mmHg Pada arteri kecil dan arteriol
pada 13 penderita hipertensi tanpa terjadi nekrosis fibrinoid, yang
pengobatan dibandingkan 73 mmHg pada berperan penting dalam
orang normotensi. Penderita hipertensi timbulnya kerusakan target
dengan pengobatan mempunyai nilai organ.
diantara group normotensi dan hipetensi Penyulit berbahaya yang terjadi
tanpa pengobatan. Orang dengan hipertensi pada aorta adalah diseksi aorta.
terkontrol cenderung menggeser Di sini terjadi robekan pada
autoregulasi ke arah normal.5 intima aorta yang disertai
masuknya darah ke dalam
Dari penelitian didapatkan bahwa baik dinding aorta sehingga intima
orang yang normotensi maupun hipertensi, terlepas dari dindingnya.
diperkirakan bahwa batas terendah dari 3. Retina
autoregulasi otak adalah kira kira 25% di Kelainan retina merupakan
bawah resting MAP. Oleh karena itu dalam penyulit penting pada krisis
pengobatan hipertensi krisis, penurunan hipertensi. Pada umumnya terjadi
MAP sebanyak 20 25% dalam beberapa eksudat, perdarahan, dan papil
menit atau jam, tergantung dari apakah bentung yang bisa menyebabkan
emergensi atau urgensi. Penurunan tekanan kebutaan.
darah pada penderita diseksi aorta akut 4. Ginjal
ataupun oedema paru akibat payah jantung Pada ginjal bisa terjadi
kiri dilakukan dalam tempo 15 30 menit kerusakan progresif karena atrofi
dan bisa lebih cepat lagi dibandingkan iskemik daeri nefron. Hal ini
hipertensi emergensi lainya. Penderita disebabkan karena nekrosis
hipertensi ensefalopati, penurunan tekanan fibrinoid arteriol dan proliferasi
darah 25% dalam 2 3 jam. Untuk pasien sel-sel intima pada arteri
dengan infak serebri akut ataupun interlobular. Akibatnya ialah
perdarahn intrakranial, penurunan tekanan menurunnya GFR dan aliran darah
darah dilakukan lebih lambat (6 12 jam) ginjal.
dan harus dijaga agar tekanan darah tidak 5. Otak
lebih rendah dari 170 180/100 mmHg. Ensefalopati hipertensi
Tekanan darah yang sangat tinggi, Biasanya ensefalopati
terutama yang meningkat dalam waktu hipertensi disertai kelainan
singkat, menyebabkan gangguan atau retina yang berat. Gejala-gejala
kerusakan pada organ target. ensefalopati seperti nyeri
1. Jantung kepala hebat, muntah, konvulsi,
Kenaikan tekanan darah stupor, dan koma disebabkan
menyebabkan peningkatan preload karena spasme pembuluh darah
pada ventrikel kiri, sehingga otak dan edema otak. Terdapat
terjadi payah jantung sering dalam pula dilatasi arteri-arteri otak
bentuk edema paru. dan nekrosis fibrinoid dari
Pada penderita yang sebelumnya arteriol yang luas. Dilatasi
sudah mempunyai gangguan arteri ini disebabkan gagalnya
sirkulasi koroner, maka sistem autoregulasi sirkulasi
peningkatan tekanan darah dapat otak, sehingga aliran darah otak
menyebakan insufisiensi koroner meningkat dan menyebabkan
akut. Hal ini disebabkan karena edema otak.

6
Gambar 2. Kurva autoregulasi pada tekanan darah

MANIFESTASI KLINIS.7

Tekanan darah tinggi Urgensi Emergensi


Tekanan darah >180/120 >180/210 >220/140
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala berat, Sesak nafas, nyeri
kecemasan, sering sesak nafas dada, nokturia,
asimptomatik disartria, kelemahan
umum sampai
dengan penurunan
kesadaran,
Pemeriksaan Tidak dijumpai Tidak ada kerusakan Encefalopati, edema
kerusakan organ organ target, pulmonum,
target, tidak ada penyakit insufisiensi ginjal,
penyakit kardio kardiovaskular yang cerebrovascular
vaskular secara klinis stabil accident, iskemik
kardiak

Terapi Observasi 1-3 jam, Observasi 3-6 jam, Pemeriksaan lab


tentukan pengobatan turunkan tekanan dasar, infus,
awal, tingkatkan dosis darah dengan obat pengawasan tekanan
yang sesuai oral, berikan terapi darah, mulai
penyesuaian pengobatan awal di
ruang emergensi

Perencanaan Rencanakan Rencanakan Segera rawat di


pengawasan < 72 jam, pengawasan < 24 ICU, obati
jika tidak ada indikasi jam mencapai target
dapat rawat jalan tekanan darah,
investigasi penyakit

7
Tipe hipertensi Gejala khas Tanda khas Keterangan
emergensi
Stroke akut Kelemahan, Defisis neurologist Hipertensi tidak selalu
(trombosis atau gangguan fokal diobati
emboli) kemampuan
motorik
Perdarahan Sakit kepala, Gangguan mental, Fungsi lumbar
subaraknoid delerium tanda-tanda menunjukkan
rangsang meningen santokromia atau sel
darah merah

Trauma kepala akut Sakit kepala, Perdarahan terbuka, Computed tomographic


gangguan ekimosis, gangguan (CT) scan dapat
kemampuan mental menolong penjelasan
sensorik dan gangguan intrakranial
motorik
Encefalopati Sakit kepala, Papilledema Biasanya sebagai
hipertensif gangguan mental diagnosa per ekslusionem
Iskemik kardiak / Nyeri dada, mual EKG abnormal
infark muntah, (gelombang. T-
elevasi)
Payah jantung kiri Sesak berat Ronkhi (+)
akut / edema paru
akut
Aorta diseksi Nyeri dada Pelebaran aorta Echocardiogram, CT
knob pada foto dada, atau angiogram
polos dada kadang-kadang
diperlukan untuk
konfirmasi
Operasi pembuluh Perdarahan, nyeri Perdarahan pada Sering membutuhkan
darah pada bekas operasi bekas operasi operasi perbaikan
pembuluh darah
Feokromositoma Sakit kepala, ucat, flushing, Phentolamine sangat
keringat dingin, Fakomatosis berguna
palpiltasi
Obat yang Sakit kepala, Takikardia Riwayat penggunaan
berhubungan palpiltasi obat
dengan katekolamin
Preeklamsi / Sakit kepala, uterus Edema, Perlu petunjuk
eklamsia yang sensitif hiperrefleksia pengobatan / protocol

DIAGNOSIS 2. simpatomimetik dan steroid,


kelainan hormonal, riwayat
Prinsip-prinsip penegakan diagnosis penyakit kronik lain, gejala-gejala
Hipertensi emergency dan Hipertensi serebral, jantung dan gangguan
Urgency tidak berbeda dengan penyakit penglihatan.
lainnya :3,7,8 3. Pemeriksaan Fisik
1. Anamnesis : Riwayat hipertensi a. Pengukuran tekanan darah pada
dan terapinya, kepatuhan minum kedua lengan, perabaan denyut
obat, tekanan darah rata-rata, nadi perifer (raba nadi radialis
riwayat pemakaian obat-obat kedua lengan dan kemungkinan
8
adanya selisih dengan nadi bukan tanpa resiko dalam
femoral, radial-femoral pulse menurunkan tekanan darah.
leg ), Pemberian loading dose obat oral
b. Mata : Lihat adanya papil anti hipertensi dapat menimbulkan
edema, pendarahan dan efek akumulasi dan pasien akan
eksudat, penyempitan yang mengalami hipotensi saat pulang
hebat arteriol. ke rumah. Optimalisasi
c. Jantung : Palpasi adanya penggunaan kombinasi obat oral
pergeseran apeks, dengarkan merupakan pilihan terapi untuk
adanya bunyi jantung S3 dan pasien dengan hipertensi urgensi.3,6
S4 serta adanya murmur. b. Obat obatan spesifik untuk
d. Paru ; perhatikan adanya ronki hipertensi urgensi.6
basal yang mengindikasikan Captopril adalah golongan
CHF. angiotensin-converting enzyme
e. Status neurologik : pendekatan (ACE) inhibitor dengan onset
pada status mental dan mulai 15 30 menit. Captopril
perhatikan adanya defisit dapat diberikan 25 mg sebagai
neurologik fokal. Periksa dosis awal kemudian tingkatkan
tingkat kesadarannya dan dosisnya 50 100 mg setelah
refleks fisiologis dan patologis. 90 120 menit kemudian. Efek
4. Pemeriksaan Penunjang : yang sering terjadi yaitu batuk,
Pemeriksaan dilakukan hipotensi, hiperkalemia,
dengan memperhatikan penyakit angioedema, dan gagal ginjal
dasarnya, penyakit penyerta, dan (khusus pada pasien dengan
kerusakan target organ. Yang stenosis pada arteri renal
sering dilakukan antara lain : bilateral).
pemeriksaan elektrolit, BUN, Nicardipine adalah golongan
glukosa darah, kreatinin, calcium channel blocker yang
urinalisis., hitung jenis komponen sering digunakan pada pasien
darah dan SADT. Pemeriksaan dengan hipertensi urgensi.
lainnya antara lain foto rontgen Penggunaan dosis oral biasanya
toraks, EKG dan CT Scan. 30 mg dan dapat diulang setiap
8 jam hingga tercapai tekanan
PENATALAKSANAAN darah yang diinginkan. Efek
samping yang sering terjadi
Hipertensi Urgensi seperti palpitasi, berkeringat
a. Penatalaksanaan Umum6,8,9 dan sakit kepala.
Manajenem penurunan Labetolol adalah gabungan
tekanan darah pada pasien dengan antara 1 dan -adrenergic
hipertensi urgensi tidak blocking dan memiliki waktu
membutukan obat-obatan kerja mulai antara 1 2 jam.
parenteral. Pemberan obat-obatan Dalam penelitian labetolol
oral aksi cepat akan memberi memiliki dose range yang
manfaat untuk menurunkan sangat lebar sehingga
tekanan darah dalam 24 jam awal menyulitkan dalam penentuan
(Mean Arterial Pressure (MAP) dosis. Penelitian secara random
dapat diturunkan tidak lebih dari pada 36 pasien, setiap group
25%). Pada fase awal goal standar ada yang diberikan dosis 100,
penurunan tekanan darah dapat 200 dan 300 mg secara oral dan
diturunkan sampai 160/110 menghasilkan penurunan tekan
mmHg.3,6,11 darah sistolik dan diastolik
Penggunaan obat-obatan secara signifikan. Secara umum
anti-hipertensi parenteral mau oral
9
labetolol dapat diberikan mulai Pasien harus berada di dalam
dari dosi 200 mg secara oral ruangan ICU agar monitoring
dan dapat diulangi setiap 3 4 tekanan darah bisa dikonrol
jam kemudian. Efek samping dengan pemantauan yang tepat.
yang sering muncul adalah Tingkat ideal penurunan tekanan
mual dan sakit kepala. darah masih belum jelas, tetapi
Clonidin adalah obat-obatan Penurunan Mean Arterial
golongan simpatolitik sentral Pressure (MAP) 10% selama 1
(2-adrenergic receptor jam awal dan 15% pada 2 3 jam
agonist) yang memiliki onset berikutnya. Penurunan tekanan
kerja antara 15 30 menit dan darah secara cepat dan berlebihan
puncaknya antara 2 4 jam. akan mengakibatkan jantung dan
Doasi awal bisa diberikan 0,1 pembuluh darah orak mengalami
0,2 mg kemudian berikan 0,05 hipoperfusi.
0,1 setiap jam sampai b. Penatalaksanaan khusus untuk
tercapainya tekanan darah yang hipertensi emergensi.6,10
diinginkan, dosis maksimal Neurologic emergency.
adalah 0,7 mg. efek samping Kegawat daruratan neurologi
yang sering terjadi adalah sering terjadi pada hipertensi
sedasi, mulut kering dan emergensi seperti hypertensive
hipotensi ortostatik. encephalopathy, perdarahan
Nifedipine adalah golongan intrakranial dan strok iskemik
calcium channel blocker yang akut. American Heart
memiliki pucak kerja antara 10 Association merekomendasikan
20 menit. Nifedipine kerja penurunan tekanan darah >
cepat tidak dianjurkan oleh 180/105 mmHg pada hepertensi
FDA untuk terapi hipertensi dengan perdarahan intrakranial
urgensi kerana dapat dan MAP harus dipertahankan
menurunkan tekanan darah di bawah 130 mmHg. Pada
yang mendadak dan tidak dapat pasien dengan strok iskemik
diperidisikan sehingga tekanan darah harus dipantau
berhungan dengan kejadian secara hati-hati 1 2 jam awal
strok. Pada tahun 1995 National untuk menentukan apakah
Heart, Lung, and Blood tekanan darah akan menurun
Institute meninjau kembali secara sepontan. Secara terus-
bukti keamanan tentang menerus MAP dipertahakan >
penggunaan obat golongan Ca 130 mmHg.
channel blocker terutama Cardiac emergency. Kegawat
nifedipine kerja cepat harus daruratan yang utama pada
digunakan secara hati-hati jantung seperti iskemik akut
terutama pada penggunaan pada otot jantung, edema paru
dosis besar untuk terapi dan diseksi aorta. Pasien
hipertensi. dengan hipertensi emergensi
yang melibatkan iskemik pada
Hipertensi Emergensi otot jantung dapat diberikan
a. Penatalaksanaan Umum.6,8,9 terapi dengan nitroglycerin.
Terapi hipertensi emergensi Pada studi yang telah
harus disesuaikan setiap individu dilakukan, bahwa nitroglycerin
tergantung pada kerusakan organ terbukti dapat meningkatkan
target. Managemen tekanan darah aliran darah pada arteri koroner.
dilakukan dengan obat-obatan Pada keadaan diseksi aorta akut
parenteral secara tepat dan cepat. pemberian obat-obatan -

10
blocker (labetalol dan esmolol) (vasodilator arteri) atau
secara IV dapat diberikan pada phentolamine IV (ganglion-
terapi awal, kemudian dapat blocking agent). Golongan -
dilanjutkan dengan obat-obatan blockers dapat diberikan
vasodilatasi seperti sebagai tambahan sampai
nitroprusside. Obat-obatan tekanan darah yang diinginkan
tersebut dapat menurunkan tercapai. Hipertensi yang
tekanan darah sampai target dicetuskan oleh klonidin terapi
tekan darah yang diinginkan yang terbaik adalah dengan
(TD sistolik > 120 mmHg) memberikan kembali klonidin
dalam waktu 20 menit. sebagai dosis inisial dan dengan
Kidney failure. Acute kidney penambahan obat-obatan anti-
injury bisa disebabkan oleh atau hipertensi yang telah dijelaskan
merupakan konsekuensi dari di atas.
hipertensi emergensi. Acute
kidney injury ditandai dengan PEMERIKSAAN PENUNJANG
proteinuria, hematuria,
oligouria dan atau anuria. 1. Pemeriksaan yang segera seperti :
Terapi yang diberikan masih Darah : rutin, BUN, creatirine,
kontroversi, namun elektrolik, KGD.
nitroprusside IV telah Urine : Urinelisa dan kultur urine.
digunakan secara luas namun EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
nitroprusside sendiri dapat Foto dada : apakah ada oedema paru
menyebabkan keracunan (dapat ditunggu setelah pengobatan
sianida atau tiosianat. terlaksana)
Pemberian fenoldopam secara 2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari
parenteral dapat menghindari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
petensi keracunan sianida yang pertama) :
akibat dari pemberian Sangkaan kelainan renal : IVP, Renald
nitroprusside dalam terapi gagal angiography ( kasus tertentu ), biopsi
ginjal. renald ( kasus tertentu ).
Hyperadrenergic states. Menyingkirkan kemungkinan tindakan
Hipertensi emergensi dapat bedah neurologi : Spinal tab, CAT
disebabkan karena pengaruh Scan.
obat obatan seperti Bila disangsikan Feokhromositoma :
katekolamin, klonidin dan urine 24 jam untuk Katekholamine,
penghambat monoamin metamefrin, venumandelic Acid
oksidase. Pasien dengan
kelebihan zat-zat katekolamin
seperti pheochromocytoma,
kokain atau amphetamine dapat
menyebabkan over dosis.
Penghambat monoamin
oksidase dapat mencetuskan
timbulnya hipertensi atau
klonidin yang dapat
menimbukan sindrom
withdrawal. Pada orang orang
dengan kelebihan zat seperti
pheochromocytoma, tekanan
darah dapat dikontrol dengan
pemberian sodium nitroprussid

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Riaz K. Hypertension. Emedicine 2012.


Diunduh pada 29 Januari 2014.
2. Departemen kesehatan RI. Riskesdas
2007. Jakarta: Departemen kesehatan
RI; 2008 (3)
3. Rampengan SH. Krisis Hipertensi :
Hipertensi Emergensi dan Hipertensi
Urgensi. BIK Biomed. 2007. Vol.3,
No.4 :163-8.
4. Saguner AM, Dr S, Perrig M,
Schiemann U, Stuck AE, et al. Risk
Factors Promoting Hypertensive
Crises: Evidence From a Longitudinal
Study. Am J Hipertensi 2010. 23:775-
780
5. Majid A. Krisis Hipertensi Aspek Klinis
dan Pengobatan. USU Digital Library
2004.
6. Vaidya CK, Ouellette JR. Hypertensive
Urgency and Emergency. Hospital
Physician Article. 2007.
7. Varon J, Marik PE. Clinical Review:
The Management of Hypertensive
crises. Critical Care Journals. 2003.
8. Al Bannay, Rashed, Michael Bhm,
and Aysha Husain. "Heart rate
differentiates urgency and emergency in
hypertensive crisis." Clinical Research
in Cardiology 102.8 (2013): 593-598.
9. Polly, Derek M., Christopher A.
Paciullo, and Chad J. Hatfield.
"Management of hypertensive
emergency and urgency." Advanced
emergency journal 33.2 (2011): 127-
136.
10. Marik, Paul E., and Racquel Rivera.
"Hypertensive emergencies: an
update."Current opinion in critical
care 17.6 (2011): 569-580.
11. Rodriguez, Maria Alexandra, Siva K.
Kumar, and Matthew De Caro.
"Hypertensive crisis." Cardiology in
review 18.2 (2010): 102-107.

12

Anda mungkin juga menyukai