Oleh :
Nama : I Kadek Adi Saputra
Kelas / Smt : D3 Akuntansi / V
NPM : 1433121263
UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
TAHUN 2016
1. Prinsip Prinsip Etika
Prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh untuk mencapai tujuannya dan harus
dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam
memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33)
mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip otonomi, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Prinsip kejujuran, merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan
perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal
perusahaan
Prinsip keadilan, Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan
sistem bisnis.
Prinsip saling menguntungkan ( mutual benefit principle ), menuntut agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa,sehingga menguntungkan semua pihak, terutama mengakomodasi hakikat dan
tujuan bisnis,karena sebagai produsen kita ingin untung dan sebagai konsumen kita juga ingin
mendapat barang dan jasa memuaskan.
Prinsip integritas, Memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani dan
penuh pendirian atau keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat, dan dapat dipercaya.
2. Amoral Manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu
sama sekali etika atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama,
manajer yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini adalah
para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang diperbuat
sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada pihak lain. Kedua, tipe
manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya memahami ada
aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara sengaja melanggar etika
tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka.
3. Moral Manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada
level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang
termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga
terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya.
1. Pengaruh dari globalisasi dan internasionalisasi yang memaksa perusahaan untuk dapat
menerapkan fungsi tanggung jawab sosial perusahaan. Bentuk globalisasi dan internasionalisasi
ini dapat berupa tekanan dari pihak ketiga (distributor, buyer, client, dan stakeholder) yang
menjadi bagian atau mitra kerja dari perusahaan lokal. Mereka dapat menetapkan suatu kondisi
yang harus diikuti oleh perusahaan lokal dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya.
2. Ditinjau dari jenis perusahaan, umumnya yang menjalankan fungsi tanggung jawab sosial
adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha ekplorasi alam (tambang, minyak, hutan).
Perusahan tambang lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat dibandingkan dengan
perusahaan non tambang (terutama LSM). Perusahaan tersebut diwajibkan untuk melakukan
penyeimbangan sebagai dampak dari eksplorasi yang dilakukan seperti melakukan reklamasi
alam, reboisasi, mendukung pencinta alam, berpartisipasi dalam pengolahan limbah dan
sebagainya.
3. Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang biasanya dilakukan adalah pemberian fasilitas
kepada para pekerja atau buruh. tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para buruh
didasarkan sebagai suatu negosiasi antara manajemen dengan para buruh.
4. Bentuk lainya dari tanggung jawab sosial perusahaan sebatas pemberian sumbangan, bantuan
untuk bencana alam yang sifatnya momentum. Musibah, bencana, atau malapetaka yang terjadi
dapat dijadikan sebagai momentum bagi perusahaan yang membentuk citra dan reputasi baik di
mata masyarakat.
2. Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang bertanggung jawab mensyaratkan
kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahan sebagai sebuah keputusan
etis atau permasalahan etis.
3. Langkah ketiga melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk mengidentifikasi dan
mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang ini
biasa disebut dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).
5. Langkah kelima adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi yang merupakan
langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan sebagai sarana untuk menilai apakah
keputusan kita sudah berdampaka baik atau malah tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.