Anda di halaman 1dari 31

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan

yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan

pada Tn S dengan diagnosa medis Efusi Pleura pada Lansia di ruang Paviliun

Maskin RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo yang meliputi pengkajian,

perencanaan, dan Evaluasi.

5.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena

penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu

untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien sehingga klien dan keluarga

terbuka dan mengerti serta kooperatif.

Pada dasarnya pengkajian antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak

banyak kesenjangan diantaranya

5.1.1 Keluhan Utama

Pada tinjauan Pustaka keluhan utama yang sering menyebabkan

klien dengan Efusi Pleura yaitu pada pasien dengan effusi pleura didapatkan

keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat

iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk

dan bernafas serta batuk non produktif. Sedangkan pada tinjauan kasus yang

didapat keluhan utama yaitu sesak nafas. Pada tinjauan pustaka dan tinjauan

kasus tidak ada kesenjangan yaitu sama. Hal yang membedakan pada
tinjauan kasus dan tinjauan pustaka, karena di tinjauan kasus dalam keluhan

utama hanya diangkat satu masalah yang paling mengancam nyawa.

5.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tinjauan pustaka meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan

dengan penyakit yang dirasakan saat ini diantaranya didapatkan keluhan

seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan

menurun. Sedangkan pada tinjauan kasus keluhan yang didapat yaitu klien

mengeluh sesak nafas dan batuk disertai seputum, dan saat batuk klien

mengeluh nyeri pada dada kanannya. Jadi pada tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus tidak ada kesenjangan yaitu sama. karena dari masalah yang

muncul di tinjauan kasus sesuai dengan tinjauan pusta, pada kenyataannya

klien mengeluh sesak nafas, batuk, dan nyeri pada dadanya.

5.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Pada tinjauan pustaka meliputi apakah pasien pernah menderita penyakit

seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.

Sedangkan pada tinjauan kasus riwayat penyakit yang pernah diderita oleh klien

yaitu batuk yang tidak kunjung sembuh, dan pilek, pusing, obat-obatan yang

biasanya dikonsumsi oleh klien yaitu obat-obatan dari took disekitar rumah,

kebiasaan berobat kepuskesmas, tidak mempunyai alergi, dan klien merokok. Jadi

pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan yaitu sama.

karena dari masalah yang muncul di tinjauan kasus sesuai dengan tinjauan pusta, pada

kenyataannya klien mengatakan batuk yang tidak kunjung sembuh, dan hasil dari

labolatorium tes seputum positif TBC.


5.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada tinjauan pustaka Secara patologi Efusi Pleura tidak diturunkan,

tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah di alami oleh

anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah.

Sedangkan pada tinjauan kasus bahwa klien tidak ada yang mempunyai penyakit

yang diderita seperti klien dan tidak ada yang mempunyai penyakit menular

seperti hepatitis dan TB Paru. Jadi pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak

ada kesenjangan yaitu sama. karena dari masalah yang muncul di tinjauan kasus

sesuai dengan tinjauan pusta, pada kenyataannya hasil dari tinjauan kasus klien

menderita TB paru.

5.1.5 Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola nutrisi dan metabolik

Pada tinjauan pustaka pasien dengan effusi pleura akan mengalami

penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada

struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses

penyakit. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data fokus klien,

klien kurang nafsu makan karena nyeri dada dan mual, pasien makan 3

x/hari porsi rumah Sakit dengan menu bubur dan lauk-pauk, dimakan

kurang lebih 5 sendok. Jadi pada pola nutrisi tidak ada kesenjangan antara

tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yaitu sama. karena dari masalah yang

muncul di tinjauan kasus sesuai dengan tinjauan pusta, pada kenyataannya klien

makan dari porsi rumah sakit hanya dimakan lima sendok, klien mengeluah

mual, dan nyeri pada dadanya.

2. Pola eliminasi
Pada tinjauan pustaka klien Efusi Pleura tidak mengalami perubahan atau

kesulitan dalam miksi maupun defekasi, sedangkan pada tinjauan kasus

didapatkan data fokus klien tidak ada kesulitan atau perubahan dalam

defekasi. Pada pola eliminasi tidak ada kesenjangan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus yaitu sama. karena dari masalah yang muncul di

tinjawan kasus sesuai dengan tinjauan pusta, pada kenyataannya klien tidak

ditemukan gangguan pada pola eliminasinya.

3. Pola tidur dan istirahat

Pada tinjauan pustaka didapatkan adanya nyeri dada, sesak nafas dan

peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan

kebutuhan tidur dan istirahat sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan

data fokus klien merasa tidak enak saat tidur karena sesak dan batuk yang

tiba-tiba datang dan nyeri pada dadanya. Jadi pada pola tidur dan istirahat

tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yaitu

sama. karena dari masalah yang muncul di tinjauan kasus sesuai dengan

tinjauan pusta, pada kenyataannya klien kesulitan untuk tidur, karena sesak

nafas dan batuk yang menimbulkan nyeri pada dadanya, sehingga klien

mengalami gangguan pola istirahat tidurnya.

4. Pola aktivitas dan latihan

Pada tinjauan pustaka klien Efusi Pleura adanya batuk, sesak napas dan

nyeri dada akan mengganggu aktivitas maka kebutuhan ADL klien

sebagian dibantu oleh keluarganya. Sedangkan pada tinjauan kasus data

fokus klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya klien hanya

berbaring ditempat tidur dan lemah dan ADL klien dibantu oleh keluarga
sebagian. Jadi pada pola aktivitas tidak terdapat kesenjangan antara

tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yaitu sama. karena dari masalah yang

muncul di tinjauan kasus sesuai dengan tinjauan pusta, pada kenyataannya klien

berbaring lemas aktivisas klien dibantu oleh keluarga dan perawat yang

merawatnya.

5. Pola reproduksi dan seksual

Pada tinjauan pustaka penderita Efusi Pleura pada pola reproduksi dan

seksual akan berubah karena kendisi fisiknya melemah. Sedangkan pada

tinjauan kasus didapatkan data fokus klien tidak ada masalah dalam

seksualnya. Jadi pada pola reproduksi dan seksual terdapat kesenjangan

antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, karena klien hanya lemas

karena kondisi tubuhnya, bukan karena ada gangguan pada pola

seksualnya.

6. Pola penanggulangan stress

Pada tinjauan pustaka klien Efusi Pleura dengan adanya pasien yang

belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan

mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang

merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai

penyakitnya sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data fokus jika

klien stress klien bercerita kepada keluarganya dan bertanya tanya pada

perawat yang merawatnya. Jadi pada penanggulangan stress tidak terdapat

kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yaitu sama. karena

dari masalah yang muncul di tinjauan kasus sesuai dengan tinjauan pusta, pada
kenyataannya klien jika ada masah klien bertanya sama perawat dan keluarga

yang mendampingi klien.

7. Pola persepsi spiritual

Pada tinjauan pustaka klien Efusi Pleura Karena sesak napas, nyeri dada

dan batuk menyebabkan terganggunya aktivitas ibadah klien karena

lemah, sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data fokus klien tidak

dapat melakukan ibadah dan tidak dapat melakukan sholat lima waktu

karena lemah. Jadi pada pola persepsi spiritual tidak terdapat kesenjangan

antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus iyatu sama. karena dari masalah

yang muncul di tinjauan kasus sesuai dengan tinjauan pusta, pada kenyataannya

klien masih ingat sama yang kuasa, klien masih bisa berdoa ditempat tidur,

dengan memohon kesembuhan penyakitnya, walaupun klien tidak bisa

menunaikan ibadah sholat seperti biasanya.

5.1.6 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik di tinjauan pustaka menggunakan pemeriksaan

fisik per sistem sedangkan pada tinjauan kasus menggunakan

pemeriksaan secara head to toe. Pemeriksaan fisik ini terdapat

kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yang akan

dibahas secara persistem (B1-B6) yang akan dijelaskan sebagai

berikut:.

1. Status Kesehatan Umum

Pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pemeriksaan setatus

kesehatan umum pada klien dengan Efusi Pleura didapatkan

peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi nafas meningkat


apabila disertai sesak napas. Denyut nadi biasanya seirama dengan

peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah

biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi,

Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien

karena pasien dengan Efusi Pleura mengalami penurunan nafsu makan

akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data fokus pasien

lemah, kesadaran composmentis, GCS 456, suara jelas, tanda tanda

vital yang ditemukan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit,

nadi kuat, ireguler, dan respirasi 32 kali/menit, napas pendek, ireguler,

suhu tubuh 37,5 oC, tinggi badan 168 cm, berat badan saat sakit 40 kg,

dan berat badan sebelum sakit 60 kg.

Jadi pada pemeriksaan fisik pada setatus kesehatan umum tidak

terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus iyatu

sama dari hasil yang diteli ditinjawan pustaka pasien dengan Efusi

Pleura mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan

penekanan pada struktur abdomen, dan penurunan berat badan. Dan

dari hasil yang telah diperoleh penelitian mengalamin penurunan berat

badan dan sesak nafas, ditemukan berat badan sebelum sakit 60 kg dan

berat badan saat sakit 40 kg dan klien sesak dengan respirasi 32

kali/menit, napas pendek, ireguler.


2. Sistem Respirasi (B1 breathing)

1). Inspeksi pada sistem pernapasan (B1 breathing)

Pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pemeriksaan pada

pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga

mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan

menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra

lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR

cenderung meningkat dan Pasien biasanya dyspneu.

tinjauan kasus diketemukan adanya pergerakan simetris,

normal ches (+), keadaan kulit baik, tampak penggunaan otot bantu

asesoris untuk bernapas (+), batuk tidak efektif respirasi klien

mengeluh sesak dengan respirasi 32 kali/menit, napas pendek,

ireguler.

Jadi pada pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan (B1

breathing) tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus iyatu sama dari hasil yang penelitian kenyataannya

klien mengeluh sesak dengan respirasi 32 kali/menit, napas

pendek, ireguler

2). Palpasi pada sistem pernapasan (B1 breathing)

Pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pemeriksaan

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah

cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan

pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit


tinjauan kasus diketemukan adanya Kulit dada baik, tidak

ada peradangan, ekspansi paru positif, taktil fremitus turun

, terdapat nyeri tekan , nyeri timbul saat batuk, nyeri seperti

ditindih, hilang saat istirahat, pasien tidur dan memakai 2 bantal,

skala nyeri 4

Jadi pada pemeriksaan palpasi pada sistem pernapasan (B1

breathing) tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus iyatu sama dari hasil yang penelitian kenyataannya

klien ditemukan taktil fremitus turun pada kenyataannya

3). Perkusi pada sistem pernapasan (B1 breathing)

Pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pemeriksaan Suara

perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila

cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat

batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke

medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-

Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang

jelas di punggung

tinjauan kasus diketemukan adanya Sonor positif pada

terdapat nyeri tekan

Jadi pada pemeriksaan perkusi pada sistem pernapasan (B1

breathing) tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus iyatu sama dari hasil pemeriksaan perkusi ditemukan


bagian paru sonor positif pada karana bagian paru yang

negatif terdapat cairan Efusi Pleura didalamnya.

4). Auskultasi pada sistem pernapasan (B1 breathing)

Pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pemeriksaan

auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi

duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada

kompresi atelektasis dari parenkim paru, mungkin saja akan

ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di

sekitar batas atas cairan.

tinjauan kasus dilkukan periksaan Bronchial tubulus

dengan hasil yang diketemukan adanya rhonki (), wheezing (-) dan

pada pemeriksaan broncovesikuler dengan hasil yang diketemukan

adanya Rhonki (), wheezing (-) dan pada pemeriksaan vasikular

ditemukan hasil rhonki positif pada

Jadi pada pemeriksaan perkusi pada sistem pernapasan (B1

breathing) tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus iyatu sama dari hasil pemeriksaan ditemukan tanda-

tanda auskultasi pemeriksaan vasikular ditemukan hasil rhonki

positif pada

.
3. sistem cardiovasculer (B2 Blood)

1). Inspeksi pada sistem cardiovascular (B2 Blood)

Pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pemeriksaan inspeksi

perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS 5 pada

linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.

tinjauan kasus diketemukan adanya ictus kordis tampak pada

kosta ke-5 sinistra Mid Clavicula Line

Jadi pada pemeriksaan tinjawan kasus dan tinjawan pustaka

sama, dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan inspeksi,

dengan hasil yang didapatkan ictus kordis tampak pada kosta ke-5

sinistra Mid Clavicula Line sesuai dengan tinjawan pustaka.

2). palpasi pada sistem cardiovascular (B2 Blood)

Pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pemeriksaan palpasi untuk

menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan

kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa

adanya thrill yaitu getaran ictus cordis.

tinjauan kasus diketemukan adanya basis jantung costa ke-3 dextra

2 cm dari sternum ke kosta ke-2 sinistra 1 cm dari sternum, apex jantung

ICS 5 sinistra Mid Clavicula Line

Jadi pada pemeriksaan tinjawan kasus dan tinjawan pustaka sama,

dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan palpasi, dengan hasil yang
didapatkan basis jantung costa ke-3 dextra 2 cm dari sternum ke kosta ke-2

sinistra 1 cm dari sternum, apex jantung ICS 5 sinistra Mid Clavicula Line

3). perkusi pada sistem cardiovascular (B2 Blood)

Pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pemeriksaan perkusi

untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar

pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung

atau ventrikel kiri.

tinjauan kasus diketemukan adanya suara redup, batas atas ICS 2

MCL, batas bawah ICS 5 MCL

Jadi pada pemeriksaan tinjawan kasus dan tinjawan pustaka sama,

dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan perkusi, dengan hasil

yang didapatkan suara redup, batas atas ICS 2 MCL, batas bawah ICS 5

MCL dengan hasil normal sesuai dengan tinjawan pustaka.

4). Auskultasi pada sistem cardiovascular (B2 Blood)

Pada tinjauan pustaka didapatkan hasil pemeriksaan

auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau

gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah

jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya

peningkatan arus turbulensi darah.


tinjauan kasus diketemukan adanya S1: ICS IV-V linea mid

klavikula kiri, S2 : ICS II linea sternalis kiri, dengan S1 dan S2

tunggal terdengar suara LUB-DUP

Jadi pada pemeriksaan tinjawan kasus dan tinjawan pustaka

sama, dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan auskultasi

dengan hasil yang didapatkan S1 dan S2 tunggal terdengar suara

LUB-DUP dengan hasil yang normal.

4. Sistem Neurologis (B3 Brain)

Pada tinjauan pustaka teori pengkajian tiatngk kesadaran (B3

Brain) Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga

diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau

comma. refleks patologis, dan bagaimana dengan refleks fisiologisnya.

Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,

penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

tinjauan kasus diketemukan tingkat kesadaran composmetis,

pemeriksaan GCS dengan hasil 4,5,6. Selain itu fungsi-fungsi sensoris hasil

yang dikaji dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan

pengecapan masih baik tidak ada gangguan.

Jadi pada pemeriksaan tinjawan kasus dan tinjawan pustaka sama,

dan tidak ditemukan kelainan dan hasil yang didapat dari peneliti dalam

fungsi-fungsi sensoris, pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan

dan pengecapan masih baik tidak ada gangguan.


5. Sistem perkemihan (B4 Bladder),

Pada tinjauan pustaka teori pengkajian pada sistem perkemihan

(B4 Bladder), klien mungkin tidak mengalami inkontinensia urine , karena

masih mampuan mengomunikasikan kebutuhan, karena tidak ada

kerusakan mengontrol motorik dan postural.

. Sedangkan pada tinjauan kasus data yang didapatkan klien tidak

terjadi pgangguan pada system perkemihannya, karena tidak adanya

kerusakan pada kontrol motorik dan postural.

Jadi pada pemeriksaan tinjawan kasus dan tinjawan pustaka sama,

dan tidak ditemukan kelainan dan hasil yang didapat dari peneliti klien

berkemih secara sepontan tidak dakeluhan dalam berkemih, dengan

konsistensi urin warna kuning jernih.

6. sistem pencernaan (B5 Bowel)

1). inspeksi pada sistem pencernaan (B5 Bowel)

Pada tinjauan pustaka pada teori sistem pencernaan (B5 Bowel)

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar,

tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu

juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.

Sedangkan pada tinjauan kasus data yang didapatkan Perut

tampak datar, tidak tampak benjolan, pergerakan kulit abdomen

simetris, tidak tampak retraksi

Jadi pada hasil pemeriksaan yang didapatkan dilihat dari tinjawan

pustaka dan tinjawan kasus tidak mengalami gangguan pada hasil yang

diteliti.
2). Auskultasi pada sistem pencernaan (B5 Bowel)

Pada tinjauan pustaka pada teori sistem pencernaan (B5

Bowel) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana

nilai normalnya 5-15 kali permenit.

Sedangkan pada tinjauan kasus data yang didapatkan Bising

usus kurang lebih 5 x/menit frekuensi kuat.

Jadi pada hasil pemeriksaan yang didapatkan dilihat dari

tinjawan pustaka dan tinjawan kasus tidak mengalami gangguan pada

hasil yang diteliti hasilnya normal.

3). Palpasi pada sistem pencernaan (B5 Bowel)

Pada tinjauan pustaka pada teori sistem pencernaan (B5

Bowel) Pada pemeriksaan palpasi perlu juga diperhatikan, adakah

nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut

untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga

apakah lien teraba.

Sedangkan pada tinjauan kasus data yang didapatkan

nyeri pada bagian kanan atas, tidak teraba massa pada

abdomen, teraba distensi pada kandung kemih

Jadi pada hasil pemeriksaan yang didapatkan dilihat dari

tinjawan pustaka dan tinjawan kasus mengalami gangguan,

iyaitu nyeri tekan pada bagian babdomen bagian kanan atas,

karena nyeri disebabkan oleh penekanan cairan pleura ke


diavrakma sehingga timbul rasa nyeri dan inflamasi parenkim

paru-paru.

4). perkusi pada sistem pencernaan (B5 Bowel)

Pada tinjauan pustaka pada teori sistem pencernaan (B5

Bowel) Perkusi abdomen normal tympanik, adanya massa padat

atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites,

vesika urinarta, tumor).

Sedangkan pada tinjauan kasus data yang didapatkan dari

hasil pemeriksaan Tympani (+) pada

Jadi pada hasil pemeriksaan yang didapatkan dilihat dari

tinjawan pustaka dan tinjawan kasus tidak mengalami

gangguan pada hasil yang diteliti hasilnya normal

7. sistem pertulangan atau musculoskeletal (B6 Bone)

Pada tinjauan pustaka pada teori sistem pertulangan atau

musculoskeletal (B6 Bone) Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah

edema peritibial, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui

tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time.

Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot

kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

Sedangkan pada tinjauan kasus data yang didapatkan dari hasil

pemeriksaan kekuatan otot semua ekstremitas adalah 5, tidak mengalami

kekakuan sendi pada ekstremitas atas maupun bawah, tidak ada edema,

akral hangat.
Jadi pada hasil pemeriksaan yang didapatkan dilihat dari tinjawan

pustaka dan tinjawan kasus tidak mengalami gangguan pada hasil yang

diteliti hasilnya normal dengan hasil kekuatan otot semua ekstremitas

adalah 5, tidak mengalami kekakuan sendi pada ekstremitas atas maupun

bawah.

5.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pada pemeriksaan diagnostik pada tinjauan pustaka klien

Efusi Pleura didapatkan pemeriksaan rontgen thoraks PA cairan yang

kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat, pemeriksaan CT Scan,

pemeriksaan laboratorium (sputum, urine, cairan kumbah lambung,

pemeriksaan darah)

sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan pemeriksaan

laboratorium (pemeriksaan darah, sputum) dan pemeriksaan rontgen

thorak, hal ini karena klien dapat mengeluarkan dahak dan klien batuk

produktif

Jadi pada hasil pemeriksaan yang didapatkan dilihat dari

tinjawan pustaka dan tinjawan kasus mengalami gangguan pada hasil

yang diteliti hasilnya foto thoraks tampak pada paru kanan terdapat

cairan dan klien dilakukan penarikan cairan efusi pleura dengan hasil

jumlah yang ditarik 350 cc.


5.1.8 Analisa Data

Analisa data pada tinjauan pustaka hanya menguraikan teori saja

sedangkan pada kasus nyata disesuaikan dengan keluhan yang dialami klien

karena penulis menghadapi klien secara langsung, kesenjangan lainnya yaitu

tentang diagnosa keperawatan.

5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka ada tujuh yaitu:

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan

dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat

sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.

3. cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

dikarenakan ketidakmampuan untuk bernafas.

4. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan pusing, lemah, dan

peningkatan denyut jantung.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan dengan

suplai oksigen dengan kebutuhan, dyspneu setelah beraktivitas.

6. ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produsi

skret.

7. gangguan petukaran gas berhubungan dengan petukaran O2 dan CO2

menurun.
Terdapat enam diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus yaitu:

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Menurunnya ekspansi

paru sekunder terhadap penumpukan cairan pada rongga pleura

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya

produksi sputum

3. Resiko terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual dan nyeri lambung konstipasi

4. Nyeri akut berhubungan dengan Terangsangnya saraf intratorak sekunder

terhadap iritasi pleura dan inflamasi parenkim paru-paru.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

6. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan batuk yang menetap

dan sesak nafas

Sedangkan diagnosa keperawatan tidak muncul pada kasus nyata tetapi

pada tinjauan pustaka.

1. cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang

dibayangkan dikarenakan ketidakmampuan untuk bernafas

2. gangguan petukaran gas berhubungan dengan petukaran O2 dan CO2

menurun

Tidak semua diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka muncul

pada tinjauan kasus atau pada kasus nyata, karena diagnosa

keperawatan pada tinjauan pustaka merupakan diagnosa keperawatan


pada klien dengan diagnosa efusi pleura secara umum sedangkan pada

kasus nyata diagnosa keperawatan disesuaikan dengan kondisi klien

secara langsung.

5.3 Perencanaan

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada

tinjauan pustaka menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada pencapaian

tujuan. Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan menggunakan sasaran,

dalam intervensinya dengan alasan penulis ingin berupaya memandirikan

klien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan

melalui peningkatan pengetahuan (Kognitif), keterampilan mengenai

masalah (Afektif) dan perubahan tingkah laku klien (Psikomotor).

Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena

pada kasus nyata keadaan klien secara langsung. Intervensi diagnosa

keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus

terdapat kesamaan namun masing-masing intervensi tetap mengacu pada

sasaran, data dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan pada rongga pleura. setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Klien mampu

mempertahankan fungsi paru secara normal. Kriteria hasil Irama, frekuensi

dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada pemeriksaan sinar X

dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya

produksi sputum. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan Pasien mampu bernafas secara normal, tidak sesak dan

kebutuhan O2 terpenuhi dengan baik, dengan kriteria hasil, peningkatan

skret yang berlebih teratasi, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam

batas normal

3. Resiko terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual dan nyeri lambung konstipasi Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Kebutuhan nutrisi

terpenuhi, dengan kriteria hasil, konsumsi lebih 40 % jumlah makanan,

berat badan normal dan hasil laboratorium dalam batas normal

4. Nyeri akut berhubungan dengan Terangsangnya saraf intratorak sekunder

terhadap iritasi pleura dan inflamasi parenkim paru-paru. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyri yang dirasakan

klien hilang, dengan kriteria hasil klien tampak rileks, klien mengatan nyeri

berkurang

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Pasien mampu

melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin, dengan kriteria hasil,

terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar dan

bersemangat, personel hygiene pasien cukup

6. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan batuk yang menetap

dan sesak nafas Tidak terjadi gangguan rasa nyaman dan kubutuhan istirahat
terpenuhi. dengan kriteria hasil pasien merasa nyaman, tidak sesak nafas,

dapat tidur dengan nyaman tanpa mengalami gangguan, pasien dapat

tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan pasien beristirahat

atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.

5.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang telah

disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena

hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus nyata

pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada klien dan ada

pendokumentasian dan intervensi keperawatan.

Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan

terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa, pada kasus tidak semua pada tinjauan

pustaka dilaksanakan, hal itu karena disesuaikan dengan kondisi klien secara

langsung.

Dalam melaksanakan pelaksanaan ini faktor penunjang maupun faktor

penghambat yang penulis alami. Hal-hal yang menunjang dalam asuhan

keperawatan yaitu antara lain : adanya kerja sama yang baik antara dari perawat

maupun dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan

prasarana di ruang yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

dan penerimaan adanya penulis.

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Menurunnya ekspansi

paru sekunder terhadap penumpukan cairan pada rongga pleura, sehingga


dilakukan tindakan keperawatan mengkaji faktor penyebab terjadinya efusi

pleura, dengan melakukan obserfasi kualitas, frekuensi dan kedalaman

pernafasan, mencatat perubahan yang terjadi, memberikan pasien dalam posisi

yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60

90 derajat, memeriksa tanda-tanda vital seperti suhu, nadi, tekanan darah,

RR dan respon pasien, membantu dan mengajarkan pasien untuk batuk efektif

dan nafas dalam yang benar, dan memberikan O2.

Pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

meningkatnya produksi sputum, sehingga dilakukan tindakan keperawatan

dengan menjelaskan faktor penyebab batuk dan sesaknya, mengajarkan kepada

pasien cara tentang batuk dan teknik nafas dalam yang efektif yang benar,

melakukan observasi kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, mencatat

perubahan yang terjadi, mengatur posisi pasien semi fowler, dan memberikan

O2.

Pada masalah resiko terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual dan nyeri lambung konstipasi, sehingga dilakukan

tindakan keperawatan dengan memberikan motivasi kepada pasien tentang

pentingnya nutrisi, melakukan observasi auskultasi suara bising usus,

melakukan oral hygiene setiap hari sebelum makan, menambah nafsu makan

klien, memberikan makanan se menarik mungkin, meningkatkan nafsu

masakan klien, menganjurkan klien untuk makanan dalam porsi kecil tapi

sering, dan mengobservasi makannya klien yang klien makan.


Pada masalah nyeri akut berhubungan dengan Terangsangnya saraf

intratorak sekunder terhadap iritasi pleura dan inflamasi parenkim paru-paru,

sehingga dilakukan tindakan keperawatan dengan mengkaji keluhan yang

dirasakan klien saat ini, menjelaskan pada klien tentang cara penilaian skala

nyeri 1-10 , Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanannya,

menanyakan nyeri yang dirasakan klien secara komprehensif meliputi lokasi,

karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan

nyeri, dan faktor presipitasinya, menjelaskan kepada pasien dan keluarga

supaya beritahu pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika nyeri

sangat hebat tidak kuat segera melapor keperawat dan memeritahu kepada

pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi

koping yang disarankan, dengan tarik nafas dalam jika nyeri menyerang,

mengajarkan tehnik non farmakologi misalnya hipnosis, relaksasi, imajinasi

terbimbing, terapi musik dan distraksi.

Pada masalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik,

sehingga dilakukan tindakan keperawatan dengan Memantau respon pasien

saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya perubahan

tanda-tanda vital, membantu klien memenuhi kebutuhannya seperti, diseko,

kerapian, bantu makan, minumnya, dan mengawasi klien saat melakukan

aktivitas yang membuat sesak, mengajak keluarga dalam perawatan pasien,

yang bisa dilakukan oleh keluarga, menjelaskan pada pasien tentang perlunya

keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, memberikan motivasi dan awasi

pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.


Pada masalah gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan batuk

yang menetap dan sesak nafas, sehingga dilakukan tindakan keperawatan

dengan mengkaji faktor penyebab klien sulit untuk tidur, dan memeriksa

tanda-tanda vital seperti suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien,

melakukan posisi senyaman mungkin bagi pasien, dengan memberi posisi

setengah duduk, dan menanyakan kebiasaan klien sebelum tidur sesuai dengan

kebiasaan pasien sebelum dirawat, menganjurkan pasien untuk latihan

relaksasi sebelum tidur, mengobservasi gejala kardinal dan keadaan umum

pasien

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan

dikarenakan klien dan keluarga kooperatif dengan perawat, sehingga rencana

tindakan dapat dilakukan.

5.4 Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan

kasus semu, sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena

dapat diketahui keadaan klien dan masalahnya secara langsung.

Pada waktu dilaksanakan evaluasi ketidakefektifan pola napas berhubungan

dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan

pada rongga pleura. setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan

klien sudah terpenuhi selama 3x24 jam karena tindakan yang tepat dan telah

berhasil dilaksanakan dan masalah teratasi pada tanggal 10 juli 2014. Pada

diagnosa kedua ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

meningkatnya produksi sputum. setelah dilakukan tindakan keperawatan


kebutuhan klien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat

terpenuhi selama 3x24 jam karena tindakan yang tepat dan telah berhasil

dilaksanakan dan masalah teratasi pada tanggal 10 juli 2014. pada diagnose

ketiga resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual dan nyeri lambung konstipasi. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan kebutuhan klien sudah terpenuhi selama 2x24 jam

karena tindakan yang tepat dan telah berhasil dilaksanakan dan masalah

teratasi pada tanggal 10 juli 2014. pada diagnosa keempat nyeri akut

berhubungan dengan Terangsangnya saraf intratorak sekunder terhadap

iritasi pleura dan inflamasi parenkim paru-paru. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan masalah nyeri, kebutuhan klien sudah terpenuhi selama

3x24 jam karena tindakan yang tepat dan telah berhasil dilaksanakan dan

masalah teratasi pada tanggal 10 juli 2014. pada diagnosa kelima intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. setelah dilakukan tindakan

keperawatan kebutuhan klien dengan masalah intoleransi aktivitas sudah

terpenuhi selama 3x24 jam karena tindakan yang tepat dan telah berhasil

dilaksanakan dan masalah teratasi pada tanggal 10 juli 2014. dan pada

diagnose keenam gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan

batuk yang menetap dan sesak nafas. setelah dilakukan tindakan

keperawatan kebutuhan klien dengan masalah gangguan pola tidur sudah

dapat terpenuhi selama 2x24 jam karena tindakan yang tepat dan telah

berhasil dilaksanakan dan masalah teratasi pada tanggal 10 juli 2014.


Pada akhir evaluasi terdapat lima diagnosa keperawatan yang sudah

teratasi karena adanya kerja sama yang baik antara klien, keluarga, tim

kesehatan dan hanya diagnosa kelima yaitu intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kelemahan fisik masalah teratasi sebagian karena keadaan klien masih

lemah dan klien KRS pada tanggal 10 Juli 2014.


BAB 6

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada klien dengan kasus Efusi Pleura di Ruang

Paviliun Maskin RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo, maka penulis dapat

menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan

mutu asuhan keperawatan klien dengan Efusi Pleura.

6.1 Kesimpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada

klien Efusi Pleura, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian data yang didapatkan pada pasien dengan effusi pleura

didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri

pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama

pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif. Sedangkan pada

data fokus klien sesak nafas, respirasi 32x/ menit, terdapat ronchi pada

paru kanan, dan nyeri saat batuk dan batuk produksi seputum sehingga

terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas, pada data pengkajian yang

didapat klien tidak nafsu makan, klien mual dan nyeri pada dada, batuk,

klien menghabiskan makan 5 sendok dari porsi yang disediakan rumah

sakit. klien lemah sehingga klien ADL klien dibantu oleh keluarga dan

perawat, klien di seka, dirapikan berpakaiannya, dan kebutuhan-kebutuhan

yang lainnya.
2. Masalah keperawatan yang muncul adalah ketidakefektifan pola napas,

ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko terhadap perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, nyeri akut, intoleransi aktivitas, dan gangguan pola tidur

dan istirahat .

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan pada rongga pleura. setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Klien mampu

mempertahankan fungsi paru secara normal. Kriteria hasil Irama, frekuensi dan

kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada

tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya

produksi sputum. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan Pasien mampu bernafas secara normal, tidak sesak dan kebutuhan

O2 terpenuhi dengan baik, dengan kriteria hasil, peningkatan skret yang

berlebih teratasi, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal.

Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual dan nyeri lambung konstipasi Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan

kriteria hasil, konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan

hasil laboratorium dalam batas normal. Nyeri akut berhubungan dengan

terangsangnya saraf intratorak sekunder terhadap iritasi pleura dan inflamasi

parenkim paru-paru. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan nyri yang dirasakan klien hilang, dengan kriteria hasil klien tampak

rileks, klien mengatan nyeri berkurang. Intoleransi aktivitas berhubungan


dengan kelemahan fisik. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin,

dengan kriteria hasil, terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan

segar dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup, dan gangguan pola

tidur dan istirahat berhubungan dengan batuk yang menetap dan sesak nafas

tidak terjadi gangguan rasa nyaman dan kubutuhan istirahat terpenuhi. dengan

kriteria hasil pasien merasa nyaman, tidak sesak nafas, dapat tidur dengan

nyaman tanpa mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam

waktu 30-40 menit dan pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per

hari.

4. Beberapa tindakan mandiri keperawatan pada klien dengan Efusi Pleura

menganjurkan keluarga untuk memberi makan sedikit tapi sering dikarenakan

pada kasus Efusi Pleura nafsu makan klien menurun. Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, penulis melibatkan klien dan keluarga secara aktif dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan karena banyak tindakan keperawatan yang

memerlukan kerja sama antara perawat, klien dan keluarga.

5. Pada akhir evaluasi terdapat lima diagnosa keperawatan yang sudah teratasi

karena adanya kerja sama yang baik antara klien, keluarga, team kesehatan

dan hanya diagnosa keempat yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan fisik masalah teratasi sebagian karena keadaan klien masih lemah

dan klien KRS pada tanggal 10 Juli 2014.


6.2 Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan

yang baik dan keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai

pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim

kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan Efusi Pleura

3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional sebaiknya

diadakan satuan acara penyuluhan yang membahas tentang Efusi Pleura.

4. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan

baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan dalam bidang Efusi

Pleura.

5. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia

secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan

dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai

  • SURAT Prnyataan Azizah
    SURAT Prnyataan Azizah
    Dokumen1 halaman
    SURAT Prnyataan Azizah
    didindipuja
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen5 halaman
    Lampiran 1
    didindipuja
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen21 halaman
    Bab 1
    didindipuja
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Hipotensi
    Konsep Dasar Hipotensi
    Dokumen6 halaman
    Konsep Dasar Hipotensi
    didindipuja
    Belum ada peringkat
  • Hari Ke 1
    Hari Ke 1
    Dokumen6 halaman
    Hari Ke 1
    didindipuja
    Belum ada peringkat
  • Hari Ke 1
    Hari Ke 1
    Dokumen6 halaman
    Hari Ke 1
    didindipuja
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen328 halaman
    Bab 2
    didindipuja
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Print
    Bab 1 Print
    Dokumen21 halaman
    Bab 1 Print
    didindipuja
    Belum ada peringkat