Anda di halaman 1dari 2

Uji Penetrasi in vitro (Food and Drug Administration, 1997)

Uji pelepasan obat secara in vitro merupakan salah satu metode standar yang digunakan untuk
mengkarakterisasi performa dari suatu sediaan. Uji penetrasi secara in vitro bertujuan untuk
mengevaluasi pelepasan obat dari sediaan (Fan, Mitchnick, & Loxley, 2007). Menurut FDA, uji
pelepasan obat secara in vitro dari sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan suatu sistem
sel difusi seperti sistem sel difusi Franz. Bentuk yang akan diuji diletakan pada bagian atas
membran yaitu pada bagian kompartemen donor. Sedangkan cairan sampel dileatakan di bagian
bawah memran atau dikenal sebagai kompartemen reseptor. Difusi obat dari sediaan akan
melewati membran dikontrol dengan uji penetapan kadar setiap sampel yang dikumpulkan dari
kompartemen reseptor (Food and Drug Administration, 1997).

Pada sel difusi Franz dapat digunakan embran sintetik, semisintetik, atau alami dengan diameter
membran 70µm yang ukurannya disesuaikan dengan diameter sel difusi. Uji pelepasan in vitro
paling baik digunakan dari membran biologis hewan seperti kulit tikus, hidung kambing, dll (Yi-
Hung Tsai, Jia-You, Pao-Chu, Wu, & Yaw-Bin Huang, 1995). Pada kompartemen reseptor diisi
dengan cairan dapar untuk obat yang larut dalam air atai larutan hidroalkoholik untuk obat
hidrofobik atau medium lainnya yang sesuai dengan kelarutan bahan. Untuk mengatasi
rendahnya korelasi in vitro dan in vivo pada uji penetrasi obat hidrofobik, maka diperbolehkan
untuk menambah bahan pensolubilisasi ke dalam kompartemen reseptor (Yi-Hung Tsai, Jia-You,
Pao-Chu, Wu, & Yaw-Bin Huang, 1995). Selain itu menurut Food and Drug Administration
(1997), menjelaskan bahwa medium pada kompartemen resptor dapat pula merupakan campuran
antara dapat dan larutan hidroalkoholik atau medium lain yang sesuai untuk obat-obatab yang
memiliki kelarutan rendah di dalam air.

Waktu pengambilan sampel paling sedikit lima kali disesuaikan dengan waktu yang
merepresentasikan profil pelepasan obat dan untuk menentukan laju pelepasan obat. misalnya
untuk uji pelepasan selama enam jam sampel tidak boleh kurang dari lima titik, misalnya 30
menit, dan dilanjutkan dengan jam ke-1, 2, 4, dan 6. Waktu pengambilan sampel dapat bervariasi
tergantung dari formula yang diujikan. Allikuot dari kompartemen reseptor diambil pada interval
waktu dan digantikan dengan alikuot baru. Setelah itu dilakukan proses analisis menggunakan
metode yang spesifik, sensitif, dan tervalidasi untuk mentapkan kadar obat dan jumlah obat yang
dilepaskan. Alikuot yang berasal dari kompartemen reseptor dapat dianalisis kandungan obatnya
menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau metode analisis lain. Dari analisis
akan diperoleh konsentrasi obat tiap satuan luas (µg/cm2) terhadap waktu sehingga diperoleh
suatu garis lurus, kemiringan dari garis tersebut mempresentasikan laju pelepasan obat (Food and
Drug Administration, 1997).

Liposom Asam
Valproat

Anda mungkin juga menyukai