Anda di halaman 1dari 11

STUDI SIFAT OPTIK MONOMER KRISTAL CAIR TIPE

BLENDING KOLESTERIL AKRILAT DAN SIANOFENIL-


AKRILAT

Alhara Yuwanda
Sekolah Tinggi Teknologi Jakarta
Jl.Raya Jatiwaringin No. 278, Jakarta 17411
Telp.:+62-21-8461155
*Email: alharayuwanda@yahoo.com

Abstrak
Sintesis SHA dilakukan dengan menggunakan reaksi esterifikasi steglich. Dari data
DSC prekusor kristal cair SHA, memiliki titik kristal cair 81,28C dan titik jernihnya
sebesar 114,58C. Sedangkan dari data titik leleh SHA masing-masing memiliki titik
KC sebesar 56C serta titik jernih 65C. dari data POM KA, SFA dan SHA masing-
masing memiliki tekstur gradjean, tekstur schilren, dan tekstur focal conic pada
permukaannya. Hasil pengamatan dengan melting point menunjukan pada peningkatan
komposisi SFA dalam campuran akan menurunkan nilai suhu titik KC dan titik jernih
campuran. Dari pengamatan menggunakan POM didapatkan campuran memiliki tekstur
permukaan focal conic. Campuran dengan komposisi SHA lebih banyak terjadi
penyerapan di beberapa panjang gelombang dan mempunyai kemampuan daya
absorbansi di panjang gelombang daerah UV.

Kata kunciKristal Cair, Kolesteril, UV-VIS

Abstract
Synthesis SHA done using Steglich esterification reaction. From the data DSC
precursor liquid crystal SHA, has a liquid crystal point 81,28C and clearing point of
114,58C. While the melting point of the data SHA each had KC point of 56C and a
clear point of 65C. of the data POM KA, SFA and SHA respectively have gradjean
texture, texture schilren and focal Conic texture on its surface. The observation of the
melting point showed on improving the composition of the SFA in the mix will lower the
temperature value KC point and clear point of the mixture. POM obtained from
observations using the mixture has the texture of the surface of the focal Conic. Mix
with SHA composition more absorption occurs at multiple wavelengths and has the
ability to power on the absorbance wavelength UV region.
Keyword- Liquid Crystal, Cholesteryl, UV-VIS

I. Pendahuluan

Kristal cair merupakan salah satu material organik yang dapat diaplikasikan
pada teknologi terkini. Contoh teknologi yang menggunakan material kristal cair seperti
pada LCD (Liquid Crystal Display) dan PDA (Personal Digital Asistant). Keuntungan
digunakan material kristal cair adalah: tidak membutuhkan polarisator lain, selektif
terhadap cahaya, dan biaya pabrikasi yang murah. Keuntungan tersebut di dapatkan,
karena material kristal cair memiliki sifat optik yang tidak dimiliki oleh material lainnya
(Bobrovsky dkk. 2001). Keunikan sifat optik tersebut berasal dari kiralitas pada
senyawa penyusunnya. Sifat kiral akan membuat bentuk molekul kristal cair menjadi
memilin. Kristal cair yang memiliki sifat tersebut dinamakan kristal cair tipe kolesterik.
Kristal Cair Kolesterik (KCK) terdiri atas gugus mesogen, cincin planar, dan rantai
alifatik. Panjang pilinan dari molekul kristal cair dinyatakan dengan nilai pitch (P). Nilai
pitch memiliki korelasi dengan nilai panjang gelombang, energi, suhu, dan campuran
senyawa kimia lainnya (Guo dkk., 2009).
Sifat optik pada KCK salah satunya dapat digunakan sebagai material yang
selektif terhadap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Nilai pitch dari molekul
KCK berbanding lurus dengan nilai panjang gelombang yang diserap. Selain itu nilai
pitch juga dipengaruhi oleh komposisi penyusun KCK tersebut (Parri, dkk., 2004).
Sehingga diperlukan penelitian untuk mencari komposisi penyusun dengan
perbandingan konsentrasi yang tepat untuk menghasilkan KCK yang selektif terhadap
panjang gelombang tertentu. Pada penelitian ini akan disintesis monomer kolesteril
akrilat yang merupakan golongan KCK, dengan metode esterifikasi steglich. Prekrusor
Kristal cair kolesteril-akrilat (KA) akan di campurkan dengan 4-propil-sikloheksil-fenil-
akrilat (SHA) dengan perbandingan konsentrasi tertentu. Selanjutnya masing-masing
monomer dan campurannya dikarakterisasi dengan menggunakan Differential Scaning
Calorymetry (DSC) atau melting point dan mikroskop oprik polarisasi (POM). Tahap
akhir dilakukan percobaan untuk uji kemampuan absorbsi gelombang UV-VIS
campuran monomer menggunakan spektrofotometer.

II. Material dan Cara Kerja

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Akriloksi-


Butiloksi-Benzoat (prekrusor akrilat), diklorometana (DKM), N,N-
Disikloheksilkarboimida (DCC), kolesterol, 4-dimetilaminopiridina DMAP, heksana,
etil asetat, 4-hidroksi-benzo-nitril, 4-propil-sikloheksil-fenol, aquadest, metanol, dan
etanol yang diperoleh dari Merck. Bahan-bahan tersebut digunakan tanpa pemurnian
lebih lanjut. Analisis kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan plat aluminium 0,2
mm dengan silika gel 60F-254 yang diperoleh dari Merck. Kromatografi kolom
menggunakan silika gel 60 dengan 70-230 mesh yang diperoleh dari Merck. Pelarut
organik teknis n-heksana dan etil asetat yang digunakan tidak didestilasi terlebih dahulu.

A. Pembuatan Monomer Kolesteril Akrilat dan Sediaan SHA


Prekrusor akrilat 2gram (0,008mol) dan N,N-disikloheksikilkarboimida 1,72gram
(0,0083mol) diukur massanya dengan neraca analitik OHAUS EXPOLER . Keduanya
zat tersebut dimasukkan dalam labu leher tiga, lalu diaduk dengan menggunakan
magnetic stirer selama 30 menit pada temperatur 0-5C. Sebanyak 3g kolesterol
(0,008mol) dan dimetilaminopiridina 2g (0,0075mol) ditambahkan ke dalam campuran
reaksi lalu direfluks selama 4 jam pada temperatur ruang (35C). Produk disaring, lalu
dimurnikan dengan kromatografi kolom. Eluen yang digunakan adalah campuran
heksana dan etil asetat dengan rasio 5:1. Pelarut diuapkan hingga diperoleh kristal.
Produk kristal dikarakterisasi dengan FTIR.Tahap pembuatan SHA mengikuti langkah
kerja reaksi esterifikasi steglich. Tahap ini mengikuti langkah kerja sebelumnya dan
mengulanginya kembali hingga mendapatkan jumlah produk yang cukup untuk tahap
pencampuran (Afrizal, 2010).

B. Karakterisasi Titik KC dan Titik Jernih Monomer dengan DSC danMelting


Point
Differential Scanning Calorimetry (DSC) merek Mettler Toledo tipe 821
digunakan untiuk mencari temperatur kristal cair dan isotropik dari monomer. Sampel
monomer kolesteril akrilat yang telah diketahui kadarnya dimasukan ke dalam sel DSC,
yang sebelumnya instrumen DSC telah divakumkan terlebih dahulu. Sampel monomer
tersebut dianalisis dengan tiga tahap, yaitu: sampel dilelehkan dari temperatur 50-190C
dengan kenaikan temperatur sebesar 20C tiap menit dan 7 menit laju aliran nitrogen
cair sebesar 50mL tiap menit, selanjutnya sampel direkristalisasi dari temperatur 190-
50C dengan penurunan temperatur sebesar 20C tiap menit, dan tahap akhir sampel
dilelehkan kembali dari temperatur 50-200C dengan kenaikan temperatur sebesar 10C
tiap menit dan aliran nitrogen cair 50mL tiap menit. monomer SHA masing-masing
dimasukan ke dalam dua mikropipet yang berbeda. Tahap awal adalah pengukuran SHA,
dua mikropipet dimasukan ke dalam melting point yang telah dikondisikan untuk
pemanasan hingga 150C. Selanjutnya pengamatan dilakukan untuk titik KC dan titik
jernihnya.

C. Karakterisasi Tekstur Permukaan Campuran Monomer Dengan


Menggunakan POM
Karakterisasi tekstur khas permukaan kristal cair diuji dengan mikroskop
polarisasi Nikon HFX-DX yang dilengkapi dengan kontrol keadaan panas mettle FP-
86. Pada mikroskop ini dilengkapi dengan analisator, polarisator, kompensator, dan
lensa. Keutamaan dari mikroskop ini adalah sumber cahaya (sinar) yang digunakan
merupakan sinar terpolarisasi sehingga beberapa sifat dari kristal akan tampak jelas
sekali. Preparasi untuk karakterisasi monomer menggunakan POM dilakukan dengan
mengoleskan sedikit sampel pada permukaan preparat. Selanjutnya sampel diamati
dibawah POM pada suhu kamar, suhu fasa kristal cair, dan suhu titik jernih.

D. Uji Kemampuan Daya Absorbsi Campuran Monomer Dengan Menggunakan


Spektrofotometer UV-VIS.
Daya absorbsi campuran monomer dikarakterisasi dengan menggunakan
spekrofotometer UV-VIS. Lalu sampel campuran monomer dimasukan kedalam kuvet
absorbansinya diukur pada panjang gelombang 190-700nm. Blanko yang digunakan
adalah diklorometan (pelarut)

III. Hasil Dan Pembahasan


Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat optik campuran monomer kolesteril
akrilat (KA) dan 4-propil-sikloheksil-fenil-akrilat (SHA) dengan variasi nilai persen
konsentrasi campuran yang berbeda. Selain itu uji kemampuan menyerap cahaya pada
panjang gelombang di daerah UV dan tampak dengan menggunakan spektrofotometer
UV-VIS.
A. Pembuatan Senyawa Kolesteril Akrilat dan SHA
Kolesteril akrilat (KA) merupakan zat yang akan diamati perubahan bentuk
molekulnya ketika di campurkan dengan senyawa monomer lain. Monomer yang
digunakan dalam penelitian kali ini adalah 4-sianofenil-akrilat dan sampel 4-propil-
sikloheksil-fenil-akrilat (SHA). Akriloksi-Butiloksi-Benzoat sebagai prekrusor akrilat
merupakan zat yang berfungsi sebagai senyawa pendahulu pembentukan senyawa dari
jalur sintesis senyawa kristal cair yang akan dihasilkan (Wahyu, 2011). DKM
(diklorometana) merupakan pelarut yang digunakan dalam sintesis monomer kristal cair.
DCC merupakan komponen yang berfungsi sebagai inisiator dalam reaksi bersema
dengan prekrusor akrilat (Golongan karboksilat) yang akan membentuk senyawa produk
antara (intermediat).
Fungsi penambahan nitrogen adalah mendorong gas uap air sehingga intensitas
kadarnya berkurang di lingkungan sekitar reaksi. Hal tersebut bertujuan untuk
menghindari reaksi antara DCC dan uap air yang akan membentuk produk urea yang
cukup banyak, sehingga peran DCC sebagai katalis inisiator akan mati dan reaksi akan
berjalan lambat (Organic Chemistry Portal, 2010). Tahap selanjutnya adalah
menambahkan kolesterol dan DMAP kedalam campuran reaksi dan refluks selama 4
jam yang merupakan katalis dalam reaksi sintesis monomer tersebut. Alasan suhu kamar
yang digunakan, karena pada suhu tinggi (>100) maka hasil sintesis monomer akan
terpolarisasi.
Selanjutnya sampel direkristalisasi menggunakan metanol dan diuji kualitatif
menggunakan KLT dari hasil sampel seteah di rekristalisasi dengan menggunakan
senyawa kolesterol, prekrusor akrilat yang dilarutkan dengan etanol, dan metanol..
Diperoleh produk berupa kristal berwarna putih dan memiliki bau yang menyengat,
dengan rendemen sebesar 54,6 %.

Gambar 1 Mekanisme reaksi sintesis SHA

Gambar 2. a. Hasil KLT Dari Uji Kualitatif Sampel. b. Sampel

Selanjutnya sampel di preparasi, yaitu dioleskan tipis pada suatu plat kaca.
Sampel dioleskan pada pelat kaca tipis. Selanjutnya sampel dipanaskan dalam hot plate
sampai suhu titik jernihnya. Di tengah pengukuran ternyata sampel mengeuarkan warna
yang khas seperti berikut:

a b
Gambar 3. a. Sampel kolesteril akrilat yang dioleskan pada preparat b. sampel setelah
dipanaskan dan difoto dengan lampu xenon
Gambar 3 a. adalah sampel film kolesteril akrilat yang dioleskan pada kaca atau
plat tipis sebelum dipanaskan. Sampel coba difoto dengan lampu xenon yang berada
pada ponsel dengan label tertentu. Hasilnya akan terlihat pada gambar b. Yaitu pelat
akan berwarna biru. Warna biru tersebut diduga karena sampel menyerap semua warna
kecuali wana biru sehingga sampel tersebut mengeluarkan warna biru. Hal tersebut
yang mengindikasikan bahwa sampel kolesteril akrilat dapat menyerap cahaya dengan
panjang gelombang tertentu.

B. Karakterisasi Titik KC dan Titik Jernih Monomer dengan DSC dan Melting
Point
Pada pengamatan sifat termal senyawa kolesteril akrilat dihasilkan tiga kurva
dengan kondisi pemanasan, pendinginan, dan pemanasan. Pada pengukuran awal
dilakukan pemanasan terhadap sampel pada rentang suhu 0-150C. Pemanasan
dilakukan dengan langkah kerja yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dari hasil
percobaan pemanasan pertama didapat titik leleh (melting point) pada suhu 93,32C dan
115,82C. Sampel SHA juga dilakukan perlakuan yang sama, yaitu melihat sifat fase
kristal cairnya menggunakan melting point. Dan hasilnya untuk pelehan fase kristal cair
pada suhu 56C, sedangkan untuk titik jernihnya pada suhu 65C.

C. Karakterisasi Tekstur Permukaan Campuran Monomer Dengan Menggunakan


POM
Temperatur ruang saat pengamatan yang terdeteksi dengan termometer adalah
24C, lebih dingin dari temperatur air normal. Di bawah POM, tampak tekstur masing-
masing monomer masih dalam keadaan fase kristal. Tekstur dari permukaan molekul
monomer nampak sejajar dan tersusun dengan kisi yang teraur. Energi atau panas
belum diberikan kepada monomer, sehingga molekulnya masih nampak teratur dan
sejajar. Masing-masing monomer menampilkan warna tekstur kristal yang khas, dari
pemantulan sumber cahaya POM yang terpolarisasi. Tekstur campuran kristal cair
tersebut dikenal dengan focal conic smektik
Pada keadaan suhu yang lebih ditinggikan mengalami titik jernih (clearing point).
Zar mengalami transformasi keadaan fase dari fase padat menjadi fase cair. Titik jernih
adalah keadaan isotropik, dimana warna tekstur ketika saat dipolarisasikan dengan
cahaya tidak memantulkan warna yang khas. Warna pada setiap komponen jernih dan
tembus pandang. Sehingga saat diamati menggunakan POM, tidak tampak warna khas
seperti pada saat keadaan sebelumnya.

Gambar 3. Tekstur Permukaan Campuran Kristal Cair

E. Uji Kemampuan Daya Absorbsi Campuran Monomer Dengan Menggunakan


Spektrofotometer UV-VIS.
Dari hubungan nilai panjang gelombang dan nilai absorbansi dibuat korelasi
hubungannya dengan grafik sebagai berikut:

Gambar 4 Grafik hasil pengukuran sampel campuran dengan


menggunakan
Dengan komposisi SHA yang lebih banyak menhasilkan fenomena lain.
Terdapat beberapa nilai penyerapan, bahkan nilai penyerapan terkecil berada pada
daerah gelombang UV. Hal tersebut, didasarkan pada teori molekul kristal cair tipe
kolesterik yang dapat mempengaruhi molekul sekitarnya bila sifat kepolannya sama.
Pengaruh tersebut adalah, molekul lain akan memilin (twisting) sesuai dengan bentuk
molekul kristal cair tipe kolesterik. Sampel SHA dan KA mempunyai sifat non polar.
KA mempunyai sifat kristal cair tipe kolesterik (tipe nematik yang memilin) sedangkan
SHA bertipe smektik. Tipe jenis smektik juga dapat memilin tetapi molekulnya tidak
dapat terselip diantara Ketika molekul selain kolesteril akrilat membentuk pilinan-
pilinan baru, maka akan dihasilkan nilai penyerapan lain pada saat ditembakan
gelombang UV-VIS. Fenomena ini dadpat diaplikasikan sebagai sensor UV.

IV. Kesimpulan
Campuran monomer kristal cair KA dan SHA memilki sifat kristal cair dan memiliki
kemampuan untuk menyerap cahaya pada daerah UV yang ditandai perubahan warna.

V. Dafta Pustaka
1. Afrizal. 2010. Synthesis of liquid crystallin pollyacrylates and their mesomerphic
behavior.
2. Bobrovsky A., Boiko N., dan Shibaev V., 2001. Liquid Crystal: Springer J. 28:919
3. Afrizal. 2010. Synthesis of liquid crystallin pollyacrylates and their mesomerphic
behavior.
4. Asep, Riswoko. 2006. PembentuCAn Selulosa Ester Asam CArakterisasi Sifat
Polimer Kristal Cair. 79:86.
5. Guo, Jinbao dkk. Preparation and Reflectance Properties of New Cholesteric Liquid
Crystalline Copolymers Containing Cholesteryl Group. Beijing 10083.
6. Myoung, dkk. 2007. Effect of phase retardation on defect mode lasing in polymeric
cholesteric liquid crystal. Jurnal of advance materials 16, No. 9-10
7. Parri, dkk. 2004. Combination of Optical Films Comprising A Twisted A-Plate And
A-Polarizer. Patent Aplication Publication US: 0095532 A1.
8. Wang, Xin-jiu. 2004. Liquid Crystalline Polymers. Singapura: Word Scientific
Riwayat Penulis
Alhara Yuwanda aktif bekerja sebagai dosen dan karyawan
pada Sekolah Tinggi Teknologi Jakarta. Ia telah menamatkan
pendidikan sarjana jurusan Kimia di Universitas Negeri Jakarta.
Jakarta pada tahun 2011. Untuk mendukung linieritas
pendidikan formal, di tahun 2014 ia juga telah menamatkan
pasca sarjana dengan jurusan Farmasi pada Universitas
Indonesia di Depok. Ketertarikannya terletak pada riset di
bidang Sistem material.

Anda mungkin juga menyukai