Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
(2.1)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sinar)
Cahaya merupakan sebuah gelombang dan partikel. Pada hal cahaya tampak,
dimana radiasi elektromagnetik dapat dengan mudah dilihat oleh mata manusia,
panjang gelombang cahaya tampak bergantung pada warna cahaya tampak.
Cahaya merah memiliki panjang gelombang sekitar 650 nm dan biru cerah
memiliki panjang gelombang sekitar 500 nm. Radiasi elektromagnetik mencakup
semua spektrum elektromagnetik yakni gelombang radio, gelombang mikro,
radiasi infra merah, cahaya tampak, radiasi ultraviolet, sinar X dan sinar gamma
seperti terlihat pada gambar 2.1 dibawah ini. (Mark Csele, 2004)
2.3 Laser
2.3.1.1 Light
Dari sudut pandang fisikawan, terdapat dua model untuk menggambarkan sifat
dari cahaya. Yang pertama, cahaya merupakan partikel dan yang kedua cahaya
merupakan sebuah gelombang elektromagnetik, yang mungkin sebagai contoh
cahaya dapat merambat dalam sumbu x.
(2.2)
(2.3)
Dimana adalah frekuensi dan h adalah konstanta Planck (h = 6.675 10-31 Js).
2.3.1.2 Amplification
Amplifier sudah kita kenal sejak diaplikasikan pada TV set, radio dan telepon
genggam yang kita gunakan sehari-hari. Pada umumnya, ketika sebuah signal
dengan amplitudo yang kecil yang diteruskan ke amplifier sebagai masukan,
signal tersebut muncul dengan amplitudo beberapa kali lebih tinggi pada
keluarannya. Selama bertahun-tahun, komponen elektronika dirancang dari
semikonduktor yang dapat lebih cepat membawa beberapa frekuensi gigahertz
sehingga diperkuat tanpa penyimpangan yang signifikan. Namun amplifier
elektronik tetap tidak memadai untuk amplifikasi gelombang elektromagnetik
dengan fekuensi dalam kisaran 1014 Hz. Amplifikasi osilasi frekuensi dari cahaya
tampak memerlukan proses fisik yang sama sekali berbeda, yakni amplifikasi
dengan menstimulasi emisi cahaya yang dijelaskan pertama kali pada tahun 1922
oleh Albert Einstein. (Hans Jochen Forth, 2008)
Pada laser, yang proses yang terpenting adalah proses dasar yang
memungkinkan penguatan (amplification) pada frekuensi optik sampai pada
frekuensi yang diperoleh. Proses ini menggunakan energi yang terlibat ketika
partikel yang berlainan membentuk materi, terkhususnya atom-atom, io-ion dan
molekul-molekul yang berpindah dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi
yang lainnya. (Colin E. Webb, 2004)
Ketika sebuah partikel secara spontan berpindah dari tingkat energi lebih tinggi ke
tingkat energi lebih rendah yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 (b), foton yang
dipancarkan memiliki frekuensi :
Foton ini dipancarkan pada sebuah arah yang acak dengan polarisasi yang
berubah-ubah (kecuali pada medan magnet). Foton membawa pergi momentum
h/ = h /c dan partikel yang dipancarkan (atom, molekul atau ion) mundur dalam
arah yang berlawanan.
(2.6)
(2.7)
A21 merupakan koefisien Einstein untuk transisi secara spontan dari level 2 ke
level 1. (Hans-Jochen Foth, 2008)
Disisi lain, jika sebuah elektron berada pada tingkat energi E2 dan
mengalami peluruhan energi sampai pada tingkat energi E1, tetapi sebelumnya
elektron tersebut memiliki kesempatan untuk meluruh secara spontan, maka
sebuah foton yang dihasilkan dengan energi sebesar E2 E1 akan memiliki
panjang, arah dan fase gelombang yang persis sama dengan gelombang elektron
tadi sehingga memperkuat energi cahaya yang datang. Proses ini disebut emisi
terstimulasi. Absorpsi merupakan proses tereksitasinya elektron dari E1 ke E2
akibat penyeraapan foton dengan energi, dimana h > (E2 E1). Absorpsi, emisi
spontan dan emisi terstimulasi akan digambarkan pada Gambar 2.4.
(www.bgu.ac.il/~glevi/website/Guides/Lasers)
Berdasarkan sifat keluarannya, ada dua jenis laser yakni laser kontinyu dan laser
pulsa. Laser kontinyu adalah laser yang memancarkan cahaya yang tetap selama
medium lasernya dieksitasi, sedangkan laser pulsa adalah laser yang
memancarkan cahaya dalam bentuk pulsa pada interval tertentu. Komponen
penting sebuah laser adalah laser resonator atau laser cavity. Laser cavity ini
terdiri dari 3 komponen penting yaitu:
atau (2.8)
Disini N adalah jumlah total dari gelombang, L adalah jarak antara kedua
cermin. Panjang gelombang dan frekuensi gelombang ke mode N diberikan oleh :
, dan (2.9)
Disini c adalah kecepatan cahaya dalam laser cavity, n adalah indeks bias medium
laser, adalah perbedaan antara dua mode yang berdekatan atau disebut juga
free spectral range (FSR). Keluaran laser tidak sepenuhnya monokromatik tetapi
mempunyai bandwitih dan beberapa longitudinal modes dengan perbedaan
dapat tepat berada dalam bandwith tersebut. (Dr. Minarni, 2010)
Laser memiliki aturan dan prinsip yang sama dengan sumber cahaya lainnya.
Laser memiliki tiga karakter spesial yang menuntun pada kegunaannya di
beberapa aplikasi yakni koheren, monokromatik dan keterarahan ditunjukkan
pada Gambar 2.8.
Koherensi tergantung pada celah sudut divergensi sinar. Sebuah sinar yang
tidak koheren hanya dapat difokuskan pada daerah yang sempit. Sinar laser
berbeda dengan cahaya putih dalam hal koherensinya. Hal ini disebabkan karena
laser memiliki panjang gelombang yang sama dan semua gelombang berjalan
dalam satu fase. Karena masing-masing gelombang tidak saling bertubrukan dan
divergen, intensitas cahaya yang tinggi dapat dihasilkan dengan memfokuskannya
dengan bantuan sebuah lensa.
2.3.3.2 Monokromatik
Karena kaca prisma bersifat dispersi, kaca prisma dapat memisahkan cahaya putih
menjadi beberapa komponen warna (Gambar 2.9(a)). Lebar pita pada cahaya putih
adalah selebar seluruh spectrum tampak, yakni 300 nm. Jika cahaya misalnya
cahaya merah normal jatuh pada prisma, cahaya merah tersebut dipisahkan pada
komponen panjang gelombangnya juga. Pada kasus ini, bagaimanapun juga, lebar
pita jauh lebih kecil, hanya sekitar 10 atau 20 nm. Prisma akan menghasilkan
berkas warna yang sempit dengan range dari warna merah gelap sampai merah
terang (Gambar 2.9(b)), tetapi prisma akan memiliki pengaruh yang terlihat pada
laser cahaya merah pada Gambar 2.9(c) karena lebar pitanya makin kecil
dibandingkan dengan cahaya merah dari filter pada Gambar 2.9(b).
Divergensi laser diukur dalam satuan mili radian. Ukuran ini sangat kecil dan
merupakan hasil dari persyaratan bahwa cahaya harus membuat banyak pantulan
pada laser resonator sebelum cahaya tersebut melalui cermin yang sebagian
ditransmisikan. Hanya sinar yang berada pada garis tengah resonator yang dapat
membuat sejumlah putaran yang diperlukan untuk menghasilkan sinar yang
searah dengan sudut penyimpangan yang kecil (Gambar 2.10).
(2.10)
Kecerahan yang dihasilkan sinar laser jauh lebih cerah dibandingkan dengan
cahaya biasa. Hal ini dikarenakan diameter sinar sangat kecil karena sudut
penyebarannya kecil dan sinar laser memiliki koherensi yang tinggi.
Laser CO2 adalah salah satu laser yang menghasilkan energi yang tinggi (energi
yang dihasilkan lebih dari 100kW) dan salah satu laser yang efisien (slope
efesiensinya sekitar 15-20%). Pada laser ini, molekul CO2 berosilasi pada panjang
gelombang 10,6 m di daerah infra merah. Transisi yang penting terjadi diantara
tingkat energi vibrasi dari molekul CO2. Laser CO2 merupakan laser yang
beroperasi secara kontinyu, pulsa atau Q-switching. Bahkan dengan daya
beberapa watt, laser CO2 mampu memancarkan sepersekian watt dapat memotong
beberapa material untuk pijaran dengan cepat. Laser CO2 saat ini banyak
digunakan dalam proses pemotongan logam, bahan tenunan dan pengelasan
logam. Struktur (design) laser CO2 dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Sebuah laser dalam bentuknya paling dasar terdiri dari sebuah penguat elemen
yang terkandung dalam dalam sebuah resonator optik. Untuk memproduksi
pancaran laser, penguat elemen harus distimulasi. Stimulasi ini dapat diberikan
dengan pelepasan elektrik melalui sebuah plasma yang digunakan pada laser ion
argon atau dengan radiasi optik seperti yang diberikan pada cahaya lampu.
Gambar 2.13 merupakan skema dari laser pemompa. Pada beberapa zat
padat (tetapi tidak untuk semikonduktor) media penguatan laser adalah insulator
elektrik, eksitasi optik merupakan cara yang paling tepat untuk memproduksi
penguatan. Dioda pemompa merupakan sebuah tipe pemompa optik dan memiliki
fitur tertentu yang sama dengan jenis pemompa optik yang lain.
Laser dioda adalah salah satu jenis laser yang banyak digunakan untuk
berbagai aplikasi. Laser dioda adalah jenis laser zat padat yaitu terbuat dari bahan
semikonduktor. Sambungan p-n mirip dengan yang terdapat pada dioda pemancar
cahaya (Light Emitting Diode). Prinsip kerja laser ini sama seperti dioda
semikonduktor lainnya yaitu terdiri dari sambungan P dan N. Proses pembangkit
laser pada bahan semikonduktor pada dasarnya adalah transisi elektron dari pita
Laser Helium Neon (He-Ne) adalah salah satu laser gas yang paling ekonomis dan
umum digunakan dipasaran. Laser yang biasa digunakan biasanya dirancang
untuk beroperasi pada panjang gelombang 632,8 nm dengan cahaya berwarna
merah meskipun masih banyak jenis laser He-Ne dengan variasi panjang
gelombang seperti, laser He-Ne dengan panjang gelombang 543,5 nm (hijau),
594,1 nm (kuning), 611,9 nm (jingga) dan lain sebagainya. Biasanya penggunaan
laser He-Ne banyak ditemukan pada holografi, spektroskopi, metrologi,
perwawatan medis, bar code scanning dan sebagainya.
Laser He-Ne pada dasarnya merupakan rongga optik yang terdiri dari
sebuah tabung kaca dengan cermin pada kedua ujungnya dimana cermin pada
bagian belakang bersifat 100% reflektor dan cermin bagian depan bersifat 99%
reflektor. Cermin bagian depan biasanya disebut dengan cermin coupler.
(www.powertechnology.com)