Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mobilisasi pada Ibu Post Partum Sectio Caesaria


Di Ruang Bougenvile Nifas
RSUD dr Adhyatma, MPH

Disusun oleh:
AIS MARWAH
P1337420916006

Program Studi Profesi Ners


Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (S.A.P)
MOBILISASI PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESARIA

Tema : Mobilisasi (Pergerakan) pada Ibu pasca melahirkan


Sasaran : Ibu pasca melahirkan
Hari/tanggal : Rabu, 19 Juni 2017
Waktu : 08.00 08.30 WIB (30 menit)
Tempat : Ruang Bougenvile Nifas, RSUD dr Adhyatma, MPH
Penyuluh : Ais Marwah

A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, ibu yang melahirkan secara sectio caesaria
dan normal, ibu dan keluarganya dapat mengetahui, mengerti, memahami, dan
menerapkan bagaimana pergerakan setelah melahirkan.

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


1. Peserta dapat mengerti dan memahami pergerakan paska persalinan SC
2. Peserta dapat mengerti dan memahami tujuan pergerakan
3. Peserta dapat mengerti dan memahami manfaat pergerakan
4. Peserta dapat mengerti dan memahami kerugian bila tidak melakukan pergerakan
5. Peserta dapat mengerti dan memahami rentang gerak dalam pergerakan
6. Peserta dapat mengerti dan memahami tahap tahap mobilisasi (pergerakan) dini
7. Peserta dapat mengerti dan memahami pelaksanaan mobilisasi dini

C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada pasien dan
keluarga Ny M

D. Materi (terlampir)
1. Pengertian mobilisasi (Pergerakan) pasca SC
2. Tujuan Mobilisasi
3. Manfaat mobilisasi
4. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi.
5. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi
6. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini
7. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

E. Media
1. Leaflet

F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Evaluasi

G. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. 5 menit Pembukaan :
Mengucapkan salam Menjawab salam
Menjelaskan nama dan akademi Mendengarkan
Menjelaskan tujuan pendidikan Mendengarkan
kesehatan
Menyebutkan materi yang
diberikan.
Menanyakan kesiapan peserta

2. 10 menit Pelaksanaan :
Penyampaian materi Mendengarkan
menjelaskan tentang Pengertian
Mobilisasi
Menjelaskan tujuan mobilisasi.
Menjelaskan manfaat mobilisasi
Menjelaskan Kerugian Bila
Tidak Melakukan Mobilisasi.
Menjelaskan Rentang Gerak
Dalam Mobilisasi Bertanya
Menjelaskan Tahap-Tahap
Mobilisasi Dini
Menjelaskan Pelaksanaan
Mobilisasi Dini
Tanya jawab

a. Memberikan kesempatan kepada


peserta untuk bertanya
3. 10 menit Evaluasi:
Menanyakan kembali hal-hal Menjawab
yang sudah dijelaskan Menjelaskan
mengenai Mobilisasi Dini Ibu Memperhatikan
post partum.
Meminta CI untuk memberikan
tambahan, masukan dan saran
pada penyuluhan kesehatan
yang sudah dilakukan.

4. 5 menit Penutup :
Menutup pertemuan dengan Mendengarkan
menyimpulkan materi yang Menjawab salam
telah dibahas
Memberikan salam penutup

H. Evaluasi
Menanyakan kembali tentang materi yg dijelaskan pada ibu post partum.
LAMPIRAN 1
MATERI

1. Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC


A. Pengertian
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas / kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi
atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
persalinan Caesar.

B. Tujuan MobilisasI
Membantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah melahirkan.
Untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi
seksio sesaria,
Mengurangi resiko terjadinya konstipasi.
Mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot otot di
seluruh tubuh.
Mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun
berkemih.

C. Manfaat Mobilisasi
1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
a. Dengan bergerak, otot otot perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa
sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh
kekuatan, mempercepat kesembuhan.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.
d. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja
seperti semula.
2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat
anaknya.
Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya
kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa
merawat anaknya dengan cepat.
3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.
Dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya
trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

D. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi.


1. Peningkatan suhu tubuh
Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat
dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah
peningkatan suhu tubuh.
2. Perdarahan yang abnormal
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras,
maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi
membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka
3. Involusi uterus yang tidak baik
Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah
dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.

E. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi


Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu:
1. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien
2. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
3. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas
yang diperlukan.
F. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap (Kasdu,2003)
Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea :
1. Hari 1
a. meregangkan telapak kaki
Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan
telapak kaki satu demi satu. Kemudian regangkan masing masing telapak
kaki dengan cara menarik jari jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan
ujung telapak kaki ke arah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot
betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.
b. Bernafas dalam
1) Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di
bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu,
lalu tekanlah dada saat ibu menghembuskan nafas.
2) Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di
atas tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru paru
mengembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya.
3) Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut. Hal ini
akan merangsang jaringan jaringan di sekitar bekas luka. Sangga
insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut di
atas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih
dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali.
c. Duduk tegak
1) Tekuk lutut dan miring ke samping.
2) Putar kepala ibu dan gunakan tangan tangan ibu untuk membantu
dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka
akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha
dengan bantuan lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi
itu selama beberapa saat.
3) Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke tangan , sehingga
ibu dapat menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak
mungkin dan tarik nafas dalam dalam beberapa kali, luruskan tulang
punggung dengan cara mengangkat tulang-tulang rusuk. Gunakan
tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.
d. Bangkit dari tempat tidur
1) Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan
pelan ke sisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke
depan dan perlahan turunkan kedua telapak kaki ibu ke lantai.
2) Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk
menyangga. Kemudian, coba bagian atas tubuh ibu. Cobalah
meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kedua kaki ibu.
e. Berdiri dan meraih
Duduklah di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri.
Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot otot punggung agar
dada mengembang dan meregang. Cobalah untuk mengangkat tubuh,
mulai dari pinggang perlahan lahan, melawan dorongan alamiah untuk
membungkuk, lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.
f. Berjalan
Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat
berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah
berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur.
g. Menarik perut
Berbaringlah di tempat tidur dan kontraksikan otot otot dasar pelvis, dan
cobalah untuk menarik perut. Perlahan lahan letakkan kedua tangan di
atas bekas luka dan berkonsentrasilah untuk menarik perut menjauhi
tangan ibu. Lakukan 5 kali tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.
h. Saat menyusui
Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot otot perut selama
beberapa detik lalu lemaskan. Lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu
menyusui.

G. Pelaksanaan Mobilisasi Dini


1. Hari ke 0 :
Ibu bedrest total (tiduran) hingga 12 jam.
2. Hari ke 1 :
a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam
setelah penderita / ibu sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar.
3. Hari ke 2 :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk
melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada
diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah
melahirkan dianjurkanbelajar duduk selama sehari.
4. Hari ke 3 sampai 5
a. Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
b. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat
membantu penyembuhan ibu.

2. Mobilisasi dini pada ibu persalinan spontan


a. Pengertian
Pada persalinan normal yang kadang-kadang membutuhkan episiotomi
(pengguntingan jalan lahir untuk membantu percepat persalinan), pemulihan
biasanya membutuhkan waktu sekitar 7-10 hari. Untuk membantu mengurangi
rasa sakit selama pemulihan itu, ibu bisa melakukan beberapa gerakan yang
berguna untuk memulihkan kondisi agar tubuh merasa segar kembali.
b. Tujuan Mobilisasi
Untuk sirkulasi, mobilisasi juga baik buat jahitan. Jika diperlukan akan dilakukan
diatermi/pemanasan vagina agar sirkulasi darah di sekitar vagina jadi baik.
1) Posisi fowler
Tujuan :
Mempertahankan kenyamanan
Memfasilitas fungsi pernafasan
2) Posisi SIM
Tujuan :
Memberikan kenyamanan
Melakukan hukna
Memberikan obat per anus (supositorial)
Melakukan pemeriksaan daerah anus
3) Posisi trendelenburg
Tujuan :
Memperlancar peredaran darahke otak
4) Posisi Dorsal Recumbent
Tujuan :
Perawatan daerah genitalia
Pemeriksaan genetalia
Posisi pada proses persalinan
5) Posisi Litotomi
Tujuan :
Pemeriksaan alat genetalia
Proses persalinan
Pemasangan alat kontrasepsi

6) Posisi Genu Pektoral (Knee chest)


Tujuan :
Pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid

c. Manfaat Mobilisasi Bagi Ibu Post bersalin spontan


Walaupun tampaknya sederhana, namun gerakan-gerakan pemulihan banyak
manfaatnya. Antara lain :
Memperbaiki peredaran darah (terutama di kaki),
Menguatkan dan merelaksasikan otot-otot perut, kaki dan punggung.
Latihan ini mendorong kondisi ibu untuk cepat pulih sehingga dapat
kembali beraktivitas seperti biasa.
Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi peurperium.
Mempercepat involusi alat kandungan
Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. (Manuaba, 1998)
d. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi
Gangguan pernafasan yaitu sekret akan terakumulasi pada saluran
pernafasan yang akan berakibat klien sulit batuk dan mengalami gangguan
bernafas.
Pada sistem kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang disebabkan
oleh sistem syaraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah
sewaktu berdiri dari berbagai dalam waktu yang lama.
Pada saluran perkemihan yang mungkin terjadi adalah statis urin yang
disebabkan karena pasien pada posisi berbaring tidak dapat mengosongkan
kandung kemih secara sempurna.
Pada gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi. Anoreksia
disebabkan oleh adanya gangguan katabolisme yang mengakibatkan
ketidak seimbangan nitrogen karena adanya kelemahan otot serta
kemunduran reflek deteksi, maka pasien dapat mengalami konstipasi.
e. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini
Enam jam setelah melahirkan, ibu bisa melakukan gerakan-gerakan berikut:
1. Dalam keadaan telentang, tekuk kedua kaki, pegangi perut dengan kedua
tangan. Kerutkan pantat, kempiskan perut (dengan menariknya ke arah dalam)
2. Dalam keadaan telentang, luruskan kedua kaki. Gerakkan (cuma sebatas
pergelangan kaki), ke depan ke belakang, miring kanan dan kiri, putar.
3. Dalam keadaan telentang, tekuk kedua kaki, telapak kaki menyentuh kasur,
tangan di depan dada, ambil napas, angkat badan dan kepala (mengangkat
badan semampunya). Buang napas, turunkan kembali.
4. Dalam keadaan telentang, lakukan gerakan mengerutkan otot pantat, lepas,
kerutkan kembali, lepas, dan lakukan kontraksi otot-otot dasar panggul.
5. Dalam keadaan telentang, tekuk kedua kaki, letakkan tangan di samping
badan, angkat pantat sedikit ke atas, gerakkan ke kanan dan ke kiri.
6. Posisikan tubuh miring saat berbaring di pinggir tempat tidur, angkat badan,
duduk, ayun-ayunkan kaki beberapa menit ke kiri dan kanan lalu berdiri tegak.
Lihat postur tubuh di kaca dan usahakan tubuh selalu tegak. - Untuk relaksasi,
tidur tengkurap 2 kali sehari minimal 1,5 jam. Kalau perlu, bagian perut boleh
diganjal bantal.
f. Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan adalah:
1. Latihan pernapasan dapat dilakukan dalam posisi terlentang
2. Kontraksikan otot bokong Anda selama duduk
3. Ketika duduk, pilih dasar kursi kuat yang tidak terlalu empuk (agar bisa
menahan otot panggul Anda)
4. Usahakan tidak duduk atau berdiri terlalu lama
5. Lakukan latihan kegel. Tidak perlu khawatir dengan jahitan di vagina, karena
senam ini justru menguatkan perineum (otot-otot di seputar vagina) dan
mempercepat penyembuhan di daerah di sekitarnya.

Minggu kedua setelah melahirkan atau 1-2 hari kemudian, setelah badan lebih fit
dari sebelumnya, lakukan gerakan berikut:
1. Dalam posisi telentang, ambil napas, tarik satu kaki hingga menekuk sambil
buang napas dari mulut, sementara kaki satunya tetap lurus. Tekuk kaki yang
lurus sambil ambil napas, dan luruskan kaki yang menekuk sambil buang
napas. Lakukan bergantian.
2. Dalam posisi telentang, tekuk kedua kaki. Letakkan tangan di samping badan.
Ambil napas, angkat pantat ke atas hingga rata dengan dada. Buang napas,
sambil kembali ke posisi semula.

Minggu ketiga setelah melahirkan, atau dua minggu setelah melahirkan, ibu bisa
melakukan gerakan-gerakan ini namun sebelumnya cek otot perut dahulu. Apakah
sudah rapat atau belum (dengan menekankan dua jari ke perut) atau konsultasikan
gerakan ini pada dokter sebelumnya.
1. Saat BAK. Lakukan; tahan BAK, keluarkan, tahan kembali. Lakukan hal ini
setiap kali BAK sampai BAK selesai.
2. Tidur telentang. Tekuk kedua kaki, angkat tangan, ambil napas sambil
julurkan tangan ke arah lutut hingga badan terangkat. Buang napas, turun dan
kembali ke posisi awal.
3. Tidur telentang. Tekuk kedua kaki, ambil napas, julurkan satu tangan kanan ke
arah lutut kiri (tangan kiri di samping badan) hingga badan bagian kanan
terangkat, buang napas, kembali ke awal. Lakukan gerakan yang sama untuk
sisi sebelah kiri.
4. Minggu keempat atau 15 hari setelah melahirkan, ibu bisa melakukan, Senam
atau olahraga apa saja untuk membentuk tubuh.

I. Kesimpulan
Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya
kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan
spontan maupun Caesar. Tujuannya adalah Mengurangi resiko terjadinya
konstipasi, dekubitus, dan mengatasi ganguan berkemih. Mobilisasi dimulai secara
bertahap dari hari ke 0 sampai hari ke 5, dari berbaring, pergerakan kaki, miring
kanan miring kiri, duduk, berdiri, sampai akhirnya berjalan. Mobilisasi pada ibu post
partum sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

J. Daftar Rujukan
Manuaba, I. B. G. (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001) Post Partum, Jakarta: MNH
LAMPIRAN 2 (LEAFLET)

Anda mungkin juga menyukai