Anda di halaman 1dari 3

Sumber-sumber Natural Sianida

Sianida dapat ditemukan dalam bahan alami dan selalunya ada dalam konsentrasi kecil (trace).
Namun, pada rumput, kacang-kacangan, umbi-umbian dan biji tertentu dapat ditemukan sianida
dalam kuantiti yang relatif tinggi sehingga dapat membawa efek bahaya buat tubuh manusia.
Tumbuh-tumbuhan seperti singkong (pada daun dan akar), ubi jalar, yam (dyoscoreaceae)
pada umbinya, butir jagung, butir cantel, rempah-rempah, tebu, kacang-kacangan terutama
almonds. Pada buah juga dapat ditemukan sianida seperti pear, apel, jeruk dan lain-lain. Dari
berbagai tanaman yang mengandung sianida, kasus keracunan yang sering dilaporkan adalah dari
memakan singkong dan kacang. Hal ini mungkin disebabkan karena singkong dan kacang masih
menjadi makanan utama pada masyarakat pada beberapa negara berkembang.1

Pemeriksaan Forensik Penunjang Keracunan Sianida

Metode Analisis Kimia Kualitatif.2

1. Uji kertas saring

Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga menjadi lembab.
Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering, kemudian
teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes. Uji positif bila terbentuk warna ungu.

Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan HNO3 1%, kemudian ke dalam larutan kanji 1% dan
keringkan. Setelah itu kertas saring dipotong-potong seperti kertas lakmus. Kertas ini dipakai
untuk pemeriksaan masal pada pekerja yang diduga kontak dengan CN. Caranya dengan
membasahkan kertas dengan ludah di bawah lidah. Uji positif bila warna berubah menjadi biru.
Hasil uji berwarna biru muda meragukan sedangkan bila warna tidak berubah (merah muda)
berarti tidak dapat keracunan.

Kertas saring dicelup ke dalam larutan KCL, dan dipotong kecil-kecil. Kertas tersebut
dicelupkan ke dalam darah korban, bila positif maka warna akan berubah menjadi merah terang
karena terbentuk sianmethemoglobin.

2. Reaksi Schonbein-Pagentecher
Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring (panjang 3-4
cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu
celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan di atas
jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan, agar
KCL mudah terurai. Botol tersebut dihangatkan. Bila hasil reaksi positif, akan terbentuk warna
biru-hijau pada kertas saring.

Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila isi lambung mengandung klorin,
nitrogen oksida atau ozon; sehingga reaksi ini hanya untuk skrining.

3. Prussian Blue

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil isi atau jaringan lambung yang didestilasi dengan
destilator. Larutannya terdiri dari :

5 ml destilat + 1 ml NaOH 50 % + 3 tetes FeSO4 10% + 3 tetes FeCl3 5%

Panaskan sampai hampir mendidih, lalu dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes demi tetes
sampai terbentuk endapan Fe(OH)3, teruskan sampai endapan larut kembali dan terbentuk biru
berlin.

4. Gettler-Goldbaum

Dengan menggunakan 2 buah flange (piringan), dan diantara kedua flange dijepitkan kertas
saring Whatman No. 50 yang digunting sebesar flange. Kertas saring dicelupkan ke dalam
larutan FeSO4 10% selama 5 menit, keringkan lalu celupkan ke dalam larutan NaOH 20%
selama beberapa detik. Letakkan dan jepitkan kertas saring di antara kedua flange. Panaskan
bahan dan salurkan uap yang terbentuk hingga melewati kertas saring ber-reagensia antara kedua
flange. Hasil positif bila terjadi perubahan warna pada kertas saring, menjadi biru

Metode Analisis Kimia Kuantitatif

Metode analisis yang digunakan untuk menentukan keberadaan atau mengukur sianida terdiri
atas titrasi, teknik kolorimetri, spektrofotometri, elektroda ion selektif, dan headspace gas
chromatography dengan berbagai detector diantaranya TCD, NPD, Dual NPD/FID, ECD dan MS
untuk mendeteksi dan mengkuantifikasi gas hidrogen sianida di spesimen biologis post mortem.3
Penentuan adanya sianida dalam cairan tubuh menggunakan fotometri yang diikuti metode klasik
mikrodifusi Conway sangat memakan waktu. Penggunaan elektroda ion selektif sianida mudah
dan cepat dilakukan, namun terlalu banyak perancu. Amperometri juga sangat sensitif dan
popular, namun respon elektodanya akan berubah-ubah seiring waktu. Rekondisi dan rekaliberasi
berkala dibutuhkan agar elektroda tidak cenderung berubah seiring waktu. Metode HPLC,
LC/MS atau GC/MS membutuhkan derivatisasi, untuk itu dibutuhkan waktu dan biaya yang
lebih pula. Metode headspace gas chromometry mass spectotrophometry (HS-GS-MS)
merupakan teknik yang cepat dan sensitif namun belom diadapsi secara baik guna analisis
toksikologi forensic dari spesimen post mortem dikarenakan masih sulit untuk diperoleh dan
membutuhkan teknologi yang modern.3

Beberapa literatur melaporkan bahwa waktu paruh dari sianida kurang dari satu jam pada spesies
mamalia yang membuat konfirmasi paparan sianida melalui analisis langsung sulit dilakukan
apabila jangka waktu yang signifikan telah terlewat antara satu paparan dan saat analisa. Untuk
itu, marker lain yang digunakan untuk menilai paparan sianida sudah banyak dibuat. Salah satu
markernya adalah tiosanat (SCN-) sebagai metabolit utama dari sianida. Keberadaan sulfur dalam
tubuh manusia seperti tiosulfat menyebabkan 80% sianida dimetabolisme menjadi tiosianat
melalui reaksi katalisis enzimatik.3

Daftar Pustaka

1. Abdul MI. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.1997. hal 330-31
2. Keracunan sianida. Dalam : Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997. Hal 95-100
3. Shafi H, Subhani A, Imran M, et al. Determination of cyanide in biological and non-
biological matrices by headspace gas chromatography coupled to flame-ionization detector.
Arab Journal of Forensic Sciences and Forensic Medicine. 2015;1(1): 123-9

Anda mungkin juga menyukai