Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah banjir mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai
kegiatan di kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi lahan di
kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan kemudahan sehingga
mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh karena itu, kota-kota besar serta
pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri,
pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di
kawasan ini. Sebagai contoh, di Jepang sebanyak 49% jumlah penduduk dan 75% properti
terletak di dataran banjir yang luasnya 10% luas daratan; sedangkan sisanya 51% jumlah
penduduk dan hanya 25% properti yang berada di luar dataran banjir yang luasnya 90% luas
daratan, hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia juga berada di dataran banjir.
Banjir merupakan suatu masalah yang rentan mengancam bagi kota-kota besar di
Indonesia yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang jauh lebih pesat dibandingkan
pertumbuhan penduduk masyarakat desa. Persoalan banjir seolah sudah menjadi tradisi tahunan
yang wajib dirasakan apabila musim penghujan tiba seperti halnya banjir besar yang baru-baru
ini terjadi di ibu kota Jakarta.
Banjir tentu saja menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat dalam beraktivitas,
merusak badan-badan jalan dan prasarana lainnya akibat sering tergenang air, lebih jauh dapat
menimbulkan kerugian materil bahkan korban jiwa apabila bencana banjir besar terjadi. Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi permasalahan banjir perkotaan ini, hal
ini berbanding lurus dengan dana yang telah terkuras untuk masalah banjir ini, namun tetap saja
belum berhasil mengatasi ancaman banjir tersebut, hal ini akan semakin sulit diatasi dengan
melihat kondisi buruknya infrastruktur penanganan banjir yang telah dibangun oleh pemerintah
seperti misalnya saluran drainase, sehingga pembangunan demi pembangunan yang dilakukan
dengan alasan penanganan banjir hanya menjadi rutinitas tanpa solusi.
PEMBAHASAN

Pengertian Banjir
Banjir merupakan aliran air yang relatif tinggi dan tidak bisa tertampung oleh
sungai. Banjir menggenangi suatu daerah, baik volume air yang sedikit maupun sangat banyak.
Bahkan suatu daerah dapat menghilang akibat terjadi banjir sebagai kota daratan rendah, Jakarta
tidak terlepas dari ancaman banjir yang sewaktu-waktu dapat menyerang pemukiman warga kota
Jakarta. Kini kota Jakarta lebih terkenal dengan kota banjir.
Ketinggian air mencapai 2-3 meter. Jika hujan semakin tinggi maka air pun akan semakin
bertambah. Rumah warga pun tidak dapat digunakan seperti biasanya, sebab air melebihi batas
normal. Akhirnya masyarakat pun tidak bisa menggunakan rumahnya masing-masing dan
mencari tempat tinggal yang aman, jauh dari bencana banjir.
Banjir di daerah perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan banjir pada lahan
alamiah, penuh dengan tumbuhan. Pada kondisi di alam, air hujan yang turun ke tanah akan
mengalir sesuai keadaan tanah yang ada ke arah yang lebih rendah. Untuk daerah perkotaan pada
umumnya air hujan yang turun akan dialirkan masuk ke dalam saluran-saluran buatan yang
mengalirkan air masuk ke sungai. Keadaan lahan yang terdapat di daerah perkotaan
direncanakan agar air hujan yang turun mengalir ke dalam saluran-saluran buatan tadi. Ada
kalanya, kapasitas saluran tersebut tidak mencukupi untuk menampung air hujan yang terjadi,
sehingga mengakibatkan terjadinya banjir. Drainase yang tidak berfungsi optimal serta
terjadinya penyempitan pada badan sungai menjadi salah satu penyebabnya adalah kondisi
drainase (sungai/saluran) yang meliputi sedimentasi, kondisi yang kurang baik (rusak), dimensi
yang tidak cukup dan hambatan aliran akibat bangunan lain. Oleh karena itu pemeliharaan dan
rehabilitasi saluran drainase sangat diperlukan agar fungsi dari pada drainase menjadi efektif.

Cara Penanggulangan Banjir

Beberapa cara untuk menanggulangi banjir yaitu :

1. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Sungai dan selokan adalah
tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.
2. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat
sungai adalah para pendatang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat.
Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian. Malah
sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya, pemerintah seharusnya tegas, melarang
membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang
ke kota dalam jangka waktu lama (untuk menetap).
3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Pohon adalah salah satu
penopang kehidupan di suatu kota. Bayangkan, bila sebuah kota tidak memiliki pohon sama
sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai penetralisasi pencemaran udara di siang
hari, sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi
pohon, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila hujan tiba
4. Dilarang merusak tanaman di daerah resapan air maupun daerah lainnya.
5. Menjaga aliran air tetap baik, jangan sampai meluap melewati batas, karena dapat
menyebabkan air mengalir ke rumah warga.
6. Untuk daerah pemukiman atau perkotaan, harus menjaga saluran drainase agar tetap baik
dan tidak tersumbat, berfungsi untuk menyalurkan air hujan ke sungai-sungai yang lebih
besar dan kuat.
7. Dilarang membuang sampah di aliran sungai, karena dapat menyebabkan sungai tersumbat.

Kerjasama seluruh masyarakat kota Jakarta sangat diperlukan dalam mengatasi banjir,
serta pemerintah dalam membangun lokasi yang membutuhkan perbaikan sungai yang kurang
baik.

KESIMPULAN

Beberapa faktor penyebab banjir cenderung disebabkan oleh kegiatan manusia, antara
lain:
Pembangunan perumahan dan komersil di sekitar bantaran sungai menyebabkan aliran sungai
dan kanal terhambat misalnya oleh bangunan-bangunan seperti jembatan atau pipa;
Cara pengangkutan dan pengelolaan sampah yang kurang tepat, dan kebiasaan orang
membuang sampah sembarangan menyebabkan penimbunan sampah di sungai-sungai;
Tidak tertatanya saluran drainase yang berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan
mengalirkannya keluar daerah hunian.
Kurangnya lahan hijau untuk menyerap air hujan dan penebangan hutan di berbagai tempat
yang merusak daerah tangkapan hujan.
Tindakan cepat dan terkoordinasi (yang telah direncanakan secara berhati-hati sebelumnya)
ditambah dengan pengetahuan yang baik tentang masyarakat dan lingkungan adalah hal
terpenting dalam mengurangi dampak banjir pada masyarakat dan lingkungan.
Penanggulangan banjir tentu saja membutuhkan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat
harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif.
Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan
pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti
pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir

Anda mungkin juga menyukai