Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN COB (CIDERA OTAK BERAT)

A. Definisi
Cidera kepala berat merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalulintas. (Mansjoer,2002).
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce & Neil, 2006).
Cidera kepala berat merupakan cidera kepala yang mengakibatkan penurunan
kesadaran dengan skor GCS 3 sampai 8, mengalami amnesia > 24 jam (Haddad, 2012).
B. Etiologi

Menurut Elizabeth (2001) dan Smeltzer (2001), penyebab cedera kepala berat
adalah;
1) Trauma tajamKerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah itu merobek otak,
misalnya tertembak peluru/benda tajam
2) Trauma tumpul: Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat
sifatnya.
3) Cedera akselerasi: Peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh
pukulan maupun bukan dari pukulan.
4) Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
5) Kecelakaan pada saat olah raga.
6) Cedera akibat kekerasan.
7) Cidera akibat benturan, memar.
8) Cidera robekan atau hemoragi.
9) Hematom intracerebral
C. Menifestasi
Menurut Elizabeth (2001), gambaran klinis cedera kepala berat adalah:
1) Ada kontusio, segera terjadi kehilangan kesadaran. Pada hematom kesadaran dapat
hilang segera atau secara bertahap seiring dengan membesarnya hematom atau edema
interstisium
2) Pola pernafasan dapat secara progresif menjadi abnormal
3) Respon pupil dapat lenyap atau secara progresif memburuk
4) Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan TIK
5) Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan TIK
6) Perubahan perilaku, kognitif, dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat
D. Klasifikasi
Cedera kepala digolongkan dengan berbagai macam klasifikasi berdasarkan
kepentingannya, namun disini akan dibahas penggolongan menurut patologis yang terjadi
dan gambaran cederanya. Terdapat empat klasifikasi cedera kepala, yaitu (Satyanegara et
al, 2010):
A. Cedera kepala primer, dapat berupa:

1. Fraktur linear, depresi, basis kranii, kebocoran likuor


Merupakan rusaknya kontunuitas tulang tengkorak disebabkan oleh trauma.Fraktur
dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak.Fraktur digolongkan menjadi fraktur
terbuka (kerusakan dura) dan fraktur tertutup bila dura tidak rusak (Smetlzer & Bare,
2006).
2. Cedera fokal yang berupa coup dan countercoup, hemato epidural, subdural atau
intraserebral. Cedera fokal merupakan akibat kerusakan setempat yang biasanya
didapatkan pada kira-kira setengah dari kasus cedera kepala berat (Satyanegara et al,
2010).
a) Coup adalah gerakan yang menyebabkan memar pada titik benturan.
b) Countercoup adalah benturan pada tempat yang jauh dari benturan/ ketika otak
membentur permukaan tengkorak yang tidak lentur.
c) Hemato epidural adalah kondisi setelah cedera, dimana darah terkumpul di dalam

ruang epidural (ekstradural) di antara tengkorak dan dura (Mallinckrodt Institute of

Radiology, 2006). d) Hemato subdural adalah pengumpulan darah diantara dura dan

dasar otak.

d) Hemato intraserebral adalah perdarahan yang terdapat di dalam substansi otak.


3. Cedera difus yang berupa konkusi ringan atau klasik atau berupa cedera aksional
difusa yang ringan, moderat hingga berat. Cedera difus berkaitan dengan disfungsi
otak yang luas, serta biasanya tidak tampak secara makroskopis. Mengingat bahwa
kerusakan yang terjadi kebanyakan melibatkan akson-akson, maka cedera ini juga
dikenal dengan nama cedera aksonal difusa.
4. Trauma tembak. Merupakan cedera yang timbul karena tembakan/ peluru.
B. Kerusakan otak sekunder, dapat berupa:
1) Gangguan sistemik: akibat hipoksia-hipotensi, gangguan metabolisme energi dan
kegagalan otoregulasi
2) Hematoma traumatik: epidural, subdural (akut dan kronis), atau intraserebral
C.Edema serebral perifokal generalisata
D. Pergeseran otak (brain shift) - herniasi batang otak
E. Komplikasi
Komplikasi utama trauma kepala adalah perdarahan, infeksi, edema dan herniasi
melalui tontronium.Infeksi selalu menjadi ancaman yang berbahaya untuk cedera terbuka
dan edema dihubungkan dengan trauma jaringan (Wong, D.L. et al., 2009).
Pada cedera kepala terjadi perdarahan kecil-kecil pada permukaan otak yang tersebar
melalui substansi otak daerah tersebut dan bila area contusio besar akan menimbulkan
efek massa yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan aliran darah ke otak menurun dan
terjadi henti aliran darah ke otak/ iskemik. Bila terjadi iskemik komplet dan lebih dari 3
sampai 5 menit, otak akan menderita kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Pada
iskemik serebral, pusat vasomotor terstimulasi dan tekanan sistemik meningkat untuk
mempertahankan aliran darah yang disertai dengan lambatnya denyutan nadi dan
pernafasan yang tidak teratur.Dampak terhadap medula oblongata yang merupakan pusat
pengatur pernafasan terjadi gangguan pola nafas (Brunner & Suddart, 2002).
F. Pathway

G. Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg
%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat
akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr.
jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru.Perubahan otonom pada
fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan
vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi
.Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol
otak tidak begitu besar.
H. Pemeriksaandiagnostic
CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan
ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan / edema), fragmen tulang.
Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
tekanan intrakranial.
I. Penatalaksanaan
Konservatif
Bedrest total
Pemberian obat-obatan
Observasi tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1.pengkajian Primer

Pengkajian keperawatan meliputi:

Breathing

Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung,


sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya,
bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi,
wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi
sputum pada jalan napas.

Blood

Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan


pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung
yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan
tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi
dengan bradikardia, disritmia)

Brain

Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan


otak akibat cidera kepala.Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,
vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan
hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka
dapat terjadi :

- Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan


masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
- Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian
lapang pandang, foto fobia.
- Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
- Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
- Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
- Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi,
disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.

Bladder

Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.

Bowel

Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan
terganggunya proses eliminasi alvi.

Bone

Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi.Pada kondisi
yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas
atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau
putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat
pula terjadi penurunan tonus otot.
Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

1) Ketidakefektifan pola nafas


NOC
- Respiratory status : Ventilation
- Respiratory status : Airway patency
- Vital sign Status

Client Outcome

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada
pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten(klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC;

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator :
- Monitor respirasi dan status O2
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
NOC Outcome :
- Status respirasi : pertukaran gas
- Status respirasi : kepatenan jalan nafas
- Status respirasi : ventilasi
- Kontrol aspirasi
Client Outcome

- Jalan napas paten


- Sekret dapat dikeluarkan
- Suara napas bersih

NIC

Manajemen jalan napas


- Monitor status respirasi dan oksigenasi
- Bersihkan jalan napas
- Auskultasi suara pernapasan
- Berikan oksigen sesuai program
NIC : Suctioning air way
- Observasi sekret yang keluar
- Auskultasi sebelum dan sesudah melakukan suction
- Gunakan peralatan steril pada saat melakukan suction
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang tindakan suction
3) Gangguan perfusi jaringan serebral
NOC Outcomes :
- Perfusi jaringan cerebral
- Balance cairan
Client Outcome :
- Vital sign membaik
- Fungsi motorik sensorik membaik

NIC

- Circulatory care
- Monitor vital sign
- Monitor status neurologi
- Monitor status hemodinamik
- Posisikan kepela klien head Up 30o
- Kolaborasi pemberian manitol sesuai order
4) Kerusakan integritas kulit
NOC Outcome :
- Integritas jaringan

Client Outcome :

- Integritas kulit utuh

NIC :

- Perawatan luka dan pertahanan kulit


- Observasi lokasi terjadinya kerusakan integritas kulit
- Kaji faktor resiko kerusakan integritas kulit
- Lakukan perawatan luka
- Monitor status nutrisi
- Atur posisi klien tiap 1 jam sekali
5) Resiko infeksi
NOC Outcome :
- Status imunologi
- Kontrol infeksi
- Kontrol resiko

Client Outcome;

- Bebas dari tanda-tanda infeksi


- Angka leukosit dalam batas normal
- Vital sign dalam batas normal

NIC : Kontrol infeksi

- Pertahankan kebersihan lingkungan


- Batasi pengunjung
- Anjurkan dan ajarkan pada keluarga untuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan klien
- Gunakan teknik septik dan aseptik dalam perawatan klien
- Pertahankan intake nutrisi yang adekuat
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi
- Monitor vital sign
- Kelola terapi antibiotika

NIC : Pencegahan infeksi

- Monitor vital sign


- Monitor tanda-tanda infeksi
- Monitor hasil laboratorium
- Manajemen lingkungan
- Manajemen pengobatan
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC Label; Nutritionl status
- Intake nutrisi tercukupi.
- Asupan makanan dan cairan tercukupi
NOC Label; Nausea dan vomiting severity
- Penurunan intensitas terjadinya mual muntah
- Penurunan frekuensi terjadinya mual muntah.
NOC Label >> Weight : Body mass
- Pasien mengalami peningkatan berat badan

NIC Label >> Nutrition management

- Kaji status nutrisi pasien


- Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk selalu melalukan oral hygiene.
- Delegatif pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien : diet pasien
diabetes mellitus.
- Berian informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi yang tepat dan
sesuai.
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi zat besi seperti sayuran hijau
NIC Label >> Nausea management
- Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, faktor frekuensi, presipitasi yang
menyebabkan mual.
- Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.
- Anjurkan pasien untuk makan selagi hangat
- Delegatif pemberian terapi antiemetik :

NIC Label >> Weight management

- Diskusikan dengan keluarga dan pasien pentingnya intake nutrisi dan hal-hal yang
menyebabkan penurunan berat badan.
- Timbang berat badan pasien jika memungkinan dengan teratur.
ANALISIS SINTESIS

TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

1. Diagnosa medis

COB ( Cidera Otak Berat)

2. Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas

3. Tindakan keperawatan gawat darurat

Pemasangan alat bantu pernafasan menggunakan ventilator

4. Analisis tindakan keperawatan

Perawatan pasien dengan cedera kepala berat dilakukan di ruang intensif

untuk menjamin jalan nafas dan ventilasi adekuat sehingga oksigenasi pasien

dapat dipenuhi dengan baik dan di monitor dengan pemeriksaan AGD, disamping

untuk memperbaiki perfusi jaringan otak dan menurunkantekana darah intra

cranial. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan intubasi dan pemasangan

ventilator selama resusitasi otak. Ventilator atau ventilasi mekanik adalah alat

bantu pernafasan yang memberikan tekanan positif melalui jalan nafas buatan.

Tujuan pemasangannya adalah memberikan kekuatan mekanis pada paru-paru

dalam mempertahankan kekuatan O2 dan CO2 fisiologis, mengambil alih tekanan

jalan nafas dan pola nafas untuk memperbaiki pertukaran O2 dan CO2 secara

efisien dan mendapat oksigenasi yang adekuat, mengurangi kerja otot jantung dan

paru-paru.
5. Efek samping

Resiko serius terjadinya pneumonia

Tekanan yang terlalu tinggi dapat merusak paru-paru

Kerusakan pita suara akibat dari pemasangan tube


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma.H. (2015).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Pierce A, Neil R. At a glance ilmu bedah.Alih bahasa. Umami V. Jakarta:Erlangga,


(2006).

Arief Mansjoer, dkk. 2002. Askariasis. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1, Edisi
3.Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Satyanegara.(2010). Ilmu Bedah Syaraf edisi IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Wong, D.L et al. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong. (Agus Sutarmaet al,
Penerjemah). Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC

Brunner and Suddarth.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi8 volume
2.Jakarta : EGC.

Nanda (2017). Definisi & Klasifikasi, Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
NOC (2016). Nursing Outcomes Clasification, Edisi 5. Elsevier Singapore Pte Ltd.
NIC (2016). Nursing Outcomes Clasification, Edisi 6. Elsevier Singapore Pte Ltd.

Anda mungkin juga menyukai