Pedoman UGD
Pedoman UGD
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BONDOWOSO
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifi kasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan, termasuk Pengaturan Jaga (UGD)
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan tanggung
jawab dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaannya negara berkewajiban menjaga mutu
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan
oleh fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas. Untuk mewujudkan tenaga
kesehatan yang berkualitas, negara sangat membutuhkan peran organisasi profesi tenaga
kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi anggotanya
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan
yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat
darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien
gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama
perjalanan ke fasilitas pelayanan kesehatan maupun di fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD Puskesmas Pujer.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di IGD Puskesmas Pujer, harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat
Puskesmas Pujer.
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan medik dasar
yang profesional dan bermutu di sarana kesehatan
Tujuan khusus:
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di puskesmas
b. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan di
Puskesmas
D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di puskesmas yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan
fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain lain.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena
efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water
and electrolit )
7. Dan lain-lain.
E. Landasan Hukum
1. Undang undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri KesehatanRI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE / VII / 1991
Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/PER/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Tahun
671);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada
Jaminan Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
1400);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Panduan Praktek klinis
Bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 231);
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Pelayanan UGD adalah :
Kualifikasi
No Nama Jabatan Formal/Pendidi Sertifikat/Credentialling
kan
1 Fungsional Dokter S1 Kedokteran Bersertifikat ACLS/ATLS
Umum
2 Fungsional Perawat Perawat Asuhan Keperawatan .
3 Tenaga Administrasi SMA/SMK/MA Bias mengoperasikan
Sederaja komputer
t
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan UGD (Unit Gawat Darurat yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
Yang bertugas sejumlah 3 ( Tiga Orang) orang dengan standar minimal bersertifikat Pelayanan
darurat / Basic Emergency Care untuk Dokter Umum dan Asuhan Keperawatan.
Kategori :
A. 1 Orang Fungsional Dokter Umum
B. 2 Orang Fungsional Perawat
b. Untuk Dinas Sore :
Yang bertugas sejumlah 2 ( Dua Orang) orang dengan standar minimal bersertifikat Pelayanan
darurat dan Asuhan Keperawatan
Kategori :
C. 2 Orang Fungsional Perawat
c. Untuk Dinas Malam :
Yang bertugas sejumlah 2 ( Dua Orang) orang dengan standar minimal bersertifikat Pelayanan
darurat dan Asuhan Keperawatan
Kategori :
D. 2 Orang Fungsional Perawat
C. Pengaturan Jaga
I. Pengaturan Jaga Petugas UGD.
a. Pengaturan jadwal dinas perawat UGD dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
Koordinator Ruangan Poli Umum dan disetujui oleh kepala puskesmas
b. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
c. Jadwal dinas pagi, sore, malam sesuai dengan jam pelayanan
A. Denah Ruangan
Lemari
Konsultasi
Meja
Lemari alat
Lemari Sterilisa
J U t
t
a
r
a
Keterangan :
W : Wastafle
P : Pintu
J : Fentilasi Udara
: Papan Pengumuman
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas & Sarana
UGD berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri dari:
- 3 ( Tiga ) tempat tidur pasien, lemari alat dan sterilisator.
- Mempunyai fasilitas dengan air bersih yang mengalir untuk cuci tangan,
Pembuangan sampah / tempat sampah yang terbuat bahan yang kuat, cukup
ringan, tahan karat, kedap air, dan mudah dibersihkan perbedaan adanya kantong
Plastik Kuning untuk Infeksius dan Hitam untuk non infeksius.
- 1 (Satu) unit wastafle dilengkapi dengan kran air model siku, dilengkapi sabun dan
zat antiseptic, Tersedia pengering tangan (hand towel/hand tissue) serta terpelihara
dan bersih.
- Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik berfungsi baik, kabel
dan steker terpasang aman dan kokoh dan semua lampu berfungsi baik.
II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di UGD mengacu kepada Standar Puskesmas Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur 30.01.13 untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien Umum.
Alat yang harus tersedia antara lain :
Jenis Peralatan untuk Jumlah alat yang berfungsi baik
Acuan Di UGD
Pengobatan
Baki logam tempat alat steril
Ekg
Emesin basin/nierbekken besar
15 Kursi roda
16 Lampu kepala
17 Nebulizer
18 Palu reflex
19 Pinset anatomis
20 Pinset cirurgis
21 Semprit gliserin
23 Spalk
27 Standar infus
28 Steteskop anak
29 Steteskop dewasa
30 Steteskop janin/Laenac
35 Termometer anak
Termometer dewasa
Timbangan anak
Timbangan dewasa
Torniket karet
Usungan (brankar )
Alkohol
Benang silk
Disposable syringe 1 cc
Disposable syringe 10 cc
Disposable syringe 5 cc
Disposable syringe 50 cc
Goggle
Jarum jahit
Kapas
Kasa steril
Kateter Foley
Lubricant gel
Masker wajah
Nasogastric Tube/selang
Verban elastic
Perlengkapan
Bak instrument tertutup
Bantal
Celemek plastic
Jam/timer
Kasur
Lemari alat
B Lemari obat
Meja instrumen/alat
Perlak plastic
Pispot
Sarung bantal
Seprei
Sikat tangan
Stop Watch
Waskom bengkok
Waskom cekung
Waskom cuci
Meublair
Kursi kerja
Lemari arsip
Meja tulis
Formulir rujukan
Kertas resep
Ekg
Kursi roda
Lampu kepala
Nebulizer
Palu reflex
Pinset anatomis
Pinset cirurgis
c Semprit gliserin
Spalk
Standar infus
Steteskop anak
Steteskop dewasa
Steteskop janin/Laenac
Termometer anak
Termometer dewasa
Timbangan anak
Timbangan dewasa
Torniket karet
Usungan (brankar )
Waskom cekung
Waskom cuci
D Meublair
Kursi kerja
Lemari arsip
Meja tulis biro
E Pencatatan dan pelaporan
Buku register pelayanan
Formulir dan Surat Keterangan
lain sesuai kebutuhan
pelayanan yang diberikan
Formulir Informed Consent
Formulir rujukan
Kertas resep
Perlengkapan :
Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup
Korentang, Penjepit Sponge (Foerster)
Lampu Spiritus Isi 120 cc
Lemari peralatan
Lempeng Kaca Pengaduk Semen
Needle Destroyer
Silinder Korentang Steril
Sterilisator kering
Tempat Alkohol (Dappen Glas)
Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50 x 70 mm)
Toples Pembuangan Kapas (50 x 75 mm)
Waskom Bengkok (Neirbeken)
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Perawat IGD
Petugas Admission
Status Medis
1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian
admission
2. Bila keluarga tidak ada, petugas IGD bekerja sama dengan pengantar pasien untuk
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan status
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
di bagian admission
Petugas Operator
Pesawat telpon
Hand phone
1. Antara IGD dengan unit lain dalam puskesmas adalah dengan nomor handphone
2. Antara IGD dengan dokter / rumah sakit / yang terkait dengan pelayanan diluar
IGD
Perangkat Kerja
Stetoscope
Tensimeter
Status medis
2. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital,
bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa,
1. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed
2. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh perawat.
Perawat IGD
Supir Ambulan
Ambulan
Alat Tulis
Perawat Admission
Stetoscope
Tensi meter
Alat Tulis
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
1. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli
Petugas Satpam
Senter
Stetoscope
EKG
Surat Kematian
Dokter IGD
Perawat IGD
Ambulan
1.Alih Rawat
Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
2.Pemeriksaan Diagnostik
informed consent
3.Spesimen
Pendaftaran
UGD
laboratorium Rujuk
Konseling
Farmasi
Ra
w
a
t
1. Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan ke fasyankes terdekat sesuai dengan
I sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis n
a
2. Kredensial p
Kredensial adalah proses menilai dokter oleh Dinas Kesehatan dengan suatu
kriteria mutu yang ditetapkan .Proses ini bertujuan agar kualitas mutu pelayanan dapat
distandarkan.
Hal-hal yang dikredensialingkan adalah;
1. Aspek legal : Perizinan
2. Sarana prasarana sesuai standard
15 Keracunan
16 Pasien cedera
17 Kolik abdomen (nyeri perut hebat)
18 Pasien dengan pendarahan
19 Penyakit menular
20
Lain-lain 21 Korpus alienum
22 ISPA
23 Myalgia
24
3. Obat anestesi untuk UGD : Lidokain injeksi infiltrasi 1 % atau Pehacain 2 %, Chloretil
spray
4. Obat emergensi UGD: Adrenalin 1:1000 Epinefrin,Stesolid injeksi, Aminophilin injeksi,
Dexa injeksi,asam traneksamat injeksi,dhipenhidramin injeksi
5. Obat untuk Pengobatan UGD
- Alkohol 70%
- Povidon Iodine 10%
- Na O Cl
- Larutan Chlorin 3%
- Aquadest
- H2O2 liquid 3%
- Rivanol
Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Instalasi Farmasi. Kebutuhan
obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung tiap satu bulan sekali berdasarkan analisis
kebutuhan obat dan bahan habis pakai diajukan kepada petugas pengadaan obat untuk
mendapat persetujuan.
Distribusi obat, alat medis dan bahan habis pakai dari Instalasi Farmasi dilakukan
berdasarkan permintaan dari UGD.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) :
Adalah suatu sistem dimana Puskesmas Pujer membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
- Asesmen resiko
- Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
- Pelaporan dan analisis insiden
- Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
- Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. Tujuan
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas Pujer
- Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas Maesan terhadap pasien dan masyarakat
- Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas Maesan
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
Kriteria:
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasukkemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien
yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus
ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Kriteria:
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saatpasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari puskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhanpasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungansehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanandapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatankomunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanankeperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanankesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatansehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, amandan efektif.
Kriteria:
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain)yang baik, mengacu
pada visi, misi, dan tujuan puskesmas,kebutuhan pasien, petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini,praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Menuju KeselamatanPasien Puskesmas.
4.2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yangantara lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemenrisiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengansemua insiden, dan
secara proaktif melakukan evaluasi satu proseskasus risiko tinggi.
4.4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasihasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan,agar kinerja dan keselamatan
pasien terjamin.
Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatanpasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan danprogram
meminimalkan insiden.
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponendari puskesmas
terintegrasi dan berpartisipasi dalam programkeselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhankepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada oranglain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperluananalisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitandengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelastentang Analisis Akar Masalah
Kejadian Nyaris Cedera (Near miss)dan Kejadian Sentinel pada saat program
keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,misalnya menangani
Kejadian Sentinel (Sentinel Event) atau kegiatanproaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untukmendukung staf dalam kaitan dengan Kejadian
Sentinel.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antarunit dan antar
pengelola pelayanan di dalam puskesmas denganpendekatan antar disiplin.5.8.
Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalamkegiatan
perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatanpasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber dayatersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakankriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerjapuskesmas dan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjutdan implementasinya.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapaikeselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasikeselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal daneksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesainproses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang halhalterkait dengan keselamatan
pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasiuntuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada
bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada
kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
D. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga UGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir Pelaporan Insiden Keselamatan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
3. Deteksi dini melalui medical check up;pemeriksaan pekerja sebelum masuk kerja,
pindah, pemeriksaan berkala pada pekerja, pemeriksaan khusus pada petugas yang
terpajan bahan berbahaya seperti petugas lab, radiologi.
2. Benda Organik pasien (darah, air ludah, dll) pada waktu perawatan mengenai
wajah dan badan operator
Upaya Pencegahan:
a. Memakai APD
b. Melaksanakan tindakan sesuai SOP (Standar Operasional prosedur)
Cara Penanganan Jika Terjadi:
a. Segera diambil dan dihilangkan dari wajah atau badan
b. Segera dibersihkan dan dicuci dengan air bersih
c. Segera di disinfeksi menggunakan larutan antiseptik yang tersedia
A. Bakuan Mutu
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang pasien sebaik-
baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan terkini,sehingga
probabilitas outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990)
Pelayanan individual ang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan meliputi ;aspek
pencegahan primer,pencegahan sekundr,pencegahan tersier berupa rehabilitasi medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan mutu
berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga
pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana
prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis laboratorium
dan disahkan oleh penanggung jawab poli Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi;
NO
Input Rincian Kegiatan
1. Sumber Daya Manusia SDM memiliki SIPi
SDM menerima pelatihan
2. Alat Ketersediaan alat sesuai standard
3. Sarana Ketersediaan sarana sesuai standard
4. Kebijakan 1. Pola ketenagaan
2. Persyaratan kompetensi petugas Poli
3. Tentang penyusunan rencana layanan
medis.
4. Tentang layanan klinis yang menjamin
kesinambungan layanan
5. tentang hak dan kewajiban pasien yang
didalamnya memuat hak untuk
menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
6. yang mewajibkan penulisan lengkap
dalam rekam medis: semua
pemeriksaan penunjang diagnostik
tindakan dan pengobatan yang
diberikan pada pasien dan kewajban
perawat dan petugas kesehatan lain
untuk mengingatkan pada dokter jika
terjadi pengulangan yang tidak perlu.
Dalam SOP layanan klinis memuat jika
terjadi pengulangan pemeriksaan
penunjang diagnostik, tindakan, atau
pemberian obat, petugas kesehatan
wajib memberitahu kepada dokter yang
bersangkutan.
7. tentang penggunaan dan pemberian
obat dan/atau cairan intravena
8. SK penyediaan obat-obat emergensi di
unit kerja. Daftar obat emergensi di unit
pelayanan
9. Kebijakan penanganan pasien berisiko
tinggi
10. tentang jenis-jenis sedasi yang dapat
dilakukan di Puskesmas.
11. tentang tenaga kesehatan yang
mempunyai kewenangan melakukan
tindakan
12. Kebijakan dan SOP penanganan
pasien
Pedoman Pelayanan Klinis
Kalibrasi alat
Proses
Pelayanan sesuai protap dan standar
mutu :
1. SOP Cuci Tangan
2. SOP Rekam Medis
3. Inform Consent
4. Pengukuran Tekanan Darah
5. Pencabutan gigi Sulung
6. Anastesi Topikal
7. Dekontaminasi, Pembersihan dan
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dalam melaksanakan pelayanan
medik dasar IGD di Puskesmas
Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan
terhadap standar dan prosedur yang ditetapkan