Anda di halaman 1dari 3

BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

Sering sekali muncul berbagai masalah dalam pelayanan pemerintah terhadap


masyarakat yang mencerminkan ketidak puasan masyarakat terhadap pelayanan publik
pemerintah , antara lain yaitu Pelayanan yang kaku dan berbelit-belit, sikap dan tindakan
aparat, pelayanan yang suka menuntut imbalan, kurang ramah, arogan, lambat dan fasilitas
pelayanan.
Masyarakat yang cenderung menginginkan pelayanan publik yang sempurna, dalam
kata lain yaitu pelayanan yang cepat, baik dan menghasilkan sesuatu yang memuaskan,
mereka akan rela membayar mahal. Dengan pelayanan publik yang juga selalu mengharapkan
imbalan maka hal ini memicu terjadinya tindakan korupsi yang saling menguntungkan dari
keduabelah pihak. Seperti pembuatan KTP.

Ilustrasi kasus.
Ny. A ingin membuat KTP dengan jangka waktu cepat, karena kebutuhan yang
mendesak untuk pendaftaran di PTN. Namun dari pihak pelayanan pembuatan KTP (pihak
kecamatan) tidak menjamin kalau KTP akan segera jadi dalam jangka waktu yang diminta
Ny.A.
Ny. A meminta waktu secepatnya, dan orang kecamatan tersebut menawarkan waktu
yang paling cepat hanya satu minggu tapi dengan syarat ada biaya tambahan. Pihak
kecamatan meminta biaya tambahan sebesar Rp 50.000,- yang seharusnya pembuatan KTP
tanpa dipungut biaya. Lalu, Ny. A menyetujuinya asalkan KTP jadi dalam waktu yang telah
disepakati yaitu dalam jangka satu minggu.

Pembahasan
Kasus di atas membahas tentang pembuatan KTP dengan menggunakan biaya
tambahan agar KTP tersebut jadi dalam jangka waktu yang diinginkan. Kasus diatas termasuk
jenis korupsi transaktive, dimana korupsi transaktif (transactive corruption) menunjukkan
adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan pihak penerima, demi keuntungan
kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-
duanya. Dalam kasus ini, pembeli adalah Ny. A, sedangkan penerima adalah pihak
kecamatan. Kedua belah pihak saling menguntungkan, Ny. A mendapat KTP sesuai jangka
waktu yang ditentukan sedangkan pihak kecamatan mendapat keuntungan dari biaya
tambahan yang diberikan.
Ditinjau dari kasus diatas, penyebab perilaku korupsi itu dapat dipengaruhi oleh tiga
hal:
1. Petugas yang memberi sinyal, apabila ingin cepat harus ada biaya tambahan. Petugas
menjadi posisi yang menerima suap dan memberikan peluang masyarakat untuk
melakukan hal itu. Petugas nampaknya sengaja memberi kabar bahwa proses
pembuatan lama, padahal tidak lama.
2. Masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang menginginkan agar KTP itu jadi dengan
jangka waktu yang ditentukan, maka rela untuk memberikan biaya tambahan. Padahal
sejatinya dia tahu biaya retribusi yang sebenarnya. Tapi seolah tak berdaya, hingga
memberi biaya tambahan. Posisi ini sebagai penyogok atau penyuap.
3. Pengawasan yang lemah. Ini berkait dengan peraturan yang ada yang masih
memungkinkan celah terjadinya suap menyuap (biaya tambahan) dalam proses
pembuatan KTP.
Hampir bisa di pastikan, biaya tambahan di atas masuk ke kantong pihak pembuatan
KTP. Tak mungkin masuk menjadi retribusi KTP karena besar kecilnya sudah di tentukan
oleh Perda (Peraturan Daerah). Perilaku curang dalam hal ini mungkin saja tidak merugikan
negara, tetapi tetap merupakan perilaku korupsi yang menyalahi peraturan, sejatinya
merugikan rakyat sebagai pihak yang mestinya di layani dengan baik.
Dasar Hukum Pelayanan Publik
Pelayanan publik untuk masyarakat umum menjadi tugas dan kewajiban pemerintah untuk
melaksanakannya, telah ditegaskan dalam:
a. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1995 tentang Perbaikan Peningkatan Mutu Pelayanan
Aparatur kepada masyarakat.
b. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
c. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 26/KEP/M.PAN/2004
tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas. Penyelenggaraan Pelayanan
Publik.Peraturan-peraturan pemerintah ini menjadi dasar hukum pelaksanaan pelayanan
publik dan salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan untuk masyarakat,
adalah pelayanan publik bidang administrasi kependudukan, seperti pembuatan KTP.
Dalam kasus ini, kita sebagai mahasiswa sekaligus masyarakat yang menjadi konsumen
dalam pembuatan KTP tersebut diharapkan dapat menanamkan nilai nilai : kejujuran,
kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, keadilan. Selain itu, melakukan gerakan anti korupsi dan menanamkan nilai2
anti korupsi di masyarakat sekitar seperti:
- Berkontribusi dalam perbaikan sistem
- Mengamati proses pelayanan publik misal KTP, SIM, KK dll.
- Kaji fasilitas pelayanan umum mis angkutan umum, sopir dll.
- Bagaimana kualitas pelayanan kesehatan dirasakan oleh masyarakat
- Bagaimana transparansi dan akses publik untuk mengetahui penggunaan dana pemerintah

Pemecahan masalah dalam kasus ini sebagai berikut:


Perlunya ketegasan yang diterapkan oleh pihak kecamatan karena sudah ada dasarnya
dalam pembuatan KTP tanpa pungutan biaya tambahan.
Pemberian sanksi pada petugas yang masih kedapatan memberikan sinyal untuk
pembuatan KTP dengan cara menyuap petugas.
Bagi masyarakat yang akan membuat KTP seharusnya segera mengurus pembuatannya
setelah mencapai batas usia yang ditentukan (legal).

Anda mungkin juga menyukai