Anda di halaman 1dari 20

Diferensiasi Sel

biologipedia.blogspot.com/2010/12/diferensiasi-sel.html

Diferensiasi sel adalah suatu perubahan sel dimana sel yang telah mencapai volume
pertumbuhan akhir menjadi terspesialisasi sesuai fungsinya menghasilkan jenis
jaringan, organ atau organisme baru. Diferensiasi meliputi 2 hal :

1. Perubahan struktur dan aktivitas biokimia.


2. Perubahan aktivitas fisiologis.

Diferensiasi sel terjadi karena :


1. Semua informasi genetik yang dimiliki oleh suatu organisme akan diwariskan
kepada sel anak pada saat pembelahan sel. Artinya : Informasi genetik yang tepat
perlu diterima oleh setiap sel, sehingga setiap organ pada organisme dapat
berkembang pada jalur yang tepat. Dalam perjalanan proses perkembangan, setiap
informasi genetik yang tidak relevan atau tidak dibutuhkan atau disimpan dan tidak
digunakan.

2. Semua sel anak mula-mula memperoleh semua informasi genetik, tetapi bila pada
jaringan tertentu tidak diperlukan lagi akan mengalami degenerasi.

3. Semua informasi genetik diwariskan sama banyak, tetapi pada jaringan tertentu
informasi tersebut dilipat gandakan.

Selain disebabkan oleh perbedaan aktivitas gen tersebut diatas, diferensiasi juga dapat
disebabkan karena :

a). Polaritas pada saat pembelahan sel tidak merata.

Perbedaan tersebut disebabkan karena penyebaran senyawa tertentu di dalam plasma


tidak merata. Pada kutub yang satu konsentrasinya rendah, sedangkan di kutub yang
lain konsentrasinya tinggi.
b). Pembelahan sel tidak setara

Dinding pemisah sel terbentuk tidak ditengah-tengah sehingga dihasilkan 2 sel yang
tidak sama besar. Awal yang tidak sama dari 2 sel anakan ini tentu menyebabkan
perbedaan aktivitas metabolisme sehingga salah satu sel anak dapat membelah lagi
sedangkan yang lain tidak mampu lagi.

c). Letak sel dalam jaringan. (digunakan dalam teknik kultur jaringan).

d). Faktor Hormon.

Diperlukan dalam jumlah sedikit, karena tidak berpengaruh secara langsung dan
kerjanya relatif lambat.

e). Faktor lingkungan (cahaya, suhu, ketersediaan air, oksigen, dll).

Semua sel yang telah mengalami diferensiasi, asal masih hidup bersifat totipotens.
Artinya : bila lingkungan sesuai dapat tumbuh membentuk individu baru.

Khusus dalam kaitannya dengan diferensiasi sel pada hewan atau manusia, setelah
zigot terbentuk akan berkembang menjadi morula dan kemudian berkembang lagi
menjadi blastula. Blastula kemudian akan berkembang lagi mejadi gastrula. Pada
tahap gastrula ini lah akan terbentuk 3 lapisan baru yaitu : Ektoderm, Mesoderm, dan
Endoderm. Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi kulit, rambut, sistem saraf dan alat
indera. Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otok, rangka, alat reproduksi, alat
peredaran darah dan alat ekskresi. Sedangkan endoderm akan berdiferensiasi menjadi
alat pencernaan dan alat pernapasan seperti paru-paru

1. B. Diferensiasi Sel
http://tintakuliah.wordpress.com/tag/diferensiasi-sel/
Diferensiasi adalah suaru proses yang menjadikan sel menerima fungsi biokoimia dan
morfologi khusus yang sebelumnya tidak ada. Sel-sel yang ditentukan seperti itu
biasanya kehilangan kemampuan untuk membelah. Dan juga merup[akan proses yang
dapat mengakibatkan sekumpulan sel menjadi berbeda-beda dalam struktur, fungsi
dan perilaku.

Terjadinya diferensisasi, berlangsung saat embrio. Dengan adanya diferensisasi


terjadi pembagian pekerjaan atau aktivitas tubuh sehingga lebih efektif. Dengan
adanya diferensisasi maka akan terjadi spesialisai bagi berbagai populasi sel anak.
Spesialisasi itu terjadi baik intra maupun ekstra seluler.

Spesisalisasi ekstra ialah seperti pembentukan serat ekstra seluler oleh sel-sel
fibroblas pada jaringan pengikan dan penunjang, lalu pembentukan bahan metriks,
bagi sejenis jaringan dan populasi sel adalah khas.

1. Sel otak banyak mengandung mikrofilamen aktin dan miosin yang tersusun
berjejer rapat, juga banyak mengandung mitokondria sebagai sumber energi
bagi proses berkerut mengendur.
2. 2. Sel kelenjar penghasil enzim banyak mengandung retikulum endoplasma
dan alat golgi yang besar.
3. Sel efitel kulit banyak mengadung retikulum endoplasma dan giat meproduksi
serat keratin.
4. Sel saraf memiliki bentuk khas panjang halus seperti serat dan mampu
mengalirkan rangsangan listrik maupun kimia, pada ujung serabut
menghasilkan cairan kimia yang disebut neurotransmitter.
1. C. Tahap diferensiasi

Dalam diferensiasi terjadi kedalam beberapa tahapan yaitu pada tingkat pertumbuhan
embrio. Seperti zigot, blastula, grastula, tubulasi, organogenesis.

1. Zigot

Zigot adalah ovum yang dibuahi spermatozon. Bagian atas ovum disebut kutub
animal terdapat daerah ooplas (sitoplasma ovum) yang nantinya akan menjadi bakal
ektoderm. Bagian bawah kutub ovum disebut kutub vegetal ooplas yang akan
menjadi bakal mesoderm. Sedangkan bagian samping antara kedua kutub akan
menjadi bakal endoderm. Eksoderm bakal tumbuh menjadi epidermis dan saraf.
Endoderm bakal menjadi lapisan lendir saluran pencernaan bersama kelnjar dan paru,
mesoderm bakal menjadi jaringan pengikat, penunjang, otot, alat dalam.

1. Blastula

Terjadi pada tingkat pertumbuhan embrio, terbentuk daerah kelompok sel yang akan
menjadi jaringan utama tubuh. Setelah berdiferensiasi, pupolasi sel menjadi
epidermis, saraf, notokord (sumbu penyokong primer), mesoderm. Diferensiasi mulai
terjadi pada kelompok sel. Blastomer (sel blastula) sebelah bakal jadi endoderm,
sebelah atas bakal jadi ektoderm, dan bagian tengah bakal menjadi mesoderm.

1. Gastrula
Pada tingkat gastrula, embrio sudah mengandung 3 lapis benih yang terdiri dari sel-
sel yang tersusun di daerah tertuntu tubuh, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Pada tingkat grastula, baru berupa daerah sel sedangkan pada tingkat gastrula sudah
membentuk lapisan yang sangat jelas. Diferensiasi berlanjut dengan terbentuknya 3
lapis benih yaitu ektoderm sebelah luar, endoderm sebelah dalam dan mesoderm di
tengah.

1. Tubulasi

Pada tingkat tubulasi, ketiga lapis benih, sudah berupa bumbung sehingga merupakan
bumbung epidermis yang melingkup seluruh permukaan tubuh. Bumbung saraf
bagian depan, bakal jadi otak dan yang belakang bakal bakal jadi batang saraf
punggung. Bumbung endoderm menjadi lapisan lendir saluran pencernaan, dan
bumbung mesoderm akan membentuk otot, alat dalam dan rongga tubuh. Diferensiasi
makin rinci pada tingkat tabulasi. Lapisan ektoderm membentuk bumbung
epidermis/kulit dan bumbung saraf, lapisan endoderm membentuk bumbung saluran
pencernaan, dan lapisan mesoderm membentuk berbagi bumbung dan saluran pada
berbagi alat dalam.

1. Organogenesis

Pada tingkat organogenesis, diferensiasi lebih rinci lagi, di sini sudah terbentuk
seluruh macam jaringan dan alat tubuh secara lengkap, sehingga pada saat kelahiran
anak sudah dalam bentuk yang tetap. Pada beberapa Vertebrata rendah, seperti ikan
dan amfhibi masih ada tingkat berudu, sebagai bentuk tetap,.

Bumbung mengalalami diferensiasi lagi berbentuk berbagai alat. Bumbung saraf


membentuk bagian-bagian otak dengan kuncup indera. Bumbung endoterm
berdiferensiasi membentuk saluran pencernaan dan saluran pernapasaan termasuk
kelenjar hati dan pankreas. Bumbung mesoderm berdiferensiasi membentuk otot ,
tulang, ginjal, gonad, jaringa pengikat, serta darah bersama pembuluh dan jantung.

TEMPAT DIFERENSIASI DAN FAKTOR-FAKTOR DIFERENSIASI

1. A. TEMPAT DIFERENSIASI

Sebelum membahas tentang tempat diferensiasi dan faktor-faktor diferensiasi kita


harus mengetahui tentang pengertian diferensiasi. Diferensiasi adalah suatu proses
yang menjadikan sel atau klon sel menerima fungsi biokimia dan morfologi khusus
yang sebelumnya tidak ada.
Diferensiasi terjadi pada tiga tempat, yaitu intra dan ekstrasel, populasi sel serta
jaringan dan alat.

1. Diferensiasi intrasel dan ekstrasel

Diferensiasi intrasel terjadi pada organel. Untuk menjadi sel otot terjadi spesialisasi
pada mikrotubul dan mikrofilamen, juga makin banyak terbentuknya mitokondria
dibandingkan dengan sel alin. Pada sel kelenjar penggetah enzim dan lendir terjadi
spesialisasi pada reticulum endoplasma, ribosom dan badan golgi, akan sangat aktif
dan banyak mengisi sel.

1. Diferensiasi populasi sel, diferensiasi jaringan dan alat.

Diferensiasi populasi sel terjadi pada bahan interseluler dan pertautan sel atau
komunikasi sesame sel sepopulasi. Semua sel sepopulasi mengandung junction yang
khas dan lewatnya dapat dialkukan komunikasi dan distribusi bahan secara merata.
Antara sel tetangga dibentuk semen(cement) untuk merekatkan sel di sebelahnya. Sel
sepopulasi atau sejaringan, biasanya memiliki pertautan/sambungan/junction. Agar
kerukunan dan keharmonisan dapat dipelihara. Pada keadaan biasa, populasi sel
dicegah agar tidak terjadi pergerakan pindah meninggalkan populasinya, yaitu dengan
adanya sifat contact inhibition antara selnya. Sementara itu sel sepopulasi dicegah
untuk membelah terus yaitu dengan adanya zat khalon. Khalon adalah substansi yang
sukar diekstrak (glikoprotein dengan berat molekul lebih kecil dari protein pada
umumnya dan dapat merembes masuk sel sacara difusi terikat, bertindak sebagai
koresepsor dalam pengaturan sintesa protein), terdapat dalam jaringan mamalia dan
mempunyai pengaruh anti mitosis dari suatu pengaturan diri yang bergantung pada
ketebalan jaringan yang memproduksinya. Hal ini perlu, agar suatu jaringan tidak
terjadi over populasi atau mengalami hyperplasia (pembelahan berlebihan pada sel
dewasa). Khalon akan terlepas dari jaringan jika terjadi luka sehingga sel di sekitar
luka dapat terdediferansiasi lalu bermitosis sehingga terjadi penyembuhan sel. Sel
kanaker tidak mengandung sifat contact inhibition maupun zat khalon. Oleh sebab itu
sel kanker berkeliaran, tidak diam dan rukun dengan sel tetangga, namun terus
bermitosis. Khalon terus bekerja mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi sel pada
organogenesis, sehingga terbentuk berbagai jenis jaringan dan organ. Adanya zat
khalon, suatu alat/organ akan tumbuh seimbang dengan alat/organ lain.

Sel embrio dan sel induk mampu berdifernsiasi. Sel embrio artinya masih pluripoten,
sel dewasa unipoten. Sel induk selalu bersifat muda dan umurnya yang terbatas
diperbaharui pada sel anak. Sel embrio yang terdapat pada seluruh bagian tubuh
embrio, sel induk terkandung dalam berbagai jaringan atau alat/organ sejak embrio
sampai dewasa. Pada tumbuhan, sel induk terdapat pada jaringan meristem, yaitu
pada pucuk akar, pucuk batang, cambium. Pada hewan terdapat dalam gonad, disebut
epitel germinal, lapisna benih epidermis/kulit luar, sumsum tulang kelenjar, lapisan
lender saluran pencernaan, saluran pernapasan, kelamin dan saluran kemih; juga
tersebar pada jaringan pengikat di berbagai daerah tubuh.

Sel yang sudah berdiferensiasi tidak mampu lagi bermitosis, namun akan menua. Hal
ini disebabkan Karena sifat kehidupan memiliki umur terbatas, fana, tidak kekal.
Pada suatu ketika sel menua pun akan mati.

1. B. FAKTOR DIFERENSIASI

Faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi sel ada dua yaitu ekstrinsik dan
intrinsik.

1. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah factor yang berasal dari luar sel. Faktor ekstrinsik terdiri dari
supali bahan metabolis dan elektrolit, gas pernapasan, gravitasi, suhu, sinar matahari,
pH, letak sel dan kadar zat inductor dan mesoderm.

Protoplasma, merupakan bahan sel anak, sebagian besar terdiri dari protein dan
lemak. Lemak membina membrane bersama protein, sedngkan protein sendiri
membina sebagian besar organel dan bahan produksi. Oleh sebab itu dalam
pertumbuhan dan diferensiasi, sintesa protein memegang peran utama. Arah
diferensiasi ditentukan pada arah atau bentuk sintesa protein. Factor intrinsic dan
ekstrinsik diferensiasi di atas berpengaruh secara langsung atau tidak langsung
terhadap sintesa protein.

Contoh diferensiasi sel embrio jadi sel pigmen melanosit. Sel pigmen mengandung
pigmen melamin. Melanin dibentuk dari bahan mentah asam amino fenilalanin, maka
diperlukan enzim tironase. Enzim ini disintesa dalam reticulum endoplasma, lalu
disekresi berupa granula berisi pigmen melanin oleh badan golgi. Enzim tersebut
disintesa melalui proses transkripsi (pencetakan ARN) dan tranlasi (menerjemahkan
informasi genetis yang dibawa ARN-m menjadi untaian asam amino dalam ribosom).
Trnskripsi dan translasi ditentukan oleh kromatin dalam inti. Kadar fenilalanin dalam
sitoplasma juga ikut menentukan diferensiasi sel induk menjadi melanosit.

Diferensiasi sel embrio menjadi sel otot dipengaruhi oleh banyak factor dan melalui
proses yang panjang serta menempuh sintesa protein. Mikrofilamen aktin dan myosin
adalah protein. Untuk terbentuknya mikrofilamen diperlukan enzim dan enzim
terbentuk melaluisintesa protein. Pada sel otot banyak mengandung mitokondria yang
terdiri dari lemak dan protein. Diferensiasi sel embrio menjadi sel epidermis melalui
tahapan sintesa protein karena serat keratin yang membina sel tersebut adalah protein.
Diferensiasi untuk menjadi sel kelenjar akan menghasilkan lender, enzim, hormone
dan antibody harus melewati sintesa protein. Bahan-bahan sel yang telah
berdifernsiasi mengandung gabungan protein, lemak atau karbohidrat, diproses dalam
mitokondria dan badan golgi.

Jika berbeda jumlah, komposisi dan keisomeran asam amino, maka proteinnya pun
akan berbeda pula. Untuk terbentuknya sejenis protein yang dibina atas beratus-ratus
asam amino, walaupun jenis asam amino hanya sekitar 20 macam, diperlukan banyak
enzim. Setiap tingkat reaksi kimia dalam sel, memerlukan enzim khusus. Jenis
protein atau bahan protoplasma yang terbentuk dalam diferensiasi dapat beribu-ribu
jenis, maka jenis enzim yang diperlukan untuk pembentukannya pun berlipat ganda
banyaknya, mungkin sampai ratusan ribu jenis.

Setiap enzim dikode oleh sejenis gen. jika suatu protein atau bahan protoplasma
disintesa dengan memerlukan lima tahap reaksi, berarti lima jenis enzim maka untuk
satu jenis protein itu perlu ada lima jenis gen.

Pada faktor ekstrinsik kadar dan komposisi bahan yang masuk sel melalui membrane
dapat menjadi faktor difernsiasi. Sampai saat ini belum dapat ditelusuri bentuk kadar
dan komposisi bahan yang tepat untuk mengarahkan pertumbuhan suatu sel.
Misalnya pada sel otot dapat menerima dan mengalirkan rangsang berupa arus listrik
serta zat cairan, terutama karena membrane selnya peka akan perubahan
konsentrasinya ion Na+ dan K+. semua itu hanya faktor genetislah yang memprogram.

Dalam diferensiasi, O2 menentukan arah dan jalan diferensiasi. Sel yang berada di
sebelah luar akan mendapat lebih banyak gas pernafasan daripada sel yang berada di
sebelah dalam tubuh embrio. Oleh sebab itu terjadi perbedaan dalam kadar ATP juga
segala aktivitas sel.

Gravitasi berpengaruh pada distribusi bahan dalam sitosol, terutama berpengaruh


pada ovum yang mengandung banyak makanan cadangan yagn disebut deutoplasma
atau yolk. Deutoplasma menumpuk di daerah kutub vegetal, sedangkan di daerah
kutub animal sedikit sekali. Hal ini berakibat pada daerah kutub animal lebih mudah
dan lebih sering membelah diri; sedangkan di daerah kutub vegetal lebih besar-besar
selnya dan lebih banyak mengandung deutoplasma. Dengan adanya dua perbedaan
tersebut, maka terjadilah diferensiasi sel. Sel-sel daerah kutub animal, ovum biasanya
akan menjadi jaringan epidermis dan saraf, sedangkan daerah kutub vegetal akan
menjadi lapisan lender, saluran pencernaan yang banyak mengandung kelenjar
sedngkan daerah antara kutub animal dan vegetal akan menjadi sel-sel membina
lapisan mesoderm yang akan menjadi jaringan penunjang, jaringan pengikat dan
jaringan otot.
Suhu dapat mempengaruhi arah dan jalan diferensiasi. Diferensiasi bias terjadi
melalui difernsiasi dalam sintesa protein. Proses sintesa protein memerlukan banyak
enzim dan enzim memerlukan suhu media yang optimum, maka mudah dimengerti
bahwa variasi pada suhu lingkugan dapat mempengaruhi arah dan jalan difernsiasi.
Faktor pH juga mempengaruhi diferensiasi. Enzim bekerja optimal pada pH media
yang cocok, jika pH naik-turun akan menyebabkan difernsiasi.

Sinar terutama berpengaruh pada pertumbuhan sel berpigmen, baik pada hewan
maupun tumbuhan. Jika sinar matahari kurang atau tidak ada, pertumbuhan sel
pigmen akan tertahan. Letak sel dalam tubuh embrio dapat menjadi factor difernsiasi.
Sel yang letaknya sebelah luar akan lebih banyak mendapat O2 , namun akan lebih
banyak menerima tekanan fisik dan perubahan suasana lingkungan. Embrio yang
sudah menempuh tahap gastrula dan tubulasi mengandung zat inductor, yang
dihasilkan oleh sel-sel lapisan mesoderm. Zat ini menginduksi pertumbuhan dan
difernsiasi jaringan sekitarnya, termasuk jaringan mesoderm sendiri. Jika lapisan
ectoderm yang bakal jadi jaringan saraf dilepaskan dari lapisan mesoderm yang
berada di bawahnya, ternyata ectoderm itu tidak berdiferensiasi jadi jaringan saraf.

1. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam sel. Factor intrinsic berada
dalam inti dan sitoplasma. Faktor dalam inti adalah kromatin. Faktor dalam
sitoplasma sangat kompleks, terutama berupa enzim, kadar metabolit dan elektrolit,
serta komposisi suatu organel.

Hormone menjadi factor diferensiasi ketika embrio sudah menempuh tahap


organogenesis. Hormon mungkin dihasilkan oleh tubuh embrio sendiri, atau
dihasilkan oleh tubuh induk, yang mengalirkannya ke tubuh embrio melalui plasenta
(pada mamalia). Hormone steroid dapat merembes masuk sel, terus ke dalam inti dan
merangsang ADN untuk melakukan transkripsi atau replikasi untuk persiapan
bermitosis. Hormone non-steroid merangsang zat reseptor pada plamalemma, dan
secara estafet menyampaikan rangsangan kepada ADN inti untuk aktif bertranskripsi
atau replikasi.

Disini pengaruh hormone jelas sekali tampak pada perubahan yang terjadi di daerah
gembungan pada kromatin. Gembungan merupakan daerah gen yang aktif melakukan
transkripsi, mengandung banyak ARN-m dan protein non-histon. Jika gen di daerah
gembungan sedang aktif, berarti ADN-nya dalam keadaan longgar dan pilihannya
terbuka (despiralisasi). Ternyata jika ke dalam sel dimasukkan hormon tertentu maka
gembungan itu muncul dan besar. Terbentuknya gembungan pada daerah tertentu
kromatin bergantung pada jenis hormone yang merembes masuk sel.
Pada keluarga lalat buah (Drosophila) terkenal adanya kromosom raksasa, yang
panjangnya beberapa mm, di bawah mikroskop cahaya tampak jelas mengandung
pita-pia vertical pada kromatin. Pita-pita tersebut merupakan daerah gen. apabila gen
sedang aktif bertranskripsi maka pada suatu daerah pita-pita tersebut akan menjadi
gembungan. Apabila ulat serangga diberi suntikan hormone pertumbuhan tingkat
larva (juvenile hormone), maka akan tampak gembungan pada daearah tertentu
kromatin.

Gambar Gembungan di daerah tertentu kromatin

Timbulnya gembungan pada beberapa tempat kromatin sel ulat lalat buah, disebabkan
adanya rangsang dari hormone pertumbuhan ulat. Kiri; sebelum dirangsang; kanan:
sesudah dirangsang.

Factor intrinsic beroperasi dalam tingkat transkripsi dan translasi. Dalam tingkat
transkripsi diferensiasi terjadi oleh pembedaan pada jenis daerah kromatin yang
sedang melakukan transkripsi. Saat interfase kromatin inti berada dalam 2 fase
heterokromatin dan eukromatin. Jika dalam fase hetero, pilinana ADN rapat dan
padat , dan non-aktif. Jika dalam fase eu-pilinan ADN longgar lepas, maka aktif
melakukan transkripsi. Menurut pengamatan hanya sekitar 5% And kromatin dalam
suatu sel yang eu pada suatu pertumbuhan. 95% lagi dalam status hetero. Walau
semua sel dalam tubuh embrio mengandung bahan genetis dan susunan gen yang
sama, namun dapat terjadi diferensiasi pada daerah kromatin atau ADN mana yang
yang sedang bertranskripsi.

Dalam proses transkripsi diperlukan enzim ARN-polimerase, nukleosida, fosfat, ATP


dan beberapa elektrolit seperti Na+, Ca+2 dan Mg+2. Difernsiasi dalam tingkat
transkripsi mungkin terjadi karena pembedaan dalam salah satu atau beberapa bahan.

Diferensiasi terjadi pula pada transkripsi karena pembedaan dalam enzim proteinsae
yang melepaskan protein histon dan non-histon dari belitan ADN. Supaya pilinan
ADN longgar dan kedua molekul yang sepasang merenggang, maka perlu kiranya
terlebih dahulu histon dan non-histon yang dililit serta tempatnya membenam terurai.
Wilayah mana kromatin dan pada kromatin mana yang menjadi onggar dapat
nerdiferensiasi menurut perbedaan pada penguraian histon non-histon tadi. Perbedaan
supali bahan yang masuk ke dalam inti terutama enzim-enzim, maka akan berbeda
pula kodon pada ARN-m dan pada translasi akan berbeda pula asam amino yang
diuntaikan untuk jadi peptide. Pada suatu protain, beda satu asam amino saja akan
beda pula perilaku dan sifatnya. Contoh dalam sintesa hemoglobin yang mengandung
protein globulin. Hb normal yang umum pada orang disebut Hb A. dalam Hb terjadi
variasi orang yang memiliki Hb C, Hb S, Hb 0. Masing-masing Hb hanya mempunyai
perbedaan satu asam amino dari Hb A., lihat tabel 5.1 Hb abnormal. Artinya hanya
berbeda pada satu kodogen pada ADN eukromatin, dari ratusan kodogen lain yang
melakukan transkripsi pada bagian eukromatin tersebut. Perbedaan pada kodogen
umumnya terjadi karena mutasi. Mutasi adalah perubahan pada susunan nukleotida
AND terjadi karena gangguan pada suasana lingkungan sel, intra maupun interseluler.

Gen dan ADN banyak yang rangkap dalam sel suatu organism. Artinya ganda dalam
komponen nukleotida maupun dalam transkripsi dan translasi. Jadi gen A yang akan
mensintesa protein A, banyak terdapat dalam suatu inti sel. Hal ini perlu jika suatu
ketika sel harus memproduksi protein yang banyak dalam waktu singkat. Seperti pada
sel plasma, harus menghasilkan anti bodi (imunoglobulin) yang banyak, diperlukan
untuk menyerang benda asing yang masuk tubuh. Gen ganda ini berfungsi sebagai
tindakan pengamanan, jika suatu ketika gen A rusak atau bermutasi dan mutant (hasil
mutasi) itu berakibat sangat buruk sehingga dapat mematikan sel. Jika masih ada
cadangan duplikatnya maka transkripsi akan berlangsung normal.

Pembagian kerja antara gen rangkap, sampai saat ini belum diketahui, namun dapat
dibayangkan bahwa perubahan dalam komposisi bahan yang masuk ke dalam inti
dapat membuat diferensiasi dalam transkripsi. Hal ini mungkin jumlah ARN-m dari
berbagai gen yang berbeda, mungkin pula dalam jumlah ARN-m dari atu gen.
eksperimen menemukan bahwa jika sel diberi ARN-polimerase yang diambil dari
kromatin sel dewasa yang sudah berdifernsiasi, maka sel itu hanya mampu
mensintesa enzim tertentu, sesuai dengan jenis enzim yang diproduksi oleh sel dari
mana enzim itu diambil.

Transkripsi harus bekerja sama dan berinteraksi antara sitoplasma dan inti/kromatin.
Makin dewasa umur sel makin terspesialisasi bentuk transkripsi untuk sintesa sejenis
protein. Namun potnsi kromatin tetap pluripoten. Oleh sebab itu potensi kromatin
untuk diferensiasi dipengaruhi oleh umur sitoplasma sel bersangkutan.

Jika dilakukan pencangkokan inti blastomer atau inti sel epitel lapisan lender usus ke
ovum yang intinya sudah diangkat atau dibunuh dengan sinar ultraviolet, maka akan
tumbuh embrio normal. Hal ini menunjukkan bahwa kromatin aktif, berarti
pluripoten. Namun jika yang dicangkokkan ke dalam ovum adalah inti gastromer (sel
gastrula), maka terjadi berbagai macam embrio yang abnormal dan tidak dapat
melanjutkan pertumbuhan (mati)

Table 2.1 Hb Abnormal

No. Nama Hb Abnormal Perubahan asam amino dari I ke


1. Hb J Toronto Alanin aspartat
2. Hb I Texas Lisin glutamate
3. Hb G Honolulu Glutamate glutamine
4. Hb M boston Histidin tirosin
5. Hb M Indonesia Glutamate lisin (rantai)
6. Hb S Glutamate valin
7. Hb C Glutamate lisin (rantai)

Antara gen terjadi interaksi dalam transkripsi suatu jenis protein atau suatu jenis
karakter anatomi-fisiologi. Ada karakter yang ditumbuhkan oleh 1 gen, namun
banyak pula karakter yang ditumbuhkan oleh banyak gen, namun banyak pula
karakter yang ditumbuhkan oleh banyak gen yang bekerja sama dan berinteraksi.
Tinggi tubuh, warna kulit/bulu adalah contoh karakter yang ditumbuhkan oleh
banyak gen. jika salah satu gen tidak bekerja atau bermutasi maka karakter yang
mereka tumbuhkan akan beda dari asal, sehingga menyebabkan difernsiasi.

Hetero- atau eu-kromatinnnya bahan genetis dalam sel berdiferensiasi menurut umur
embrio. Embrio orang mengandung Hb F (f= fetus, janin) dan setelah alhir digantikan
oleh Hb A. berarti gen Hb berubah keaktifannya setelah embrio lahir. Alat tubuh
masa embrio banyak perbedaannya dengan masa anak dan dewasa. Katak, waktu
berudu bernafas dengan insang, berekor dan tidak berkaki, ampas metabolisme
protein berupa NH4OH2 pemakan tumbuhan vegetarian, sedangkan saat dewasa
bernafa dengan paru dan kulit, tak berekor, berkaki, ampas metabolisme (eksresi)
berupa urea dan karnivora. Maka dengan melihat kenyataan, anatomi tubuhnya
berbeda saat berudu dan dewasa. Artinya gen yang aktif saat embrio berbeda dengan
yang aktif saat dewasa. Jadi, diferensiasi transkripsi terjadi sesuai dengan umur sel.

Dalam translasi dapat terjadi diferensiasi. Terjadinya translasi diperlukan berbagai


enzim, seperti ATP, asam amino lenih kurang 20 jenis, ribosom, elektrolit, ARN-m
dan ARN-t yang cukup. Variasi dalam komposisi bahan-bahan tersebut terutama pada
kadar dan macam asam amino yang ada dalam sitosol, dapat menimbulkan
diferensiasi.

Pertumbuhan dan Perkembangan Sel


Hewan
http://khiashawol.blogspot.com/2012/04/
fise-sel-hewan.html
Pertumbuhan dan perkembangan umumnya terjadi pada organisme multiseluler yang
hidup. Dalam hal ini adalah kaitannya dalam kehidupan sel hewan.
Pertumbuhan: merupakan proses pertambahan ukuran (volume, massa, atau dimensi
tertentu) yang berlangsung di dalam organisme, misalnya tanaman kecil menjadi
tanaman yang besar.
Perkembangan: merupakan suksesi dari perubahan yang berlangsung di dalam
organisme, misalnya sel telur yang dibuahi berkembang menjadi tanaman atau hewan
dewasa.
1. Siklus sel
Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan yang dialami
sel untuk tetap bertahan hidup. Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan
meregulasi waktu pembelahan dan mengatur perkembangan sel dengan mengatur
jumlah ekspresi atau translasi gen pada masing-masing sel yang menentukan
diferensiasinya.Sel adalah unsur terkecil yang menyusun suatu organisme. Dalam
perjalanan hidupnya, sel tidaklah statis, namun ia senantiasa melakukan kegiatan
memperbayak diri Dalam konteks perkembangbiakan pembelahan sel bertujuan agar
reproduksi dan embriyogenesis dapat berkelanjutan. Sel induk gamet
(gametogonium) harus terlebih dahulu berploriferasi, setelah itu gametosit mengalami
pembelahan reduksi. Bila pembuahan terjadi, maka embriogenesis terjadi, yang pada
prinsipnya berlangsung dengan cara perbanyakan satu sel zygot menjadi ribuan
sampai milyaran sel.

Peristiwa tersebut selalu terulang dalam perjalanan hidupnya dan membentuk sebuah
siklus yang dinamakan Siklus Sel. Pertumbuhan dan perkembangan setiap organisme
hidup sangatlah bergantung pada pertumbuhan dan perbanyakan sel itu sendiri.
Fase pada siklus sel

1. Fase S (sintesis)
Tahap terjadinya replikasi DNA dimana periode S adalah periode aktif mensintesa
DNA anak yang disebut replikasi. Lamanya juga 30-40% dari waktu satu daur pada
akhirnya terjadi penggandaan kromatin.

2. Fase M (mitosis)
Tahap di mana terjadi pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan
tunas). Pembelahan sel menampakkan keaktifan mitosis dan sitokinesis sebagai
perubahan yang terus-menerus. Mitosis memiliki beberapa fase antara lain: profase,
metafase, anafase, dan telofase. Mitosis berasal dari kata mitos yang berarti benang,
disebut demikian karena dalam prosesnya terbentuk benang-benang kromosom dalam
inti. Pembelahan semacam ini terjadi pada seluruh jaringan tubuh, baik jaringan
somatic (vegetatif) maupun jaringan germinatif (generatif). Dalam mitosis, karyotipe
yang 2 N (diploid) pada sel induk akan tetap 2 N pada sel anak. Mitosis terjadi pada
sel jaringan yang selalu bersifat muda dan mampu membelah diri terus menerus.
Pembelahan (mitosis), memiliki 4 fase yaitu:
a. Profase (fase awal)
Pada periode ini terjadi perubahan pada nucleus dan sitoplasma. Pada nucleus,
nukleuli menghilang. Serabut-serabut kromatin menjadi lebih menggulung rapat dan
melipat sehingga kian pendek dan tebal berubah menjadi kromosom, yang besar dan
tampak jelas. Kromosom kemudian berduplikasi menjadi dua kromatid anak yang
sama, dan kemudian bergabung pada sentromer. Spindle mitosis terbentuk di
sitoplasma, tersusun dari mikrotubul dan bergabung dengan protein, tersusun teratur
di antara dua sentrosom. Selama profase sentrosom bergerak berlawanan satu sama
lain dan nampaknya bergerak sepanjang permukaan inti melalui pemanjangan berkas
mikrotubul diantara dua sentrosom.
b. Prometafase
Selama prometafase membrane inti terpotong-potong. Mikrotubul dari spindle
sekarang dapat masuk ke dalam inti dan berhubungan dengan kromosom yang telah
menjadi lebih padat. Berkas mikrotubul dinamakan serabut spindel, yang meluas dari
setiap kutub kea rah ekuator sel. Setiap kromatid dari kromosom kini memiliki
struktur khusus yang dinamakan kinetokor, yang terletak pada daerah sentromer.
Mikrotubul yang menambat pada kinetokor dinamakan mikrotubul-kinetokor.
Struktur ini menyebabkan kromosom bergerak. Mikrotubul yang lain, mikrotubul-
nonkinetokor, tersusun radier dari kutub menuju ke ekuator sel tanpa menambat pada
kromosom.
c. Metafase
Sentrosom berada pada kedua kutub sel yang berlawanan. Kromosom berada pada
bidang metaphase, bidang yang mempunyai jarak yang sama antara spindle kedua
kutub. Spindel sentromer dari semua kromosom lurus satu sama lain pada bidang
metaphase. Untuk setiap kromosom, kinetokor dari permukaan kromatid anak
berlawanan kutub sel. Karena itu kromatid yang sama dari setiap kromosom
menambat pada mikrotubul-kinetokor yang tersusun radier dari kutub yang
berlawanan dari sel induk. (Serat gelendong terbentuk sempurna antara kutub,
kromosom menggantung pada serat gelendong tersebut lewat sentromernya, dan
semua bergerak ke bidang ekuator hingga kromosom terletak pada satu bidang datar)
d. Anafase (fase kembalinya kromosom ke kutub bersebrangan.)
Sentromer dari setiap kromosom mengganda, sehingga setiap kromatid memiliki
sentromer sendiri-sendiri. Setiap kromatid sekarang dianggap sebagai calon
kromosom. Spindle mulai menggerakkan kromatid menuju kutub sel yang
berlawanan. Hal ini dikarenakan mikrotubul kinetokor menambat pada sentromer.
Mikrotubul kinetokor memendek ketika kromosom mendekati kutub sel. Pada saat
yang bersamaan kutub dari sel juga bergerak lebih jauh. Akhir dari anafase kedua
kutub sel sama jaraknya dan merupakan kumpulan dari kromosom.
e. Telofase (fase akhir. Pada fase ini sel induk menjadi dua sel anak.)
Pada fase telofase, mikrotubul nonkinetokor selalu memanjang dan anak inti mulai
terbentuk pada kedua kutub sel, dan kromosom berada dalam keadaan terhimpun.
Membrane inti terbentuk dari potongan-potongan membrane inti sel induk dan bagian
lain dari system endomembran. Pada fase profase dan prometafase selanjutnya
nucleoli nampak kembali dan serabut kromatin dari masing-masing kromosom
menjadi kurang erat memilin. Mitosis merupakan pembelahan dari satu inti menjadi
dua inti yang secara genetic sama.
Sitokinesis
Sitokinesis terjadi setelah pembelahan karyokinesis selesai. Kemudian disusul
pembentukan sitoplasma bagi tiap inti baru.

1. Fase G (gap)
Tahap pertumbuhan bagi sel.

1. Fase G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam
keadaan diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun
perkembangan. Kondisi ini sangat bergantung pada sinyal atau
rangsangan baik dari luar atau dalam sel. Umum terjadi dan beberapa
tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman) dan mati.
2. Fase G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara
sitokinesis dan sintesis.
3. Fase G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis.
Fase tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 > kembali ke S.
Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase. Selain mitosis
terdapat juga meiosis, yaitu bentuk pembelahan inti yang sangat penting diantara
reproduksi seksual organisme. Meiosis terjadi pada organisme ekuariot, yang selnya
mengandung jumlah kromosom diploid. Dioploid berarti rangkap, dalam artian
bahwa informasi genetik pada salah satu kromosom dapat dijumpai pada bentuk yang
sama ( atau termodifikasi) pada kromosom kedua didalam inti. Kedua kromosom
membentuk pasangan sedemikian yang dinamakan homolog. Sel diploid manusia
mengandung 46 kromosom, atau 23 pasang homolog ke 46 kromosom dari zigote
terbentuk dari fertilisasi, yang berasal dari sel sperma dan sel telur yang masing-
masing gamet memberikan satu anggotanya dari setiap pasangan homolognya.
Pemembelahan meiosis terdiri atas 2 tahap yaitu:
1. Meiosis pertama (I)
2. Meiosis kedua (II).
Masing-masing tahapan meiosis memiliki ke-4 fase: profase, metafase, anafase, dan
telofase. Istirahat antara kedua tahap disebut interkinesis. Profase meiosis I dibagi
atas 5 sub-tahap: leptoten, zigoten, pakiten, diloten, dan diakinesis.
1. Meiosis I
a. Interfase I
Meiosis didahului oleh interfase, dimana setiap kromosom mengalami proses
replikasi. Proses ini menyerupai pada replikasi kromososm mitosis. Untuk setiap
kromosom, stiap kromatid ( anak) menyerupai sifat genetik yang sama menambat
pada sntromer. Ada sepasang sentriol (pada sel hewan) juga mengalami replikasi
untuk membentuk dua pasang.
b. Profase I
Profase meiosis I dibagi atas 5 sub-tahap: leptoten, zigoten, pakiten, diloten, dan
diakinesis.
1) Leptoten
Kromatin terpilin menjadi kromosom. Terdapat 2 pasang kromosom homolog
2) Zigoten
Kromosom homolog mengandeng; sebelah berasal dari kromosom induk (kromosom
matroklin) dan sebelah lain dari kromosom bapak (kromosom patroklin). Dibeberapa
tempat terjadi persilangan (chiasma; jamak: chiasmata)
3) Pakiten
Kromosom homolog mengandeng rapat sepanjang lengannya, dari pangkal ke ujung
terbentuk tetrade.
4) Diploten
Setiap kromosom membelah longitudinal membentuk dua kromatid, sentromer masih
satu terjadi chiasmata pada beberapa tempat natara kromatid homolog; dari chiasmata
timbul crossing over.
5) Diakinesis
Kromosam (kromatid) mencapai pilinan maksimal, sehingga mencapai besar
maksimal pula. Kromosom homolog merenggang, nukleus menghilang, selapu inti
hancur, sentriol menganda dan setiap pasang menuju kutub berseberangan.
c. Metafase I
Selapu inti menghilang, serat gelondong terbentuk anatara kedua pasang sentriol,
yang terdiri dari: mikrotubuli dan mikrofilia. Kromosom (berpasangan homolog)
bergerak ke bidang ekuator.
d. Anafase I
Sel memanjang dari kutub ke kutub. Kromosom homolog berpisah ke kutub
berseberangan dan kromatid belum terbentuk.
e. Telofase I
Selaput inti terbentuk kembali. Sepasang sentriol berada dipinggir luar selaput.
Cytokinesis terjadi, sehingga sel induk menjadi sel anak. Gametosit I pada akhir
meiosis I menjadi gametosit II.
2. Meiosis II
a. Profase II
Masanya pendek sekali. Selaput inti hilang. Sentriol mengganda dan menuju ke kutub
berseberangan inti. Kromatid disetiap kromosom belum terpia=sah. Sentromer masih
satu.
b. Metafase II
Serat gelondong terbentuk antara pasangan sentriol. Kromosom (sepasang kromatid)
yang menggatung pada serat gelondong lewat sentromer pindah ke bidang equator.
c. Anafase II
Sel memanjang dari kutub ke kutub menurut poros serat gelondong. Sentromer pada
setiap pasangan kromatid membelah sehingga kromatid bersaudara lepas. Kromatid
berpisah dan bergerak ke kutub berseberangan.
d. Telofase II
Kromatid terbuka kembali pilinannya, terlepas-lepas, menjadi jala halus: kromatin.
Selaput inti terbentuk kembali. Nucleolus muncul, melekat pada kromatin. Terjadi
sitokinesis, sehingga dari dua gametaosit II terbentuk 4 gametid. Gametid
mengandung kromosom separuh dari sel induk, dari 2N pada gametosit I, menjadi 1N
pada gametid.
Dengan proses transformasi gametid nanti akan berubah menjadi gamet, yakni sel
benih matang. Meiosis menghasilkan gamet yang mengandung bahan genetis yang:
1. Separuh dari bahan gametogonium
2. Bervariasi, karena terjadinya crossing over pada profase I

PENDAHULUAN
Unit terkecil dalam dasar kehidupan Biologis adalah sel. Semua fungsi kehidupan
diatur dan berlangsung di dalam sel. sel bisa berfungsi secara autonom jika kebutuhan
untuk hidupnya terpenuhi. Organisme tersusun dari satu sel tunggal (uniselular),
contohnya bakteri, Archaea, Jamur dan protozoa) atau dari banyak sel (multiselular).
Dalam organisme multiselular terdapat pembagian tugas terhadap sel-sel
penyusunnya, merupakan dasar bagi hirarki hidup.

Sel terdiri dari struktur-struktur yang mempunyai fungsi masing-masing hampir


serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-
masing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-
sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel
eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat
rapi.

Sel ditemukan oleh imuwan inggris tahun 1665, Robert Hooke yang meneliti irisan
tipis gabus melalui mikroskop buatan sendiri. Nama sel diambil dari kata bahasa
Latin cellula yang berarti rongga.

sel mempunyai perbedaan,dan memliki persamaan. Misalnya, tiap tiap sel


memerlukan nutrisi untuk kelangsungan kehidupan, dan semua sel hampir seluruhnya
mempunyai nutrein yang sama jenisnya. Semua sel menggunakan oksigen dalam
proses untuk membentuk energy. pada semua sel dasarnya adalah sama dan semua sel
juga mengirimkan hasil hasil akhir reaksi reaksi kimianya ke dalam cairan
sekitarnya. Hampir semua sel juga mempunyai kemampuan untuk berkembang biak.
Bila ada sel yang rusak maka sel sel yang tersisa dari jenisnya akan memperbanyak
diri sampai jumlahnya kembali lengkap. Sel terdiri dari dua bagian utama, inti dan
sitoplasma. Inti dipisahkan dari sitoplasma oleh mebran inti dan sitoplasma
dipisahkan dari cairan sekitarnya oleh membrane sel. Substansi yang menyusun sel
bersama sama disebut protoplasma. Protoplasma terdiri atas lima zat dasar yaitu air,
elektroit, protein, lipid dan karbohidrat.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2195133-makalah-biologi-
tentang-sel/#ixzz2IQMZQSbC

Bambang, S. 2006. BIOLOGI SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga

Campbell, Neil A. Reece, Jane B. 2002. Biologi jilid 1. Jakarta : Erlangga

Foster, Bob. 2008. Koding IPA. Bandung : Ganesha Opertaion

Heddy, Suwasono. 1990. BIOLOGI SEL. Jakarta : Rajawali Pers

Satilah, Siti. 1982. BIOLOGI. Jakarta : Gramedia

Patra, rizky. 2012. Pembelahan sel secara mitosis. http://www.crayonpedia.org/mw/A. 22


maret 2012. samarinda.

Prawirohartono. 2012. Mitosis. http://id.wikipedia.org/wiki/. 22 maret 2012. Samarinda.

Prawirosudhirjo. 2012. Meiosis. http://id.wikipedia.org/wiki/. 22 maret 2012. Samarinda

Anda mungkin juga menyukai